Rabu, 30 September 2009

Ada Apa dengan G20?

Dalam perjalanan panjang bersama delegasi Indonesia ke KTT G-20 di Pittsburgh, AS, saya sempat bertanya dalam hati sendiri, apa sebenarnya makna G20 secara umum dan khususnya bagi Indonesia.

Kadang-kadang sangat mudah kita cepat menyimpulkan bahwa kita mengerti sesuatu topik, padahal justru pertanyaan-pertanyaan mendasarlah yang perlu digali utuk mendapat pengertian penuh. Terus-terang saja, saya pun malu untuk bertanya kepada anggota delegasi lain karena pertanyaan itu mungkin terlalu sederhana.

Siapakah dan apa latar belakang negara anggota G20? Mengapa banyak kepala negara berkumpul dari waktu ke waktu (belum lagi pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk mempersiapkan pertemuan tingkat tinggi ini)? Apa tema hangat pertemuan G20 kali ini? Apakah mungkin, mengingat anggota G20 punya latar belakang yang beragam, tercapai suatu kesepakatan mengenai hal-hal tertentu (terkhusus mengenai kestabilan ekonomi dunia sampai isu lingkungan hidup)? Kalaupun ada kesepakatan, apakah setiap negara dapat meng-implementasikannya di Negara masing-masing? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain di benak saya.
Apapun jawabannya, satu hal sudahlah pasti bahwa G20 ini mendapat perhatian luas, baik pro dan kontra, dari para pemimpin negara, media, maupun masyarakat luas. Lihat saja, sebagai bagian dari dinamika demokrasi, selalu ada kelompok tertentu yang hadir dan dan dengan penuh semangat melakukan aksi protes di sekitar tempat berlangsungnya KTT.
Saya mencoba melakukan sedikit riset dari beberapa sumber, dan ingin membaginya di blog ini (siapa tahu ada teman-teman yang tertarik dan sedikit malu bertanya juga seperti saya).
Pertama, siapa saja yang masuk G20? G20 ternyata merupakan forum dari menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 19 negara. Ini membuat saya bertanya: kenapa namanya tidak G19? Rupanya selain 19 negara tersebut, ada European Union (EU)/Uni Eropa, sehingga total semuanya jadi 20.
Seluruh negara anggota G20 merepresentasikan 90 persen total Produk Domestik Bruto (PDB) dunia (sekitar USD 55 Trilyun), 80 persen dari perdagangan dunia dan dua pertiga penduduk dunia. Ini mengakibatkan, secara kolektif G20 sangatlah berpengaruh bagi perekonomian global.
Anggota G20 adalah: Argentina, Australia, Afrika Selatan, Brazil, Canada, Cina, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Lantas apa makna G20 untuk Indonesia?
Untuk mengetahui hal ini, menarik jika kita melihat posisi Indonesia di tengah anggota G20 dari beberapa sudut ‘angka’. Kalau dilihat dari besarnya PDB, Indonesia berada di urutan ke-16 dengan USD 468 miliar. Ini di atas Afrika Selatan, Argentina dan Arab Saudi. Tapi, dari sisi pertumbuhan PDB 2008-2009 ketika krisis keuangan melanda dunia, Indonesia merupakan salah satu dari hanya tiga negara yang tumbuh positif (sekitar 4 persen) bersama China dan India. Dengan Arab Saudi dan Turki, Indonesia mewakili negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Di samping itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN di forum G20.
Sejak awal, G20 dibentuk untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dunia dengan memperkokoh fondasi keuangan internasional. G20 juga merupakan forum untuk membahas berbagai kebijakan nasional masing-masing anggota, kerjasama internasional, dan peran institusi keuangan global.
Dari tahun 1999, isyu yang dibahas di G20 telah sangat berkembang, bukan saja soal kebijakan mengenai pertumbuhan ekonomi dunia, tapi juga pencegahan penyalahgunaan sistem keuangan, penanganan krisis finansial, peningkatan standar transparansi kebijakan fiskal, sampai soal pemantauan pembiayaan terorisme.
Selama 18 bulan terakhir, para menteri dan gubernur bank sentral anggota G20 memfokuskan diskusi mereka di seputar krisis finansial yang sedang berlangsung, serta implikasinya bagi perekonomian global. Mereka semua berkomitmen untuk menghadapi bersama masalah labilnya keuangan dunia dan meningkatkan kerjasama dalam memperbaiki regulasi, supervise, dan fungsi dari pasar keuangan dunia.
Alasan utama mengapa forum G20 ini (perlu) dihadiri berbagai kepala negara adalah agar forum ini dapat membuat keputusan dan komitmen kolektif secara bersama-sama. Dengan pertemuan ini, semua berharap agar kesepakatan yang dihasilkan lalu dikawal oleh para kepala negara di tahap implementasi di negara masing-masing.

Ada beberapa tantangan dan isu fundamental terkini yang dibahas di G20 Pittsburgh (sebelumnya dibahas di awal September 2009 di London): koordinasi kebijakan nasional antar negara, proteksionisme pasar domestik, penyediaan fasilitas pembiayaan perdagangan, peran International Monetary Fund (IMF), kompensasi eksekutif perbankan, dan perubahan iklim. Isu yang santer dibicarakan di G20 adalah perubahan iklim. Sangat besar kemungkinan, karena perubahan iklim juga menjadi salah satu topik utama di Sidang Umum PBB yang juga diselenggarakan pada minggu yang sama di New York.
Tanpa maksud untuk bertele-tele, saya akan membahas secara singkat berbagai isu ini dengan harapan dapat menggambarkan esensinya.
Koordinasi kebijakan nasional antar negara harus dilakukan karena walaupun banyak anggota G20 yang berkomitmen untuk memberikan stimulus fiskal (misalnya dalam bentuk pembiayaan infrastruktur publik dan pemotongan pajak), besaran setiap stimulus (terhadap PDB masing masing) berbeda-beda untuk setiap negara. Hal ini dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya “aliran keluar” dari suatu negara yang lebih “agresif” ke negara yang lebih “pasif” dalam memberikan paket stimulus ekonomi. Koordinasi diperlukan bukan saja untuk mencegah masalah potensi “aliran keluar” ini, tapi juga untuk meningkatkan kepercayaan pasar dan konsumer.
Ancaman terhadap proteksi perdagangan dapat terjadi di masa terjadi penurunan nilai perdagangan global dan peningkatan pengangguran di negara-negara G20. Ini karena banyak negara menyimpulkan, dibutuhkan adanya kebijakan politik domestik untuk memproteksi produksi dalam negeri masing-masing. Para pemimpin G20 bersepakat untuk menjaga agar ancaman masalah ini tidak terjadi.
Asistensi fasilitas pembiayaan perdagangan merupakan satu hal yang sangat dibutuhkan di masa krisis ekonomi global. Tapi pada saat bersamaan, Negara-negara maju sedang menghadapi defisit perdagangan yang besar. Defisit Amerika, misalnya, mencapai sekitar USD 1.8 triliun (13,1 persen dari PDB) dan Inggris sekitar GBP 90 miliar (6 persen dari PDB). Walau begitu G20 telah bersepakat untuk mengalokasikan dana sekitar USD 250 miliar pada 2009-2010 dan berkomitmen untuk meningkatkan jumlahnya menjadi USD 400 miliar apabila dibutuhkan.
Hal lain, banyak kritik mengatakan IMF telah gagal menangani krisis sebelumnya di akhir tahun 1990-an. Karena itu ada banyak sekali tuntutan reformasi terhadap struktur organisasi IMF, di mana harus ditemukan keseimbangan akan hak dan kewajiban lembaga itu. IMF direkomendasikan untuk meningkatkan perannya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan global dan dibutuhkan pengerahan sumber daya yang lebih untuk dapat membantu mengatasi krisis kali ini, khususnya berupa berbagai jenis fasilitas kredit untuk membantu negara-negara yang terkena krisis.
Dua topik berikutnya adalah topik yang kian menghangat akhir-akhir ini yaitu: besaran kompensasi atau bonus yang dianggap kelewat berlebihan untuk para eksekutif perbankan dan lembaga keuangan (apalagi bagi mereka yang gagal memenuhi kewajibannya mengelola lembaga mereka dengan baik dan pruden). Dirasa adanya kebutuhan untuk menjamin terciptanya keselarasan antara hak dan tanggung jawab para eksekutif perbankan dan keuangan itu, mengingat begitu besarnya efek yang dapat mereka sebabkan terhadap perekonomian dunia.
Soal isu perubahan iklim, banyak dibicarakan mengenai upaya untuk mengurangi subsidi terhadap bahan bakar fosil dan upaya menambah insentif dan pembiayaan terhadap energi-terbarukan. Ini disebabkan dalam jangka menengah, isu lingkungan hidup disadari bukan hanya akan menjadi isu sosial-ekonomi-politik, tapi juga isu kemanusiaan.
Mudah-mudahan paparan saya di atas dapat bermanfaat dalam memperjelas konteks KTT G20. Siapa tahu tulisan ini bukan hanya dapat membuat teman-teman tidak perlu bertanya lagi mengenai G20, tapi juga dapat melengkapi tulisan ini di kemudian hari. Bagaimanapun juga KTT G20 dan berbagai isu ini masih akan sangat relevan buat Indonesia di masa mendatang. Apalagi, mengutip judul laporan khusus majalah the Economist beberapa minggu lalu, Indonesia memiliki “a golden chance” dalam menatap masa depan.

By : Anindya

Baca selengkapnya...

Survival of the Kindest

Problematic society, itu sebutan sahabat yang memenuhi kepalanya dengan kejengkelan tentang Indonesia. Lebih-lebih menjelang pemilu 2009 di mana ruang publik dibikin riuh oleh banyak sekali iklan politik. Ada memang yang menyebutnya sebagai sampah virtual. Jujur harus diakui, setiap orang punya cara bertumbuh. Hanya ego yang buru-buru menyebutnya buruk.

Pepohonan bertumbuh secara tenang, tulus, ikhlas. Sedangkan anjing kampung berkelahi baik tatkala ada makanan maupun saat tidak ada makanan. Yang satu lembut, sejuk, teduh apa pun godaannya, yang lain keras ganas di segala cuaca. Namun keduanya sedang bertumbuh.
The gift of listening
Kerangka baik-buruk, suci-kotor, sukses-gagal, tinggi-rendah dan dualitas lainnya adalah cara pikiran manusia membuka pintu pengertian. Sayangnya, begitu pintunya terbuka, dualitasnya tidak ditinggalkan di belakang malah digendong ke mana-mana .
Ini serupa dengan cerita tentang seseorang yang hampir mati kelaparan di seberang sungai, kemudian diselamatkan oleh sebuah perahu. Demikian tingginya hutang budi dan kemelekatan orang ini pada perahu, kemudian ia menggendongnya ke mana-mana. Belakangan orang ini mati karena kelelahan menggendong perahu.
Dalam wajah yang berbeda, orang-orang yang menggunakan pengetahuannya, pengalamannya, tradisinya, agamanya untuk menghakimi dan menyakiti orang, sejujurnya bernasib serupa dengan penggendong perahu tadi: berjalan kelelahan menggendong perahu keyakinan. Untuk itulah, orang-orang bijaksana selalu menyediakan diri untuk belajar dan mendengar. Dengan belajar, manusia berhenti menjadi kura-kura yang menganggap rumah kecilnya adalah satu-satunya rumah yang layak huni. Dengan mendengar, manusia menyatu bersama samudera pengertian yang maha luas. Bila ada sesuatu yang terlihat aneh dan susah untuk dimengerti, kemungkinan terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan tingkat kemampuan pemahaman sekarang.
Mungkin itu sebabnya, kepala manusia memberikan pertanda bahwa telinga, mata, lobang hidung semuanya serba dua, namun mulut hanya ada satu. Dengan kata lain, pemahaman lebih mungkin terbuka bila lebih banyak mendengar, melihat dan merasakan segarnya kehidupan, sekaligus lebih sedikit berbicara. Bagi yang sudah menyentuh batas-batas rasionalitas dan mengerti kalau pengetahuan bisa menjadi penghalang pemahaman, akan tersenyum sambil berbisik: ternyata bisa mendengar adalah sebuah berkah! Seorang guru di Prancis menulis: to say you don’t know is the beginning of knowing. Menyadari diri tidak tahu adalah awal pengetahuan sekaligus keagungan.
The gift of understanding
Dengan modal mendengar dan belajar inilah, kemudian para bijaksana menelusuri sisi-sisi kehidupan. Sesuatu yang awalnya terlihat baik, belakangan menjadi buruk. Hal lain yang tadinya terlihat suci menjadi sumber belenggu yang menakutkan kemudian. Ujung-ujungya satu, tidak ada yang kekal. Semuanya seperti air sungai: mengalir dan mengalir. Sehingga tidak saja sungai yang baru setiap detiknya (karena airnya berganti terus), pengertian juga senantiasa baru dan segar.
Makanya di Timur tidak sedikit manusia yang terbebaskan dan tercerahkan hanya dengan memahami dalam-dalam makna ketidakkekalan. Pengetahuan, filsafat, agama (terutama yang sangat mencengkram sehingga membuat orang jadi fanatik) ibarat batu besar di sungai, mandek tidak bergerak. Kesediaan untuk belajar dan mendengar ibarat air mengalir di sungai, pada waktunya ia akan sampai di samudera.
Bila boleh berterusterang, kehidupan menyimpan tidak sedikit tokoh yang sudah menemukan indahnya belajar dan mendengar. Ahmad Syafii Maarif (mantan ketua umum PP Muhamadiyah) mengakhiri renungannya tentang hari raya Idul Fitri tahun 2008 dengan mengutip pendapat Mahatma Gandhi yang beragama Hindu. Yudi Latief (salah satu murid almarhum Nurcholis Majid) menutup refleksinya tentang hari raya Idul Fitri di tahun 2008 dengan meminjam argumen pendeta Buddha Thich Nhat Hanh. Seorang romo Katolik yang memimpin gereja di Puja Mandala Bali menghabiskan waktu tahunan di Mesir belajar filsafat Islam. Dari penuturannya mengalir wajah-wajah Islam yang indah.
HH Dalai Lama berkali-kali mengemukakan tidak tertarik untuk merubah keyakinan orang menjadi pengikut Buddha. Satu-satunya ketertarikannya adalah bagaimana membangun hubungan harmonis di antara sesama manusia. Itu sebabnya banyak pihak menyebut beliau memiliki universal appeal.
Inilah ciri-ciri manusia yang didalamnya kaya karena belajar dan mendengar. Tatkala ada pengertian yang berbeda (mengenai filsafat, agama, ideologi, tradisi) tidak buru-buru diberi judul salah. Mereka mulai dengan mendengar kemudian belajar. Kesediaan untuk mengerti itu sebuah berkah (the gift of understanding), karena melalui pengertian terbuka pintu-pintu persahabatan, persaudaraan yang menjadi modal kebahagiaan kemudian.
Ia yang sampai di puncak pemahaman ini akan berbisik: “The best theologian is the one who never speaks about God”. Berbicara menunjukkan seseorang masih dua (subyek-objek, Tuhan-manusia). Dalam pemahaman yang dibimbing persahabatan ini, ada yang menyebutkan bahwa yang dua sudah menjadi satu. Ada yang hanya senyum-senyum lembut tanpa suara. Raut mukanya memberi tanda tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.
Dari sini muncul pertanyaan, bila demikian bingkai pengertiannya, lantas apa pedoman bertindak? Seorang guru yang amat menyentuh memberi pedoman sederhana. Membantu meringankan beban penderitaan para makhluk adalah yang paling baik. Bila tidak bisa, cukup jangan menyakiti. Inilah prinsip survival of the kindest. Kehidupan menjadi tahan guncangan karena kebajikan.
Semua kehidupan dimulai dengan kebaikan pihak lain. Tatkala lahir kita berhutang pada kebaikan orang tua dll. Nanti ketika meninggal lagi-lagi harus bergantung pada kebaikan orang lain. Kita didoakan, dibikin upacara oleh orang lain. Dan bila diantara kelahiran dan kematian lupa mengisinya dengan kebaikan, itu berarti gagal membayar hutang kebaikan. Makanya ada yang menulis: compassion is the best protection. Welas asihlah penjaga kehidupan yang sesungguhnya. Tidak saja menjaga sekarang, tetapi juga menjaga sampai setelah kematian.
Perhatikan kehidupan Mohammad Yunus, Nelson Mandela, Dalai Lama yang tanpa senjata, tanpa agen rahasia, namun bercahaya ke mana-mana. Boleh saja ada orang hidup penuh penghakiman (baik untuk diri, buruk untuk orang), di jalan kebajikan semuanya menghadirkan pelajaran. Sebagai hasilnya, tidak saja orang baik terlihat indah. Iklan-iklan politik juga indah. Semuanya sedang bertumbuh, semuanya hanya cara guru membimbing.
Gede Prama

Baca selengkapnya...

The Next Crisis: Coming in 2011

With the Dow reapproaching a five-figure level, we have felt at least some temporary economic reprieve in recent months. But I have talked to many astute people recently (both Democrats and Republicans) who question the stability of the upturn. Some of the those who believe that this might be a dead cat bounce, or what economists term a double-dip recession, are pretty damn smart. Among them is Harvard University professor Martin Feldstein, who explained in a recent interview with CNBC that the massive stimulus is supporting the upturn and that support runs out by 2010. We may be in a precarious position by 2011.

Bill Achtmeyer, my long-time partner and Chairman and Managing Partner of the Parthenon Group, agrees that macroeconomics eventually win out and we should carefully brace ourselves for what might loom ahead — the next crisis in 2011.

Give us your perspective on what we have to look forward to, or not look forward to, in the next eight quarters.
I think we have six quarters that will be very promising between now and the end of 2010, and then I think we are going to hit huge headwinds in 2011 and 2012.
Why the headwinds in 2011 and 2012?
The key reasons are the aspirations of this congress and administration, while laudable, in terms of health care and global warming, there is the reality of the cost burden. The cost of putting both of these programs in place and the necessary requirements to fund them through tax increases is going to have a very dampening effect on our recovery.
Why do the next six months appear to be stronger?

Macroeconomics are inextricable. You get the benefit of lag times, and we are going to benefit from a combination of a lot of factors which I think will let us sail through in a positive way during this period of time. But things catch up. And by the time everyone sorts out what's being contemplated here it's going to rear its head in 2011 and 2012, and it'll be very hard to get in the way of that.
You advise CEOs every day. Assuming you are CEO of a company today, what do you do?
I'd be extraordinarily focused on investments outside of this country. To the extent you have a global footprint, if you are not overinvesting in Asia and the developing countries, you are out of your mind because that's the source of growth.
I would also do everything I could within the Western countries to gain share in the next six quarters, whether through acquisitions, prices, or whatever it takes to get you in an extraordinarily strong market position. If you're not there, or don't think you can get there, then I would get out of those businesses. I think we'll find another consolidation hitting those businesses in 2011 and 2012 when we've gotten rid of the riffraff. We're definitely going to be getting rid of a lot of other things.
That perspective is great if you are in a position of strength. What about if you are someone is in the bottom half; someone who is likely to be part of the riffraff?
Great time to sell, particularly in 2010. Values are coming up. They will look to be pretty good relative to what you've had in the last 24 months. They won't look as good as they were in 2007, but they'll look pretty good, and they're not going to get much better.
And the debt availability to support that is going to return?
I think you will have debt availability during this time and then it may get tight a little later.
What about inflation?
Pretty low for now. It'll all come home to roost in 2011 and 2012.
Final thoughts?
It's comes back to relative market share. The stronger your relative market share — that is the more distance you can place between you and your nearest competitor — the better off you'll be.

Anthony Tjan

Baca selengkapnya...

Sabtu, 26 September 2009

G20 Gantikan G8 Sebagai Forum Ekonomi Dunia

Para pemimpin ekonomi dunia paling penting, telah sepakat bahwa kelompok G20 akan menggantikan G8 sebagai dewan kebijakan utama mereka, Wall Street Journal melaporkan pada Kamis (24/09/09).

Menurut harian AS, Grup dari 20 pemimpin pada Jumat akan mengumumkan bahwa G20 akan menjadi badan permanen untuk mengawasi ekonomi internasional sama sebagai bagian dari rencana untuk menyeimbangkan ekonomi global.

G20 terdiri dari delapan besar kekuatan yang dikembangkan terwakili dalam G8, tetapi juga Uni Eropa dan dan selanjutnya 11 besar ekonomi berkembang tajam untuk duduk di meja utama, termasuk India, China dan Brasil.

Negara-negara industri G8 akan tetap bertemu secara berkala untuk membahas hal non-ekonomi, seperti keamanan internasional, tetapi hanya pada basis ad hoc di sela-sela pertemuan puncak lain, kata laporan itu.

Tuan rumah KTT Amerika Serikat tidak segera mengkonfirmasikan laporan, tapi Gedung Putih tak terduga menambah konferensi pers pada 8:30 (13.30 GMT) untuk jadwal Presiden Barack Obama pada hari Jumat.


Antara

Baca selengkapnya...

Jumat, 25 September 2009

Para Pemimpin G20 Bertemu Untuk Reformasi Ekonomi Dunia

Para pemimpin ekonomi terbesar dunia menuju Pittsburgh Kamis menjanjikan langkah untuk menjaga pasar-pasar finansial dan mencegah terulangnya kehancuran ekonomi tahun lalu.

"Di Pittsburgh, kami akan bekerja sama dengan ekonomi terbesar dunia untuk memetakan suatu jalan bagi pertumbuhan yang seimbang dan mantap," kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama kepada PBB pada acara KTT G20 seperti dilaporkan AFP.

Pertemuan dua hari kelompok 19 negara maju dan ekonomi sedang tumbuh plus Uni Eropa--muncul hanya setahun setelah kolapsnya pasar kredit Amerika Serikat yang mengakibatkan ekonomi global mengalami kehancuran.

Pertemuan itu juga diadakan setelah enam bulan para pemimpin G20 bertemu di London untuk menyatukan tanggapan mereka terhadap krisis global yang terjadi, dan kinerja mereka di Pittsburgh akan dinilai apakah mereka berbuat sesuai dengan janji-janji mereka sebelumnya.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan Rabu bahwa ia akan mendorong mitra-mitranya untuk mengenakan berbagai sanksi atas bebas pajak tidak kooperatif hingga tahun depan.

Sarkozy juga mengatakan bahwa "salah satu dari isu-isu yang dipertaruhkan di Pittsburgh ini menerapkan sanksi mulai dari kuartal pertama tahun depan di negara-negara yang tidak menghormati peraturan."

Pada pertemuan G20 di London pada bulan April lalu, para pemimpin ekonomi terkemuka di dunia setuju untuk menyingkirkan bebas pajak sebagai bagian dari upaya global untuk menangkap penghindaraan pajak ilegal.

"Bebas pajak, kerahasiaan perbankan, itu semua berakhir," kata Sarkozy dalam sebuah wawancara dengan televisi Perancis dari New York. "Saya akan berjuang untuk berbagai sanksi besok di Pittsburgh."

Pekan lalu, Perancis dan Jerman mendesak untuk mengakhiri pemberian bonus para bankir, di tengah penolakan dari Inggeris dan Amerika Serikat, tetapi kesepakatan kompromi kemungkinan akan dicapai, kata para pejabat.

Obama, yang akan menjadi tuan rumah KTT global pertamanya, juga mencoba meyakinkan negara-negara maju dan berkembang untuk menyepakati suatu rencana untuk menghapuskan subsidi untuk industri bahan bakar fosil yang memperparah pemanasan global.

Ekonomi-ekonomi sedang tumbuh, yang dipelopori India, menginginkan miliaran dolar dalam subsidi dari negara-negara maju untuk membantu mereka mengubah berbagai teknologi hijau jika mereka mencapai kesepakatan pada KTT di Copengahen Desember mendatang.

Perdana Menteri Inggeris Gordon Brown merupakan pemimpin pertama yang menyebutkan angka dalam bantuan serupa --menyebutkan 100 miliar dolar pada 2020--dan ia mengatakan dalam editorial di New York Times bahwa ia akan mendorong G20 untuk mengambil langkah.


Antara

Baca selengkapnya...

Kamis, 24 September 2009

Wanita Lebih Pintar

Minah pergi ke sungai bermaksud mencuci baju. Ketika baru mulai mencuci, dilihatnya seekor ikan terjepit di antara batuan menggelepar-gelepar.

Begitu Minah menghampirinya, si ikan berkata, "Kalau kamu menolongku, aku akan mengabulkan tiga permintaanmu."
"Tapi ingat, apa yang kamu minta membuat suamimu mendapatkannya 10 X lipat."
Minah pun menolong ikan tersebut dan mengajukan permintaannya yang pertama agar supaya berubah menjadi seorang wanita cantik dan sexy.
"Tapi suamimu akan menjadi 10 kali lebih tampan dan gagah!" kata ikan mengingatkan. "Nggak masalah," jawab Minah.
"Abrakadabra...", jadilah Minah seorang wanita yang amat cantik dan sexy. Permintaan kedua, Minah ingin menjadi kaya.
"Ingat, suamimu akan menjadi 10 X lebih kaya," kata ikan.
"Ah, nggak apa-apa," kata Minah. "Miliknya kan adalah milikku juga."
"Abrakadabra...", jadilah Minah orang yang kaya.
"Lalu permintaanmu yang ketiga dan yang terakhir?" tanya sang ikan.
"Aku ingin mendapatkan serangan jantung ringan..."

Baca selengkapnya...

Rabu, 23 September 2009

Hati-hati Buka Komentar di Facebook

Seorang pelajar yang membuka halaman Facebook agar teman sekelasnya bisa menyalurkan aspirasi dan berkomentar malah mendapat masalah. Halaman Facebook yang sederhana itu menyeretnya ke masalah hukum yang rumit.

Nicholas Blacconiere dari Algonquin dituntut oleh Salon Professional Academy of Elgin. Sekolah kecantikan itu menuntut Blacconiere karena menggunakan logo sekolah itu secara tidak sah, dan digugat US$50 ribu untuk kerugian imaterial akibat komentar yang diposting di halaman itu.

"Apa yang disebut di internet itu adalah hanyalah kebohongan," kata Robert Wagner pengacara sekolah itu.

Pakar hukum terus mengingatkan bahaya jejaring sosial semacam Facebook, Twitter dan MySpace. Situs itu makin banyak digunakan untuk menghina orang.

"Jika membicarakan orang lain di jurnal atau blog online... jelas ada ruangan bagi seseorang yang kecewa untuk menuntut," kata Kimberly Isbell, dari Berkman Center for Internet and Society di Harvard University.

Tapi karena gugatan teknologi merupakan konsep baru, pengadilan kini sedang mengembangkan petunjuk untuk menangani masalah itu. Penghinaan elektronik yang melibatkan siswa dan sekolah saat ini menghasilkan pertentangan hukum yang membingungkan.


Donny Andhika

Baca selengkapnya...

Nyeri Kronis Membuat Usia 50 Terasa 80

Orang yang menderita nyeri kronis cenderung merasa kemampuan fisiknya secara umum seperti mereka yang berusia beberapa dasawarsa lebih tua.

Beberapa ilmuwan mempelajari kembali data dari studi 2004 atas 18.531 orang yang berusia 50 tahun dan lebih tua lagi. Sebagai satu contoh, di antara peserta yang berusia 50 sampai 59 tahun yang menderita nyeri kronis, 37 persen dapat berjalan kaki sejauh satu mil dan 91 persen dapat berjalan beberapa blok tanpa masalah.

Di antara mereka yang menderita nyeri kronis, hanya 9 persen dapat berjalan satu mil dan hanya separuh dengan susah-payah berhasil melaksanakan tugas berjalan itu.

"Kami mendapati bahwa kemampuan mereka yang berusia 50 sampai 59 tahun yang menderita nyeri jauh dapat dibandingkan dengan orang yang berusia 80 sampai 89 tahun tanpa nyeri. Sebanyak 4 persen di antara mereka mampu berjalan 1 mil dan 55 persen dapat berjalan beberapa blok, sehinga penderita nyeri kelihata seperti 20 sampai 30 tahun lebih tua daripada orang yang bukan penderita nyeri," kata pemimpin studi tersebut Kenneth Convinsky dari Division of Geriatrics di University of California, San francisco, Amerika Serikat.

Nyeri kronis adalah masalah yang sangat besar bagi orang yang berusia setengah baya dan lebih tua lagi. Pada kenyataannya 24 persen orang di dalam studi itu menderita nyeri sedang sampai parah hampir sepanjang hari, demikian laporan livescience.com.

Sebanyak 75 juta warga AS menderita nyeri kronis atau kambuhan, kata beberapa studi lain. Sementara itu migren merongrong 25 juta orang. Satu dari enam orang menderita nyeri sendi.

Meskipun nyeri tak terlalu dipahami, banyak ahli sekarang menyarankan pelatihan fisik guna memerangi banyak jenis nyeri kronis, selain pengobatan pada beberapa kasus.

"Studi kami tak dapat memastikan apakah nyeri menyebabkan cacat atau apakah cacat mengakibatkan nyeri," kata Covinsky. "Kami kira mungkin saja bahwa keduanya benar dan nyeri serta cacat barangkali dapat bertindak bersama dalam banyak cara yang membuat kedua masalah tersebut tambah parah dalam lingkaran yang turun," katanya.

Temuan tersebut, yang diumumkan Rabu (16/9), dirinci di dalam Journal of the American Geriatric Society".

Penelitian itu menunjukkan nyeri dan cacat mungkin seringkali menjadi bagian dari proses yang sama yang mengggarisbawahi. "Semua pasien mungkin memperoleh manfaat yang lebih baik jika nyeri dan cacat dinilai dan dirawat secara bersamaan dan bukan sebagai masalah terpisah," kata Covinsky.

Pada Wanita

Kurangnya paparan vitamin, khususnya vitamin D dapat menyebabkan nyeri kronis pada wanita. Kaitan itu tidak berlaku bagi pria, demikian penelitian yang di dalam jurnal tahunan Rheumatic Diseases.

Tim ilmuwan dari Institut Kesehatan Anak di London mengatakan bahwa asupan vitamin D memang penting tak hanya untuk tulang tetapi juga nyeri kronis. Di Inggris, saat ini setidaknya satu dari 10 orang mengalami nyeri kronis dalam hidup mereka.

Penyebabnya seringkali sulit diketahui, padahal kondisi tersebut banyak membuat emosi penderitanya labil. Dr. Elina Hyppopen dan koleganya percaya paling tidak pada wanita, kadar vitamin D berperan penting dalam beberapa kasus nyeri kronis.

Vitamin D merupakan jenis vitamin yang berguna bagi pembentukan tulang. Vitamina itu, yang diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari, juga dapat ditemukan pada minyak ikan, kuning telur dan margarin.

Di antara 7.000 pria dan wanita yang berusia 45 tahun di Inggris, Skotlandia, dan Wales yang diteliti para ilmuwan, mereka yang perokok, peminum, mereka yang kegemukan dan kurus sekali dilaporkan memiliki risiko tinggi untuk menderita nyeri kronis.

Temuan tersebut tidak membedakan gaya hidup atau faktor sosial seseorang, seperti misalnya kegiatan fisik dan lamanya kegiatan di luar rumah.

Disimpulkan bahwa wanita dengan kadar vitamin D antara 75 dan 99 mmol/liter --kadar normal yang dibutuhkan tulang agar sehat-- memiliki risiko terendah untuk mengalami nyeri, atau risikonya hanya 8 persen.

Wanita dengan kadar vitamin D kurang dari 25mmol/liter memiliki risiko paling tinggi, atau sekitar 14,4 persen.

Kurangnya vitamin D pada orang dewasa dapat memicu timbulnya nyeri pada tulang atau memunculkan penyakit osteomalacia.

Namun, para ilmuwan mengatakan osteomalacia tidak termasuk dalam perhitungan dan temuan mereka. Dr. Hyppopen mengatakan perlu ada penelitian lanjutan untuk mengevaluasi apakah vitamin D dapat mencegah timbulnya nyeri kronis.

Pada saat ini, ia menasihati, "Jika saya mengalami nyeri kronis, saya tentu saja akan memeriksa apakah kadar vitamin D dalam tubuh memadai atau tidak."

Namun, Kate MacIver dari Pain Research Institute di Unviersity of Liverpool mengingatkan, "Konsumsi vitamin D terlalu banyak untuk mencegah atau mengobati nyeri kronis dapat menimbulkan keracunan vitamin D dan kadar kalsium tinggi dalam darah."

Karena itu, setiap orang harus memenuhi kadar vitamin D dalam tubuhnya sesusai yang dibutuhkan lewat makanan dan sedikit pajanan (exposure) terhadap Matahari.

Namun, jika "Anda hamil atau sedang menyusui, seharusnya Anda cukup mengonsumsi 10 mikrogram (0,01 mg) vitamin D setiap hari", demikian pula untuk mereka yang sudah berusia lanjut.


Antara

Baca selengkapnya...

Obama Warns Global Recession Makes Climate Change Fight Harder

President Obama warned Tuesday that the global economic recession could hinder the ability of countries to take necessary steps to combat climate change.

"We seek sweeping but necessary change in the midst of a global recession, where every nation's most immediate priority is reviving their economy and putting their people back to work," Obama told a U.N. summit on climate change. "And so all of us will face doubts and difficulties in our own capitals as we try to reach a lasting solution to the climate challenge."

Obama acknowledged that the United States has previously failed to recognize the magnitude of the climate change issue, and he pledged his government's commitment to developing clean energy sources and reducing greenhouse gas emissions that cause global warming.

"We understand the gravity of the climate threat. We are determined to act. And we will meet our responsibility to future generations," Obama said.

However, his speech lacked specific details on targets for greenhouse gas emissions and was received with polite applause.

It was Obama's first speech at the United Nations, following eight years of the Bush administration, which critics said minimized the role of the world body.

U.N. Secretary-General Ban Ki-moon convened the summit to highlight the need for a concerted global effort to reduce greenhouse gas emissions and help developing nations cope with rising sea levels, diminishing fresh water sources, reduced agriculture production, increased disease and other current or expected effects of climate change.

Ban called for faster progress on a new international climate change treaty scheduled to be completed in December in Copenhagen, Denmark.

Progress in the negotiations involving almost 200 countries has been slowed by disputes over the roles of industrialized powers and major greenhouse gas emitters such as the United States and emerging nations such as China that have become major emitters in their rush to economic development.

Obama said "rapidly growing, developing nations that will produce nearly all the growth in global carbon emissions in the decades ahead must do their part, as well."

China and the United States are the world's two biggest emitters of greenhouse gases. While Obama didn't specify China, his comment appeared focused on the role of the world's major growing economy in the climate change debate.

"Some of these nations have already made great strides with the development and deployment of clean energy," Obama said. "Still, they need to commit to strong measures at home and agree to stand behind those commitments just as the developed nations must stand behind their own. We cannot meet this challenge unless all the largest emitters of greenhouse gas pollution act together. There's no other way."

The new climate treaty being negotiated by the U.N. Framework Convention on Climate Change would succeed the Kyoto Protocol, the world's first major climate change treaty, which expires in 2012.

Ban called for the new pact to include robust targets for reducing greenhouse gas emissions and significant financial support from industrialized nations to help developing countries adapt to climate change.

Climate change is caused by increased greenhouse gas pollution in the atmosphere that traps in heat to raise temperatures.


CNN

Baca selengkapnya...

Selasa, 22 September 2009

ADB Perkirakan Ekonomi Asia Lebih Tahan Krisis

Perekonomian Asia membuktikan diri lebih tahan (resilient) terhadap krisis global dari pada perkiraan semula, demikian diungkapkan ADB dalam salah satu publikasi utamanya yang diterima di Jakarta, Selasa (22 September 2009).

Dalam Asian Development Outloook (ADO) 2009 yang dipublikasikan Selasa, ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Asia akan mencapai 3,9 persen atau naik dari perkiraan sebelumnya, yang diungkapkan pada bulan Maret 2009 dalam Asian Development Outloook (ADO) 2009 yakni hanya 3,4 persen.

Untuk tahun 2010, proyeksi pertumbuhan juga dinaikkan menjadi 6,4 persen dari 6 persen. Pertumbuhan yang lebih kuat di Asia timur dan Asia selatan menjadi kunci utama perbaikan prospek perekonomian Asia.

"Walaupun terjadi krisis secara global, ketahanan perekomian Asia akan memimpin pemulihan perekonomian global," demikian dikatakan Kepala Ekonom ADB Jong-Wha Lee.

Tindakan tepat yang telah dilakukan oleh banyak pemerintahan dan bank sentral, sistem finansial yang relatif lebih sehat pada saat sebelum terjadinya krisis global, dan pemulihan pertumbuhan yang cepat pada beberapa negara besar yang memiliki ketergantungan lebih rendah terhadap ekspor di kawasan ini, turut berkontribusi terhadap prospek yang lebih baik ini. Hanya saja, terjadi perbedaan prospek yang mencolok baik antara sub-regional maupun antarnegara.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dinaikkan menjadi 4,4 persen dari 3,6 persen dalam ADO 2009.

Di Republik Rakyat China, agresif pengenduran moneter dan stimulus fiskal yang masif oleh pemerintah telah menggerakkan perekonomian negara tersebut.

Kini pertumbuhan China diproyeksikan mencapai 8,2 persen pada tahun 2009 dan 8,9 persen pada tahun 2010 atau meningkat dari proyeksi pertumbuhan yang dilakukan pada bulan maret lalu yaitu 7 persen pada tahun 2009 dan 8 persen pada tahun 2010.

Kontraksi yang lebih ringan juga diproyeksikan untuk perekonomian Korea, yang juga terbantu oleh program stimulus fiskal. Sementara itu, perekonomian Hong Kong, China dan Taipei, diproyeksikan akan berkontraksi lebih dalam dikarenakan penurunan signifikan dari permintaan terhadap ekspor mereka.

Proyeksi pertumbuhan di Asia Selatan dinaikkan menjadi 5,6 persen tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi yang dilakukan pada bulan Maret sebesar 4,8 persen, dikarenakan prospek yang membaik di lima dari delapan sub-regional ekonomi di kawasan tersebut.

Ketergantungan yang terbatas terhadap ekspor menjadi salah satu kunci ketahanan sub-regional ekonomi tersebut terhadap efek buruk dari krisis global. Tanda-tanda pemulihan kepercayaan dari praktisi bisnis dan dilanjutkannya fiskal stimulus yang cukup besar telah memperbaiki proyeksi pertumbuhan ekonomi India menjadi 6 persen tahun ini, naik dari proyeksi yang dilakukan pada bulan Maret sebesar 5 persen.

Prospek yang memburuk diproyeksikan bagi Maldives dikarenakan menurunnya penerimaan dari sektor pariwisata, serta untuk Pakistan dan Srilanka karena ketatnya permintaan domestik dan melemahnya permintaan dunia.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara diproyeksikan menurun menjadi 0,1 persen tahun ini jika dibandingkan proyeksi pertumbuhan sebesar 0,7 persen yang dilakukan pada bulan Maret lalu.

Prospek yang membaik untuk Indonesia dan Vietnam, tidak mampu mengimbangi prospek yang memburuk bagi perekonomian yang lebih terbuka (Malaysia dan Thailand) dan lebih kecil (Brunei Darussalam dan Cambodia).

Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kawasan Asia tengah memburuk menjadi 0,5 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 3,9 persen yang dilakukan pada bulan Maret, karena rendahnya harga berbagai komoditas, penurunan yang lebih dalam dari perekonomian Federasi Rusia (partner utama perdagangan kawasan), serta arus modal masuk, investasi, dan remitan.

"Perbaikan prospek perekonomian regional jangan sampai membuat perekonomian di kawasan Asia menjadi puas. Penurunan perekonomian global yang berkepanjangan atau pembatalan fiskal stimulus yang tergesa-gesa dapat merusak pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung", demikian dikatakan Dr. Lee.

Untuk membangun ketahanan perekonomian, kawasan Asia yang sedang berkembang harus memperluas cakupan dan struktur dari keterbukaannya. Untuk mengurangi resiko terhadap gangguan eksternal, para pengambil kebijakan di kawasan ini perlu menangani masalah ketidakseimbangan geografis dari struktur perdagangan, arus kapital, dan pergerakan pekerja.

Dengan mempromosikan keterkaitan ekonomi yang lebih kuat di dalam kawasan dan lebih menyeimbangkan struktur internal perekonomian dengan memberi peran yang lebih besar bagi permintaan domestik, para pengambil keputusan akan dapat menciptakan perekonomian kawasan yang tumbuh cepat, sekaligus stabil.


Antara

Baca selengkapnya...

'Urgent Action' Needed On Climate

China is expected to announce tough new carbon emission targets UN Secretary General Ban Ki-moon has called for urgent action on climate change, saying negotiations on reducing emissions were proceeding too slowly.

He said failure to reach agreement at December's climate talks in Copenhagen would be "morally inexcusable".

He was speaking at a UN meeting attended by about 100 world leaders in New York to revitalise the talks.

Attention is likely to focus on Chinese President Hu Jintao, who is expected to unveil new steps to tackle emissions.

The summit in Copenhagen is aimed at approving a global climate change treaty.

Negotiators are trying to agree on a replacement for the Kyoto Protocol to limit carbon emissions.

Chinese targets

Mr. Ban called the meeting an attempt to inject momentum into the deadlocked climate talks.

"Your decisions will have momentous consequences," he told the assembled leaders.

"The fate of future generations, and the hopes and livelihoods of billions today, rest, literally, with you," he added.

United States President Barack Obama said Americans understood the gravity of the climate threat and were determined to act, but there was much more work to be done.

"If we are flexible and pragmatic; if we can resolve to work tirelessly in common effort, then we will achieve our common purpose: a world that is safer, cleaner, and healthier than the one we found; and a future that is worthy of our children," he said.

According to the BBC's UN correspondent, Barbara Plett, discussions have stalled because rich nations are not pledging to cut enough carbon to take the world out of danger, while poorer countries are refusing to commit to binding caps, saying this would prevent them from developing their economies.

China's role is crucial, because it is both an emerging economy and a big polluter, our correspondent says.

The UN's chief climate change negotiator, Yvo de Boer, says he expects an important announcement from Beijing during the meeting.

"China domestic policy is already very ambitious but yes I do expect something dramatic," he said.

President Hu Jintao is expected to announce "carbon intensity targets" aimed at making Chinese industry more efficient, so that less carbon is produced per unit of energy generated.

China has already leapfrogged the United States to become the world's biggest wind power market, and is a growing force in solar power - and analysts say President Hu may advance the country's renewable energy targets even further.

But the BBC correspondent in Beijing, Quentin Sommerville, says it is unlikely that the Chinese will agree to a cap on their carbon emissions.

Despite all its advances in green technology, China still gets 70% of its energy from coal - and as its economy increases, this means yet more growth in greenhouse gases, our correspondent says.

Pressure on US

There is also concern about the world's other big polluter, the United States.

President Barack Obama has recognised climate change as a pressing issue, unlike the previous administration, our UN correspondent says.

He has already announced a target of returning to 1990 levels of greenhouse emissions by 2020, but critics say Washington is moving too slowly on legislation which does not go far enough.

President Obama is currently dogged by domestic issues such as the economy and healthcare reforms, but his speech to the UN meeting will still be watched for signs he is willing to fulfil his pledge to take the lead in reaching a global carbon deal.

A demonstration of political will by both China and the US will be important in breaking the deadlock in negotiations, correspondents say.

China and the US each account for about 20% of the world's greenhouse gas pollution from coal, natural gas and oil.

The European Union is responsible for 14%, followed by Russia and India with 5% each.


BBC News

Baca selengkapnya...

Minggu, 20 September 2009

Latihan Kultivasi Zhuge Liang

Zhuge Liang adalah ahli strategi militer dari negara Han pada zaman Tiga Negara (220-280 AD). Dia adalah ahli strategi yang paling cerdik dan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Dia acapkali dilukiskan sedang memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau.

Ketika Zhuge Liang berumur 9 tahun, dia masih tidak dapat berbicara. Keluarganya sangat miskin. Ayahnya menyuruh dia menggembalakan domba di dekat sebuah bukit di sebuah gunung. Di atas gunung ada sebuah kuil Pendeta Tao dimana tinggal seorang Pendeta Tao tua dengan kepala penuh dengan uban. Setiap hari Pendeta Tao tersebut berjalan-jalan santai di luar kuil. Ketika ia berjumpa Zhuge Liang, dia mencoba berkomunikasi dengan anak laki-laki tersebut dengan menggunakan isyarat tangan. Zhuge Liang juga senang “berkomunikasi” dengan Pendeta Tao tersebut dengan isyarat tangan. Pendeta Tao itu menjadi sangat menyayangi Zhuge Liang yang pintar dan menawan itu. Dia mulai mengobati masalah kebisuan anak laki-laki itu. Tidak lama kemudian Zhuge Liang bisa berbicara!
Zhuge Liang sangat gembira ketika akhirnya dia bisa bicara. Dia pergi mendaki menuju ke kuil Pendeta Tao tersebut untuk mengucapkan terima kasih. Pendeta Tao tersebut memberitahukannya, “Ketika kau pulang ke rumah, katakan pada orang tuamu bahwa saya mengangkatmu sebagai murid dan saya akan mengajari kamu membaca. Saya juga akan mengajarimu seni astronomi, geografi dan menerapkan teori Ying dan Yang di dalam strategi militer. Jika orang tuamu setuju, kamu harus hadir di sekolah setiap hari dan kamu tidak boleh membolos!”
Sejak saat itu, Zhuge Liang menjadi murid Pendeta Tao tua tersebut. Hujan atau terang, Zhuge Liang akan mendaki gunung untuk menerima pelajarannya. Dia adalah seorang anak yang sangat pintar dan rajin yang sangat serius dalam pelajarannya. Dia juga mempunyai daya ingat yang sangat tajam. Pendeta Tao tersebut tidak pernah harus mengajari segala sesuatunya sampai dua kali. Dengan sendirinya Pendeta Tao tersebut menjadi semakin menyayanginya.
Delapan tahun berlalu dengan cepatnya dan Zhuge Liang menjadi seorang remaja. Suatu hari ketika Zhuge Liang seperti biasanya turun gunung, dia melewati sebuah biara yang telah ditinggalkan, terletak di tengah-tengah gunung. Tiba-tiba datang hembusan angin yang sangat kuat, diikuti dengan badai petir. Zhuge Liang tiada pilihan lain selain berlari masuk ke biara yang telah ditinggalkan itu untuk menghindari badai. Di sana ada seorang wanita muda yang belum pernah dijumpai keluar untuk bertemu dengannya. Dia memiliki sepasang mata yang besar dan alis yang tipis. Dia begitu cantiknya sampai-sampai Zhuge Liang hampir salah mengiranya adalah seorang dewi. Dia segera tertarik dengan wanita muda tersebut.

Ketika badai berhenti, wanita cantik itu menemui dia di depan pintu dan berkata padanya dengan tersenyum, ”Karena sekarang kita sudah saling berjumpa. Kamu bebas untuk mampir dan menikmati secangkir teh kapanpun kau ingin beristirahat dalam perjalananmu turun atau naik ke gunung.” Begitu Zhuge Liang berjalan keluar dari biara itu, dia merasa curiga. “Mengapa saya tidak mengetahui ada orang yang tinggal di biara ini sebelumnya?” pikirnya.
Sejak hari itu, Zhuge Liang mulai sering mengunjungi biara tersebut. Setiap kali wanita cantik itu selalu menghiburnya dengan ramah tamah. Dia memasak makanan yang enak untuknya dan selalu membujuknya untuk tinggal lebih lama. Setelah makan malam mereka selalu berbincang-bincang dengan seru dan bermain catur. Dibandingkan dengan kuil Pendeta Tao, biara tersebut bagaikan surga.
Selalu memikirkan wanita itu mengalihkan perhatiannya dari pendidikannya dan dia mulai kehilangan semangat untuk belajar. Dia semakin lama semakin kurang perhatiannya terhadap ajaran dari Pendeta Tao. Dia juga menjadi pelupa dan mengalami kesulitan dalam mempelajari buku pelajaran baru.
Pendeta Tao tua itu menemukan masalahnya. Suatu hari dia memanggil Zhuge Liang dan menarik napas panjang. “Lebih mudah menghancurkan sebuah pohon daripada menanam sebuah pohon!” ujarnya. “Saya telah menyia-nyiakan banyak tahun untuk kamu!”
Zhuge Liang menundukan kepalanya karena malu dan berkata, “Guru, saya tidak akan mengecewakan anda lagi atau menyia-nyiakan ajaran anda!”
“Saya tidak mempercaimu,” kata Pendeta Tao tua. “Saya tahu kamu adalah seorang anak yang sangat cerdas, karena itu saya ingin mengobati penyakitmu dan memberimu sebuah pendidikan yang layak. Delapan tahun terakhir ini kamu telah sangat dalam pendidikanmu, jadi saya berpikir bahwa kerja keras untuk mendidikmu adalah pantas. Tetapi sekarang kamu melalaikan pendidikanmu. Bagaimanapun pandainya kamu, kamu tidak dapat kemana-mana jika kamu terus-menerus seperti ini! Sekarang kamu berjanji padaku untuk tidak akan pernah lagi mengecewakan aku. Bagaimana saya dapat mempercayai kata-katamu?”
Pendeta Tao tua melanjutkan, “Semua ada penyebabnya.” Kemudian dia menunjuk ke sebatang pohon yang terbungkus oleh banyak tumbuhan merambat yang tebal di halaman. “Lihat pohon itu,” katanya. “Mengapa kamu pikir pohon itu setengah hidup dan sedang berjuang dalam setiap pertumbuhannya?”
“Tanaman merambat yang melilit pohon menghalangi pertumbuhannya!” jawab Zhuge Liang.
“Tepat sekali! Pohon ini mengalami kesulitan untuk tumbuh di gunung cadas dengan tanah yang sedikit ini. Tetapi dia tetap tumbuh karena dia teguh untuk mengembangkan akar dan cabangnya. Dia tidak takut udara panas maupun dingin. Tetapi, ketika tanaman merambat membungkusnya, dia tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Lucukan bagaimana tanaman merambat yang lembut itu bisa mengalahkan pohon yang tinggi dan tegap itu!”
Zhuge Liang sangat pintar, jadi dia segera memahami apa yang dimaksud oleh Gurunya. Dia bertanya, “Guru, anda mengetahui kunjungan saya ke biara itu”.
Pendeta Tao tua berkata, “Hidup di dekat air, seseorang akan mempelajari sifat alami ikan. Hidup di gunung, seseorang akan mempelajari bahasa burung. Saya telah mengamati kamu dan tingkah lakumu. Bagaimana mungkin hubungan asmaramu luput dari perhatianku?”.

Dia berhenti sebentar sebelum memberitahukan muridnya dengan tatapan yang serius, “Biar kuberitahu kamu kebenaran mengenai wanita cantik itu. Dia bukan manusia. Dia adalah burung bangau dewa di surga. Dia telah diusir keluar dari istana langit sebagai hukuman karena telah mencuri dan memakan buah persik Ratu Langit. Dia datang ke dunia manusia dan menjelma menjadi seorang wanita cantik. Dia adalah bangau dewa yang telah rusak moralnya yang tahunya hanya mencari kesenangan. Kamu telah terpedaya oleh penampilannya, kamu telah menyia-nyiakan tidak hanya waktumu saja. Jika kamu membiarkan dirimu kehilangan kemauanmu, kamu akan kehilangan segalanya! Selain itu, jika kamu tidak menuruti kehendaknya, akhirnya dia akan menyakitimu.
Sampai waktu itu Zhuge Liang baru menyadari keseriusan dari petualangannya. Dengan cemas dia meminta gurunya cara mengatasinya.
Pendeta Tao tua berkata, “Bangau dewa tersebut mempunyai kebiasaan pada tengah malam menjelma kembali ke bentuk semulanya dan terbang ke sungai langit untuk mandi. Ketika dia menjauhi biara, kamu harus masuk ke kamarnya dan bakar jubahnya. Dia mencuri jubah tersebut dari Istana Langit. Tanpa jubah, dia tidak akan dapat menjelma menjadi seorang wanita cantik.
Zhuge Liang berjanji untuk mengikuti instruksi Gurunya. Sebelum ia pergi, Gurunya memberikan sebuah tongkat dengan ukiran kepala naga di ujung atasnya. Dia memberitahu Zhuge Liang, “Ketika bangau dewa tersebut mengetahui kebakaran di dalam biara, dia akan segera terbang kembali dari sungai langit. Dia akan menyadari bahwa kamu telah membakar jubahnya dan akan menyerang kamu. Ketika itu terjadi, kau harus memukulnya dengan tongkat ini! Sangatlah penting untuk kau ingat dan mengerjakan apa yang telah aku beritahukan kepadamu!”
Tengah malam, diam-diam Zhuge Liang pergi ke biara tersebut. Dia membuka kamar wanita itu dan menemukan jubahnya di atas ranjang. Dia segera membakar jubah tersebut.
Ketika bangau dewa sedang mandi di sungai langit, tiba-tiba dia merasa jantungnya sakit. Dia melihat ke arah biara dan melihat api. Dia segera terbang ke bawah dan melihat Zhuge Liang telah membakar jubahnya. Dia menghampiri Zhuge Liang dan berusaha menyerang matanya dengan paruh. Zhuge Liang mempunyai reflek yang cepat. Dia mengangkat tongkatnya dan memukul jatuh bangau dewa. Kemudian dia menangkap ekor bangau itu. Bangau dewa itu memberontak dan berhasil meloloskan diri, tetapi dia kehilangan bulu ekornya pada Zhuge Liang.
Dia menjadi seekor bangau dengan ekor botak. Dia menjadi malu dengan penampilannya, sehingga dia berhenti mandi di sungai langit. Dia juga tidak berani memasuki Istana Langit untuk mencuri jubah lagi, jadi dia tidak punya pilihan lain selain tetap tinggal di dunia manusia selamanya dan hidup diantara bangau biasa.
Untuk mengingatkan dirinya sendiri akan pelajaran ini, Zhuge Liang menyimpan bulu ekor bangau itu.
Sejak hari itu, Zhuge Liang menjadi semakin rajin. Dia akan menghafal semua yang diajarkan oleh Gurunya dan semua buku pelajaran. Dia benar-benar menyerap apa yang telah dipelajarinya dan dapat menerapkannya dengan mudah. Setahun telah lewat. Tepat pada hari ia membakar jubah bangau dewa setahun yang lalu, pendeta Tao tua memberitahukannya dengan sebuah senyuman lebar, “Muridku, kau telah belajar dibawah pengawasanku selama sembilan tahun. Saya telah mengajarimu semua yang harus kau pelajari dan kamu telah mempelajari semua buku pelajaran di sini. Ada sebuah pepatah, “Guru membawamu ke pintu masuk, dan terserah padamu untuk berlatih kultivasi.’ Sekarang kamu berusia 18 tahun. Sudah saatnya kamu meninggalkan rumah dan mengembangkan karirmu!”
Ketika Zhuge Liang mendengar bahwa ia telah menyelesaikan pendidikannya, dia memohon gurunya untuk mengajarinya lagi. “Guru! Semakin banyak saya belajar, saya merasa semakin rendah hati. Saya merasa masih banyak yang harus saya pelajari dari anda!”
“Pendidikan sejati berasal dari kehidupan nyata. Kau harus belajar menerapkan pengetahuanmu didalam kehidupan dan merancang pemecahan yang berbeda untuk situasi yang berbeda! Sebagai contoh, kau telah belajar sebuah pelajaran yang penting dari kunjunganmu dengan bangau dewa bahwa seseorang tidak seharusnya tergoda oleh nafsu atau perasaan. Ini adalah pelajaran berguna yang diperoleh dari pengalaman nyata. Dengan hal itu didalam pikiran, kamu tidak akan dibuat binggung oleh permukaan maya dari dunia ini. Berhati-hatilah dalam setiap tindakanmu. Kamu harus melihat segalanya dalam bentuk sejatinya. Ini adalah nasihat perpisahan saya kepadamu! Saya akan meninggalkanmu hari ini.”
“Guru, kemana Anda akan pergi?” dengan heran Zhuge Liang bertanya. “dimana saya dapat menemuimu atau mengunjungimu di kemudian hari?”
“Saya akan keliling dunia dan tidak akan menetap lagi.”
Tiba-tiba Zhuge Liang merasakan air mata yang hangat menetes dari matanya. Dia berkata, “Guru! Sebelum anda pergi, anda harus memberikan aku kesempatan untuk bersujud kepada anda dan berterima kasih kepada anda atas pendidikan yang anda berikan padaku!”
Kemudia Zhuge Liang bersujud kepada Gurunya. Ketika dia berdiri, Pendeta Tao tersebut telah menghilang.
Pendeta Tao itu meninggalkannya sebuah jubah dengan gambar patkwa. Zhuge Liang sering memikirkan Gurunya; karena itu, ia sering memakai jubah dengan gambar patkwa sebab memberikannya perasaan bahwa Gurunya berada di sampingnya.
Zhuge Liang tidak pernah lupa nasihat Gurunya, terutama nasihat perpisahannya. Dia membuat kipas dari bulu ekor bangau dewa untuk mengingatkan dirinya sendiri untuk sangat berhati-hati seumur hidupnya. Ini adalah cerita dibalik kipas bulu terkenal yang dibawa oleh Zhuge Liang.


Oleh : Fu Zheng

Baca selengkapnya...

Pijar Cahaya Perubahan Iklim

Sebuah terobosan seperti ini mengambarkan satu dari sekian banyak jalan yang bisa dilakukan rakyat biasa dan pebisnis untuk mengurangi penggunaan sekaligus memotong gas rumah kaca.

Sebuah cahaya lampu pijar mungkin bukan hal pertama yang mencuat ketika kita berpikir tentang revolusi teknologi. Ya, ilmu dan kebijakan cerdas memiliki potensi hari ini di dunia untuk merubah sebuah kebiasaan di rumah tangga ke dalam sebuah revolusi inovasi.

Baru-baru ini, saya berkunjung ke sebuah proyek ambisius untuk mempromosikan lampu hemat-energi di China. Dengan melewati model lama lampu pijar dan mengenalkan sebuah generasi lampu baru, China berharap dapat memangkas komsumsi energi nasional hingga 8 persen.

Ini dapat memiliki pengaruh global begitu dalam. Coba hitung: penggunaan lampu memakan 19 persen komsumsi energi dunia. Para ilmuwan berkata kita bisa mengurangi jika kita merubah kebiasaan pengunaan lampu pijar.

Sebuah terobosan seperti ini mengambarkan satu dari sekian banyak jalan yang bisa dilakukan rakyat biasa dan pebisnis untuk mengurangi penggunaan sekaligus memotong gas rumah kaca. Patut digarisbawahi peran pemerintah dapat –dan harus— memainkan peran dalam mempromosikan ekonomi hijau. Dan ini mengambarkan tanggungjawab khusus dari pemerintah China untuk memimpin dunia global melawan perubahan iklim.

China adalah satu dari negara dunia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Tahun lalu China juga memimpin sebagai penghasil gas rumah kaca terbesar dunia. Jadi menjadi penting bagi dunia bahwa China sekarang menekankan ekonomi berkelanjutan dan kebijakan energi –saat mereka mengurangi dua hal sekaligus, kemiskinan dan emisi gas rumah kaca.

Kuncinya adalah memberi prioritas bagi energi bersih, yang dapat membuka lapangan kerja baru, memacu inovasi, dan penggunaan era baru kemakmuran global.
Hanya mereka yang memulai tahapan ini akan menerima hadiahnya. Mereka akan jadi pemenang dalam pasar global. Dan dengan asumsi kemakmuran dibagi secara merata, mereka juga dapat memperkuat stabilitas di tingkat lokal.

Tak ada yang membantah bahwa China hari ini adalah kekuatan global. Kekuatan global itu juga mendatangkan tanggungjawab global. Tanpa China, tidak akan ada sukses tahun ini untuk membuat sebuah kerangka kerja perubahan iklim. Namun dengan China, akan ada potensi bagi dunia untuk mencapai kesepakatan di Kopenhagen.

Pada tanggal 22 September, saya akan menghadiri pertemuan pimpinan dunia untuk melihat ancaman –dan peluang— perubahan iklim yang kita hadapi bersama di Kopenhagen.

Pada pertemuan G8 di Italia musim panas lalu, telah disepakati untuk mengurangi emisi karbon sebesar 80 persen pada tahun 2050. Saya sangat menghormati hal ini. Tapi saya katakan hal ini tidak cukup. Untuk lebih kredibel, kita membutuhkan kesamaan ambisi tujuan jangka panjang dengan ambisi target antara, dengan dasar-dasar pencapaian yang jelas. Saya akan mengulangi seruan ini pada bulan September.

Saya juga akan mengingatkan negara-negara berkembang utama memiliki sebuah peran kritis dalam negoisasi: Brasil, India, Meksiko, Afrika Selatan, dan, mungkin yang paling penting dari itu semua, China.

China sudah siap mencurahkan sebuah porsi ukuran dari stimulus nasional yang dikeluarkan untuk energi terbarui dan pertumbuhan ekonomi hijau. Ini juga termasuk menjadi pemimpin teknologi matahari dan angin. Dinamika China untuk sektor energi terbarui bernilai 17 milyar dolar AS dan memperkerjakan hampir satu juta orang.
Ini sangat impresif, tetapi ini baru permulaan. China, sebagai contoh, memiliki sumber daya angin cukup banyak untuk digunakan sebagai pembangkit listrik dari pada yang digunakan sekarang.

Bayangkan potensinya. Bayangkan jika, terimakasih untuk tenaga angin dan matahari, China akan menghentikan penggunaan baru bara, yang diperhitungkan sebagai penyebab 85 persen emisi karbon. Dan jika China melakukan hal itu, dampaknya akan dirasakan seluruh dunia. China dapat menjadi model tidak hanya bagi negara berkembang, tetapi juga untuk seluruh dunia.

Kita juga harus mengadapi pengaruh perubahan iklim yang menjadi malapetaka bagi komunitas, khususnya di negara maju. Program adaptasi menolong penguatan daya tahan iklim. Ke depan, mereka harus menjadi bagian tentang bagaimana kita membangun secara berbeda. Mitigasi dan adaptasi adalah pasangan yang sama: satu tanpa yang lain jadi terlihat tidak masuk akal. Mereka harus menjadi prioritas bagi setiap pemerintah.

Jika kita belajar sesuatu dari krisis tahun lalu, hal ini menunjukkan nasib kita memiliki keterkaitan. Seperti yang dikatakan Perdana Menteri China Wen Jiabao awal tahun ini, “Isu seperti perubahan iklim berkaitan dengan keselamatan umat manusia. Tidak ada negara dapat mengisolasi diri dari ancaman ini atau menghadapinya seorang diri. Komunitas internasional harus mengintensifkan kerjasama dan respon secara bersama.”

Saat kita melangkah ke Kopenhagen, saya mendesak China memberi contoh tanggungjawab global sebagai bagian dari kekuatan global. Saya meminta China bertindak sesuai kepentingan publik secara global, sama seperti saat mereka bertindak untuk kepentingan nasional. Karena pada akhirnya, seperti yang dikatakan Perdana Menteri Wen, hanya ada satu bumi yang sama.

Dengan mengubah sebuah lampu pijar, dan mengubah kerangka pikir kita, kita dapat merubah dunia.


Ban Ki-moon

Baca selengkapnya...

Sabtu, 19 September 2009

Obama Peringatkan Wall Street Tentang Budaya Bonus

Presiden AS Barack Obama pada hari Senin memperingatkan perusahaan-perusahaan keuangan di Wall Street untuk tidak menyia-nyiakan kepercayaan publik dengan pembayaran bonus besar yang menguntungkan eksekutif puncak untuk kenaikan "jangka pendek".

Obama mengatakan sistem keuangan yang rusak mulai stabil setelah Lehman Brothers ambruk setahun yang lalu memicu krisis global, namun mengatakan ada tanda-tanda berbahaya puas dalam sistem keuangan AS.

"Sayangnya ada beberapa di industri keuangan yang membaca momen ini, bukannya mempelajari pelajaran dari Lehman dan krisis yang masih dalam pemulihan, mereka memilih untuk mengabaikan pelajaran ini. Saya yakin mereka melakukannya tidak hanya pada risiko mereka sendiri tetapi pada bangsa kita," kata Presiden dalam
pidato di Federal Hall, sebuah bangunan bersejarah di dekat New York Stock Exchange.

"Jadi saya ingin mereka mendengar kata-kata saya: Kami tidak akan kembali ke hari-hari berperilaku ceroboh dan tak terkendali di jantung krisis ini, dimana terlalu banyak yang termotivasi hanya oleh nafsu untuk membunuh dan mengembungkan bonus dengan cepat," katanya.

"Orang-orang di Wall Street tidak dapat melanjutkan mengambil risiko tanpa memperhatikan konsekuensi dan berharap bahwa waktu berikutnya pembayar pajak Amerika akan ada untuk menghentikan kejatuhan mereka."

Obama mendesak para eksekutif senior Wall Street untuk mempromosikan sebuah budaya baru tanggung jawab dalam perusahaan mereka, sebelum menyetujui pembayaran bonus besar.

Obama juga terus- terang mengatakan bahwa perusahaan tidak harus menunggu sampai Kongres meloloskan perundang-undangan yang memaksa mereka untuk melakukan hal yang benar untuk mengekang kompensasi setinggi langit yang disalahkan untuk mendorong pengambilan risiko yang berlebihan.

"Anda tidak perlu menunggu undang-undang untuk menempatkan Anda bonus 2009 eksekutif senior Anda naik untuk suara pemegang saham.

"Anda tidak perlu menunggu undang-undang untuk merombak sistem membayar anda sehingga orang-orang dihadiahi karena kinerja jangka panjang daripada keuntungan jangka pendek," katanya.

Di Amerika Serikat, bank-bank Wall Street diselamatkan dalam krisis keuangan tahun 2008 terlepas dari kinerja mereka, menurut laporan oleh Jaksa Agung New York Andrew Cuomo.

Dan laporan menemukan bahwa beberapa bank yang ditalangi oleh pemerintah AS, membayar bonus eksekutif lebih tinggi dari seluruh keuntungan perusahaan tahun lalu.

Bonus eksekutif telah membangkitkan kemarahan publik dan merupakan isu flashpoint untuk para pemimpin G20 untuk diatasi pada pertemuan puncak di Pittsburgh minggu depan.

Jerman dan Perancis, ekonomi terkemuka di Eropa, yang melobi untuk memperketat batas kompensasi eksekutif.

Pada Senin, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy memperingatkan melalui juru bicaranya bahwa dia akan berjalan keluar dari pertemuan G20 di AS jika tidak ada kemajuan yang dicapai pada pengekangan bonus bankir.

"Harus ada kesepakatan absolut untuk membuat perubahan dan hal-hal presiden adalah mutlak menentukan skor itu," kata Claude Gueant, yang sekretaris jenderal Elysee, di radio RTL.

Usulan Sarkozy untuk pembatasan bonus bankir telah memenangkan dukungan di Uni Eropa tetapi Inggris dan Amerika Serikat telah menyuarakan keberatan.

Pemerintahan Demokrat Obama telah mendorong Kongres, dikendalikan oleh partainya, untuk meluluskan undang-undang yang akan memberi pemegang saham peranan kunci dalam pengaturan perundang-undangan secara keseluruhan.

Anggota Kongres Barney Frank, yang mengepalai komite jasa keuangan DPR, telah mengusulkan sistem "say-on-pay" oleh pemegang saham mirip yang dilakukan di Inggris.


Sumber : Antara

Baca selengkapnya...

Kamis, 17 September 2009

Menampar Steven Spielberg

Suatu malam di Amerika, seorang pria China masuk ke sebuah bar dan melihat sutradara kondang Steven Spielberg. Dengan hati gembira, dia bergegas menghampiri menghampiri untuk minta tanda tangan.

Sayang, bukan tanda tangan yang didapat, Spielberg malah menamparnya dan berkata, "Kalian orang Chinese, mengebom Pearl Harbour. Enyah dari sini."
Spontan pria itu menjawab, "Bukan Chinese yang mengebom Pearl Harbour, tapi Japanese."
"Chinese, Japanese, Taiwanese, kalian sama saja," ujar Spielberg.
Merasa dongkol atas perlakuan tadi, dia balas menampar Spielberg dan berseru, "Kamu yang menenggelamkan Titanic, kakek moyang saya ada di kapal itu!"
Terkejut, Spielberg menjawab, "Iceberg (gunung es) yang menenggelamkan kapal itu, bukan saya!"
Pria China itu lalu berkata dengan kalem, "Iceberg, Spielberg, Carlsberg, kalian semua sama saja...."

Baca selengkapnya...

Jumat, 11 September 2009

Peneliti Temukan Antibodi HIV

Beberapa peneliti di AS telah menemukan antibodi yang dapat mencegah virus HIV menggandakan diri di dalam tubuh dan mengakibatkan penyakit parah, demikian hasil satu studi baru.

Antibodi yang sangat menetralkan itu dapat menghalangi tindakan banyak rangkaian HIV, virus yang bertanggung jawab atas AIDS, kata studi itu --yang diselenggarakan oleh satu tim peneliti yang berpusat di Scripps Research Institute di La Jolla, Los Angeles.

Temuan tersebut, hasil dari hampir dua dasawarsa pencarian sia-sia bagi satu vaksin guna menanggulangi virus AIDS, dapat menjadi kunci bagi pengembangan satu vaksin, kata studi itu, yang disiarkan di dalam jurnal Science, Jumat.

Antibodi tersebut dapat berpotensi digunakan sebagai perawatan bagi perawatan pasien yang terinfeksi dan mengembangkan penyakit parah, kata para peneliti itu.

Antibodi itu mengincar satu bagian HIV yang selama ini tak dipertimbangkan oleh banyak peneliti yang berusaha menemukan vaksin.

Sasaran antibodi itu adalah bagian virus yang relatif stabil yang tidak terlibat dalam mutasi luas sehingga membuat HIV mampu meloloskan diri dari obat antivirus serta vaksin percobaan sebelumnya, kata studi tersebut.

"Ini adalah pembukaan seluruh daerah baru ilmu pengetahuan," kata Dr. Seth F. Barkley, Presiden dan Kepala Pelaksana "International AIDS Vaccine Iniative", yang mendanai dan mengkoordinasikan penelitian itu, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.

Untuk menemukan antibodi yang menetralkan tersebut, para peneliti mengumpulkan contoh darah dari lebih 1.800 orang di Thailand, Australia dan Afrika yang telah terinfeksi HIV selama sedikitnya tiga tahun tanpa infeksi yang berlanjut jadi sakit parah

Orang-orang itu diduga sangat mungkin menghasilkan antibodi yang ikut-campur dalam perkembang-biakan virus tersebut.

Para peneliti itu akhirnya memisahkan dua antibodi, yang disebut PG9 dan PG16, dari seorang pasien berkebangsaan Afrika. Kedua antibodi tersebut mampu menghalangi kegiatan sebanyak tiga-perempat dari 162 rangkaian terpisah HIV mereka ujicoba lagi.

Para peneliti itu masih harus melewati jalan panjang untuk menghasilkan vaksin, tapi mereka mungkin telah memiliki peta jalan ke arah dihasilkannya satu vaksin.


Antara

Baca selengkapnya...

Disiplin Menjalankan Perencanaan

Peristiwa yang terjadi dalam dunia keuangan selama 12 bulan terakhir sejak September 2008 memang sangat spektakuler untuk disimak.

Sangat disayangkan jika kita tidak dapat mengambil pelajaran yang berharga dari jatuhnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat (AS) yang diikuti banyak perusahaan serupa di Eropa, Jepang, dan beberapa negara besar lain.

Rentetan kejadian krisis global yang terbesar setelah Perang Dunia II tersebut terutama ditandai oleh runtuhnya Lehman Brothers pada medio September 2008 yang mungkin bagi sebagian besar orang, termasuk ahli-ahli keuangan, adalah peristiwa yang tidak mungkin terjadi.

Kejadian tersebut jelas memberikan dampak yang sangat besar dalam dunia keuangan, yang tidak hanya mengguncang AS, negara adidaya dunia itu,tapi juga sampai ke Benua Eropa, Asia, dan Australia. Dampaknya juga tidak hanya terasa di pasar keuangan, tapi juga menghantam sektor riil sehingga terjadi krisis global.

Sudah puluhan buku ditulis sejak awal tahun ini mendiskusikan berbagai kejadian seputar krisis global tersebut. Hal itu bermula dari kasus sub-prime mortgage yang dianggap sebagai pemicu serta buruknya manajemen risiko perusahaan- perusahaan terkemuka yang notabene menjadi benchmark bagi berbagai perusahaan sejenis di dunia. Masalahnya,kenapa perusahaan- perusahaan terkemuka tersebut dapat hilang dari peredaran?

Sebelum bulan September 2008, adalah kebanggaan luar biasa jika bisa bekerja di institusi keuangan seperti Bear Stearn atau Lehman Brothers. Seakan hanya orang yang jenius saja yang dapat bergabung dengan kedua institusi tersebut.

Untuk sektor riil,siapa yang menyangka perusahaan seperti Circuit City dan Linens 'n Things dapat sedemikian cepat lenyap dari peredaran? Sebagai catatan, Circuit City adalah perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan hebat dalam buku terlaris Good to Great-nya Jim Collins

If You Fail to Forecast, You Forecast to Fail

Elemen penting dalam setiap keputusan bisnis adalah perencanaan yang baik. Dalam tahap awal ini, ada dua hal yang harus dievaluasi, yaitu pemahaman atas kondisi sekarang dan kemampuan melakukan proyeksi kondisi di masa depan,termasuk melakukan antisipasi terhadap berbagai peristiwa yang mungkin terjadi.

Yang lebih disorot di sini adalah bagaimana melakukan antisipasi untuk peristiwa yang belum terjadi. Kemampuan visualisasi kejadian menjadi seni tersendiri. Hal terpenting dalam antisipasi adalah menyadari bahwa dalam tiap kejadian, ada dua faktor utama, yaitu ada yang under control (dalam penguasaan) dan ada yang beyond control (di luar penguasaan).

Jika Anda bisa mendefinisikan kedua faktor tersebut dan menyiapkan langkah antisipatifnya, barulah perencanaan tersebut lengkap. Jadi perencanaan bukan hanya menyiapkan tujuan dan langkah-langkah mencapai tujuan, tapi berbagai antisipasi atas badai atau kecelakaan yang mungkin terjadi selama perjalanan sebelum tiba di tujuan. Setelah dapat membuat perencanaan dengan matang, langkah berikutnya adalah pelaksanaan dari rencana tersebut. Apakah jika segala antisipasi sudah dipikirkan, perjalanan akan nyaman?

Discipline is Always the Key

Masih ingat cerita mengenai salah satu juara dunia bulu tangkis yang setelah juara lalu malas berlatih? Itu selalu menjadi masalah utama dalam berbagai hal. Setelah Anda mencapai tingkat keberhasilan tertentu, umumnya akan membuat kehilangan disiplin. Ambil contoh, ketika kita mengalami sakit tertentu yang membutuhkan diet serius, biasanya kita hanya disiplin dalam beberapa bulan pertama.

Setelah lebih dari enam bulan tanpa mengalami kejadian yang berarti, tingkat disiplin mulai kendur. Mulai mencoba makan makanan yang dilarang sebelumnya. Setelah satu tahun ternyata kondisi juga masih baik, biasanya disiplin tersebut mulai hilang; sampai kondisi fatal terjadi, baru mempunyai kesadaran untuk melakukan diet tersebut.

Sama seperti analogi di atas, disiplin sangat diperlukan dalam setiap perjalanan. Sering kita mau mampir di suatu tempat hanya karena melihat ada sesuatu yang menarik perhatian, entah karena tempat wisata atau toko yang memberikan diskon besar yang sayang untuk dilewatkan.

Dalam dunia bisnis,bagaimana kita tetap disiplin dalam menjalankan perencanaan menjadi tolok ukur keberhasilan. Bagaimana bisa menyusun bujet dengan benar tiap tahun atau tiap semester jika perusahaan sering melakukan manuver karena tertarik dengan berbagai ?penawaran menarik? yang muncul di tengah jalan? Jika demikian, berbagai skenario antisipasi menjadi lebih kompleks dan memerlukan perencanaan ulang.

Penyesuaian terhadap perencanaan bukannya tidak mungkin untuk dilakukan, tapi bukan hanya karena alasan ada kemungkinan lain yang lebih menarik. Manajemen harus menyadari konsekuensi dari setiap deviasi yang diambil.

Tingkat disiplin yang tinggi yang dimiliki manajemen jelas merupakan keunggulan bersaing suatu perusahaan. Ekspansi yang luar biasa tanpa memperhitungkan kemampuan yang sesungguhnya jelas dapat menjadi strategi bunuh diri seperti beberapa perusahaan yang disebut sebelumnya.


Ferdinand Sadeli, CFA

Baca selengkapnya...

Kamis, 10 September 2009

Peti Mati

Seorang dokter kardiolog meninggal dunia.

Seluruh koleganya datang menghormatinya. Tentu saja termasuk sejumlah dokter spesialis lainnya.
Ketika melihat peti mati dokter kardiologi yang berbentuk jantung, dua orang dokter ginekolog menahan tawa. Muka mereka pun memerah. Karena tak tahan melihat kelakuan dua koleganya
itu, dokter anestesi menegur mereka.
"Kalian tidak sopan," kata dokter anastesi, "Masak di depan peti mati kolega kalian tertawa-tawa."
"Hei, dokter anestesi," kata seorang dokter ginekolog, "Lihat bentuk peti mati dokter kardiolog itu."
"Apa bentuk peti mati kami nantinya?" kata dokter ginekolog satunya menimpali.
Dokter anestesi itu pun kemudian terdiam sambil menahan tawa.

Baca selengkapnya...

G20 dan Agenda Pemulihan Ekonomi

Kelompok 20 (G20) resmi dibentuk pada 1999 dan memiliki peran strategis bagi perekonomian dunia. Negara-negara G20 mewakili 90% produk nasional bruto (GNP) global.

Dari sisi populasi, penduduk semua negara G20 mewakili dua per tiga populasi penduduk dunia. Transaksi perdagangan semua negara dalam G20 merepresentasikan 80% perdagangan dunia. Beberapa data ini menunjukkan arti penting G20 dalam pemulihan ekonomi dunia. Tak terelakkan, krisis negara-negara G20 tentu akan berdampak langsung terhadap gejolak ekonomi global.

Beberapa isu penting yang direalisasikan dalam pertemuan G20 pada Maret 2009 lalu adalah komitmen untuk menyediakan dana dalam jumlah sangat besar untuk mendukung perekonomian emerging-market dan negara-negara berkembang. Negara-negara yang mengalami kesulitan pembiayaan dapat memanfaatkan pendanaan global bagi program stimulus fiskal demi menggerakkan kembali sektor riil yang berguguran akibat krisis ekonomi.

G20 juga menekankan pentingnya meningkatkan kepercayaan pasar, sehingga perekonomian dapat pulih, pertumbuhan dapat membaik dan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat tersedia. G20 juga bertekad memperbaiki sistem finansial, yang diindikasikan sebagai penyebab utama krisis ekonomi global.

Terkait upaya pemulihan krisis global, akhir September ini para pemimpin negara-negara G20 akan kembali bertemu di Amerika Serikat (AS). Mereka akan membahas beberapa agenda seperti evaluasi rekomendasi dan strategi keluar krisis ekonomi global yang masih belum selesai dan dikhawatirkan masih dapat membahayakan perekonomian dunia. Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang hadir dalam pertemuan G20.

Indonesia mempunyai peran strategis sebagai perwakilan dari ASEAN, yang pada krisis global juga mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pertimbangan ini, maka pertemuan G20 di AS nantinya sangatlah strategis untuk mereviu hasil pertemuan G20 di London dan tindak lanjutnya bagi perekonomian dunia, terutama Indonesia.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian Indonesia dalam pertemuan ini. Salah satunya tentang evaluasi peran stimulus fiskal bagi perbaikan kinerja perekonomian. Mengingat arti penting Indonesia bagi ekonomi kawasan, maka daya tahan ekonomi Indonesia juga akan menjadi perhatian G20. Dalam pertemuan tersebut nantinya delegasi Indonesia dapat memetik pengalaman dari beberapa negara anggota G20, terutama dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi dari jeratan krisis ekonomi global.

Berdasarkan RAPBN 2010, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,5%. Itu merupakan target pertumbuhan yang penuh kehati-hatian. Potensi dan peluang di Indonesia masih memungkinkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada target yang direncanakan. Kita berharap pertemuan G20 memberikan kontribusi bagi terciptanya kebijakan pemulihan ekonomi global.

Sebagai salah satu anggota G20, Indonesia dapat memperoleh keuntungan, terutama dalam upaya meningkatkan daya tahan dan daya saing perekonomian nasional. Beberapa hal yang dapat dipelajari Indonesia, antara lain tentang best practice penyerapan stimulus fiskal dan koordinasi pusat daerah. Masalah ini masih menjadi kendala dalam proses penyerapan fiskal di Indonesia.

Walaupun sistem perekenomian, sejarah pembentukan dan tata kelola tiap-tiap negara anggota G20 berbeda, namun dengan partisipasi aktif dalam forum, delegasi Indonesia akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kasus-kasus pemulihan ekonomi negara lain.

Selain membahas kembali hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada Maret lalu, ada beberapa isu menarik yang kemungkinan akan didiskusikan dalam pertemuan G20 di AS, seperti usulan Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan yang meminta adanya pengurangan dominasi penggunaan mata uang Amerika (dolar AS) dalam perdagangan dunia.

China dan Amerika memang pada saat ini mempunyai hubungan yang tidak mudah dan sangat kompleks. Amerika mengalami defisit dalam perekonomian, di mana China sebagai negara eksportir terbesarnya sekaligus negara sumber pembiayaan bagi defisit tersebut. Ketegangan hubungan kedua negara itu menjadi menarik diamati selama pertemuan G20 akhir bulan September ini dan tentunya akan berpengaruh terhadap perekonomian dunia dan Indonesia.

Sebagai penutup, pertemuan G20 merupakan forum penting untuk membahas praktik pemulihan perekonomian dunia. Melalui pertemuan para pemimpin G20 pada akhir bulan September ini, evaluasi dan tindak lanjut kesepakatan pertemuan G-20 sebelumnya dapat terus dilaksanakan demi mendorong pemulihan ekonomi dunia yang berkelanjutan.


FIRMANZAH, PHD
Dekan Fakultas Ekonomi UI

Baca selengkapnya...

The Disadvantage of Twitter and Facebook

A single question haunts me as I write this:

Will you forward this post to someone you respect?
Every day, people I like and respect — and quite a few I don't — take a quick moment of their digital time to forward me an article, a blog post, a link, a chart, a URL, a review, a YouTube Q&A that they think I will find of interest. I confess I'm frequently astonished — both pleasantly and not — by who sends me what. When more than two people send me the same thing, I know to pay attention. And furthermore, at least twice a week, these "forwards" trigger something that I will pursue or even change my schedule in order to do. "Forwards" are that useful. I'm happy to get them and I remember who sent them.
I send them too, and whenever browsing online, I always make the effort to find and forward at least a couple of compelling clips and links to colleagues and clients. I want them to know that, not only am I thinking of them but, I'm also constructively acting on those thoughts. I want them to be pleased, grateful, and impressed. An immediate call or exclamatory "Thanks!" in response is a clear "win." People should feel confident that I'm literally and figuratively looking out for them. That feeling should be core to my "brand."
Yes, I know that Facebook and other social networking platforms change the posting paradigm and render practices like forwarding a digital anachronism. Perhaps. The real issue here is not the act of forwarding or receiving forwards but the challenge of creative customization. To the extent that posting something on a Wall or a stream or a blog is undifferentiated "broadcasting" rather than a one-to-one exchange, something important is missing. As much as I admire the socialnets, there's something about the personal quality of the forward — the set-up, the introduction, the annotation, etc. — that makes me feel special when I get one and makes me feel clever when I send one.
I like those feelings, sure; but it's also good business practice.
Managing communities of colleagues and clients via digital media will come to further dominate our workplace efforts, and smart managers will hone their "forwarding quotient"—their FQ. Unlike mass tweeting, this one-to-one "customized" communication strikes me as a superior business and personal practice. It forces me to be empathetic, anticipatory, and aware. It makes me more sensitive to individual perceptions and needs. And I get feedback telling me how aware and helpful I really am. I even create virtual histories of "forwards" that I can audit, review, and rethink. Imagine if more managers developed these skills.
There's no simpler, faster or easier way to appear professionally smart and personally attentive than being forward-oriented. Between BlackBerries, iPhones, Google, and Bing, finding and forwarding the goods has gone from technical nuisance to self-disciplined choice. Folks with high FQs are people clever enough to send links and text that make their recipients eagerly look forward to them. Senders build their brands as individuals exquisitely attuned both to the growing wealth of useful information and what their clients/customers/colleagues might need to know. If there's a quicker or more cost-effective way to make yourself look thoughtfully relevant to people or prospects who matter, I've yet to come across it. (Though it can also make you look painfully self-indulgent. Who doesn't have an idiot colleague or acquaintance who can't resist forwarding jokes, YouTube videos of kittens, or bilious political commentary? That's interpersonal brand-building of a different sort.)
As I review my sent mail over the last two years, I estimate I've forwarded an average of five items a business day — or roughly 100 a month. When I examine who they were (largely) sent to and the relationships we have, I'd have to say that — on a value-per-unit-time basis — "forwarding" ranks as one of my most productive behaviors either online or off.
You might consider conducting a similar "traffic analysis" and "content review" of your own mailboxes. Do you know your FQ? What's the FQ of the top five folks forwarding to you? Wouldn't it be great to have a metric that tracked which of your forwards were forwarded?
And most of all, I'm dying to know: Will you forward this post to someone you respect?


by Michael Schrage

Baca selengkapnya...

UNCTAD Peringatkan Gelembung Keuangan Baru

Kepala lembag riset atau "think tank" perdagangan dan pembangunan PBB pada Selasa memperingatkan "gelembung" keuangan baru akibat pemompaan likuiditas besar-besaran kedalam sistem ekonomi untuk melawan krisis global.

"Gelembung adalah sesuatu yang harus kita pikirkan," kata Direktur Jenderal Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), Supachai Panitchpakdi, menambahkan bahwa "perlu ada untuk mencegah gelembung lain".

"Karena kalau Anda melihat ke dalam keadaan keuangan publik di negara ekonomi utama, termasuk di Asia, Anda dapat melihat bahwa kita benar-benar memerangi satu penyakit dengan istilah yang sama yang telah menciptakan penyakit," katanya kepada wartawan.

Dengan lebih banyaknya likuiditas yang dipompa ke ekonomi, "itu sebabnya Anda lihat semua gelembung ini mulai menyebar melalui semua pasar modal di dunia," kata Supachai.

Kepala UNCTAD mengatakan, reformasi penuh sistem keuangan masih harus diselesaikan dan memperingatkan terhadap kembali ke "bisnis seperti biasa."

"Kegiatan keuangan berlebihan dalam suatu perekonomian ... telah menjadi penyebab dari (para) krisis. Kita akan kembali tanpa perubahan apapun, tanpa pengawasan yang ketat," kata Supachai, mantan kepala Organisasi Perdagangan Dunia.

Sebuah laporan UNCTAD yang dirilis pada Senin memperingatkan bahwa rebound pasar keuangan saat ini bukan "pemulihan nyata" dan meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2010 tidak akan melebihi 1,6 persen.


Sumber : Antara

Baca selengkapnya...

Senin, 07 September 2009

Suhu Kutub Utara Tertinggi Sejak 2.000 Tahun

Emisi gas rumah kaca menyababkan naiknya suhu di kawasan Arktik, Kutub Utara. Saat ini suhu Arktik berada dalam posisi tertinggi sejak paling tidak 2.000 tahun terakhir. Kecenderungan pendinginan Kutub Utara yang seharusnya masih berlangsung selama 4.000 tahun telah berhenti.

"Saya kira ini menunjukkan betapa sensitifnya kawasan Arktik terhadap perubahan iklim...dan kawasan ini merupakan tempat kita bisa melihat apa yang terjadi dengan sistem (iklim) dan akan bagaimana tempat lain di bumi nantinya," kata ilmuwan US National Center for Atmospheric Research, David Shneider, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (3/9/2009).

Pendinginan besar-besaran kawasan Arktik dimulai sejak 7 ribu tahun lalu. Puncaknya adalah pada 'Era Es Kecil' yang berlangsung pada abad 16 hingga pertengahan 19 menyusul dimulainya Revolusi Industri.

Trend pendinginan ini disebabkan karena orbit bumi bergoyang sehingga secara sangat perlahan mendorong kawasan Arktik menjauh dari matahari selama musim panas di utara. Saat ini jarak bumi dan matahari pada saat musim panas di Arktik sekitar 1 juta km lebih jauh ketimbang 2.000 tahun lalu.

Seharusnya kecenderungan pendinginan ini terus berlanjut selama abad 20 dan 21 dan seterusnya. Namun hasil penelitian terakhir menunjukkan kecenderungan itu tidak berlanjut. Alih-alih turun, suhu di kawasan itu justru naik 3 derajat Fahrenheit atau 1,66 derajat celcius.

"Jika bukan karena gas rumah kaca buatan manusia, suhu musim panas di Arktik pasti masih terus menurun secara bertahap selama seabad terakhir," kata ilmuwan lain, Bette Otto-Bliesner.

Apa yang terjadi di Arktik tidak berhenti sampai di sini. Arktik merupakan salah satu pendingin udara (AC) bumi terbesar. Jika es di kawasan ini mencair saat musim panas, airnya akan berwarna gelap dan menyerap sinar matahari alih-alih memantulkannya. Implikasinya, efek pemanasan akan makin meningkat.

Selain itu sungai es di daratan juga akan terpengaruh oleh memanasnya suhu di Arktik. Jika sungai es itu mencair, kenaikan air laut secara global pun akan terjadi.


Shohib Masykur - detikNews

Baca selengkapnya...

Hidup Sederhana Sangat Menguntungkan

“In character, in manner, in style, in all things, the supreme exellence is simplicity. – Dalam karakter, sikap, gaya, dalam segala hal, kesederhanaan adalah hal yang terindah.”
~Henry Wadsworth Longfellow~


Hidup sederhana sangat menyenangkan. Terlebih dalam kehidupan modern dimana kita tak pernah dapat lepas dari banyak sekali pilihan dan jalan sekaligus kesulitan. Berusaha hidup sesederhana mungkin akan sangat membantu kita menemukan banyak keuntungan dan hidup lebih baik meskipun kita harus dihadapkan pada kondisi krisis ekonomi global seperti saat ini.
Selain itu, hidup sederhana akan membuat kita lebih menikmati apa yang ada saat ini, karena tidak terlalu khawatir akan masa depan atau opini negatif orang lain. Sebagaimana Sir Chinmoy mengatakan, ”Simplicity is our natural or conscious awareness of reality. – Kesederhanaan adalah kesadaran alamiah akan kenyataan diri kita sendiri.” Kesadaran tersebut akan membantu kita lebih fokus pada potensi diri sendiri dan semangat untuk lebih giat berusaha, tak hanya berangan-angan atau meratapi kegagalan masa lalu. Dengan demikian, kita dapat meraih harapan lebih cepat dan lebih banyak dari yang diinginkan.
Kesederhanaan dalam hidup semua berawal dari pikiran. Hidup sederhana sama artinya dengan terus belajar menjernihkan pikiran dan tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh pemikiran-pemikiran negatif. Dengan kata lain, kesederhanaan membuat kita menemukan ketenangan pikiran.
Kemauan untuk selalu hidup sesederhana mungkin dapat menumbuhkan kreatifitas. Cobalah bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang dapat Anda lakukan dengan apa yang Anda miliki? Pertanyaan tersebut akan mendorong Anda untuk memutar otak guna memecahkan suatu masalah dengan memanfaatkan apa yang sudah Anda miliki, daripada mencoba untuk ’membeli’ solusi yang berarti pengeluaran uang lagi.

Keuntungan lain dari hidup sederhana lainnya adalah tidak menimbulkan kecemburuan sosial, kesibukan yang berkurang, sehingga lebih banyak waktu untuk istirahat, mengembangkan diri, berbagi dengan orang lain dan lain sebagainya. Keuntungan yang terpenting adalah kita menjadi lebih bahagia dengan apapun yang kita miliki. Sementara keuntungan selalu ada dari hidup sederhana adalah biaya hidup menjadi lebih ekonomis.

Harus dipahami bahwa hidup sederhana bukan kehidupan kaum miskin. Sebab banyak milyuner kelas dunia hidup sangat hemat dan sederhana atau jauh dari kemewahan. Kita coba perhatikan Warren Buffet yang disebut majalah Forbes edisi bulan Agustus 2008 sebagai pria terkaya di dunia dengan total kekayaan senilai 62 milyar USD. Keseharian hidup pria yang mendapat gelar Sage of Omaha atau Oracle of Omaha karena kehebatan pikirannya tersebut sangat dekat dengan prinsip hidup hemat dan mungkin dapat kita jadikan pedoman.

Ketika diwawancara televisi CNBC beberapa waktu yang lalu, Warren Buffet menyatakan bahwa ia masih tinggal di rumah sederhana berkamar 3 di kota Ohama. Rumah itu sudah ia tempati bersama keluarga sejak menikah tahun 1959. Walaupun rumah itu jauh dari kesan mewah, tetapi ia mengatakan, “Saya memiliki segalanya di rumah ini.”

Dengan harta yang sedemikian banyak dan sumber pendapatan yang sangat besar, Warren Buffet masih sangat berhati-hati dalam hal pengeluaran uang. “Watch your expenses,” katanya. Ia hanya akan membeli barang jika benar-benar diperlukan, itupun dengan harga semurah mungkin. Ia menyarankan agar membudayakan sikap seperti itu tak hanya pada diri sendiri, melainkan kepada semua anggota keluarga.

Ia menjelaskan bahwa pengeluaran sekecil apapun akan membebani kondisi keuangan. Untuk itu ia menyarankan agar menjadi ’smart buyer’ atau pembeli yang cerdas yang hanya membeli barang atau jasa yang diperlukan bukan yang diinginkan. Sebab keinginan manusia tak pernah ada habisnya bahkan sering menyebabkan kebangkrutan.

Pada saat yang sama ia juga menyatakan, “Always think how you can accomplish things economically. – Berusahalah untuk mendapatkan segala sesuatu dengan harga paling ekonomis atau murah.” Hal itu tercermin dari keseharian Warren Buffet yang tak pernah membeli mobil baru, tidak mempunyai sopir ataupun pengawal pribadi. Kemana-mana iapun memilih menumpang pesawat kelas bisnis daripada menaiki jet pribadi, meskipun ia memiliki perusahaan pembuatan pesawat jet terbesar di dunia.

Sikap Warren Buffet yang berani menjadi diri sendiri patut kita teladani. Ia berprinsip bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang dapat mengendalikan kehidupan dan masa depannya sendiri. Itulah mengapa ia tidak pernah membeli barang-barang bermerek atau melakukan kebiasaan mewah lainnya, melainkan membeli barang-barang yang membuatnya merasa nyaman.

Meskipun hartanya melimpah ruah, tetapi ia tidak suka pamer. “Don’t try to show off, just be yourself and do what you enjoy doing. – Jangan pamer, jadilah diri sendiri dan menikmati apa yang Anda lakukan,” tegasnya. Ia mengingatkan agar kita tidak terjebak dengan sikap semu, misalnya ingin selalu menunjukkan kesan mampu atau mengedepankan gengsi walaupun harus menguras isi kantong. Sikap hidup sederhana dan apa adanya itu akan jauh lebih baik dan menguntungkan, daripada berusaha mengejar gaya hidup di luar jangkauan kemampuan keuangan.

Warren Buffet mewanti-wanti agar tidak berhutang. “Avoid bank loans and invest in yourself. – Hindari membayar bunga bank (meminjam uang) dan berinvestasilah untuk diri sendiri,” pesannya. Bukan berarti ia anti berurusan dengan bank atau pinjaman, asalkan pinjaman tersebut benar-benar dimanfaatkan sebagai modal usaha meningkatkan kualitas ekonomi dan bukan untuk memenuhi gaya hidup konsumtif.

Sikap hemat dan sederhana Warren Buffet bukan pertanda ia hanya senang menumpuk pundi-pundi uang atau ia enggan berbagi dengan orang yang kesulitan. Tahun 2006, ia mendonasikan 90% dari hartanya, berkisar diantara 30,7 milyar USD, untuk yayasan sosial Bill & Melinda Gates. Walaupun hartanya sudah didonasikan sedemikian banyak, gaya hidup hemat dan sederhana membuat hartanya terus bertambah bahkan sekarang jauh lebih besar (62 milyar USD).

Kehidupan Warren Buffet menginspirasikan betapa kesederhanaan itu menguntungkan. Kesederhanaan dan sikap hemat Warren Buffet tidak hanya membuat dirinya menikmati kesuksesan, tetapi juga lebih dicintai dan dihargai banyak orang dibandingkan mereka yang selalu hidup bergelimang kemewahan. Jika Anda ingin menjadi mengambil bagian keuntungan dari kesederhanaan itu, maka mulai saat ini jadikan pola hidup sehemat dan sesederhana mungkin sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam keseharian Anda.


Andrew Ho

Baca selengkapnya...