Selasa, 31 Maret 2009

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya. Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan,anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan.
Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah, sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.
Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif. Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.
Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.
* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur,akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu.
Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.
Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain.
Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.
• Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram.
• Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam.Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain.
Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.
Keluarga menjadi hangat.
Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab.
Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah.
Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only............how nice!!!!

Baca selengkapnya...

Selasa, 24 Maret 2009

Living For Others . . .

Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah tersebut mengangkat satu topik: 'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku?'

Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu. Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Shay, yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia".

Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut:

Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain, diluar kondisi fisiknya yang cacat.

Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran dan sekarang sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti'

Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim.

Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.

Pada kondisi yang seperti ini, apakah mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay menjadi kunci kemenangan mereka?

Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan itu pada Shay. Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu.

Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak dengan bola itu. Lemparan pertama meleset; Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput.

Pitcher tersebut kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher. Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher tersebut bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir.

Sebaliknya, pitcher tersebut melempar bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, "Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan matanya. Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base dua!"

Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke penjaga base dua. Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju base ketiga.

Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay". Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay, larilah ke home, lari ke home!". Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah memenangkan game untuk timnya.

Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia.

Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya.

Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka.




Baca selengkapnya...

Senin, 23 Maret 2009

Insentif PPh 21 Hanya Pemilik NPWP, Pemerintah Tidak Menanggung PPh 21 Untuk Semua Sektor Industri

Pemerintah membatasi penerima insentif pajak penghasilan (PPh) 21 hanya bagi karyawan yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Sebelumnya pemberian insentif ini hanya bagi karyawan sektor tertentu dengan penghasilan bruto di atas pendapatan tidak kena pajak (PTKP) hingga penghasilan Rp 5 juta per bulan. Perubahan ini diatur dalam PMK (Peraturan Menteri Keuangan) No.43/PMK.03/ 2009 tentang PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja. Dalam keterangan tertulis yang dikutip dari situs Dirjen Pajak, perubahan ini dibuat dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

"Khususnya bagi pekerja agar memiliki NPWP, pemberian PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah hanya kepada pekerja yang telah memiliki NPWP," demikian dikutip dari keterangan resmi Ditjen Pajak, Ahad (22/3).

Dalam aturan itu disebutkan bahwa pekerja yang tidak mempunyai NPWP, insentif hanya berlaku sampai masa pajak Juni 2009. Sedangkan untuk masa pajak Juli 2009 dan seterusnya, insentif diberikan hanya untuk pekerja yang memiliki NPWP.

Insentif PPh Pasal 21 ini berlaku pada periode masa pajak Februari sampai November 2009 yang dilaporkan paling lambat tanggal 20 Desember 2009. PPh 21 ditanggung pemerintah hanya berlaku bagi pegawai di sektor perikanan, semua sektor pertanian seperti perkebunan dan peternakan, perburuan dan kehutanan dan semua sektor industri pengolahan (manufaktur).

Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk stimulus PPh dalam APBN 2009 sebesar Rp 6,5 triliun.Ketentuan dalam aturan ini yaitu adalah bagi karyawan yang memiliki penghasilan bruto di atas PTKP tidak lebih dari Rp 5 juta per bulan (dari Rp 1,3 juta sampai Rp 5 juta). Tiga sektor tersebut dipilih karena menjadi sektor utama produksi barang dalam negeri yang mendominasi untuk ekspor.

Sementara itu, akhir pekan lalu Dirjen Pajak, Darmin Nasution, menyatakan realisasi stimulus fiskal 2009 berupa tax saving (penghematan pembayaran pajak) diperkirakan akan mencapai lebih dari Rp 43 triliun. "Saya malah khawatir bisa lebihsedikit karena waktu itu kita mendasarkan pada angka 2007. Angka sudah bergerak, tapi kita tetap memasukkan Rp 43 triliun dalam APBN. Dan itu sudah berjalan," kata Darmin.

Pembayaran pajak, menurutnya, kemungkinan sudah relatif turun besarannya karena kebijakan ini. "Yang paling mudah ditanya adalah bank karena pembayaran pajak mereka turun. Malah ada dirut bank yang bertanya apakah benar pembayaran pajaknya karena turunnya cukup banyak," jelasnya.

Darmin menyebutkan, penghematan pembayaran pajak itu termasuk juga di dalamnya adalah karena adanya penurunan tarif PPh badan, PPh orang pribadi, dan pelapisan tarif yang berbeda.

Pemerintah melaksanakan program stimulus fiskal selama 2009 dengan volume dana sebesar Rp 73,3 triliun. Sebagian stimulus fiskal yang terkait dengan penghematan pajak sebenarnya sudah berjalan sejak Januari 2009 bersamaan dengan berlakunya UU tentang PPh .yang baru.

Ditulis oleh Ali
Sumber : Republika

Baca selengkapnya...

Strategi Menghadapi Krisis Global

Ada pepatah yang mengatakan berharaplah pada yang terbaik, tetapi bersiaplah untuk yang terjelek (hope for the best, but prepare for the worst). Mengapa prepare for the worst karena kalau keadaan masih tidak menentu dan situasi kemudian temyata menjadi sangat buruk, kita tidak akan terkejut karena sudah siap menghadapinya Kalau keadaan ternyata baik-baik saja, maka tidak apa-apa karena kita justru akan menjadi lebih kuat lagi. Pepatah ini sekaligus memberikan landasan bagi suatu strategi yang kami namakan the winning strategy atau strategi yang memberikan kemenangan dalam menghadapi krisis. Memang benar keadaan kita sampai sekarang masih lebih baik dibandingkan dengan banyak negara huii Namun, ada banyak faktor yang menyebabkan keadaan itu bisa saja berubah. Jadi, daripada terus mendengung-dengungkan bahwa keadaan kita masih lebih baik, lalu puas diri (complacent), lebih baik kita tetap mengambil terobosan-terobosan penting dengan mengantisipasi seolah-olah keadaan sudah menjadi terjelek.

Jadi, lebih baik mengambil tindakan berdasarkan a crisis scenario without a crisis atau lebih tepat lagi berdasarkan a worst-case scenario daripada a best-case scenario. Ini sama sekali bukan bermaksud menumbuhkan pesimisme, tetapi justru membangun optimisme melalui tindakan nyata, bukan dengan bermimpi. Strategi ini biasanya dipakai oleh para teknokrat pada zaman Orde Baru untuk meyakinkan Presiden Soeharto supaya mau mengambil keputusan yang berani untuk mencegah krisis, paling sedikit meredakan dampak krisis walaupun krisis belum terjadi.

Tidak pandang bulu

Apakah keadaan Indonesia bisa menjadi lebih jelek dari sekarang dan apakah kita sudah siap untuk menghadapi keadaan yang terjelek? Di era globalisasi ini, krisis bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, tak memandang bulu. Ada macam-macam krisis, tergantung di mana dimulainya. Ada krisis mata uang, krisis perbankan/ keuangan, krisis utang pemerintah, krisis korporasi, dan krisis utang rumah tangga, tetapi untuk sederhananya kita kelompokkan saja ke dalam dua kelompok besar, yaitu krisis sektor keuangan dan krisis sektor riil.

Krisis 2008-2009 ternyata dimulai di sektor keuangan Amerika Serikat yang sangat memengaruhi sektor riil ("menimbulkan resesi"), tetapi kemudian menyebar lagi ke seluruh dunia melalui sektor keuangan dan sektor riil (resesi ekonomi). Ada negara yang kena dampak krisis AS melalui sektor keuangannya, ada yangmelalui sektor riilnya, dan ada yang melalui kedua-duanya. Dampak melalui sektor riil pun ada yang langsung dan ada yang tidak langsung.

Ada satu perbedaan pokok; kalau krisis terjadi melalui sektor keuangan, dampaknya biasanya sangat drastis dan cepat meluas, termasuk ke sektor riil. Melalui sektor riil biasanya dampaknya tidak serentak besar, tetapi bertahap sedikit demi sedikit dan meluas secara perlahan sehingga sektor keuangan pun pada ronde berikutnya akan terpengaruh karena terjadi kredit macet

Di AS, karena krisis dimulai di sektor keuangan, dampaknya drastis dan cepat meluas ke sektor riil. Eropa juga mengalami hal yang sama dengan AS karena banyak dipengaruhi melalui sektor keuangan, di mana lembaga keuangan mereka banyak memiliki derivatif dari AS.

Negara lain, terutama di Asia, sektor keuangannya tidak banyak dipengaruhi oleh krisis keuangan AS, tetapi mereka lebih merasakan dampaknya melalui sektor riil berupa menurunnya ekspor. Bagi negara yang ketergantungan ekspornya ke AS sangat besar, seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia, dampak krisis AS terasa sangat besar pula terhadap ekspor dan pertumbuhan ekonomi mereka

Indonesia memang termasuk negara di mana dampak langsung terhadap sektor keuangan sangat minimal hanya sepanjang keluarnya modal jangka pendek sebesar 10 miliar dollar AS yang telah memengaruhi harga saham, kurs rupiah, dan cadangan devisa. Namun, dampaknya terhadap sektor riil baru dimulai sedikit demi sedikit Dampak langsung resesi ekonomi AS akan cepat tampak dari menurunnya ekspor kita ke AS. Akan tetapi, itu belum semuanya, masih ada dampak tidak langsung melalui penurunan ekspor kita ke negara-negara lain, terutama mereka yang sangat bergantung pada AS. Belum lagi dampak secara berantai pada sektor-sektor ekonomi lain di dalam negeri. Jadi, keadaan masih bisa menjadi lebih jelek, tetapi datangnya tidak serentak, melainkan gradual. The worst is yet to come.

Tetap akan terpuruk

Apakah Indonesia sudah siap menghadapi keadaan yang terjelek? Ada beberapa faktor yang menyebabkan kami menjadi ragu untuk mengatakan ya.

1. Di mana-mana, baik oleh pemerintah maupun pengamat, selalu ditekankan bahwa keadaan kita tidak sejelek negara lain, artinya kita hanya mengharapkan yang terbaik.

2. Paket stimulus dikeluarkan sangat terlambat dan sepertinya dengan setengah hati walaupun kita sudah punya dana Rp. 5O triliun dari surplus APBN 2008. Padahal, mengumumkannya secara terkoordinasi antara pemerintah, bank sentral, dan DPR secara cepat mempunyai dampak psikologis yang besar. Negara lain, termasuk Amerika, mengumumkan paketnya secara cepat dan terkoordinasi walaupun uangnya masih harus dicari.

3. Kenyataan bahwa pemerintah terus mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2009 dari 6 persen ke 5,5 persen kemudian 5 persen lalu 4,5 persen dan terakhir 4 persen menunjukkan bahwa dampak krisis dari AS bekerja secara perlahan di Indonesia, tetapi pemerintah dari awal tidak bersiap menghadapi yang terjelek. Ini berbahaya karena kalau keadaan mendadak menjadi sangat jelek, kita akan kewalahan.

4. Paketnya pun bukan saja too late, tetapi juga too little untuk menghadapi keadaan yang terjelek. Dari Rp 73,3 triliun paket stimulus (1.4 persen x PDB). Rp 50 triliun sebenarnya merupakan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan dari tahun lalu, tetapi diberi label baru sebagai stimulus. Jadi, stimulus murni hanya Rp 23,3 triliun (0.4 persen x PDB) itu pun hanya disediakan Rp 12,2 triliun untuk infrastruktur, padahal kebutuhannya ratusan triliun tiap tahun.

5. Pembangunan infrastruktur ini pun sudah sangat terlambat karena sudah bertahun-tahun dibicarakan. Akibatnya, bilamana kita masuk pasar sekarang untuk meminjam bagi pembangunan infrastruktur, biayanya akan sangat mahal karena dana di pasar sekarang sangat menipis, sedangkan yang butuh banyak sekali dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, di mana dananya banyak, sedangkan yang butuh sedikit

6.Satu hal lain lagi yang sangat penting yang sudah seharusnya ditangani secara cepat demi berhasilnya paket stimulus ini adalah lambannya pencairan/ penyerapan anggaran. Hal inilah yang menimbulkan surplus tahun 2008. Dalam paket stimulus, pengeluaran pemerintah memegang peranan penting. Jadi, tanpa langkah-langkah untuk mempercepat pencairan/ penyerapan anggaran, paket stimulus ini bisa mengalami nasib yang sama dengan APBN 2008, yaitu surplus, tetapi perekonomian tetap akan terpuruk.

Karena banyaknya jalan dan jembatan serta saluran irigasi dan pelabuhan yang rusak, masyarakat pasti merasa lebih senang kalau lalu lintas macet di mana-mana karena ada perbaikan jalan daripada macet karena banyak jalan yang rusak. Kita sudah di akhir Maret, tetapi belum tampak adanya perbaikan jalan/infrastruktur secara besar-besaran, padahal sudah ada uangnya.

Jadi, tampaknya kita belum bersiap untuk menghadapi keadaan yang terjelek. Namun, keadaan belum terlambat sekali bila pelaksanaan paket stimulus dipercepat dan bila perlu ditingkatkan lagi besaran stimulusnya, baik dalam bentuk tambahan pengeluaran untuk infrastruktur maupun keringanan pajak. Hanya dengan demikian Wta benar-benar akan lebih siap menghadapi keadaan yang terjelek.


ADRIANUS MOOY Mantan Gubernur Bank Indonesia
Sumber : Kompas

Baca selengkapnya...

Minggu, 22 Maret 2009

UMKM Sumut Mampu Tingkatkan Perdagangan Lokal

Gubsu H Syamsul Arifin SE mengatakan, perlunya meningkatkan hasil-hasil dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), karena perdagangan Sumut, 80% lokal. Sampai saat ini, UMKM terbukti mampu bertahan dan berkembang di tengah krisis ekonomi.

“Sekarang ini, orientasi ekspor tidak terlalu menjadi perhatian saya, tetapi perlu dikembangkan adalah pasar dalam negeri melalui hasil-hasil UMKM dan komoditi lokal. Berbeda kalau perdagangan kita lebih ke luar (ekspor) sehingga kalau krisis global pasti terimbas,” ujar Gubsu di sela-sela pembukaan PRSU ke-38, Jalan Gatoto Subroto, Medan, Jumat (20/3).

Dari keterangan Ketua Yayasan PRSU, ungkap Gubsu, secara kuantitas kegiatan PRSU tahun 2009 meningkat 16% dari tahun PRSU 2008. Peran BUMN dan BUMD di daerah ini cukup besar dalam penyelenggaraan PRSU ini. Namun dia menyadari dari kualitas PRSU masih belum memenuhi sasaran yang diharapkan bersama.

“Inilah yang perlu kita kerjakan bersama-sama. Kita tidak bisa melepaskan yayasan saja yang sendiri mengerjakan ajang pesta budaya, promosi dagang dan hiburan ini.Tentunya pemerintahan propinsi, kabupaten/kota, BUMN/BUMD ikut menopang yayasan dalam mempromosikan PRSU,” katanya.
Gubsu berharap agar rekan-rekan pers ikut mempromosikan sekaligus mengontrol kegiatan PRSU ini, agar berlangsung sukses. ”Bukan tidak boleh menulis yang jelek, tetapi marilah tulis yang bagus. Yang jelek sampaikan kepada ketua yayasan. Kalau ada juga masih kurang puas sampaikan kepada saya, sehingga kita bisa benahi,” pungkasnya.
Ketua Yayasan PRSU, Drs H Panusunan Pasaribu mengatakan, kegiatan PRSU ini merupakan kalender tahunan, dalam menyambut HUT ke-61 Provinsi Sumatera Utara tanggal 16 April 2009.
Selain ajang promosi dagang/bisnis, PRSU ke-38 ini juga ajang menampilkan kreasi masing-masing daerah. Selain itu dari hiburannya, ditampilkan sejumlah artis ibukota maupun Sumut. Ada juga parade pakaian pengantin, danpenutupan tanggal 15April, akan tampil seni dari Propinsi Ghuangzou (RRC).
Dia menyebutkan, PRSU tahun 2009 ini diikuti 201 peserta, sedangkan PRSU tahun 2007 diikuti sebanyak 172 peserta. Peserta terdiridari: Sumut, NAD/Aceh, Sumbar, KalimantanTimur, DKI Jakarta, 30 kabupaten/kota di Sumut. Dari peserta luar negeri, ada Malayasia, Thailand dan Kerajaan Negeri Pulau Penang. BUMN sebanyak 11 peserta, dan perusahaan swasta sebanyak 117 peserta termasuk UMKM, property dan jasa.


Sumber : DNA

Baca selengkapnya...

Sabtu, 21 Maret 2009

Doa Sang Jenderal

Pada masa Perang Dunia Kedua, tepatnya bulan Mei 1952, seorang jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, menulis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul “Doa untuk Putraku”. Inilah isi puisi tersebut:
Doa untuk Putraku
Tuhanku...
Bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah putraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang putra yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan putraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putra yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya . . .
Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku . . .
Berilah ia kerendahan hati . . .
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki . . .
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna . . .
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”.
Pembaca yang budiman, puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas Mac Arthur tersebut merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: “Janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.” Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas.
Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: “Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda.”
Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan!!
Selamat berjuang!!!
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso

Baca selengkapnya...

Rabu, 18 Maret 2009

Mari Memulai Meditasi

Sudah banyak penelitian membuktikan meditasi bisa menurunkan risiko sejumlah penyakit, membebaskan Anda dari stres dan membuat bahagia. Kesalahpahaman terbesar soal meditasi adalah banyak orang berpikir ada sejumlah rahasia yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum memulai meditasi.

“Yang Anda butuhkan hanyalah sediakan sedikit waktu untuk mengalihkan perhatian dari kesibukan sehari-hari,” kata Stephan Bodian, terapis dan penulis buku Meditation for Dummies.

Apa sebetulnya rahasia meditasi menurutnya?
1. Lakukan di tempat yang tenang. Jika memungkinkan, sediakan tempat di rumah untuk bermeditasi. Kalau tak ada ruang khusus, sediakan kursi favorit saja. Anda tak harus bermeditasi dengan bersila atau posisi lotus. Duduklah dengan nyaman.

2. Tutup mata untuk memfokuskan pikiran ke dalam. Buka mata sebentar jika Anda merasa mengantuk.

3. Pilih kata yang berarti untuk Anda, misalnya damai. Ulangi kalimat itu perlahan di setiap napas. Atau duduklah dan perhatikan napas. Jika pikiran mulai berkeliaran, perlahan kembalikan konsentrasi ke napas.

4. Konsisten. Pilih tujuan kecil tetapi mudah dicapai terlebih dahulu. Meditasi 10 menit setiap hari cukup untuk menurunkan kadar stres secara dramatis. Memang butuh beberapa waktu menjadikan praktik meditasi ini menjadi kebiasaan sehat.

Sumber : kompas.com

Baca selengkapnya...

Senin, 16 Maret 2009

Hubungan Segi Tiga

Seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini seorang bijak memasuki sebuah pasar. Namun, ia tidak menemukan lelaki tua yang setiap pagi selalu menyambutnya dengan kata-kata hinaan. Dari orang-orang di pasar, orang bijak ini mengetahui bahwa si lelaki tua sedang sakit. Ia kemudian memutuskan membesuk lelaki ini di rumahnya.
Ketika ditanya orang mengapa ia berbuat baik pada orang yang telah memperlakukannya dengan tidak hormat, ia hanya berkata singkat, “Ini bukanlah persoalan antara aku dan lelaki itu. Ini adalah urusanku dengan Tuhanku.”
Para pembaca yang budiman, bagaimana pendapat Anda mengenai perbuatan si orang bijak?

Inilah yang saya sebut sebagai ”hubungan segi tiga”. Dan inilah paradigma yang lebih lengkap dalam mencermati hubungan antarmanusia. Dalam tataran yang lebih komprehensif, tidak pernah ada hubungan yang terjadi semata-mata antara kita dan orang lain. Apa pun yang terjadi antara kita dan orang lain senantiasa melibatkan pihak ketiga, yaitu Tuhan. Dalam situasi sehari-hari, kita mengingat hubungan segi tiga ini hanya dalam waktu-waktu tertentu seperti perkawinan. Dua orang manusia yang menikah bersaksi dan berjanji di hadapan Tuhan. Namun, situasi ini sering kita lupakan dalam keseharian kita yang lain. Padahal, peristiwa pernikahan tersebut juga berlangsung setiap saat dalam kehidupan kita. Tak pernah ada perbuatan yang tidak mengikutsertakan Tuhan. Kita tak akan pernah dapat mengatakan, ”Ini cuma antara saya dan Anda.” Karena apa pun kondisinya, kita akan selalu berhadapan dengan hubungan segi tiga ini.
Konsekuensi kenyataan ini adalah bahwa apa pun yang kita lakukan pada seseorang pastilah akan kita pertanggungjawabkan pada orang tersebut dan Tuhan. Bahkan, pertanggungjawaban kepada Tuhan sesungguhnya jauh lebih penting ketimbang pertanggungjawaban kita kepada yang lain.
Ketika seseorang berbuat jahat kepada kita, sering ada bagian dari kita yang menyuruh kita membalas kejahatan itu. Setiap aksi memang sering menimbulkan reaksi. Setiap stimulus pasti akan menghasilkan respons. Namun bila Anda memahami hubungan segi tiga ini, Anda akan memberikan respons yang berbeda. Bahkan, Anda akan merasa bahwa antara stimulus dan respons seolah-olah tidaklah memiliki hubungan. Orang-orang yang seperti ini sebenarnya telah mencapai puncak spiritualitas. Mereka hidup seperti Eknath Easwaran, spiritualis asal India, yang mengatakan, ”Saya tidak lagi hidup dalam dunia stimulus dan respons setiap hari, tetapi saya hidup di dunia kebebasan.”
Pemahaman terhadap adanya hubungan segi tiga ini akan benar-benar mengubah hidup Anda. Ketika ada orang yang menipu, memfitnah, menggosipkan dan berbuat jahat kepada Anda, Anda tidak akan membalas kejahatan itu dengan kejahatan yang sepadan. Ini karena Anda sadar sepenuhnya bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan Anda dan bahwa melakukan kejahatan akan merusak hubungan Anda dengan Tuhan. Anda sadar sepenuhnya bahwa membalas perbuatan jahat tidak ada hubungannya dengan perbuatan jahat itu sendiri. Anda tak membalas bukanlah karena Anda tak dapat melakukannya, tetapi karena Anda sadar bahwa Tuhan melihat Anda. Anda tak ingin sedikit pun mengecewakan Tuhan. Lebih jauh lagi, Anda tak ingin merusak harkat dan martabat Anda sendiri dengan membalas perbuatan jahat tersebut. Anda sama sekali tak ingin mencederai jiwa Anda dengan perbuatan yang akan senantiasa Anda sesali.
Pemahaman terhadap hubungan segi tiga akan membuat Anda mampu menjaga segala perbuatan Anda. Bahkan, seandainya Anda merasakan keinginan yang menggelegak untuk membalas kejahatan tersebut, pasti ada suatu kekuatan dari dalam jiwa Anda sendiri yang akan mengambil alih semua keresahan Anda dan kemudian menenangkan Anda kembali.
Saya ingin menutup tulisan saya kali ini dengan sebuah untaian kata yang sangat mencerahkan dari Ibu Theresa. Cobalah Anda baca dan resapi ungkapan yang luar biasa berikut ini, yang mampu membuat saya tergetar setiap membacanya.
”Orang kerap tak bernalar, tak logis dan egois. Biarpun begitu, maafkanlah mereka.”
”Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif yang egois. Biarpun begitu, tetaplah bersikap baik.”
”Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal pula mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati. Biarpun begitu, tetaplah meraih sukses.”
”Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu. Biarpun begitu, tetaplah jujur dan berterus terang”.
“Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam. Biarpun begitu, tetaplah membangun.”
“Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri. Biarpun begitu, tetaplah berbahagia.”
“Kebaikan yang engkau lakukan hari ini sering bakal dilupakan orang keesokan harinya. Biarpun begitu, tetaplah lakukan kebaikan.”
“Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup. Biarpun begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.”
“Ketahuilah, pada akhirnya, sesungguhnya ini semua adalah masalah antara engkau dan Tuhan; tak pernah antara engkau dan mereka.”


Oleh : Arvan Pradiansyah

Baca selengkapnya...

Sabtu, 14 Maret 2009

Kaca Spion

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu hari ada kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana. Bukan untuk baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga suap, saya merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda? malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah.

Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana . Jika masih ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku, terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang dan hati riang. Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak gado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta . Harganya Rp 500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada uang lebih, saya pasti nambah satu piring lagi. Tahun berganti tahun. Drop out dari kuliah, saya bekerja di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa dan Siapa Orang Indonesia . Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis Indonesia . Setelah itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karir sayaterus meningkat hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia dan Metro TV.
Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri saya sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak saya punya penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong karenanya.

Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya . Sejak kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas dan menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Saya bersama seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah mobil. Kaca spion mobil itu patah.

Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumah saya langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang sebenarnya sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma enam kali empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur di ruangan itu. Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik mobil datang. dengan suara keras dia marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya.

Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion mobilnya. Saya ingat harga kaca spion itu Rp 2.000. Tapi uang senilai itu, pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan penghasilan dari menjahit baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu itu Rp 1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan, order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami - ibu, dua kakak, dan saya - harus bisa bertahan hidup sebulan.

Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap akhir bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang. Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan uang untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan. Di mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca spion mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat kondisi ibu dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi?
Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah ibu juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik mobil itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya.
Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan. Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orang kaya di dalam mobil mewah. Saya merasa semua orang yang naik mobil mahal jahat. Mereka orang-orang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati nurani.
Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya tertawa. ''Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak. Citarasamu sudah meningkat,'' ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, "Kamu berhak untuk itu. Sebab kamu sudah bekerja keras." Tidak mudah untuk untuk menghilangkan perasaan bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gado-gado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.

Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak sensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya tabrak. Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian. Salah satunya ketika mobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab. Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang, sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok. Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion.
Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung. Sang ibu, yang ecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusaha meluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh. Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul.
Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang pahit.
Refleksi:
Mengapa harus sombong dengan kekayaan yang kita miliki, karena kekayaan tiada berguna sama sekali, lebih baik menghidupkan lagi rasa toleransi yang ada pada diri untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.


Catatan Andy Noya (kick Andi)

Baca selengkapnya...

Jumat, 13 Maret 2009

Jalan-jalan Ke Situs Wisata Iman Dairi

“Sitinjo, An Unique Spiritual Tourism Site.” Begitu tertulis di sebuah media nasional berbahasa Inggris tanah menggambarkan panorama wisata alam religius Dairi ini. Letaknya di Kecamatan Sitinjo, 3 kilometer dari Kota Sidikalang.

Mobil masih melaju melintasi aspal hitam. Pemandangan di luar kabin seakan menarik kami untuk segera tiba di tujuan. Tak sabar rasanya. Tak lama, mobil menikung ke kiri, melewati sebuah portal yang bertuliskan “Taman Wisata Iman”.

Taman Wisata Iman, sebuah nama yang tepat untuk lokasi yang mengandung sejuta makna ini. Jejeran pinus menghantar kesejukan pada mata. Lalu, satu persatu bangunan rumah ibadah ibadah masing-masing agama tampak berdiri tegar. Semua rumah ibadah ada di sana. Seakan-akan Dairi ingin menunjukkan bahwa keaneragaman agama yang saling rukun dan bersatu adalah sesuatu nilai yang agung dan pantas ditanamkan.
Mobil kami menanjak jalanan berliku. Namun bagi umat Kristiani, jalanan yang berliku dan mendaki diyakini memiliki nilai spiritual tersendiri. Bagi mereka, berjalan di sepanjang Taman Wisata Iman mengibaratkan perjalanan Yesus memikul salib hingga Puncak Golgota.

Mereka tertawa, tersenyum. Tampak sesuatu di wajah mereka. Nyaman. Dan, yang pasti mereka berbeda agama.

Sekitar 100 meter setelah mendaki jalan berliku, perjalanan kami hentikan. Sebuah vihara berdiri tepat di sebelah kiri jalan. Vihara Saddhavadana namanya. Vihara ini telah berdiri sejak tahun 2002 dan hinga kini selalu ramai dipenuhi umat Buddha baik lokal mau pun Medan, bahkan kota-kota lain.

Memasuki bagian dalam vihara, sejenak keheningan terasa. Sebuah patung Buddha duduk bersila dengan telapak tangan menengadah ke depan sementara tangan kiri menyokong sikunya dari bawah. Temaram lampu redup menyala membikin suasana semakin sakral. Gema suara pelan dengan penjaga vihara masih dapat terdengar menggelinding di antara bangunan.

Perjalanan kembali dilanjutkan. “Goa Bunda Maria, sakrarlnya,” Membuat kami penasaran. Kami pun segera turun. Sebelum menuju ke sana kami pun harus melewati jalan-jalan setapak menurun. Hamparan bunga-bungaan sedikit mengusik pikiran akan firdaus. Damainya.

Jalan menurun, meski melelahkan namun paling tidak sebuah makna tergapai dari sana. Relief-relief yang menggambarkan perjalanan penderitaan Yesus sebelum naik ke surga (The Passion of the Christ) terasa hidup. Patung-patung itu menggambarkan ketika Yesus diadili, disiksa, memikul salib ke Puncak Golgata hingga akhirnya Ia disalibkan dan dikuburkan di sebuah gua. Beberapa pondok kecil dengan jendela terbuka menghadap lembah dan bukit meramaikan bangunan gereja di samping relief-relief itu. Sambil menunggu keluarga yang sedang berdoa, para pengunjung beragama Kristen masih dapat bersabar dengan ayunan dan beberapa tempat duduk dari kayu di taman tak jauh dari pondok doa itu.

Masih setengah perjalanan. Terasa lelah mendaki jalanan berkelok naik turun, kami pun beristirahat sejenak. Pemandangan alam yang indah. Udara aroma pinus tercium di mana-mana. Anak-anak pelajar tampak berbondong-bondong. Beberapa keluarga asyik berkumpul menikmati makan siang beralaskan tikar. Mereka tertawa, tersenyum. Tampak sesuatu di wajah mereka. Nyaman. Dan, yang pasti mereka berbeda agama.

Kami akhirnya tiba di sebuah bangunan mesjid dan relief Ka’bah di sampingnya, setelah beberapa menit mengunjungi pura bagi penganut agama Hindu. Bangunannya tepat menghadap lembah dengan sebuah taman dan tempat duduk kayu di depannya. Dari sini akan tampak pemandangan menuju Kecamatan Sumbul.

Relief Ka’bah tampak dikelilingi bunga-bunga. Beberapa pengunjung tampak asyik membidikkan lensa kameranya. Ada juga yang berjalan-jalan di sekitar taman sambil memandanginya lama-lama. Inilah puncak perjalan ke Taman Wisata Iman.

Sembari menikmati hidangan kopi panas, di hari yang mulai sore itu, kembali terenung dalam hati bahwa inilah karunia Sang Penguasa.


Sumber : DNA


Baca selengkapnya...

Kamis, 12 Maret 2009

Filosofi 'Truk Sampah'

Seberapa sering Anda membiarkan orang lain mengubah mood Anda? Apakah Anda membiarkan supir bemo yang sembrono, pelayan yang kasar, bos yang emosi, atau rekan kantor yang gak berperasaan --- menghancurkan hatimu? Terkecuali kalau Anda adalah robot; mungkin tanpa sadar seringkali Anda membalas memaki / memarahi mereka. Namun, ciri khas dari orang yang sukses adalah seberapa cepat dia dapat kembali dia berfokus pada apa yang penting.



Enam belas tahun yang lalu saya mempelajari pelajaran ini. Saya belajar di bagian belakang dari Taxi New York.


Ini yang terjadi.


Saya meloncat masuk ke dalam taksi, dan kami berangkat dari Grand Central Station. Kami mengemudi di jalur yang tepat. Namun tiba-tiba, sebuah mobil hitam melompat keluar dari ruang parkir tepat di depan kita. Supir taxi-ku langsung menghentak rem untuk berhenti mendadak, agak tergelincir sedikit dan hampir saja menabrak/ ditabrak mobil lain (tinggal beberapa inchi saja). Ukhh . . .


Supir mobil lain (orang tadi yang hampir menyebabkan kecelakaan besar) mengeluarkan kepalanya dari mobil dan mulai berteriak kata-kata kasar pada kita. Supir taxi-ku hanya tersenyum dan melambaikan tangan (dengan perlahan-lahan) kepada orang tadi.


Saya kira, supirku ini orang yang ramah. Jadi, saya berkata, "Mengapa Anda lakukan itu? Orang tadi hampir merusak mobilmu dan kita hampir celaka dan masuk Rumah Sakit gara-gara dia!"


Dan inilah yang dikatakan supir taxi-ku (baca di bawah) --- yang kemudian ku-sebut sebagai "The Law of Garbage Truck." ("Hukum Truk Sampah").


Banyak orang-orang seperti truk sampah. Mereka berjalan dengan penuh sampah, penuh dengan frustasi, penuh amarah, dan penuh dengan kekecewaan. Dan ketika sampah-sampah mereka mulai menumpuk, mereka perlu tempat untuk membuangnya. Dan jika Anda membiarkan mereka, mereka akan membanjiri sampah-sampah tersebut pada Anda. Bila seseorang ingin membuang sampah pada Anda, jangan diambil hati (jangan disimpan dalam hati).


Anda hanya perlu tersenyum, melambai, dan berharap mereka cepat pulih (membaik), dan Anda tetap melanjutkan pekerjaan Anda. Hati Anda akan senang setelah melakukannya.


Jadi karena hal ini: "The Law of Garbage Truck" ("Hukum Truk Sampah"). Saya mulai berpikir, seberapa sering saya biarkan "Truk Sampah" mempengaruhi saya? Dan seberapa sering saya ambil sampah dan mereka menularkannya kepada orang lain di tempat kerja/ rumah/ jalanan? Saya pun berjanji, "Saya tidak akan melakukannya lagi." Saya mulai melihat "truk sampah".


Seperti di film "The Sixth Sense,", anak kecil tersebut berkata, "Saya lihat Orang Mati." Nah, sekarang "Saya melihat Truk Sampah." Saya melihat mereka sedang membawa beban. Saya melihat mereka datang untuk menumpahkannya. Dan seperti Supir Taxi tadi, saya tidak akan memasukkan ke hati (I don't make it a personal thing), saya hanya akan tersenyum, melambai, berharap mereka bisa cepat pulih (membaik), dan saya tetap melanjutkan pekerjaanku.


Salah satu pemain football favoritku (Walter Payton) melakukan ini setiap hari di lapangan sepak bola. Dia akan melompat atas secepat dia pergi tanah setelah digasak/ di-sikut (di-tackle). Ia tidak pernah tetap diam di tanah untuk ditimpa oleh yang lain-lainnya. Payton telah siap untuk melakukan yang terbaik untuk aksi berikutnya.


Pemimpin yang bagus -- tahu mereka harus siap untuk pertemuan berikutnya . . .


Semua orang tua tahu bahwa mereka harus menyambut anak-anak (yang bakal pulang sekolah) dengan pelukan dan ciuman.


Pemimpin dan orang tua mengetahui bahwa mereka harus benar-benar hadir, dan pada saat yang terbaik untuk orang-orang yang mereka pedulikan.


Orang yang berhasil --- tidak pernah membiarkan "Truk Sampah" mengambil alih mereka. Bagaimana dengan Anda?


Apa yang akan terjadi dalam hidup Anda, mulai hari ini, jika anda membiarkan lebih "Truk Sampah" melewati anda?


Ini tebakanku: Anda akan bahagia. Hidup terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan menyesalkan, jadi . . .


Cintai orang-orang yang memperlakukan Anda dengan baik.


Dan lupakan hal-hal tentang orang-orang yang tidak berperilaku baik pada Anda.



Best regards

Veranica DA.


Baca selengkapnya...

Senin, 09 Maret 2009

Presiden Harap Stimulus Ekonomi Mulai April 2009

Solo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap stimulus ekonomi senilai Rp73 triliun yang terbagi menjadi jatah beberapa departemen dapat dialirkan mulai April 2009.

Saat berpidato pada acara peresmian Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu, Presiden Yudhoyono mengatakan ia telah memanggil menteri-menteri terkait dan memerintahkan agar stimulus tersebut terserap secara tepat guna.

"Mari kita sukseskan, ini uang negara, uang rakyat, harus tepat sasaran dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Semua menteri sudah diundang dan saya katakan jangan terlambat, April harus sudah mengalir," tutur Presiden.

Dalam pidatonya Presiden merinci, stimulus ekonomi senilai Rp73 triliun itu di antaranya dialokasikan Rp6,6 triliun untuk pembangunan jalan irigasi dan kesiapan menghadapi banjir yang dilakukan Pekerjaan Umum, Rp2,19 triliun untuk pembangunan sarana bandara, pelabuhan dan kereta api oleh Departemen Perhubungan, Rp500 miliar untuk pembangunan transimisi dan distribusi listrik yang dilakukan Departemen ESDM, Rp400 miliar untuk pembangunan rusunawa oleh Kementerian Perumahan Rakyat, Rp650 miliar untuk pertanian dan irigasi oleh Departemen Pertanian.

Selain itu, Rp100 miliar dialokasikan untuk pembangunan pasar tradisional dan sentra pedagang kaki lima oleh Kementerian Koperasi dan UKM, Rp355 miliar untuk pembangunan pasar tradisional dan gudang logistik oleh Departemen Perdagangan, Rp300 miliar untuk pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) oleh Departemen Tenaga Kerja, Rp150 miliar untuk subsidi rumah sakit dan Rp365 miliar untuk subsidi obat generik yang dialokasikan ke Departemen Kesehatan.

Menurut Presiden, dari subsidi Rp73 triliun itu masih ada lagi Rp12,2 triliun yang dialokasikan sebagai tambahan untuk departemen dan kementerian tertentu yang sebagian besar untuk pembangunan sarana dan prasarana.

Dalam pidatonya, Presiden juga mengingatkan kembali rencana penting pemerintah untuk mempercepat proyek pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia.

Selain diharapkan dapat mempercepat perkembangan ekonomi, pembangunan proyek infrastruktur diharapkan menyerap tenaga kerja di dalam kondisi krisis keuangan global.

Presiden mengingatkan kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, yaitu "dual track strategy" yang menggunakan anggaran negara dan juga melibatkan sektor swasta serta investor luar negeri.

Dalam pidatonya, Presiden juga mengatakan kelanjutan proyek infrastruktur sungai Bengawan Solo merupakan salah satu proyek prioritas dan karena itu ia minta pembangunan tersebut ditindaklanjuti.

"Karena itu saya meminta menteri pekerjaan umum, bersama Gubernur Jawa Timur dan bupati untuk sekali lagi di`update` rencana untuk membangun infrastruktur di sepanjang Bengawan Solo," tutur Presiden.

Proyek yang melibatkan dua provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur itu, menurut Presiden, merupakan megaproyek berbiaya sangat besar yang strategis dan dapat mengembangkan perekonomian Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca selengkapnya...

Kamis, 05 Maret 2009

Pesona Lau Kawar Yang Menggoda

Enggan pulang. Itulah yang terjadi pada para penganut kebebasan itu. Padahal, mereka seharusnya memikirkan masa depan mereka. Tapi, sepertinya mereka sudah betah dan (sekali lagi), mereka tetap enggan pulang.

Inilah yang terjadi di kawasan alam Danau Kawar. Jika bisa diumpamakan, kawasan ini layaknya daratan kecil yang diperuntukkan khusus bagi pecinta dan penikmat alam. Dan sepertinya tak sedikit yang terpesona, bahkan dan enggan pulang ke rumah setelah mengisi waktu dan menikmati pesonanya di sana.

Danau Lau Kawar - Karo

Barangkali, inilah yang dialami sebagian orang yang hadir mengisi lahan-lahan berumput hijau di kawasan pinggir Danau Lau Kawar yang memiliki kedalaman tertinggi mencapai 27 meter itu.
Ricky misalnya. “Jangan terlalu repot jika kehabisan logistik (makanan). Kalau soal makanan, di sini mudah didapat,” katanya. Tinggal bagaimana kita bergaul dengan penduduk setempat, paling tidak para pemilik ladang.
Ricky sudah lama “menghuni” di sana. Bahkan tidak ingat persis harinya ketika ia tiba di sana. “Kalau dihitung-hitung sudah hampir 2 bulan,” katanya.
Bagi Ricky, hidup dan survival di kawasan Danau Lau Kawar merupakan wujud dari kebebasan sekaligus wahana sosialisasi sesama manusia atau pecinta alam dan penikmat alam — kedua istilah ini memiliki arti berbeda baginya.
“Kalau bisa saya kategorikan, saya masuk dalam kategori pecinta alam bukan penikmat alam. Penikmat alam hanya menikmati alam. Pecinta alam, bukan hanya menikmati tapi juga berperan dalam kelestariannya,” jelasnya.
Kedua istilah ini tiba-tiba membuat Ricky kritis. Pasalnya, tak jarang ada oknum tak jelas menggunakan dalih penggunaan istilah pecinta alam dengan iming-iming penghijauan. Caranya dengan mengajukan proposal kepada pemerintah setempat dengan motif penghijauan, tapi hasil yang ditemui di lapangan sangat jauh dari apa yang diharapkan.
“Mereka kami juluki bandit proposal,” jelasnya lantang. “Sebab apa yang tertera dalam proposal sering melenceng dari apa diprogramkan dalam proposal. Misalnya, dalam proposal penghijauan itu dikatakan bahwa mereka akan menanam pohon sejumlah 15 ribu batang. Lah, hasilnya beda,” tambahnya.
Selain Ricky, ada juga Erwin (23 dan Anes (24). Erwin sendiri sudah hampir 1,5 bulan di sana. Ia sudah tiba sejak awal Januari dan hingga kini masih enggan untuk pulang. “Lebih enak di sini daripada di rumah (Medan),” kata mereka.
Hari-hari berlalu tak terasa. Di kala siang, ketika mentari datang menyengat, panas, kadang-kadang mereka pergi ke danau mencari ikan atau kepah untuk bekal nanti malam. Ada juga yang pergi ke puncak, bergabung dengan para petani, membantunya, dan pulang denga membawa aneka sayur-mayur: labu, kol, tomat, cabai. Tak ketinggalan ranting-ranting pohon untuk bakaran.
Di sore hari, sebagian dari mereka asyik bermain bola volley. Dan ketika senja tiba dan langit mulai gelap, perlahan-lahan tedengar alunan lagu dengan iringan gitar. Sambil memasak bahan makanan apa saja yang mereka dapat hari itu, masing-masing mulai membuka cerita. Hingga malam tiba, mereka benyanyi, bercanda, tertawa. Dan sepertinya mereka bahagia.
***
Desa Lau Kawar adalah desa kecil yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya bersumber dari pertanian sayur-sayuran dan buah. Untuk mencapai daerah itu, setidaknya harus melalui Brastagi atau Kabanjahe.
Sebelumnya, kami telah menempuh perjalanan, yang memakan waktu sekitar 3,5 jam. Jika bus melaju tanpa ngebut waktu tempuh dari Medan menuju Brastagi bisa memakan waktu 2 jam. Tapi, begitulah kebiasaanya bahwa ngebut itu wajar. Apalagi bagi bus-bus trayek Medan – Brastagi–Kabanjahe, yang rata-rata penumpangnya juga sudah terbiasa dengan kondisi itu.
Setelah tiba di Brastagi dan membeli persediaan bahan makanan secukupnya, kami pun melaju dengan bus kecil (Takasima) yang akan membawa kami ke Desa Lau Kawar. Perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Meski terasa melelahkan, tapi mata cukup terasa segar dengan pemandangan alam pedesaan. Sesekali terlihat Gunung Sinabung yag menyembul dari sudut-sudut desa.
Desa Lau Kawar, selain identik dengan panorama danaunya juga kaya ekosistem flora dan fauna. Diperkirakan di areal yang juga dikenal dengan kawasaan Hutan Wisata Deleng Lancuk (HWDL)itu terdapat flora jenis keliung (quercus), castanopsis dan jenis ficus.
Pada pingggiraan danau juga terdapat berbagai jenis anggrek pohon dengan bunga-bungaan yang indah. Adapun jenis fauna di antaranya, rusa rawa (cervus unicolor), owa (hylobates moloch), musang (paradoxumus hermaprodicus), kambing hutan (naemorhaedus sumatrensis) dan burung enggang (buceros).
Nama Deleng Lancuk diambil dari nama sebuah bukit. Kawasan HWDL berada didalam kawasan Hutan Sibayak II dengan luas 435 hektar. Termasuk Danau Lau Kawar telah ditunjuk menjadi taman wisata alam sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No.08/Kpts/II/1989, 6 Februari 1989.

Sumber : DNA



Baca selengkapnya...

Rabu, 04 Maret 2009

Gaya Para Pemimpin Krisis

Obama Cium Ibu, Wen Chatting dengan Rakyat

Di masa krisis berat seperti ini, para pemimpin dunia kelihatannya melakukan komunikasi langsung dengan rakyatnya melebihi dari yang sudah-sudah. Presiden Obama dan Perdana Menteri Wen Jiabao dua contoh yang amat menarik.
Ketika Senat Amerika Serikat memperdebatkan setuju atau tidak atas langkah-langkah presiden baru itu, Obama berdialog langsung dengan rakyat di beberapa kota yang paling terkena krisis. Kemarin lusa, pemimpin dari negara komunis yang biasanya sangat tertutup pun, chatting langsung dengan jutaan netter-nya selama dua jam lebih.
Ketika para wakil rakyat kelihatan keberatan untuk menyetujui usaha mengatasi krisis, Obama seakan membuat sidang tandingan. Meski sudah menjadi presiden, pidato Obama saat itu persis ketika masih jadi calon presiden: santai sekali seperti tidak ada beban. Bahkan, di sela-sela pidato, sesekali dia mengambil minum sendiri. Bukan dari gelas yang sudah tersedia di atas podium, tapi dari botol yang dia taruh di lantai dekat podium. Seorang presiden AS melakukan itu.
Tanpa moderator dia juga langsung melakukan tanya jawab dengan yang hadir di gedung itu. Ketika ada seorang wanita yang mengeluhkan nasibnya di saat krisis ini, dia datangi wanita itu. Dia cium, dia bisikkan kata-kata yang memberi harapan. Sama sekali tidak menggambarkan prosedur, tata cara, dan security seorang presiden.
Cara demikian dia perlukan karena dia harus bersaing langsung dengan wakil rakyat. Sidang di senat (wakil rakyat) yang menegangkan itu disiarkan langsung oleh jaringan TV. Dialog Obama dengan rakyat juga disiarkan langsung oleh TV. Stasiun TV pun kesulitan mau memilih menyiarkan yang mana: dua-duanya menarik. Maka banyak stasiun TV yang membagi dua layarnya: sebelah kiri siaran langsung sidang wakil rakyat, sebelah kanan siaran langsung “sidang” Obama dengan rakyat. Seakan-akan Obama ingin menunjukkan siapa yang benar-benar mewakili hati nurani rakyat: dia atau wakil rakyat. Pemirsa pun bisa membandingkan secara langsung mana yang lebih memenuhi harapan rakyat: wakil mereka atau Obama.
Yang menarik, di gedung senat itu juga bisa diikuti siaran langsung apa saja yang dilakukan Obama di depan rakyatnya. Sebaliknya, informasi apa saja yang sedang dibicarakan di gedung senat juga bisa diikuti para staf Obama di gedung pertemuan di Florida itu.
Ketika Obama berjalan menjauhi podium untuk mendekat ke penanya yang letaknya jauh di tribun kiri, seseorang naik panggung dan meletakkan selembar kertas di atas podium. Saya sudah menyangka informasi apa yang diinterupsikan ke podium itu. Tapi, Obama tidak kelihatan terlalu peduli, atau tidak kelihatan terlalu ingin mengetahui informasi apa yang begitu penting.
Setelah kembali ke podium, Obama juga tidak langsung membaca isi kertas itu. Baru beberapa saat kemudian, dia mengambil kertas tersebut dan mengumumkan isinya kepada yang hadir di situ: Senat telah memberikan persetujuannya. Memang, penonton TV sudah tahu bahwa di layar sebelah kiri telah disiarkan bahwa Senat telah selesai berdebat dan menyetujui rencana Obama meski dengan hanya selisih satu suara.
Di masa krisis, terobosan komunikasi seperti itu sangat diperlukan. Dan, Obama memiliki kemampuan dan keterbukaan yang luar biasa. Inilah yang juga saya harapkan di masa kepresidenan Indonesia lima tahun ke depan. Tidak perlu seorang presiden mendapat dukungan mayoritas di DPR. Jangan takut dijegal oleh DPR. Sepanjang dia memang dipilih oleh rakyat dan kemenangannya cukup signifikan, mengapa harus takut pada DPR.
Kalau saja sampai terjadi DPR menghambat program presiden, cara-cara seperti yang dilakukan Obama bisa ditiru. Rakyat akan ikut menentukan mana yang lebih memenuhi harapan rakyat: Presiden atau wakil rakyat. Dengan demikian, akan terjadi juga proses pendewasaan DPR. Termasuk dalam proses ini adalah dikuranginya peran fraksi, sehingga anggota DPR sedikit lebih terbebas dari belenggu fraksi.
Lain dengan yang dilakukan Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao. Semestinya Wen memerintah dengan tangan besi. Apalagi, di zaman krisis seperti ini. Toh, Wen terus berdialog langsung dengan rakyat. Dia sangat rajin turun ke daerah-daerah yang paling menderita. Bahkan, dua hari lalu dia chatting dengan pengguna internet. Sebuah dialog langsung yang mestinya hanya bisa dilakukan oleh negara liberal.
Di Tiongkok pengguna internet memang luar biasa besarnya: 300 juta. Penguasa tahu kekuatan komunikasi yang terkandung di dalamnya. Maka sangat tepat kalau Wen memanfaatkannya. Kenapa Wen melakukan itu?
Dalam masa krisis, peran pemimpin memang sangat menentukan. Kalau dia terus bicara mengenai kesulitan-kesulitan krisis yang harus dihadapi, bisa-bisa rakyatnya akan takut, lemas, dan kehilangan semangat. Yang lebih membahayakan lagi kalau rakyatnya kehilangan sikap optimistis dan kehilangan kepercayaan diri.
Sebaliknya, kalau pemimpin terus menutupi kesulitan itu dan hanya memompa semangat melalui pidato, bisa-bisa rakyat terjerumus. Maka di masa seperti ini pemimpin memang harus pandai-pandai membuat keseimbangan antara menunjukkan realitas yang sulit dan memberikan optimisme melalui langkah konkret.
“Terus terang, baru sekali ini saya chatting di internet. Sesuatu yang pertama selalu saja membuat grogi,” ujar Wen dengan nada gurau, tapi sangat mengena di hati rakyat biasa. “Baik sekali menggunakan cara ini untuk tukar pikiran secara langsung dengan rakyat,” tambahnya.
“Rakyat telah memberi saya kekuasaan. Saya tidak tahu bagaimana membalasnya yang terbaik. Karena itu, saya habis-habisan melayani rakyat,” katanya menjawab pertanyaan para netter.
Ada 30 pertanyaan yang sempat dikomentari oleh Wen Jiabao di situ. Mulai yang berat-berat sampai yang ringan-ringan dan yang sangat pribadi. Misalnya: Berapa hari dalam setahun berada di rumah? Berapa gaji? Kalau almarhum Perdana Menteri Zhu Enlai terkenal sebagai peminum, berapa banyak Anda mampu minum (alkohol)? Dalam waktu senggang apakah Anda chatting di internet atau main playgame? Berapa jam tidur sehari? Sampai ke pertanyaan serius: apakah Anda merasa harga rumah di perkotaan masih terlalu tinggi?
Jawaban-jawaban Wen, terus bermain di antara menceritakan realitas yang sulit-sulit dan harapan-harapan yang optimistis. Misalnya, kata-katanya yang lucu “sukses tidaknya mendorong orang untuk belanja itu bukan bagaimana pemerintah mengimbau orang agar belanja, tapi yang lebih penting adalah ada atau tidak ada uang di saku mereka.”
Karena itu, pemerintah menganggarkan dana sampai 500 miliar dolar dalam empat tahun ini. Hasilnya pun sudah bisa dia ceritakan. “Sepuluh hari pertama Februari, penggunaan listrik sudah naik 13,2 persen,” katanya. Dan, kalau dilihat sepuluh hari kedua, kenaikannya sudah 15 persen. Tingkat konsumsi juga sudah mulai naik. “Semua data ini akan terus kita ikuti dengan cermat. Kalau memang masih diperlukan, pemerintah akan menggenjot lagi,” katanya.
Jawaban lain bentuknya imbauan. Misalnya, para pengusaha dan bankir harus punya jiwa sosial. Demikian juga para dokter harus memberikan pelayanan terbaik kepada orang yang lagi susah. “Kalau para dokter mengeluh, berikan keluhan itu kepada kami. Jangan sampai keluhan itu dilampiaskan dalam bentuk pelayanan yang kurang baik kepada pasien,” katanya.
Wen ingin sekali membangun rasa percaya diri yang kuat bahwa Tiongkok mampu mengatasi krisis ini. “Percaya diri lebih berharga daripada emas atau uang,” katanya. Membangun percaya diri juga bagian penting dari mengatasi krisis.
Oleh : Dahlan Iskan


Baca selengkapnya...

Selasa, 03 Maret 2009

Merendah Itu Indah

Di satu kesempatan, ada turis asing yang meninggal di Indonesia. Demikian baiknya turis ini ketika masih hidup, sampai-sampai Tuhan memberikan kesempatan untuk memilih: surga atau neraka. Tahu bahwa dirinya meninggal di Indonesia, dan sudah teramat sering ditipu orang, maka ia pun meminta untuk melihat dulu baik surga maupun neraka. Ketika memasuki surga, ia bertemu dengan pendeta, kiai dan orang-orang baik lainnya yang semuanya duduk sepi sambil membaca kitab suci. Di neraka lain lagi, ada banyak sekali hiburan di sana. Ada penyanyi cantik dan seksi lagi bernyanyi. Ada lapangan golf yang teramat indah. Singkat cerita, neraka jauh lebih dipenuhi hiburan dibandingkan surga.

Yakin dengan penglihatan matanya, maka turis tadi memohon ke Tuhan untuk tinggal di neraka saja. Esok harinya, betapa terkejutnya dia ketika sampai di neraka. Ada orang dibakar, digantung, disiksa dan kegiatan-kegiatan mengerikan lainnya. Maka proteslah dia pada petugas neraka yang asli Indonesia ini. Dengan tenang petugas terakhir menjawab: 'Kemaren kan hari terakhir pekan kampanye pemilu". Dengan jengkel turis tadi bergumam: 'Dasar Indonesia, jangankan pemimpinnya, Tuhannya saja tidak bisa dipercaya!'.
Anda memang tidak dilarang tersenyum asal jangan tersinggung karena ini hanya lelucon. Namun cerita ini menunjukkan, betapa kepercayaan (trust) telah menjadi komoditi yang demikian langka dan mahalnya di negeri tercinta ini. Dan sebagaimana kita tahu bersama, di masyarakat manapun di mana kepercayaan itu mahal dan langka, maka usaha-usaha mencari jalan keluar amat dan teramat sulit.

Jangankan dalam komunitas besar seperti bangsa dan perusahaan dengan ribuan tenaga kerja, dalam komunitas kecil berupa keluarga saja, kalau kepercayaan tidak ada, maka semuanya jadi runyam. Pulang malam sedikit, berujung dengan adu mulut. Berpakaian agak dandy sedikit mengundang cemburu.
Di perusahaan malah lebih parah lagi. Ketidakpercayaan sudah menjadi kanker yang demikian berbahaya. Krisis ekonomi dan konglomerasi bermula dari sini. Buruh yang mogok dan mengambil jarak di mana-mana, juga diawali dari sini. Apa lagi krisis perbankan yang memang secara institusional bertumpu pada satu-satunya modal: trust capital.
Bila Anda rajin membaca berita-berita politik, kita dihadapkan pada siklus ketidak percayaan yang lebih hebat lagi. Polan tidak percaya pada Bambang. Bambang membenci Ani. Ani kemudian berkelahi dengan Polan. Inilah lingkaran ketidakpercayaan yang sedang memperpanjang dan memperparah krisis.
Dalam lingkungan seperti itu, kalau kemudian muncul kasus-kasus perburuhan seperti kasus hotel Shangrila di Jakarta yang tidak berujung pangkal, ini tidaklah diproduksi oleh manajemen dan tenaga kerja Shangrila saja. Kita semua sedang memproduksi diri seperti itu.
Andaikan di suatu pagi Anda bangun di pagi hari, membuka pintu depan rumah, eh ternyata di depan pintu ada sekantong tahi sapi. Lengkap dengan pengirimnya: tetangga depan rumah. Pertanyaan saya sederhana saja: bagaimanakah reaksi Anda? Saya sudah menanyakan pertanyaan ini ke ribuan orang.. Dan jawabannyapun amat beragam.
Yang jelas, mereka yang pikirannya negatif, 'seperti sentimen, benci, dan sejenisnya', menempatkan tahi sapi tadi sebagai awal dari permusuhan (bahkan mungkin peperangan) dengan tetangga depan rumah. Sebaliknya, mereka yang melengkapi diri dengan pikiran-pikiran positif 'sabar, tenang dan melihat segala sesuatunya dari segi baiknya' menempatkannya sebagai awal persahabatan dengan tetangga depan rumah.
Bedanya amatlah sederhana, yang negatif melihat tahi sapi sebagai kotoran yang menjengkelkan. Pemikir positif meletakkannya sebagai hadiah pupuk untuk tanaman halaman rumah yang memerlukannya.
Kehidupan serupa dengan tahi sapi. Ia tidak hadir lengkap dengan dimensi positif dan negatifnya. Tapi pikiranlah yang memproduksinya jadi demikian. Penyelesaian persoalan manapun 'termasuk persoalan perburuhan ala Shangrila' bisa cepat bisa lambat. Amat tergantung pada seberapa banyak energi-energi positif hadir dan berkuasa dalam pikiran kita.
Cerita tentang tahi sapi ini terdengar mudah dan indah, namun perkara menjadi lain, setelah berhadapan dengan kenyataan lapangan yang teramat berbeda. Bahkan pikiran sayapun tidak seratus persen dijamin positif, kekuatan negatif kadang muncul di luar kesadaran.
Ini mengingatkan saya akan pengandaian manusia yang mirip dengan sepeda motor yang stang-nya hanya berbelok ke kiri. Wanita yang terlalu sering disakiti laki-laki, stang-nya hanya akan melihat laki-laki dari perspektif kebencian. Mereka yang lama bekerja di perusahaan yang sering membohongi pekerjanya, selamanya melihat wajah pengusaha sebagai penipu. Ini yang oleh banyak rekan psikolog disebut sebagai pengkondisian yang mematikan.
Peperangan melawan keterkondisian, mungkin itulah jenis peperangan yang paling menentukan dalam memproduksi masa depan. Entah bagaimana pengalaman Anda, namun pengalaman saya hidup bertahun-tahun di pinggir sungai mengajak saya untuk merenung. Air laut jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sungai. Dan satu-satunya sebab yang membuatnya demikian, karena laut berani merendah.
Demikian juga kehidupan saya bertutur. Dengan penuh rasa syukur ke Tuhan, saya telah mencapai banyak sekali hal dalam kehidupan. Kalau uang dan jabatan ukurannya, saya memang bukan orang hebat. Namun, kalau rasa syukur ukurannya, Tuhan tahu dalam klasifikasi manusia mana saya ini hidup. Dan semua ini saya peroleh, lebih banyak karena keberanian untuk merendah.
Ada yang menyebut kehidupan demikian seperti kaos kaki yang diinjak-injak orang. Orang yang menyebut demikian hidupnya maju, dan sayapun melaju dengan kehidupan saya. Entah kebetulan entah tidak. Entah paham entah tidak tentang filosofi hidup saya seperti ini. Seorang pengunjung web site saya mengutip Rabin Dranath Tagore: 'kita bertemu yang maha tinggi, ketika kita rendah hati'.
***
~Hidup ini tidak boleh sederhana. Hidup ini harus hebat, kuat, luas, besar dan bermanfaat. Yang sederhana itu adalah sikapnya.~


Oleh: I Gde Prama

Baca selengkapnya...

Senin, 02 Maret 2009

Osteoporosis Penyakit Kronis Dan Serius

Persatuan Osteoporosis Indonesia (Perosi) dan Perkumpulan Menopause Indonesia (Permi) mengatakan, osteoporosis adalah penyakit menahun alias kronis dan serius, meskipun tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik.

"Saya ingin masyarakat Indonesia menyikapi penyakit ini sebagai penyakit yang serius, walau memang tidak ada gejala-gejala yang mendahuluinya," kata Ketua Perosi dan Permi, Prof. Ichramsjah Rachman di Jakarta.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.

"Pembentukan tulang dimulai sejak kita masih berada di rahim ibu, itu sebabnya sedari dini para ibu hamil harus memperhatikan aspek kesehatan calon-calon bayinya agar minimal tidak kekurangan kalsium," jelas dia.

Pada masa hamil, lanjutnya, ibu harus memperbanyak konsumsi susu agar kandungan kalsium di tubuhnya dan tubuh bayi bisa meningkat.

Ayah dari tiga anak ini menyarankan agar bayi-bayi tidak lagi dibebat rapat dengan kain ketika baru lahir, "Agar tulang bisa bergerak maksimal dan secara otomatis menguatkan organ tulang sejak masih bayi."

Ketika mulai beranjak remaja, pola makan yang memenuhi standar minimal asupan kalsium dan olahraga yang rutin akan membuat pertumbuhan pembentukan tulang mencapai titik yang maksimal.

Data penelitian menunjukkan bahwa sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea).

Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis, karena kemampuan menyimpan kalsium di tulang menjadi berkurang akibat menurunnya hormon yang diproduksi.

Penyakit osteoporosis kerap disebut penyakit keropos tulang. Penyakit ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda akibat produksi hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

"Kita bisa mencegah osteoporosis dengan tiga langkah, yakni olahraga teratur seperti berjalan kaki minimal 10.000 langkah sehari, mengkonsumsi nutrisi sesuai kebutuhan seperti untuk kalsium dan vitamin D, dan mengurangi kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok dan meminum alkohol," demikian Ichramsjah.


Sumber : investorindonesia.com

Baca selengkapnya...