Minggu, 31 Mei 2009

Terpecahkan, Mengapa Manusia Bisa Tua

Dengan makin banyak manusia yang hidup hingga tua, ilmuwan tertantang untuk mengetahui proses biologi penuaan. Penelitian terakhir mengubah pandangan bagaimana dan mengapa manusia bisa menjadi tua.

Selama lebih dari setengah abad, proses penuaan disebut-sebut disebabkan oleh "radikal bebas." Zat ini berupa racun, molekul tak stabil dari oksigen yang berada di sel tubuh.

Proses ini juga disebut sebagai paradoks oksigen, karena sifat oksigen yang penting sekaligus juga berbahaya bagi organisme hidup.

"Oksigen teman juga lawan,'' kata Bennett Van Houten , ahli bilogi molekuler di Pittsburgh Cancer Institute .

Molekul radikal bebas berisi dua atom oksigen yang berhubungan dengan jumlah elektron genap pada sistemnya. Tidak memenuhi jumlah seperti yang dipersyaratkan hukum kimia.

Ketidakseimbangan kimia menjadikan radikal bebas mencuri elektron dari molekul oksigen tetangganya. Oleh karena itu, molekul yang diambil oksigennya mengalami masalah serupa menjadi reaksi kimia yang dapat merusak DNA dan struktur sel.

Karena kerusakan menumpuk bertahun-tahun, menyebabkan meningkatkan ketidakmampuan dan utamnya menimbulkan kematian.

Radikal bebas biasanya dibuat pada struktur khusus yang disebut mitochondria. Ini merupakan pabrik kecil di dalam sel yang membakar oksigen untuk menghasilkan paket energi agar bisa digunakan oleh tubuh.

Menurut Bruce Ames ahli bilogi molekuler di Universitas California, Berkeley sayangnya proses oksidasi menghasilkan 10.000 radikal bebas di setiap sel tiap hari.

Atioksidan alamiah di vitamin, buah-buahan sayuran mampu menetralisir molekul ini namun sebagian tertinggal dan menyebabkan kerusakan.

"Penuaan disebabkan secara bertahap, akumulasi sepanjang hidup sejumlah molekul dan kerusakan sel,'' kata Tom Kirkwood dari Institute for Aging and Health di Newcastle, Inggris.

Pandangan radikal bebas dari hasil riset terbaru mendapati, hasil yang lebih kompleks. Gen, lingkungan, nutrisi dan gaya hidup juga dikenal sebagai bagian jaringan komplek yang menyebabkan penuaan.

Radiasi Ultraviolet dari matahari, racun kimia, asap tembakau dapat menyebabkan pembelahan sel menghasilkan radikal bebas. Hasilnya ilmuwan menyebut "oxidative stress,'' sebagai penyebab utama kanker, Alzheimer dan penyakit jantung.

Konferensi pakar "Oxidative Stress and Disease'' di Italia pada Maret mendatang akan menentukan teori radikal bebas apakah perlu diupdate.


Budi Winoto

Baca selengkapnya...

Sabtu, 30 Mei 2009

Tips Hemat Saat Belanja

Kapanpun Anda mau belanja, belajar untuk mengendalikan diri sendiri dan hanya membeli hal-hal yang Anda butuhkan saja untuk bulan itu. Hindari membeli barang-barang yang banyak hanya karena barang tersebut sedang diskon, sedangkan Anda mungkin tidak membutuhkan barang itu.

Misalnya, Anda membutuhkan sebuah baju dan Anda merasa membeli dua kaos pada saat diskon dapat menghemant pengeluaran, namun hal tersebut tidak akan menghemat pengeluaran Anda dalam jangka panjang.

Yang seharusnya Anda lakukan, yaitu Anda harus membeli satu baju yang diperlukan dan menggunakan uang yang tersisa untuk membeli beberapa hal penting lainnya atau bahkan menyimpan uang tersebut untuk bulan berikutnya.

Sebelum Anda membeli suatu barang, yang penting untuk Anda lakukan adalah berkeliling dan mencari barang di toko-toko yang menjual harga yang termurah untuk menghemat menghemat anggaran belanja Anda.

Selain itu, Anda dapat menunggu saat musim liburan dimana banyak barang yang sedang diskon sehingga Anda dapat membeli semua yang anda butuhkan pada harga yang lebih murah.

memang bagus mengikuti tren, tapi jika Anda mempunyai pakaian yang cukup, lebih baik Anda menggunakan uang yang dimiliki untuk melunasi hutang Anda. Jangan meniru apa yang orang lain lakukan seperti membeli pakaian mahal terbaru atau mobil yang bagus sehingga Anda dapat meningkatkan perencanaan yang dimiliki.

Anda harus selalu dapat membedakan antara hal-hal yang Anda perlukan dan yang tidak Anda perlukan untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan.

Yang penting Anda lakukan adalah memeriksa harga melalui Internet. Kadang-kadang anda Akan terkejut menemukan beberapa hal yang Anda perlukan jauh lebih murah dijual di internet daripada took yang pernah Anda datangi.

Dan satu lagi yang tidak kalah pentingnya untuk menghemat pengeluaran saat belanja adalah meninggalkan kartu kredit Anda di rumah untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan.


Sumber : DNA

Baca selengkapnya...

Jumat, 29 Mei 2009

Tangkal Radikal Bebas lewat Sayuran

Anggapan bahwa teh hijau satu-satunya tanaman yang sangat efektif menangkal radikal bebas di udara sekitar adalah salah. Ternyata cukup banyak tumbuhan lain kaya senyawa antioksidan dengan harga jauh lebih murah, namun juga mampu menangkal radikal bebas.

Seperti diungkapkan oleh Ir Henny Windarti, MSi, juru bicara Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam pemaparan hasil penelitian, di kampus IPB Bogor, belum lama ini.

Menurut dia, empat peneliti IPB berhasil menemukan senyawa antioksidan alami pada sekurangnya 11 macam sayuran yang biasa dikonsumsi dalam bentuk lalapan dalam masyarakat Sunda, Jawa Barat.

"Jadi, kalau kita makan ikan atau ayam bakar disediakan lalapan daun kemangi, poh-pohan atau kenikir harus dimakan. Sebab, tidak saja rasanya yang enak, tetapi juga makan dedaunan itu baik untuk kesehatan karena kaya akan antioksidan alami," ucapnya.

Henny Windarti yang didampingi keempat peneliti, yaitu Dr Nuri Andarwulan, Ratna Batari, Diny Agustini Sandrasari, dan Prof Hanny Wijaya, menyebutkan, kesebelas jenis sayuran itu ialah kenikir (Cosmos caudatus), beluntas (Pluchea indica), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum), katuk (Sauropus androgynus), kedondong Cina (Polyscias pinnata), daun antanan (Centella asiatica), poh-pohan (Pilea trinervia), daun ginseng (Talinum paniculatum), dan krokot (Portulaca oleracea).

Nuri Andarwulan, peneliti di Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara (SEAFAST) IPB, menjelaskan, senyawa antioksidan alami itu berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid, asam fenolat), senyawa nitrogen (alkaloid, turunan klorofil, asam amino, dan amina), atau karotenoid seperti asam askorbat.

Dari hasil penelitian yang pernah dipaparkan dalam seminar bertema Natural Antioxidants: Chemistry, Biochemistry and Technology itu diketahui nilai total flavonoid dari sayur lalapan itu sangat bervariasi.

"Seluruh sampel sayuran dan lalapan itu mengandung komponen quercetin yang berguna untuk kekebalan tubuh," katanya.

Hasil penelitian yang dilakukan tim menunjukkan bahwa kesebelas sayuran yang mempunyai flavonoid tertinggi berturut-turut ialah katuk (831,70 miligram per 100 gram), kemikir (420,85 miligram per 100 gram), dan kedondong cina (358,17 miligram per 100 gram).

Sedangkan krokot mempunyai total flavonoid terkecil yaitu 4,05 miligram per 100 gram. Komponen flavonoid pada daun katuk yang paling dominan adalah kaempferol sebesar 805,48 miligram per 100 gram.

Meski daun katuk merupakan sayuran dengan nilai total flavonoid tertinggi dibanding sayuran lainnya, kandungan total fenol tertinggi justru dimiliki kenikir (1.225,88 miligram per 100 gram), diikuti beluntas 1.030,03 miligram per 100 gram, dan mangkokan 669,30 miligram per 100 gram.

"Nilai total fenol kesebelas sayuran itu rata-rata jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai total flavonoid-nya. Hal ini menunjukkan di dalam sayur-sayuran tersebut terkandung senyawa fenol lain yang bukan berasal dari flavonol maupun flavone," ujarnya.

Daun kenikir yang dikonsumsi sebagai sayur dalam urapan, juga biasa dikonsumsi sebagai obat herbal untuk penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang, dan pengusir serangga.

Sifat antioksidan yang dimiliki kenikir memungkinkan pengembangan tanaman ini sebagai agen kemopreventif. Sedangkan kecombrang yang dikenal masyarakat Sumatera Utara sebagai kencong atau kincung atau honje di kalangan masyarakat Sunda itu telah lama dipergunakan sebagai penyedap masakan untuk mendapatkan rasa asam yang sedap dan menyegarkan.

"Ternyata kecombrang memiliki kadar antioksidan yang tak kalah dibanding teh hijau," ujarnya.

Tentang senyawa antioksidan, menurut peneliti Universitas Tufts di Boston, Amerika Serikat, Bradley Bolling, PhD mengatakan, antioksidan mengurangi akumulasi produk radikal bebas, menetralisir racun, mencegah inflamasi, dan melindungi penyakit genetik.


Liana

Baca selengkapnya...

Kamis, 28 Mei 2009

Mengukur Janji Pertumbuhan Ekonomi

Isu ekonomi merupakan isu yang paling hangat disuarakan oleh para calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Umum 2009. Para pasangan calon berlomba menebar janji pertumbuhan ekonomi tinggi dengan harapan mampu menyihir para pemilih pada pemilihan presiden Juli 2009. Pasangan Jusuf Kalla-Wiranto mengusung ekonomi kemandirian dengan janji pertumbuhan 8-9 persen, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono mengusung ekonomi konvensional dengan target pertumbuhan 7 persen, sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto mengusung ekonomi kerakyatan dengan janji pertumbuhan 10 persen (Vivanews, 18 Mei 2009).

Kita sebagai warga negara sudah seharusnya tidak kehilangan daya kritik melihat janji-janji tersebut. Apakah janji-janji tersebut masuk akal atau janji sekadar janji yang tidak pernah bisa ditepati. Angka-angka pertumbuhan patut dikritik secara teoretis dan pembuktian empiris berdasar pengalaman Indonesia.

Literatur ekonomi menunjukkan sumber pertumbuhan ekonomi terbagi menjadi tiga komponen utama, yaitu pertumbuhan barang modal, pertumbuhan tenaga kerja/tenaga kerja terdidik, dan pertumbuhan produktivitas (Solow, 1957, dan Abramovitz, 1956). Penelitian empiris mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia kurun waktu 1880-2007 menunjukkan rata-rata pertumbuhan barang modal 4,3 persen per tahun, pertumbuhan tenaga kerja terdidik 2,3 persen per tahun, dan pertumbuhan produktivitas (total factor productivity) 0,3 persen per tahun (Van der Eng, 2008). Jika kontribusi modal dan tenaga kerja dalam perekonomian masing-masing 25 persen dan 75 persen, untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi 10 persen per tahun dibutuhkan pertumbuhan barang modal sebesar 20 persen per tahun, pertumbuhan tenaga kerja terdidik sebesar 4 persen per tahun, dan pertumbuhan produktivitas sebesar 2 persen per tahun (2+(0,25 x 20)+(1-25) x 4 = 10).

Meningkatkan pertumbuhan tenaga terdidik sebesar 4 persen dan produktivitas sebesar 2 persen bukanlah hal yang mudah dan dapat dilakukan secara instan. Sedangkan untuk meningkatkan akumulasi modal sebesar 20 persen bukanlah perkara mudah di tengah krisis ekonomi global saat ini. Tanpa adanya krisis ekonomi global sekalipun pertumbuhan barang modal sebesar 20 persen per tahun sangat mustahil untuk diraih. Data Bank Indonesia kurun waktu 2000-2008 menunjukkan rata-rata pertumbuhan barang modal sekitar 7,1 persen per tahun.

Kondisi ini diperparah oleh penurunan perekonomian negara-negara mitra dagang utama Indonesia pada 2009. Berdasarkan prediksi Dana Moneter Internasional (IMF), negara-negara yang tergabung dalam OECD, seperti Jepang, akan mengalami kontraksi 6,19 persen, Amerika turun 2,75 persen, Australia turun 1,5 persen, Jerman turun 5,6 persen, Singapura turun 9,99 persen, dan Korea turun 4.01 persen (IMF, 2009). Penurunan perekonomian negara mitra dagang akan mengakibatkan penurunan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut. Hal ini semakin menekan pertumbuhan ekonomi nasional.

Strategi mengejar pertumbuhan


Apa pun jargon ekonomi yang diusung oleh para calon presiden, terdapat dua strategi utama untuk mencapai janji pertumbuhan ekonomi di atas. Pertama, optimalisasi peranan pasar domestik untuk menggerakkan perekonomian nasional untuk menggantikan penurunan kegiatan ekspor. Indonesia dengan jumlah penduduk besar merupakan potensi pasar yang cukup menjanjikan. Sayangnya, potensi ini tidak dibarengi dengan kemampuan daya beli yang memadai, sehingga daya dukung pasar domestik untuk menggerakkan perekonomian nasional memiliki keterbatasan.

Kedua, meningkatkan investasi, karena tanpa adanya investasi barang modal, pertumbuhan ekonomi adalah sebuah keniscayaan. Cara mudah tapi belum tentu efektif untuk meningkatkan investasi adalah dengan menurunkan suku bunga. Cara ini merupakan resep generik Keynes yang sangat menarik dari sisi teori tapi belum tentu berjalan di dunia nyata, karena permasalahan investasi di Indonesia tidak sesederhana gambaran teori Keynes. Terdapat berbagai permasalahan yang menghambat investasi di Indonesia, seperti ketidakmerataan infrastruktur, informasi yang tidak sempurna, permasalahan birokrasi, permasalahan kolateral bagi usaha kecil dan menengah, akses terhadap pasar modal/kredit, serta penegakan hukum. Permasalahan tersebut lebih mendesak untuk dibenahi dibanding hanya sekadar menurunkan suku bunga.

Penurunan suku bunga hanya akan menguntungkan pengusaha kelas atas yang memiliki akses terhadap pasar modal dan memiliki jaminan/agunan, sedangkan kalangan usaha kecil dan menengah tidak akan banyak tertolong dengan kebijakan penurunan suku bunga, karena permasalahan akses di pasar modal dan permasalahan agunan. Pada jangka pendek, penurunan suku bunga tidak banyak berpengaruh terhadap investasi karena penurunan suku bunga oleh bank sentral belum tentu diikuti penurunan suku bunga kredit oleh bank-bank komersial.

Di sisi lain, penurunan suku bunga akan mendorong mendorong peningkatan kredit konsumsi. Jika konsumsi tersebut dibelanjakan untuk barang-barang produksi dalam negeri atau dibelanjakan di pasar-pasar tradisional, peningkatan konsumsi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Tapi, melihat karakteristik konsumsi masyarakat Indonesia, kredit konsumsi bisa dipastikan untuk belanja barang, seperti mobil, sepeda motor, barang elektronik, peralatan komunikasi, dan barang-barang yang dibuat dengan teknologi tinggi, sehingga tidak banyak memberikan efek pengganda bagi perekonomian nasional.

Apa pun jargon ekonomi yang diusung, presiden terpilih sulit untuk menepati janji-janji pertumbuhan ekonomi di atas. Alangkah baiknya para pasangan calon presiden tidak menebar janji-janji surga dan saling serang mengenai jargon ekonomi. Ekonomi kerakyatan, ekonomi neoliberal, ekonomi kemandirian, dan ekonomi Pancasila merupakan jargon-jargon ekonomi konsumsi para politikus. Rakyat bawah sudah pusing dengan permasalahan hidup sehari-hari. Jangan menambah beban pikiran rakyat dengan istilah-istilah baru yang merupakan olah kata miskin makna.


Teguh Dartanto, Peneliti LPEM FEUI, sedang belajar di Universitas Nagoya, Jepang

Baca selengkapnya...

Rabu, 27 Mei 2009

Neoliberalisme dan Perguruan Tinggi

Berbagai kalangan lintas disiplin ilmu bertanya pada Stanley Fish, Guru Besar Universitas Internasional Florida, apakah orang benar-benar memahami neoliberalisme atau hanya sekedar mengikuti "trend".

Faktanya, sejumlah kecil kalangan mengaku pernah mendengar kata itu, namun lebih banyak lagi yang serampangan mengartikannya.

“Saya ditanyai mereka karena saya membaca banyak esai di mana kata neoliberal biasa dinisbatkan sebagai tuduhan, sementara saya sendiri hanya mempunyai pemahaman kasar mengenai apa yang dimaksud neoliberalisme,” kata Fish.

Manakala esai-esai itu mengutip tulisan terakhirnya bahwa perguruan tinggi adalah wujud nyata dari ideologi liberal --seperti tulisan Sophia McClennen yang dimuat Works and Days volume 26-27 edisi 2008-2009 berjudul "Neoliberalism and the Crisis of Intellectual Engagement"-- Fish terdorong untuk lebih kerap mempelajari neoliberalisme.

Neoliberalisme adalah upaya sederhana merujuk serangkaian kebijakan ekonomi dan politik yang didasarkan pada keyakinan kuat terhadap sumbangsih besar pasar bebas, kata Fish.

Fish lalu mengutipkan salah satu definisi yang sering dikutip orang dari Paul Treanor dalam "Neoliberalism: Origins, Theory, Definition."

"Neoliberalisme adalah satu filosofi dalam mana keberadaan dan operasi pasar dinilai dalam dirinya sendiri, terpisah dari hubungannya dengan produksi barang dan jasa terdahulu...dan dimana operasi pasar atau struktur serupa pasar dipandang sebagai etika dalam pasar itu sendiri, berkemampuan untuk berlaku sebagai penuntun bagi semua aksi manusia dan mengganti semua keyakinan etik yang telah ada sebelumnya."

Dalam dunia neoliberal, permasalahan tidak dinilai dari soal-soal etis mengenai sanksi dan rehabilitasi, melainkan melulu dilihat dari nilai ekonomi yang didapat seseorang dari aksi yang dilakukannya dan kaitannya dengan nilai ekonomi yang harus dikeluarkan seorang lainnya karena dirugikan oleh aksi itu.

Fish mengibaratkannya sebagai satu pabrik yang mengalirkan limbah sehingga membunuh ikan pada sungai yang dialiri limbah.

Ketimbang meminta pemerintah menghentikan kegiatan pencemaran lingkungan yang dilakukan pabrik itu (dengan alasan demi menyelamatkan buruh dan perputaran kehidupan ekonomi), pengelola pabrik dan masyarakat sekitar aliran limbah berembug dengan tujuan meyakinkan masyarakat bahwa penutupan pabrik lebih merugikan mereka dibanding mempertahakannya walau mencemari lingkungan.

Fish lalu mengutipkan artikel klasik, "The Problem of Social Cost" dari Ronald Coase dalam Journal of Law and Economics tahun 1960, bahwa masalah terpenting adalah membandingkan kontribusi ekonomi pabrik terhadap masyarakat sekitar dengan kerugian riil akibat pencemaran lingkungan itu.

Jika ternyata sumbangsih ekonomi pabrik jauh lebih besar dibandingkan kerugian yang diakibatkan oleh pencemaran, maka solusinya membiarkan pabrik beroperasi seraya mengganti kerugian masyarakat yang terkena pencemaran. Biaya pengganti kerugian akibat pencemaran ini tentu saja lebih kecil dibanding keuntungan yang didapat dari beroperasinya pabrik.

Manipulasi nilai ekonomi dengan membandingkan kontribusi pabrik dengan kerugian masyarakat akibat dampak negatif operasi bisnis ini disebut Fish sebagai “distorsi pasar.”

Fish lalu mengajukan teori lain tentang nilai ekonomi, kali ini dari sejumlah kalangan yang menyebut kehidupan lebih baik, membutuhkan intervensi negara.

Namun, seperti disebut Chris Harman pada "Theorising Neoliberalism" dalam International Socialism Journal edisi Desember 2007, dalam berbagai polemik neoliberalisme yang dielaborasi Milton Friedman dan Friedrich von Hayek dan dipraktikkan oleh Ronald Reagan dan Margareth Thatcher, intervensi negara dikenalkan lebih sebagai masalah ketimbang solusi.

Mendiang Milton Friedman dari Universitas Chicago dan Friedrich von Hayek adalah para ekonom sekaligus filsuf yang dikenal sebagai ideolog pasar bebas ekstrem.

Para peraih Nobel ini adalah penyokong utama neoliberalisme, sedangkan Reagan dan Thatcher adalah Presiden AS dan Perdana Menteri Inggris yang total mempraktikan neoliberalisme. Prinsip pengelolaan ekonomi era Reagan di awal kejayaan neoliberalisme itu dikenal dengan "Reaganomics."

Swastanisasi

Fish mengatakan, solusi neoliberal selalu mensyaratkan swastanisasi pada semua hal, diantaranya sektor keamanan, kesehatan, pendidikan, kepemilikan, jalan tol, maskapai penerbangan, energi, sistem komunikasi, dan aliran modal.

Asumsinya, jika perusahaan dibiarkan meretas jalannya sendiri untuk berperan besar di semua kehidupan, maka seluruh umat manusia akan hidup sejahtera.

Yang patut dikritik dari asumsi itu adalah nilai-nilai seperti moralitas, keadilan, kejujuran, empati, kemuliaan dan cinta telah disangkal dan didefinisikan kembali menurut kebutuhan pasar.

Setiap orang berhasrat menguasai sesuatu, namun saat sesuatu itu dikuasai, yang diperoleh manusia justru kenikmatan sesaat (seperti rumah super mewah atau busana karya para perancang terkenal) yang akhirnya sirna tak bermakna.

Oleh karena itu, neoliberalisme, seperti disebut David Harvey dalam "A Brief History of Neoliberalism," menciptakan dunia yang penuh dengan kepuasan semu, kesenangan palsu belaka.

Harvey dan para kritikus neoliberalisme yakin, sekali tujuan dan prioritas neoliberal menempel pada pola pikir budaya, maka lembaga-lembaga yang tidak neoliberal pun akan terikat pada praktik-praktik palsu dan mengaplikasikan prinsip-prinsip neoliberal seperti swastanisasi, kompetisi seluas-luasnya, menolak perkuatan masyarakat dan perluasan pasar.

Fish menyebut prinsip dan praktik seperti itu terjadi di universitas-universitas abad ke-21.

Dengan mengutipkan pendapat Henry Giroux dalam “Academic Unfreedom in America” yang dipublikasikan Works and Days, Fish menyatakan universitas-universitas telah menarasikan dirinya dalam batas yang lebih instrumental, komersil dan praktis.

Narasi baru ini muncul setelah negara tak lagi membiayai lembaga pendidikan tinggi milik negara.

Dalam konteks Indonesia, narasi ini mungkin bertalian dengan pengalihan status perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Jika persentase kontribusi negara pada biaya operasional PTN jatuh dari 80 menjadi 10 atau lebih kurang lagi, dan saat bersamaan permintaan output universitas meninggi dan biaya pendidikan seperti biaya SDM, gedung dan asuransi meroket, maka kesenjangan kian melebar sehingga universitas harus mengatasinya, demikian Fish.

Menghadapi situasi ini, universitas-universitas menjawabnya dengan (1) menaikkan biaya pendidikan, sehingga mahasiswa pun kini berubah dari subjek pendidikan menjadi tak lebih dari konsumen ekonomi biasa.

Kemudian, (2) membina kemitraan di bidang riset dengan industri, namun ini menghancurkan tujuan mulia pendidikan karena universitas menjadi melulu memburu laba.

Terakhir, (3) memperbanyak tenaga kontrak, namun justru ini yang membuat pengajar tidak berkapasitas mendorong mahasiswa untuk mewujudkan demokrasi madani karena mahasiswa hanya dituntut mengejar nilai ekonomi dari pendidikan.

Singkatnya, universitas-universitas telah memeluk neoliberalisme.

Beasiswa

Sementara itu, segelintir akademisi pensiunan profesional yang nafkahnya terjamin, terus berkiprah demi neoliberalisme. Mereka mendorong perbanyakan jatah beasiswa yang kini dengan cepat terspesialisasi tanpa ada kaitannya dengan kepentingan publik.

"Dengan agresif kampus menempatkan profesionalisme di atas pertanggungjawaban sosial, namun tidak berkomentar apa-apa dalam hal-hal kontroversial sehingga mereka terputus dari kelembagaan politik. Mereka tak berdaya menegaskan pendirian politiknya," kata Fish mengutip McClennen.

Fish lalu menyebut kritiknya terhadap neoliberalisme sebagai bentuk pertanggungjawaban akademiknya, walau sejumlah kalangan menilainya telah secara implisit mendukung neoliberalisme kampus.

Fish meminta para kolega akademisinya untuk setia pada tujuan mulia pendidikan, jangan mengabdi pada orang lain dan jangan muluk-muluk menyebut diri penyelamat dunia, karena hal-hal itu akan membuat kiprah mereka dalam pendidikan menjadi sungguh-sungguh diabdikan untuk tujuan ideal pendidikan.

Sophia McClennen lalu menilai, kebebasan akademis adalah kemerdekaan untuk menggeluti pekerjaan akademis, bukannya bebas memperluas prinsip ini ke titik di mana tujuan-tujuannya tidak terbatas. Namun dalam soal ini Fish menolaknya.

Menurut Fish, mengartikan secara sempit kebebasan akademik, sebagaimana konsep yang melekat pada serikat pekerja yang hanya responsif pada kepentingan-kepentingannya, berarti mengabaikan tanggung jawab akademisi untuk membebaskan wilayah manapun, bukan hanya kelas atau perpustakaan riset, namun juga keseluruhan masyarakat, bahkan dunia.

Definisi sempit mengenai kebebasan akademis telah memupus kebajikan bahwa akademisi bisa berkiprah lebih luas jika saja mereka berani bersikap melawan ketidakadilan dan kekangan di manapun mereka temukan, demikian Stanley Fish.

(-) Diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Jafar M. Sidik dari "Neoliberalism and Higher Education", karya Stanley Fish dalam blognya di laman New York Times, 8 Maret 2009.

(--) Stanley Fish adalah Guru Besar Universitas Internasional Florida, mantan dekan Fakultas Seni dan Sains, Universitas Illinois, Chicago, pengajar Universitas California di Berkeley, Universitas Johns Hopkins, dan Universitas Duke. Pengarang 10 buku, diantaranya "Save The World On Your Own Time."

Sumber : Antara

Baca selengkapnya...

Selasa, 26 Mei 2009

Kaya dengan memberi

Sejak kecil kita semua sudah dididik dan dilatih oleh orang tua dan guru untuk bersikap hemat dan gemar menabung walaupun jumlah dana yang ditabung relatif kecil. Hanya saja seiiring dengan berjalannya waktu, kebanyakan dari kita sering kali lupa untuk menerapkan pesan orang tua dan guru tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi, salah satunya adalah gejala konsumerisme yang sedemikian merajalela. Semuanya serba diukur dengan penampilan luar apakah dalam bentuk mobil, rumah, tas dan lain sebagainya, bahkan untuk meraih itu semua tidak jarang diperoleh dengan berutang dan yang paling akut diperoleh dengan menggunakan kartu kredit kemudian pembayarannya dicicil dengan bayaran minimum. Jelas tindakan bodoh alias bahlul ini akan mengakibatkan kondisi keuangan Anda masuk dalam zona merah alias berbahaya.
Agar Anda tidak terjebak dalam kesulitan keuangan, maka Anda harus bisa mengelola keuangan dengan baik sehingga bisa meningkatkan kekayaan dan keberkahan finansial.
Supaya Anda bisa meningkatkan kekayaan dan keberkahan finansial, Anda bisa menerapkan konsep DIKLAT 10203040 (Cepil). DIKLAT yang saya gunakan di sini tidak hanya berarti didik dan latih tetapi juga merupakan singkatan dari duit, ingin, kemampuan, lama, alokasi, dan tinjau yang merupakan landasan dalam berinvestasi.
Dalam Konsep DIKLAT 10203040 (Cepil) ini, penghasilan atau pendapatan yang Anda peroleh akan dialokasikan kedalam empat pos, yakni 10% charity (amal), 20% protection (asuransi) dan education (pendidikan), 30% investment (investasi) dan sisanya 40% life cost (biaya hidup). Berikut saya gambarkan konsep DIKLAT 10203040.
Jadi, apabila Anda mempunyai penghasilan, pertama yang Anda lakukan adalah menyisihkan untuk charity. Charity ini berguna untuk meningkatkan kekayaan spiritual, agar hati Anda menjadi damai, tenang, dan penuh suka cita, disamping itu charity merupakan wujud syukur Anda atas karunia yang sudah Tuhan berikan lewat kelimpahan yang sudah Anda rasakan selama ini.
Keberkahan
Anda jangan pernah berpikir uang Anda akan berkurang atau Anda akan menjadi miskin karena charity. Banyak orang yang melakukan charity bukannya menjadi miskin melainkan sebaliknya semakin kaya.
Mungkin Anda sudah sering mendengar nama Bill Gates dan Warren Buffet, mereka berdua merupakan orang terkaya versi majalah Forbes, tetapi yang jarang diketahui oleh kebanyakan orang, ternyata mereka juga merupakan pilantrofis (dermawan).
Bill Gates dan Melinda Foundation mencatatkan sejarah sebagai filantrof terbesar sepanjang sejarah.
Mereka tidak menjadi miskin tuh, malah kekayaan mereka terus bertambah. Jadi, tidaklah keliru dan berlebihan ungkapan yang menyatakan the more you give, the more you get, semakin banyak Anda memberi, semakin banyak Anda menerima.
Education tujuannya untuk meningkatkan knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan) dan attitude (sikap) baru yang belum dimiliki saat ini, baik berupa keikutsertaan dalam seminar, training, membaca buku dan CD yang berhubungan dengan keahlian, motivasi, pengembangan diri dan lain sebagainya yang tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kekayaan intelektual dan kekayaan emosional.
Sedangkan protection dan investment bermanfaat untuk meningkatkan kekayaan finansial sehingga Anda bisa meraih kebebasan keuangan (financial freedom) pada masa depan. Agar Anda bisa berinvestasi dengan baik dan benar gunakan konsep DIKLAT:
D: Duit, ialah berapa jumlah dana yang Anda miliki saat ini, apakah surplus atau defisit.
I : Ingin, ialah menentukan tujuan keuangan yang ingin dicapai pada masa depan yang bertitik tolak dari jumlah dana yang Anda miliki saat ini.
K: Kemampuan, ialah toleransi Anda untuk menerima risiko. Apakah Anda termasuk konservatif, moderat, atau agresif.
L: Lama, ialah jangka waktu investasi, apakah jangka pendek, menengah, atau panjang.
A: Alokasi, diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko. Proses alokasi aset ini merupakan komponen yang penting dalam proses investasi.
T: Tinjau, memonitor dan mengevaluasi portofolio secara berkala. Gunanya untuk menjaga tingkat keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
Life Cost tidak lain semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup layak Anda atau kebutuhan fisiologis. Kebutuhan hidup layak di sini harus disesuaikan dengan kemampuan Anda bukan dengan kemauan atau keinginan Anda.
Yang menjadi persoalan, bagaimana mau charity 10%, protection & education 20%, dan investment 30%, untuk biaya hidup sehari-hari saja masih kurang apalagi dikarenakan besarnya utang. Apabila hal ini yang terjadi pada Anda, maka terlebih dahulu Anda harus selesaikan utang Anda.
Bagi Anda yang mempunyai utang, disarankan cicilan utang setiap bulannya maksimal 30% dari penghasilan yang Anda terima, tujuannya agar tidak memberatkan kondisi keuangan Anda. Berikut komposisi pengeluaran bagi Anda yang mempunyai utang.
Setelah utang Anda lunas serta Anda sudah merasa mampu, mulailah memberlakukan DIKLAT 10203040 (CEPIL) secara utuh yaitu:
Penghasilan - 10% charity - 20% protection & eucation - 30% investment = 40% Life Cost.
Walaupun pada awalnya kelihatan sulit dan berat untuk menerapkan konsep DIKLAT, teruslah mencoba, bukankah ada ungkapan yang menyatakan bisa karena biasa.


oleh : Anatoli Karvof

Baca selengkapnya...

Kamis, 21 Mei 2009

Latihan Otak Untuk Cegah Pikun

Membaca dan merajut adalah aktivitas yang bisa mencegah kepikunan.

Tahukan Anda kalau membaca, merajut, atau menjahit, merupakan latihan otak yang sangat efektif untuk mencegah pikun. Hal itu menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang merupakan psikiater saraf dari Mayo Clinic di, Minnesotta, Amerika Serikat.

Dalam penelitian tersebut, membaca dan merajut adalah aktivitas yang bisa mencegah kepikunan pada usia 70 hingga 80 tahun. "Meskipun usia sudah menjelang senja tidak ada kata terlambat untuk melatih otak," kata Yonas Geda, psikiater saraf dari Mayo Clinic.

Penelitian tersebut juga mengungkapkan, permainan otak seperti sudoku, serta membuat kerajinan tangan bisa menurunkan resiko pikun. Sedangkan, aktivitas yang bisa meningkatkan resiko pikun adalah menonton televisi. Hal tersebut dipublikasikan dalam pertemuan American Academy of Neurology di Amerika Serikat.

Untuk meningkatkan kemampuan otak, peneliti menganjurkan untuk melakukan kegiatan yang berbeda dari biasanya. "Cobalah untuk melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya hal itu bisa melatih otak," kata Geda.

Penelitian tersebut melibatkan 197 responden, usia antara 70 hingga 89 tahun yang mengalami ganguan memori dan dibandingkan dengan 1124 respomden usia yang sama tanpa ganguan memori. Responden diajukan pertanyaan serius tentang kegiatan sehari-hari mereka ketika berusia 50 sampai 65 tahun.




Sumber : VIVAnews



Baca selengkapnya...

Rabu, 20 Mei 2009

Kallanomics, Boedionomics, Prabowonomics

Adu konsep dan program ekonomi tampaknya akan sangat mewarnai Pemilu Presiden (Pilpres) 2009. Alasannya sederhana. Konteks kontestasi pilpres saat ini adalah krisis ekonomi global yang imbasnya di Indonesia telah menjadi menu pembicaraan sehari- hari.

Misalnya saja penurunan investasi,penurunan ekspor,demikian juga kekhawatiran terhadap gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK),serta meningkatnya angka kredit macet perbankan. Faktor lain adalah persepsi masyarakat luas bahwa titik lemah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah pencapaian dalam bidang ekonomi.

Meski Badan Pusat Statistik (BPS) berkali-kali menyatakan angka kemiskinan dan pengangguran terus menurun dalam beberapa tahun terakhir ini, berbagai kalangan tetap meragukan kebenaran laporan tersebut dan menilainya tidak sesuai dengan kondisi riil masyarakat. Dipilihnya Boediono sebagai calon wakil presiden (cawapres) oleh SBY menunjukkan betapa penanganan masalah ekonomi mendapat perhatian khusus.

Munculnya Jusuf Kalla sebagai calon presiden (capres) -meski merupakan konsekuensi logis dari posisinya sebagai Ketua Umum Partai Golkar- sedikit banyak mengandaikan adanya kalkulasi pemilih yang menempatkan persoalan ekonomi sebagai agenda prioritas.

Kehadiran Prabowo sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri, selain dimungkinkan karena kesamaan platform, sesungguhnya menyiratkan bahwa Megawati telah siap dengan program baru bidang ekonomi yangberbedadariapayangdulupernah dikerjakannya. Lalu apa yang akan membedakan program ekonomi Kalla (Kallanomics), Boediono (Boedionomics), dan Prabowo (Prabowonomics)?

Hampir dapat dipastikan, siapa pun yang akan terpilih nanti, satu di antara mereka akan menentukan pilihan dan prioritas program ekonomi lima tahun ke depan. Kallanomics dan Boedionomics lebih mudah untuk dinilai karena sudah kita lihat penerapannya.

Dalam berbagai versi penyederhanaan, Boedionomics dianggap metamorfosis dari paham neoliberalisme yang menekankan prinsip-prinsip pasar bebas, privatisasi, dan campur tangan minimal dari negara. Boediono dianggap melanjutkan kebijakan ekonomi dari kelompok ekonom "Mafia Berkeley" yang dulu dimotori Widjojo Nitisastro.

Sementara Jusuf Kalla dinilai memimpin kalangan strukturalis yang lebih menekankan nasionalisme ekonomi dan pertumbuhan borjuasi nasional. Kalla tidak segan-segan menyodorkan tuntutan agar pengusaha nasional dilibatkan dalam berbagai proyek pembangunan atau mengimbau penggunaan produk dalam negeri secara masif. Sering digambarkan oleh media massa, Kalla lebih eksplosif, agresif, dan ingin serbacepat.

Adapun Boediono dinilai lebih hatihati, cermat,dan penuh perhitungan sehingga terkesan lamban. Ibarat mobil,Kalla mirip pedal gas,sedangkan Boediono bagai pedal rem. Boedionomics juga dinilai lebih permisif dalam berutang. Untuk sebagian mungkin ini menjelaskan mengapa utang pemerintah dalam koordinasi Boediono meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.

Dalam soal ini, Kallanomics mungkin lebih hatihati karena sebagai tokoh yang berlatar belakang pengusaha, Kalla lebih tahu cara-cara memperoleh utang dengan beban bunga yang lebih rendah. Tentu Boedionomics dan Kallanomics tidak sesederhana ulasan di atas. Dalam pidato deklarasinya, secara tegas Boediono menyatakan, ekonomi tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pasar. Negara harus dan akan tetap berperan dalam porsi yang pas.

Diakuinya, peran negara yang terlalu besar memang akan menekan kreativitas masyarakat. Pandangan ini berkali- kali disampaikan Boediono dalam berbagai forum ilmiah sejak awal 1980-an. Sebaliknya, Kallanomics juga tidak identik dengan ketergesagesaan atau dalam istilah Amien Rais "Kalaponomics".

Kallanomics memang cenderung lebih agresif (entrepreneurial) dalam memanfaatkan peluang baru dan terasa lebih berani dalam menghadapi risiko. Tanpa keberanian menghadapi risiko, kita akan berjalan di tempat. Bagaimana dengan Prabowonomics?

Dari program-program ekonomi yang ditawarkan dalam kampanye yang lalu, Prabowonomics terasa lebih ?radikal? dalam arti menggunakan pendekatan ekonomi baru yang berbeda dari arus besar (mainstream) strategi dan kebijakan ekonomi selama ini. Bahkan di mata Prabowo, sistem ekonomi kita telah gagal menciptakan kemakmuran dan keadilan.

Bila Kallanomics dan Boedionomics secara umum masih bisa dimasukkan dalam kategori Keynesian Economics (ekonomi kapitalisme dengan koreksi dari negara), Prabowonomics lebih menonjolkan unsur-unsur positif dari sistem ekonomi sosialisme. Katakata kunci dari Prabowonomics akan di sekitar kemandirian ekonomi, moratorium utang, penguasaan aset strategis oleh negara, redistribusi aset, dan sejenisnya.

Kisah sukses sejumlah negara industri baru (China,India, dan sejumlah negara Amerika Latin) ikut mengilhami kebangkitan neososialisme. Prabowonomics menjanjikan harapan baru, eksperimen baru, pengalaman baru, dan?? untuk derajat tertentu?? risiko baru. Dikotomi ?ekonomi liberal vs ekonomi kerakyatan", betapapun sederhana, tampaknya berusaha menangkap perbedaan tekanan Prabowonomics dengan perspektif pemikiran yang lain.

Janji perubahan,dari siapa pun dan kebijakan apa pun,akan selalu melahirkan kegelisahan. Di sinilah kearifan memiliki arti dan peranan penting. Pilihan kebijakan ekonomi tetap harus menghadirkan transisi yang stabil dan memberi kepastian kepada masyarakat bahwa harapan baru memang ada di ujung terowongan.


PROF. HENDRAWAN SUPRATIKNO PH. D
Guru Besar FE UKSW, Salatiga.

Baca selengkapnya...

Selasa, 19 Mei 2009

Makin Bermakna Setelah Pensiun

Memasuki masa pensiun, ada dua hal yang paling sering ditakutkan : menurunnya kesehatan dan anjloknya penghasilan. Apa resepnya agar setelah pensiun kualitas hidup tetap meningkat, bahkan bisa menjalani kehidupan yang lebih bermakna?

Mendengar kata “pensiun”, orang umumnya langsung berkonotasi pada sejumlah situasi yang serba tidak enak: pendapatan berkurang drastis; kesehatan menurun; perasaan tidak berguna dan disingkirkan; serta merepotkan orang lain. Wajarlah, orang-orang yang masih aktif bekerja biasanya malas kalau diajak bicara soal masa pensiun. Terlebih bagi para eksekutif dan profesional bisnis seperti Anda, yang sehari-harinya selalu sibuk dan tenggelam dalam pekerjaan. “Ngapain pusing-pusing, nanti toh jalan dengan sendirinya,” begitulah kurang-lebih sikap sebagian besar dari kita.

Sikap seperti itu tampaknya normal-normal saja, tapi sungguh tidak adil. Mengapa? Ketika Tuhan mengizinkan kita pertama kali menghirup udara dunia, orang tua kita menyambut dengan penuh sukacita. Begitu pula ketika sang bayi memasuki dunia anak-anak, lalu masuk sekolah, kuliah, dan akhirnya memasuki dunia kerja. Kita lazimnya menyambut dengan penuh antusias setiap kali memasuki tahapan baru dalam kehidupan kita. Nah, bagaimana kita bisa dibilang adil kalau kita tidak mau menyambut dengan penuh gairah ketika memasuki masa pensiun? Bukankah masa pensiun juga merupakan tahapan penting dalam perjalanan hidup kita?

Betapapun tidak adilnya sikap tersebut, tapi itu sangat manusiawi. Manusia memang paling tidak suka (sering kali bahkan takut) kalau dihadapkan pada ambiguitas atau ketidakpastian hidup. Dan masa pensiun, seperti dikemukakan di atas, selalu dikaitkan dengan ketidakpastian yang mengarah pada situasi yang serba negatif. Itu sebabnya, sejak lama para psikolog pun tertarik mengungkap kehidupan orang-orang yang memasuki masa pensiun.
Salah satu studi yang terkenal dilakukan oleh G.F. Streib dan C.J. Schneider, yang dituangkan dalam buku Retirement in American Society: Impact and Process. Secara khusus, kedua psikolog ini memulai studi dengan fokus meneliti sekelompok responden yang terdiri dari para profesional yang bekerja dengan penuh semangat dan produktif. Studi dilanjutkan dengan terus mengamati perkembangan kelompok responden itu selama masih bekerja, hingga akhirnya mereka pensiun – beberapa orang dari mereka memang ada yang bekerja kembali setelah pensiun.
Secara umum, temuan atas studi tersebut cukup positif. Yakni, kesehatan responden tidak menurun setelah pensiun, begitu pula kepuasan mereka terhadap hidup. Gambaran terhadap diri sendiri (self-image) tidak berubah secara drastis, demikian pula para pensiunan ini tidak merasa tiba-tiba menjadi tua dan tak berguna. Sementara penghasilan yang menurun secara tajam, sebagian besar orang-orang pensiun dalam studi ini ternyata telah siap menghadapi kenyataan, karena itu mereka tidak terlalu khawatir menghadapi masalah keuangan.
Temuan tersebut menunjukkan pentingnya seseorang jauh-jauh hari mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi masa pensiun. Dari penelitiannya, kedua psikolog tersebut juga menemukan bahwa para profesional yang sejak dini mempersiapkan dengan baik masa pensiunnya cenderung lebih tenang dan percaya diri ketika memasuki masa pensiun. Juga disimpulkan bahwa kesehatan yang baik dan penghasilan yang memadai merupakan modal penting untuk penyesuaian diri yang baik ketika seseorang memasuki masa pensiun.
Dengan melakukan perencanaan pensiun yang lebih baik dan secara dini, setidaknya kita memiliki harapan yang lebih besar untuk menjalani kehidupan yang lebih berkualitas, meski secara usia mungkin terus menurun produktivitasnya. Untuk itu, idealnya sejak dini kita perlu menetapkan tujuan atau sasaran yang ingin kita capai ketika memasuki masa pensiun. Misalnya: harus punya tabungan berapa; rumah seperti apa; anak sudah menjadi apa (masih kuliah sehingga tetap butuh dana pendidikan, ataukah sudah bekerja). Semua ini perlu direncanakan, sebab faktanya banyak pensiunan eksekutif – karena merasa dibutuhkan – masih saja bekerja, bahkan lebih keras lagi. Padahal, ini berbahaya kalau kondisi fisik dan mentalnya tidak mendukung. Intinya, janganlah ngoyo mencari duit terus setelah pensiun.
Selain hal-hal yang bersifat fisik dan materi tersebut, perlu juga direncanakan kira-kira kegiatan apa saja yang hendak diterjuni sesudah pensiun. Perlu direncanakan, misalnya, kegiatan sosial atau spiritual seperti apa yang sekiranya cocok dengan kemampuan, kepribadian, serta passion kita.
Lebih penting lagi, manakala usia terus merambat, idealnya kita semakin arif menerima apa pun yang pernah kita jalani dalam hidup ini, tanpa penyesalan yang berlebihan atas segala kesalahan dan kekurangan yang pernah kita perbuat. Kalau tak mampu melakukan ini, bukan mustahil kita akan tenggelam dalam kekecewaan yang panjang, karena waktu kita semakin tak mencukupi lagi untuk memulai kehidupan yang lain.
Sebagai manusia biasa, kita memang berhak untuk kecewa. Malah, ketika kehidupan Anda berjalan begitu mulus dan indahnya, tetapi di kehidupan lain yang mungkin cuma beberapa jengkal dari Anda ternyata masih terdapat begitu banyak orang yang dieksploitasi dan dicampakkan, tidakkah kondisi ini juga sering membuat Anda kecewa? Maka, alangkah mulianya jika di titik-titik akhir perjalanan hidup kita, energi dan pikiran kita curahkan ke sana. Artinya, sebelum terlambat, cobalah menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Bukan jadi binatang ekonomi melulu.


Oleh : Harmanto Edy Djatmiko

Baca selengkapnya...

Senin, 18 Mei 2009

See And Do

Tanpa terasa, hari ini kita sudah berada di bulan Mei. Artinya, kita sudah hampir memasuki paruh kedua 2009. Namun, entah mengapa masih banyak pelaku usaha dan profesional yang berkata, "Kita wait and see saja dulu." Kalau terus-terusan terjangkit pikiran "wait and see", dijamin usaha mereka hanya akan tinggal menjadi sejarah.

Psikologi Wait and See

Kita tengok sebentar situasi yang terjadi enam bulan lalu,tepatnya November 2008. Saat itu semua pengusaha yang sedang berada di jalur cepat tiba-tiba menarik nafas, menurunkan kecepatan kendaraannya, seperti tengah melewati tikungan maut di daerah puncak.

Jalan yang dilewati terus-menerus menanjak, tiba-tiba kini kendaraan melewati jurang maut, yang kalau tidak berhati-hati akan membuat kita terperosok. Saat itu, sangkakala krisis yang ditiup di Benua Amerika mulai terlihat jelas dan terdengar nyaring di sini. Krisis yang dialami Lehman Brothers baru saja menelan banyak korban, termasuk investor-investor Asia. Perusahaan-perusahaan keuangan Amerika Serikat kolaps satu per satu dan mulai menyeret sektor riil.

Ekspor dari Asia pun turut terganggu. Semua usahawan di sini berjajar teratur dalam antrean jalan macet di daerah yang berbahaya itu. Tidak ada bunyi klakson dari bus-bus besar di belakang, karena semua tahu, medan yang dihadapi ini berbahaya. Kabutnya sangat tebal, hujan dan badai deras menjatuhi bumi. Semua orang antre dalam barisan, wait and see. Orang-orang yang saya temui itu mengatakan, "Kita lihat dulu perkembangan ini dua-tiga bulan ke depan."

"Sekarang kita istirahatkan dulu pasukan. Masa depan belum jelas." Mengapa mereka memilih wait and see? Jelas, mereka menghindar dari risiko. Kalau semua orang bilang jalan di depan berbahaya, maka mengapa tidak berhati-hati? Tetapi tanpa disadari waktu telah berlalu sekian lama dan mereka telah keasyikan bengong, wait and see. Tidak bergerak, jalan di tempat seperti orang yang sedang hilang ingatan. Apa yang mereka ucapkan itu kini menjadi kenyataan.

Gedung-gedung, apartemen, mal dan rumah-rumah susun yang sedang ramai-ramainya dikerjakan tiba-tiba dihentikan. Kiriman barang ditahan. Pembayaran ditunda, kendati pasar masih merengekrengek meminta barang. Semua orang akhirnya maklum, ini kan namanya krisis. Proyek sedang susah,orang-orang tak punya uang untuk berbelanja. Yang mereka tidak sadari, pasar mereka kini mulai dikuasai pemain-pemain baru, yaitu mereka yang bergerak lebih cepat.

Melihat dengan Mata

Namun, percuma saja memberi nasihat saat krisis tidak terjadi separah seperti yang diduga di sini. Semua orang hanya percaya pada pikirannya, bukan apa yang mereka lihat. Filosof Claudius lebih sinis lagi. Dia pernah menyatakan "Melihat dengan mata, tapi percaya melalui telinga." Orang-orang hanyut dengan pikirannya, tidak bisa melihat apa yang tampak jelas dengan kasatmata.

Jalan indah yang mereka lalui kini mulai terlihat jelas. Pematang-pematang sawah nan hijau ada di kanan-kiri jalan.Daya beli konsumen kita ternyata tetap kuat. Jalanan pun tetap macet. Truk-truk pengangkut logistik sungguh mengganggu perjalanan Anda di jalan tol. Kalau krisis mengakibatkan resesi, mal-mal pasti sudah kosong, restoran sepi pengunjung, tempat rekreasi di puncak kosong, pesawat terbang dikurangi jadwalnya, pesta-pesta pernikahan disederhanakan atau cukup dibuat di rumah untuk kerabat terbatas.

Rakyat kembali makan singkong, gaplek, atau eceng gondok, yang diolah.Demo besar menuntut ketersediaan pangan dan pekerjaan akan marak di mana-mana. Hal yang terjadi sungguh terbalik. Kita justru kesulitan memesan kamar di luar kota saat merencanakan perjalanan karena semuanya fully booked. Mereka yang mau menikah pun kesulitan mencari tempat pesta. Semuanya sudah kembali bekerja. Tetapi pikiran kita masih menyatakan sebaliknya, "krisis belum berakhir," atau bahkan "yang lebih parah dari yang ini belum sampai di sini. Tunggu saja sebentar lagi." Dan mereka meneruskan, "Jadi kita masih wait and see saja.? Namun gambaran ini tentu bukanlah sebuah potret yang lengkap.

Fakta bahwa kaum muda sangat sulit mencari pekerjaan, ribuan bisnis mengalami kebangkrutan karena salah urus, dan masih banyak orang miskin sulit mendapatkan pendidikan, kesehatan dan gizi yang layak merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari gambar ekonomi Indonesia. Pepatah China kuno menyatakan, bukanlah kaki yang menggerakkan jalan kita, melainkan pikiran.

Benar, pikiran kita sungguh sebuah mesin yang sangat powerful, tetapi juga bisa menjadi sangat berbahaya bila ia salah digunakan. Ia bisa memberi perintah bergerak, tapi juga bisa menghambat dan menyuruh kita berhenti. Supaya langkah kaki bisa bergerak, saya tidak akan bosan-bosan mengingatkan Anda, berikan terapi bagi pikiran semua orang yang bekerja untuk Anda.Bukalah mata orang-orang Anda agar mereka sadar bahwa mereka berada di tengah-tengah perubahan, menjelajahi setiap sudut usaha Anda.

Beradalah di tengah-tengah anak buah, vendor, dan konsumen Anda. Kelilinglah dan sapalah mereka. Ucapkanlah kata-kata positif dan dengarkan semua harapan mereka. Membuka mata berarti melihat dari sudut-sudut yang berbeda dan mulai mencari solusi-solusi baru. Maka pengalaman Anda dalam dunia bisnis pun mendatangkan ujian. Akankah pengalaman itu membuka pikiran-pikiran baru atau ia justru membelenggu Anda? Orang-orang tua punya pengalaman, tetapi kaum muda punya kreativitas.

Yang tua punya intuisi kuat untuk menembus gelombang, tetapi yang muda bisa mengejutkan karena mereka berpikir out of the box. Sekarang tinggal meretas berbagai keyakinan.Yang perlu diwaspadai adalah masuknya kaum muda yang tidak kreatif dan tidak punya pengalaman. Mereka dibelenggu atasan-atasan yang bermental lama, berjiwa konservatif, yang tidak suka dengan tantangan. Inilah persoalan sebagian besar perusahaan-perusahaan kita.

It's Time to Act

Akhirnya saya ingin mengajak semua aktor "wait and see" mengubah pola berusaha menjadi "see and do". Nasihat ini banyak saya dengar dari para usahawan, mulai dari pengusaha jamu, kopi, sampai automotif. Jangan menunggu baru melihat, tetapi lihatlah dulu dengan penuh keberanian dan segera merespons.

Teman saya, Pranoto dari Excelso, mengatakan setiap sore dia duduk bersama anak buah dan konsumennya di kedai-kedai kopi. "Saya selalu mengatakan pada mereka, bukan saya yang menggaji kalian, melainkan pelanggan," ucap Pranoto kepada para anak buahnya. Krisis sudah pasti ada, meski samar-samar, setidaknya ada di mulut kita semua.

Tetapi kalau mau terhindar, lawanlah dengan berpikir terbalik sehingga seakanakan tidak ada krisis sama sekali. Sebab, orang yang mempercayai krisis akan bermuka muram, sedih, layu, kering, dan tidak bergairah. Mereka inilah yang akan ditinggalkan pelanggan. (*)



Rhenald Kasali - Ketua Program MM UI

Baca selengkapnya...

Minggu, 17 Mei 2009

Bali Jadi Pulau Terindah di Asia Pasifik

Pulau Bali yang menjadi tujuan wisata utama Indonesia tahun ini meraih penghargaan "The Best Island" se-Asia Pasifik versi majalah pariwisata ternama "DestinAsia" yang berbasis di Hong Kong, kata Direktur Sarana Promosi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Esthy Reko Astuty, di Jakarta, Kamis.

Esty mengatakan, terpilihnya Bali sebagai The Best Island ditentukan berdasarkan poling pembaca sepanjang tahun yang ditentukan setiap Februari.

"Bali telah terpilih sebanyak empat kali berturut-turut untuk penghargaan yang sama," katanya.

Sejak 2006 DestinAsia telah lima kali menominasikan Bali sebagai penerima penghargaan tahunan itu.

Esthy berpendapat, penghargaan akan memacu Bali untuk terus meningkatkan kualitas pariwisatanya sebagai tujuan wisata utama dengan memelihara citra pulau terbaik dan tujuan wisata utama kawasan Asia Pasifik.

"Dipilihnya Bali sebagai Pulau Terbaik selama empat kali berturut-turut menunjukan bahwa Bali masih menjadi primadona pariwisata di kawasan Asia Pasifik," kata Esty.

DestinAsia adalah majalah pariwisata yang terbit dan dipasarkan di Hong Kong, Singapura, Thailand, India, Malaysia, Australia, Taiwan, dan sejumlah negara di Timur Tengah.

Sejak 1998, Bali sekurang-kurangnya telah menerima 25 penghargaan tingkat internasional dari berbagai lembaga publikasi dan negara lain yang sebagian besar diberikan karena keunikan dan kecantikan alam Bali.

Belum lama ini Bali juga sukses meraih penghargaan "The Best Spa in The World" dari Majalah Senses Wellnes.


Sumber : Antara

Baca selengkapnya...

Sabtu, 16 Mei 2009

Pura Uluwatu Dengan Pemandangan Samudera Hindia

Anda mungkin tak pernah membayangkan sebuah kompleks peribadatan dibangun di atas tebing terjal yang menjorok ke laut. Tapi jika Anda berkunjung ke Pura Luhur Uluwatu, di bagian selatan Kabupaten Badung, Pulau Bali, niscaya Anda akan berdecak kagum karena lokasinya benar-benar dibangun di atas bukit karang setinggi + 97 meter di atas permukaan laut (dpl).

Tentu saja, bukan hanya suasana sakral dan religius yang dapat dinikmati oleh masyarakat yang ingin beribadah maupun berwisata di tempat ini, melainkan juga panorama alam yang memukau.

Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu dari pura-pura yang memiliki status sebagai Pura Sad Kahyangan Jagat, yaitu pura yang dianggap sebagai penyangga poros mata angin di Pulau Bali. Dalam situs http://www.parisada.org disebutkan, selain Pura Luhur Uluwatu, pura yang berstatus Sad Kahyangan menurut lontar Kusuma Dewa antara lain Pura Besakih, Pura Lempuhyang Luhur, Pura Goa Lawah, Pura Luhur Batukaru, dan Pura Pusering Jagat. Menurut situs http://erabaru.or.id, dalam bahasa Sansekerta uluwatu memiliki makna “puncak batu” (ulu= puncak / ujung / atas, sementara watu = batu). Nama ini tentu saja merujuk pada lokasi pura yang berada di bagian puncak tebing batu karang.

Menurut cerita masyarakat setempat, pura ini telah dibangun sejak abad ke-11 oleh Mpu Kuturan. Ketika itu, Pura Luhur Uluwatu menjadi tempat pemujaan bagi Dewa Rudra untuk memohon keselamatan. Selain membangun sebuah pura, Mpu Kuturan juga dipercaya telah mewariskan aturan dan tata-tertib bagi desa-desa adat di sekitar pura yang masih dikenal hingga saat ini. Empat abad kemudian, sekitar abad ke-16, Dang Hyang Nirartha, seorang penyebar agama Hindu dari Jawa Timur memutuskan untuk moksa (menyatu dengan atau kembali keharibaan dewata) di pura ini. Dalam bahasa setempat moksa juga disebut ngeluhur. Itulah sebabnya, dalam http://id.wikipedia.org disebutkan, nama Pura Uluwatu kemudian dilengkapi dengan kata luhur, menjadi Pura Luhur Uluwatu.

Pura Luhur Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang memiliki kaitan erat dengan pura induk. Pura-pura pesanakan tersebut antara lain Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding, dan Pura Dalem Pangleburan. Pura-pura ini berhubungan langsung dengan Pura Luhur Uluwatu pada saat Piodalan, yaitu pemujaan terhadap Sang Hyang Widi yang berlangsung setiap 210 hari, pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia.

Keistimewaan


Pura Luhur Uluwatu berada di atas anjungan batu karang tinggi yang menjorok ke Samudera Hindia. Berbeda dengan pemandangan Pura Tanah Lot yang dibangun di atas pulau karang di tengah laut, di tempat ini wisatawan dapat menyaksikan luasnya Samudera Hindia dengan deburan ombak yang menerpa kaki tebing Uluwatu. Jika berminat bertamasya ke pura ini, Anda sebaiknya datang sore hari menjelang matahari terbenam. Sebab, pesona matahari terbenam (sunset) dengan latar belakang siluet Pura Luhur Uluwatu dipercaya tak ada duanya di Pulau Bali.

Ketika menyusuri jalan setapak yang cukup panjang menuju Pura Uluwatu, dengan pagar beton di sisi tebing, wisatawan dapat mengedarkan pandangan untuk melihat bukit-bukit cadas dan hamparan laut yang jernih. Namun, wisatawan patut berhati-hati pada kera-kera jahil yang berkeliaran di jalan-jalan menuju pura. Kera-kera ini konon dipercaya sebagai penjaga kesucian pura. Tetapi, tak jarang mereka juga mengambil barang-barang milik pengunjung, seperti kacamata, topi, anting, ikat rambut, dan barang-barang lainnya. Jika terlanjur kecolongan, Anda dapat menukarkan barang tersebut dengan cara memberikan makanan kecil pada kera-kera itu.
Sebelum memasuki pura, wisatawan diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus, yaitu kain sarung untuk mereka yang mengenakan celana atau rok di atas lutut, serta selendang untuk wisatawan yang memakai celana atau rok di bawah lutut. Kain sarung dan selendang berwarna kuning (salempot) tersebut menyimbolkan penghormatan terhadap kesucian pura, serta mengandung makna sebagai pengikat niat-niat buruk dalam jiwa.

Setelah memasuki bagian jabaan pura (halaman luar pura), wisatawan akan disambut oleh sebuah gerbang Candi Bentar berbentuk sayap burung yang melengkung. Gerbang yang menjadi pintu masuk menuju jabaan tengah ini merupakan salah satu peninggalan arkeologis abad ke-16. Untuk mencapai jeroan pura, Anda akan melewati Candi Kurung yang di depannya terdapat patung penjaga candi (dwarapala) dengan bentuk arca Ganesha. Akan tetapi, untuk menghormati kesucian pura, wisatawan tidak diperbolehkan memasuki ruang utama pemujaan, sebab hanya umat Hindu yang akan bersembahyang saja yang diperbolehkan memasukinya. Di dalam ruang utama pura, terdapat sebuah prasada, yaitu tempat moksanya Dang Hyang Nirartha.
Meski demikian, wisatawan tak perlu khawatir, sebab daya tarik lain di lokasi wisata ini adalah pertunjukan Tari Kecak yang diadakan sekitar pukul 18.00 sampai 19.00 WITA. Tarian yang menceritakan tentang penggalan epik Ramayana, yaitu penculikan Dewi Sinta oleh Rahwana ini makin mempesona dengan latar belakang matahari terbenam di Samudera Hindia. Di samping itu, wisatawan juga dapat menyaksikan Pantai Pecatu yang berada di bawah Pura Uluwatu. Pantai Pecatu merupakan salah satu lokasi terkenal untuk olahraga selancar di Pulau Bali.
Pura ini terletak sekitar 30 km arah selatan Kota Denpasar, Ibu Kota Priovinsi Bali. Dari Denpasar, wisatawan dapat menggunakan jasa taksi, persewaan mobil atau motor, serta agen perjalanan untuk menuju Pura Uluwatu. Jika menggunakan jasa agen perjalanan, kunjungan ke Pura Uluwatu biasanya menjadi satu paket dengan obyek wisata lainnya di daerah Bali selatan, seperti Pantai Nusa Dua, Water Sport Tanjung Benoa, Taman Laut dan Pulau Penyu, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Pantai Dream Land, serta Pantai Jimbaran.
Untuk memasuki obyek wisata Pura Luhur Uluwatu, wisatawan dikenai biaya tiket sebesar Rp 3.000 per orang untuk dewasa, dan Rp 1.500 untuk anak-anak (Maret, 2009). Tiket ini berlaku umum untuk seluruh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di depan halaman pura terdapat persewaan kain sarung maupun selendang yang harus dipakai leh wisatawan yang ingin memasuki pura. Selain itu, di lokasi wisata ini para pelancong dapat menyewa jasa pemandu wisata yang akan menceritakan sejarah keberadaan Pura Luhur Uluwatu. Untuk menghindari kejahilan monyet-monyet liar, wisatawan dapat membeli makanan kecil seperti potongan mentimun, kacang, dan makanan kecil lainnya di warung-warung makan di sekitar pura. Warung-warung tersebut juga menjual makanan dan minuman untuk kebutuhan konsumsi para pengunjung.
Apabila menggunakan mobil pribadi, wisatawan tak perlu khawatir karena di dekat lingkungan pura terdapat lokasi parkir yang cukup luas. Selain itu, di tempat ini juga telah dilengkapi dengan toilet umum untuk para pengunjung. Jika memerlukan restoran maupun penginapan, wisatawan dapat memperoleh hotel maupun restoran dengan berbagai tipe dan menu di dekat lingkungan Pura Luhur Uluwatu.


Sumber : DNA-Lukman Solihin

Baca selengkapnya...

Jumat, 15 Mei 2009

Menimbang Untung Rugi Pooling Fund

Ketika likuiditas perbankan nasional tampak mengering, muncullah wacana untuk membentuk konsorsium pendanaan perbankan (pooling fund).

Kini Bank Indonesia (BI) sudah memberi sinyal persetujuan pooling funddengan menggunakan giro wajib minimum (GWM).

Apa manfaat dan bagaimana pooling funditu nantinya? Ada baiknya kita mengetahui dulu apa itu GWM (reserve requirement/ RR). GWM adalah dana yang dipelihara bank nasional di BI. GWM merupakan alat kebijakan moneter yang memengaruhi ekonomi, pinjaman, dan suku bunga suatu negara.

GWM memengaruhi pasokan uang beredar (money supply). Saat ini BI mematok bank nasional untuk memelihara GWM minimal sebesar 5 persen. Artinya, kian rendah GWM, kian tinggi uang beredar. Sebaliknya,kian tinggi GWM, kian rendah uang beredar. Penetapan besaran GWM merupakan salah satu strategi BI dalam mengawal laju inflasi agar tidak bergerak liar.

Selama ini GWM sering diotakatik sebagai tumpuan tingkat likuiditas bank nasional.Tengok saja, efektif 31 Agustus 2005, GWM minimal 5 persen dikaitkan dengan loan to deposit ratio (LDR). Bank dengan LDR di atas 90 persen, 75-90 persen, 60-75 persen masing-masing wajib menambah GWM 0 persen, 1 persen, dan 2 persen.

Bank dengan LDR di atas 50-60 persen, 40-50 persen, dan di bawah 40 persen diwajibkan menambah GWM masing-masing 3 persen, 4 persen, dan 5 persen. Lantas pada September 2008, tersiar kabar BI akan mengubah komposisi GWM yang dikaitkan dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang negara (SUN).

Kini BI juga menyetujui pooling funddengan menggunakan GWM. Lalu, apa itu pooling fund? Pooling fund adalah konsorsium pendanaan oleh perbankan nasional. Pooling fund akan sangat bermanfaat, terutama bagi bank papan bawah yang pada umumnya memiliki modal terbatas.

Bankbank kecil ini sering mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman di pasar uang antarbank (PUAB). Mengapa? Karena umumnya bank besar kurang percaya kepada bank kecil. Saat ini sebagian bank nasional masih menghadapi risiko likuiditas. Sementara itu, tingkat likuiditas menjadi salah satu tolok ukur kesehatan bank.Kondisi ini menjadi memprihatinkan ketika sebagian bank nasional yang memiliki kelebihan likuiditas sangat berhati-hati meminjamkan dana melalui PUAB.

Dengan bahasa sederhana, bank besar enggan menambah credit line (CL) kepada bank bermodal kecil. CL adalah suatu persetujuan atau perjanjian oleh bank kepada suatu perusahaan untuk boleh meminjam kapan saja pada jumlah tertentu. Dengan bahasa manajemen risiko, CL merupakan batas risiko yang diambil oleh suatu bank untuk melakukan transaksi dengan bank lain. CL pada umumnya meliputi money market line untuk meng-cover transaksi seperti placement/ borrowing, surat berharga, foreign exchange line (spot, forward, swap),dan commercial line (ekspor, impor, bank garansi).

Nah, pinjaman dana dari PUAB di-cover dengan money market line. CL berbentuk alokasi dana (biasanya dalam dolar AS). Misalnya, CL sebesar USD10 juta, itu artinya bank A memberikan CL sebesar USD10 juta kepada bank B.

CL itu bermanfaat untuk mengukur sejauh mana risiko yang dapat diserap bank A dalam bertransaksi dengan bank B.Kalau bank A tidak memberikan pinjaman lagi kepada bank B, itu bermakna batas CL itu sudah terlewati.Penambahan CL tergantung pada bank A, apakah dia tetap percaya kepada bank B.

Nah, yang terjadi belakangan ini, bank A (bank besar) kelihatan kurang menaruh kepercayaan lagi kepada bank B (bank kecil). Ini yang membuat bank kecil pontang-panting sehingga pooling fund menjadi opsi yang sangat menarik. Menilik kegunaannya, pooling fundlayak dibentuk.

Namun, untuk itu ada beberapa hal yang kiranya perlu dipertimbangkan sebelum pembentukannya. Pertama, penentuan siapa berhak meminjam dari pooling fund dan apa syaratnya? BI sudah mengisyaratkan bahwa hanya bank yang tidak bisa memperoleh pinjaman dari PUAB dapat mengakses pooling fund. Selain itu, bank peminjam wajib memiliki surat berharga sebagai jaminan.

Kedua, berapa persen yang akan dipakai untuk pooling fund? Mungkin bisa dipertimbangkan sekitar 1-2 persen dari GWM minimal 5 persen yang disusun berjenjang atas dasar tingkat likuiditas bank yang tecermin pada kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR).

Kian tinggi CAR,kian tinggi persentase GMW yang dapat dipakai. Jangan dipukul rata. Ini juga makin menegaskan betapa pentingnya modal bagi bank. Ketiga, berapa suku bunganya? Mestinya persis sama dengan PUAB.Mengapa? Karena sejatinya pooling fund merupakan saudara kembar PUAB. Keempat, siapa pengelolanya? Dari tiga opsi yang ada, yakni BI, lembaga penjamin simpanan (LPS),dan bank,sudah tentu bank sentral yang menjadi opsi paling tepat.

Sebab, BI sudah memiliki banyak pengalaman dan akses ke semua bank nasional dalam melirik tingkat kesehatan bank. Selain itu,BI pun dianggap netral di mata bank-bank nasional. Kelima, perlukah pemanis? Rasanya pemanis dapat dipertimbangkan bagi bank yang dengan suka rela menambah persentase GWM untuk pooling fund, yakni bank-bank papan atas yang bermodal kuat. Sebab, bagaimanapun tetap diperlukan prinsip winwin solution agar tercipta iklim saling percaya antarbank nasional. (*)


Paul Sutaryono

Baca selengkapnya...

Kamis, 14 Mei 2009

Penyerapan Karbon Bisa Sebabkan Kerusakan Biota Laut

Peneliti pada Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian Institution Washington Amerika, Nancy Knowlton mengatakan potensi penyerapan karbon (carbon sink) oleh laut memang besar akan tetapi hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya kehidupan biota laut.

Hal tersebut dijelaskan Nancy dalam diskusi tentang keanekaragaman terumbu karang di Komunitas Utan Kayu, Jakarta, Kamis.

"Laut memang menyimpan potensi penyerapan karbon besar tetapi dampaknya bisa mengakibatkan kadar air laut menjadi asam (asidifikasi) yang bisa menyebabkan kerusakan biota laut," kata Nancy yang datang ke Indonesia sebagai salah satu peneliti dari Amerika Serikat pada Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado.

Kerusakan biota laut seperti karang karena asidifikasi antara lain pemutihan karang (bleaching), osteoporosis terumbu karang dan sedimentasi.

Nancy mengatakan kerusakan terumbu karang memang telah berlangsung sejak lama, misalnya sekitar 80 persen terumbu karang di Karibia telah hilang selama 30 tahun sejak 1977.

Dia juga menyebutkan terumbu karang di Indonesia Timur dan Papua Nugini tinggal 68 persen, sedangkan kawasan Indonesia Barat tinggal 29 persen.

Kerusakan pada terumbu karang, katanya, bisa merusak simbiosis antara terumbu akrang dan alga simbiotik yang terjadi karena suhu air laut yang meningkat dan kadar mineral yang tinggi (eutropic).

Kematian massal biota laut juga bisa terjadi apabila suhu air laut meningkat secara mendadak atau meningkat sampai diatas suhu yang bisa ditoleransi oleh biot laut.

Nancy mengatakan peningkatan suhu laut juga mengikuti peningkatan kadar karbondioksida yaitu bila suhu meningkat satu derajat.

maka kadar Co2 mencapai 375 ppm (part per milion), bilia meningkat dua derajat maka kadar bisa menjadi 450 - 500 ppm, dan bila meningkat tiga derajat maka kadar meningkat menjadi diatas 500 ppm.

Usaha konservasi terhadap biota laut termasuk terumbu karang, katanya, bisa berhasil dilakukan apabila memang terkait langsung dengan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.

Misalnya dia mencontohkan di Negara Palau, konservasi terumbu karang bisa berhasil karena masyarakat mengandalkan wisata bahari seperti menyelam pada terumbu karang di daerah tersebut.

Nancy juga menyebutkan bahwa nilai ekonomis terumbu karang di dunia seperti dari makanan, perikanan, keanekaragaman dan wisata bahari secara global mencapi 29,8 miliar dolar AS per tahunnya.

Sedangkan di Hawai, nilai ekonomis terumbu karang bisa mencapai mencapai 361 juta dolar AS untuk non ekstraktif dan 3 juta dolar AS untuk perikanan pesisir.

"Sedangkan di Indonesia bisa mencapai 1,6 miliar dolar AS per tahunnya," tambah Nancy.


Sumber : Antara

Baca selengkapnya...

Rabu, 13 Mei 2009

Pemulihan Ekonomi Indonesia

Suatu siang, pekan lalu, saya diundang makan oleh teman di Restoran Grand Cafe,Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Ketika saya datang, sekitar pukul 12.30 WIB, restoran sudah agak penuh.

Hanya tersisa dua meja.Tidak lama kemudian, sisa meja itu pun terisi tamu lain. Pelanggan di restoran itu umumnya memilih buffet,dengan pilihan makanan lumayan banyak,mulai dari soto betawi, peking duck sampai kolak untuk penyegar mulut, selain makanan Jepang (sashimi), makanan Italia,dan sebagainya.

Selama makan, sambil berbincang dengan tuan rumah yang mengundang, saya juga memperhatikan tamu yang terus mengalir. Tampaknya restoran tersebut juga dipadati "gelombang kedua" yang segera mengisi meja-meja yang sudah kosong.Ini berarti tingkat okupansi restoran itu lebih dari 100%. Karena tertarik melihat pemandangan ini, saya mencoba berbicara dengan seorang waiter di restoran tersebut.

Jawabannya ternyata sangat menarik. Restoran itu ternyata tidak pernah sepi dalam beberapa bulan terakhir ini. Dia bercerita, restoran tersebut hanya sekali sepi, yaitu pada saat pemilu lalu. Selebihnya selalu padat, seperti yang saya saksikan hari itu. Sudah barang tentu, pembicaraan itu tidak bisa menggantikan data pembukuan jumlah tamu yang sebenarnya.

Namun gambaran yang dia utarakan memberikan kesimpulan bahwa tingkat okupansi restoran itu senantiasa tinggi. Bahkan bisa dikatakan tidak terkena dampak krisis apa pun. Hal ini sangatlah berbeda dengan semasa krisis 1997 lalu ketika restoran dan hotel sungguh-sungguh merasakan dampak krisis yang luar biasa.

Pada waktu itu bahkan berbagai upaya dilakukan untuk menarik lebih banyak tamu,antara lain dengan membedakan tarif tamu mancanegara dengan warga Indonesia maupun pemegang KIMS. Dengan melihat perkembangan ini,tidaklah terlalu mengherankan untuk melihat perkembangan berbagai perusahaan emiten melalui laporan keuangan kuartal I/2009 lalu.

Bayangkan, di tengah keadaan yang orang sering mengatakan sebagai krisis, Unilever masih mampu membukukan pertumbuhan penjualan 18,4%.Perkembangan semacam ini juga dialami perusahaan lain maupun bank-bank yang umumnya masih membukukan pertumbuhan positif. Sebuah bank komersial bahkan membukukan pertumbuhan laba lebih dari 40%.

Ini berbeda dengan bank-bank di luar negeri yang harus merasakan penurunan laba yang luar biasa. Bahkan secara kasatmata, dalam beberapa penerbangan domestik yang saya lakukan beberapa bulan terakhir, kita juga melihat kelas bisnis dari Garuda tetap dipadati penumpang.

Sebagai catatan, kelas bisnis sebagian besar pesawat Garuda terdiri atas 16 kursi, jumlah yang lebih banyak dibandingkan penerbangan Malaysian Airlines atau bahkan berbagai penerbangan di China yang untuk pesawat Boeing 737 (atau Boeing 757 yang jauh lebih panjang) memiliki konfigurasi kelas bisnis dengan 8 kursi saja, sedangkan selebihnya kelas ekonomi.

Apa yang saya saksikan ini pada akhirnya mengingatkan saya pada pernyataan Chief Economist dari kantor pusat Standard Chartered Bank London, yaitu Dr Gerard Lyons,dalam pertemuan di Bali, di sela-sela pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) baru-baru ini. Dia menyatakan, Indonesia akan mengalami pemulihan ekonomi kedua tercepat setelah China.

Perkembangan ini menarik setelah berbagai pihak menyatakan, negara yang akan mengalami pemulihan paling cepat dari krisis global adalah China,disusul India. Pernyataan tersebut dia pertahankan meskipun seorang tamu dari India mencoba mengklarifikasikan hal itu. Pernyataan tersebut pada akhirnya semacam mengonfirmasi apa yang terjadi di pasar modal dan pasar valuta asing beberapa hari terakhir ini.

Setelah terpuruk sekian lama, pada saat penulisan artikel ini, Kamis (7/5), indeks harga saham gabungan ditutup pada level 1.828 setelah pada pagi harinya sempat mencapai 1.840. Nilai tukar rupiah juga menembus Rp10.400 dan bertengger pada angka Rp10.360 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan pasar sore harinya.

Perkembangan ini merupakan angin sejuk yang dapat kita rasakan setelah lama kita merasakan kepengapan menghadapi perkembangan kedua pasar tersebut. Perkembangan pasar tersebut sejalan pula dengan optimisme Mark Mobius dari Templeton Fund Management (yang dianggap guru oleh para investor asing untuk pasar negara berkembang) maupun Robert Parker yang merupakan Wakil Presiden Credit Suisse dalam seminar di Bali selama perhelatan sidang tahunan ADB tersebut.

Kedua pembicara menyatakan sangat bullish dengan apa yang terjadi di negara-negara berkembang (meskipun yang sering disebut lebih banyak China dan India) sehingga memperkirakan tumpukan uang yang ada (a wall of cash) pasti akan diinvestasikan di negara-negara berkembang dalam bulan-bulan mendatang. Ternyata perkembangan tersebut terjadi pula pada obligasi pemerintah kita.

Jika semula surat berharga yang likuid adalah yang berjangka waktu sampai dengan lima tahun, tidak lama kemudian surat berharga yang berjangka waktu sampai 10 tahun pun banyak diminta. Pada beberapa hari terakhir bahkan surat berharga yang berjangka waktu lebih dari 10 tahun, yang selama ini sangat jarang diperdagangkan (tidak likuid), mulai banyak pula diminta.

Perkembangan ini sekali lagi mencerminkan pandangan para investor mengenai peluang investasi yang mereka lihat di Indonesia. Sudah barang tentu kita juga tetap harus waspada untuk menghadapi arus balik yang tetap saja masih mungkin terjadi, paling tidak dalam bentuk profit taking. Dengan melihat hal tersebut, apa yang harus kita perhatikan pada bulan-bulan yang akan datang ini ? Pertama, selama ?krisis? beberapa bulan terakhir ini, kita merasakan desakan pada infrastruktur tentu agak sedikit mengendur.

Namun jika pemulihan nantinya terjadi secara cepat, kebutuhan baru terhadap infrastruktur pasti akan datang dengan cepat. Ini berarti program percepatan pembangunan infrastruktur memang tidak boleh kendur sama sekali.Pembangunan pembangkit listrik batch pertama sebesar 10.000 MW harus segera diikuti dengan batchyang kedua.

Demikian juga pembangunan jalan tol.Pemerintah jangan sampai kendur dalam upaya pembebasan tanah.Para investor pasti akan terengah-engah mengejar jadwal konstruksinya jika pemerintah pusat dan daerah tidak juga segera menyelesaikan program pengadaan tanah. Kedua, program pembangunan infrastruktur di daerah produsen juga harus segera dilakukan.

Upaya pembangunan infrastruktur di selatan Jawa dan Kalimantan,yang beberapa waktu terakhir ini memperoleh perhatian, juga tetap secara kontinu dipertahankan tingkat kecepatannya. Ketiga, perbankan tentu sudah memiliki kepekaan untuk penyaluran kredit yang lebih cepat dengan melihat perkembangan ini. Jika tidak, bukan tidak mungkin kebutuhan kapasitas yang tidak terpenuhi pada akhirnya akan menyulut kembali inflasi.


Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo
Pengamat Ekonomi

Baca selengkapnya...

Senin, 11 Mei 2009

Bicara

"Orang bijak berbicara karena mereka mempunyai sesuatu untuk dikatakan, orang bodoh berbicara karena mereka ingin mengatakan sesuatu." . . . . . Plato (428-348 SM), filsuf Yunani

Baca selengkapnya...

Minggu, 10 Mei 2009

Menyusuri Desa Di Danau Toba

Mengunjungi Medan, Sumatera Utara, terasa belum lengkap sebelum menginjakkan kaki dan menjelajahi desa kecil di Pulau Samosir, Tomok.

Dari Jakarta, dibutuhkan waktu lebih kurang dua jam untuk bisa mencapai Medan, Sumatera Utara. Penerbangan akan terasa nyaman dengan pemandangan yang tersaji dari ketinggian, apalagi ketika pesawat hendak mendarat. Kehijauan pohon-pohon dan deretan kebun kelapa sawit yang terbentang luas terasa menyegarkan dilihat dari ketinggian. Suasana sejuk semakin terasa ketika melihat sungai yang meliuk dengan airnya yang kemilau seperti perak dari ketinggian.

Mendarat di Bandara Udara Internasional Polonia Medan, nuansa tradisi terasa kental. Apalagi, ketika menyaksikan atap gedung bandara ditata ala rumah tradisional Medan, dengan atap tinggi berbentuk segitiga. Sementara jarak Bandara Udara Polonia hingga pusat Kota Medan hanya ditempuh selama lebih kurang sepuluh menit. Objek wisata paling banyak dikunjungi wisatawan domestik juga mancanegara adalah Parapat dengan Danau Toba yang membentang luas sejauh mata memandang.

Menelusuri jalan-jalan Kota Medan pagi hari terasa menyenangkan, dengan deretan bangunan modern layaknya Jakarta. Sama sekali tidak terlihat bangunan tradisional di sepanjang jalan di kota ini. Bahkan, yang cukup mengagetkan adalah munculnya sebuah bangunan berarsitek China, di Jalan Kesawan, mulai dari atap hingga ukiran-ukiran yang terlihat semua kental nuansa China.

Ternyata, bangunan berarsitek China tersebut adalah sebuah kediaman keturunan China yang terkenal dengan nama Tjong A Fie (1860-1921). Tjong A Fie adalah seorang pebisnis dan bankir Tionghoa yang terkenal dari Kota Medan. Tjong A Fie meninggal tahun 1921.

Memasuki Parapat, kehijauan dan kesegaran udara yang berembus semilir terasa sangat menghibur, apalagi menyaksikan kehijauan pohon-pohon karet dan perkebunan kelapa sawit menjadikan pemandangan utama yang datang silih berganti dari jendela mobil. Hamparan bukit menghijau semakin membuat rombongan tidak henti-henti memuji keindahan kota ini.

Di Parapat, wisatawan bisa melakukan berbagai kegiatan. Anda bisa berenang, naik sepeda air, dan berjalan menikmati pinggiran pantai, semuanya menyenangkan. Mengitari danau juga bisa dilakukan dengan menyewa perahu motor. Berbagai macam penginapan juga terdapat di sini, mulai dari yang sederhana sampai hotel berbintang banyak tersedia.

Tidak berbeda dengan tempat penyeberangan lain, di Dermaga Parapat pun banyak anak-anak dengan perahu dayung kecil, berteriak-teriak agar penumpang kapal melemparkan uang koin yang mereka miliki ke dalam danau. Dengan kemahirannya anak-anak bertelanjang dada ini menyelam dan menemukan koin yang dilemparkan.

Danau Toba sendiri memiliki bentuk seperti laut, karena ukurannya yang sangat besar. Tercatat, danau ini memiliki panjang kirakira 100 km dan lebar 30 km. Sementara Pulau Samosir, juga sangat luas. Dibutuhkan waktu sekitar delapan jam untuk mengelilingi pulau ini dengan mengendarai mobil.

Perjalanan dengan KM Toba Cruise 8 membutuhkan waktu lebih kurang 30 menit, air danau yang makin biru dan pemandangan menarik tidak henti-henti disajikan ketika mengarungi danau ini menuju Pulau Samosir. Deretan perkampungan dari kejauhan dan bangunan-bangunan gereja di ketinggian bukit membuat perjalanan dengan KM Toba Cruise 8 terasa romantis. Belum lagi embusan angin dan menikmati gemericik air yang menerpa sisi kapal. Dari atas kapal ini, juga terlihat Wisma Soekarno, tempat Presiden pertama Indonesia itu diasingkan, dengan desain bangunan yang dicat dengan warna putih nan megah.

Dan, 30 menit di atas KM Toba Cruise 8, rombongan mulai memasuki Pelabuhan Wisata Tomok, Kecamatan Simarindo, Medan, Sumatera Utara. Sebuah dermaga terlihat menjulang, dengan ukiran-ukiran tradisional Batak, yaitu sepasang cecak.

Bukti kerukunan suku Batak diabadikan di tugu selamat datang ini dengan ukiran timbul masing-masing sepasang pengantin dengan pakaian tradisional Simalungun, Toba Karo, Pak-Pak, Mandailing, dan tulisan besar bertuliskan Horas dan Selamat Datang di Tomok.


Sumber : okezone

Baca selengkapnya...

Sabtu, 09 Mei 2009

Prinsip 90/10

SESUAI DENGAN PEMAHAMAN KARMA/ KAMMA YANG TELAH DIAJARKAN BUDDHA 2500 TAHUN LALU

Note: Karma = pikiran (mind), perkataan (communication) , tindakan (action) oleh kita manusia

Bagaimana prinsip 90/10 itu ?

- 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami. (Buah/Hasil Karma masa lampau, note: masa lampau=mulai dari 0.000..1 detik yang lalu sampai bertahun-tahun lampau, kehidupan sebelumnya.. .)
- 90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi (Karma saat ini).

Apa maksudnya ?
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri anda (Hasil/result yang timbul akibat karma lampau)
Contohnya : Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.
Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini. (Karma saat ini, right here, right now!)
Bagaimana caranya?. Dari cara reaksi anda !!
Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda .

Marilah kita lihat contoh dibawah ini :
Kondisi 1: Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.

Reaksi anda : Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir diujung meja.Akhirnya terjadi pertengkaran mulut.
Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil menghabiskan makan paginya.

Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam.

Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit.. Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah. Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan istri dan anak anda. Mengapa ? Karena cara anda bereaksi pada pagi hari.
Mengapa anda mengalami hari yang buruk?
1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi?
2. Apakah penyebabnya karena anak anda?
3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas?
4. Apakah anda penyebabnya?

Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah anda sendiri !!. Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab hari buruk anda. Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.

Kondisi 2: Cairan kopi menyiram baju anda.
Begitu anak anda akan menangis, anda berkata lembut : 'Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya.' Anda ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda. Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan mengatakan : 'Sampai jumpa makan malam nanti. Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur staff anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda dikantor. Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut?

2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan kondisi berbeda. Mengapa?
**Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi !
** Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi (HASIL KARMA). Tetapi yang 90% tergantung dari reaksi anda sendiri (KARMA SAAT INI JUGA).
** Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing (UPEKKHA SIKAP TENANG MENGENDALIKAN DIRI). Biarkan serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut mempengaruhi anda. Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan anda: kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan. Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat masuk kantor? Apakah anda akan marah? Memukul stir mobil? Memaki-maki? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat? Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik?

Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda?
Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah anda akan cepat terselesaikan.

Contoh lain :
- Anda dipecat Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir? Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.
- Pesawat terlambat. Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. Kenapa anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara? Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa yang terjadi. Kenapa harus stress? Kondisi ini justru akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain.

Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian anda dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat menakjubkan. Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita mengerti cara menggunakan prinsip 90/10. NIKMATILAH HIDUP INI !!

DENGAN MENERAPKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI: BRAHMA VIHARA: METTA (KASIH SAYANG/PERHATIAN/ TIDAK MENYAKITI), KARUNA (WELAS ASIH/BERJIWA PENOLONG/ DERMAWAN), MUDITA (BERSUKACITA MELIHAT/ MENDENGAR ORANG LAIN BERBAHAGIA/ BERUNTUNG), UPEKKHA (TENANG, CALM, MENGENDALIKAN DIRI/ PIKIRAN/ PERKATAAN/ PERBUATAN).

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali untuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; untuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan untuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar untuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari, membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan untuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **


Oleh : STEPHEN COVEY

Baca selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Mensucikan Hati

Akhir-akhir ini, orang-orang pergi ke segala tempat untuk mencari jasa kebajikan (note: “Mencari jasa kebajikan” adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Thai yang umum dipergunakan. Ia merujuk kepada suatu kebiasaan di Thailand untuk berkunjung ke vihara-vihara, atau “wat”, memberikan penghormatan kepada para guru yang arya dan memberikan persembahan). Dan mereka kelihatannya selalu singgah di Wat Pah Pong. Jika mereka tidak singgah dalam perjalanan pergi, mereka singgah pada perjalanan pulangnya. Wat Pah Pong telah menjadi tempat persinggahan. Beberapa orang begitu terburu-buru sehingga saya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melihat atau berbicara kepada mereka. Kebanyakan dari mereka bertujuan mencari jasa kebajikan. Tapi saya melihat tidak banyak yang mencari jalan untuk keluar dari perbuatan salah. Mereka begitu bersemangat untuk mencari jasa kebajikan, yang mereka sendiri tidak tahu harus mereka letakkan di mana. Mirip seperti mencoba mewarnai baju yang kotor, yang belum dicuci.

Para bhikkhu berbicara terus terang seperti ini, tetapi sulit bagi kebanyakan orang untuk menerapkan ajaran seperti ini di dalam praktek. Ia sulit karena mereka tidak mengerti. Jika mereka mengerti, akan lebih mudah jadinya. Anggaplah ada sebuah lubang, dan ada sesuatu di dasarnya. Sekarang, siapa pun yang memasukkan tangan ke dalam lubang itu dan tidak mencapai dasarnya akan berkata bahwa lubang itu terlalu dalam. Dari ratusan atau ribuan orang yang memasukkan tangan mereka ke dalam lubang itu, mereka semua akan berkata bahwa lubang itu terlalu dalam. Tidak ada satu pun yang akan berkata kalau tangan mereka lah yang terlalu pendek!

Begitu banyak orang yang mencari jasa kebajikan. Cepat atau lambat mereka harus mulai mencari jalan untuk keluar dari perbuatan salah. Tetapi tidak banyak orang yang tertarik akan hal ini. Ajaran Sang Buddha begitu singkat, tapi kebanyakan orang hanya melewatinya begitu saja, persis seperti ketika mereka melewati Wat Pah Pong. Bagi kebanyakan orang, itulah yang dinamakan Dhamma, sebuah tempat persinggahan.

Hanya tiga baris, tidak lebih : Sabba-papassa akaranam -menahan diri dari semua perbuatan yang tidak benar. Itu adalah ajaran semua Buddha. Ini adalah inti dari agama Buddha. Tetapi orang terus-menerus melewatinya, mereka tidak menginginkan yang satu ini. Menghindarkan diri dari segala perbuatan tidak benar, besar dan kecil, dari perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran… ini adalah ajaran dari para Buddha.

Jika kita ingin mewarnai sehelai baju, kita harus mencucinya terlebih dahulu. Tetapi kebanyakan orang tidak melakukan hal itu. Tanpa melihat baju tersebut, mereka langsung mencelupkannya ke dalam zat pewarna. Jika bajunya kotor, mewarnainya malah akan membuatnya kelihatan lebih buruk daripada sebelumnya. Pikirkanlah. Mewarnai kain kotor yang usang, akankah ia terlihat bagus?

Kalian lihat? Inilah caranya agama Buddha mengajar, tapi kebanyakan orang cuma melewatinya saja. Mereka hanya ingin melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, tapi mereka tidak mau melepaskan diri dari perbuatan salah. Ini sama seperti mengatakan “lubangnya terlalu dalam.” Setiap orang mengatakan lubangnya terlalu dalam, tidak ada yang bilang lengan mereka yang terlalu pendek. Kita harus kembali kepada diri kita sendiri. Dengan ajaran ini, kalian harus mundur selangkah ke belakang dan lihatlah diri kalian sendiri.

Kadang-kadang mereka pergi mencari jasa kebajikan dengan menumpang bus. Bahkan mereka mungkin berdebat di dalam bus, atau mereka mabuk. Tanyalah mereka ke mana mereka pergi dan mereka bilang bahwa mereka sedang mencari jasa kebajikan. Mereka menginginkan jasa kebajikan, tapi mereka tidak melepaskan diri dari kejahatan. Mereka tak akan pernah menemukan jasa kebajikan dengan cara itu.

Beginilah orang-orang. Kalian harus melihat dengan cermat, lihatlah diri kalian sendiri. Sang Buddha mengajarkan tentang memiliki perhatian penuh dan kesadaran diri di dalam segala situasi. Perbuatan yang tidak benar muncul di dalam tindakan-tindakan jasmani, ucapan dan pikiran. Apakah hari ini kalian membawa bersama kalian perbuatan-perbuatan, ucapan dan pikiran-pikiran? Atau sudahkah kalian tinggalkan mereka di rumah? Inilah tempat di mana kalian harus memperhatikan, tepat di sini. Kalian tidak perlu melihat terlalu jauh. Perhatikanlah perbuatan, ucapan dan pikiran kalian. Lihatlah untuk mengetahui apakah tindakan kalian itu salah atau tidak.

Orang tidak benar-benar memperhatikan hal-hal ini. Sama seperti ibu rumah tangga yang mencuci piring dengan wajah cemberut. Dia begitu memusatkan perhatiannya untuk membersihkan piring-piring itu, namun dia tidak menyadari bahwa pikirannya sendiri kotor! Pernahkah kalian memperhatikan ini? Dia hanya melihat piring-piring. Dia melihat terlalu jauh, bukan? Beberapa dari kalian mungkin sudah mengalami hal ini, saya katakan. Ini adalah tempat di mana kalian harus memperhatikan. Orang berkonsentrasi untuk membersihkan piring-piring tetapi mereka membiarkan batin mereka menjadi kotor. Ini tidak baik, mereka melupakan diri mereka sendiri.

Karena mereka tidak memperhatikan diri mereka sendiri, orang dapat melakukan semua perbuatan yang buruk. Mereka tidak memperhatikan batin mereka sendiri. Ketika orang ingin melakukan sesuatu yang tidak baik, mereka harus melihat ke sekeliling terlebih dahulu, untuk mencari tahu apakah ada orang yang memperhatikan… “Akankah ibuku melihatku?” Jika tidak ada orang yang melihat, lalu mereka akan maju terus dan melakukannya. Ini justru melecehkan diri mereka sendiri. Mereka bilang tidak ada yang memperhatikan, jadi mereka cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan sebelum ada orang yang akan melihat. Dan bagaimana dengan mereka sendiri? Bukankah mereka juga “seseorang” ?

Kalian lihat kan ? Karena mereka memandang diri mereka sendiri seperti ini, orang tidak pernah menemukan apa yang merupakan nilai yang sesungguhnya, mereka tidak menemukan Dhamma. Jika kalian memperhatikan diri kalian, kalian akan memahami diri kalian sendiri. Bilamana kalian akan melakukan suatu perbuatan yang tidak baik, jika kalian memperhatikan diri kalian sendiri tepat pada waktunya, kalian bisa berhenti. Jika kalian ingin melakukan sesuatu yang berguna, maka perhatikanlah pikiran kalian. Jika kalian tahu bagaimana memperhatikan diri sendiri, maka kalian akan mengetahui benar dan salah, merusak dan bermanfaat, kejahatan dan kebajikan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya kita ketahui.

Jika saya tidak berbicara tentang hal-hal ini, kalian tak akan mengetahui tentang mereka. Kalian memiliki keserakahan dan khayalan di dalam pikiran, tetapi kalian tidak mengetahuinya. Kalian tidak akan pernah mengetahui apa pun bila kalian selalu melihat ke luar. Ini adalah masalah yang dihadapi orang dengan tidak memperhatikan diri mereka sendiri. Melihat ke dalam, kalian akan mengetahui baik dan jahat. Dengan mengetahui kebaikan, kita dapat membawanya ke dalam hati dan mempraktekkannya.

Melepaskan yang jahat, mempraktekkan yang baik… inilah inti dari agama Buddha. Sabba-papassa akaranam - Tidak melakukan perbuatan yang salah, apakah melalui tubuh, ucapan atau pikiran. Itulah praktek yang benar, ajaran dari para Buddha. Kini, “baju kita” sudah bersih.

Lalu, kita mempunyai kusalassupasampada -membuat pikiran kita menjadi baik dan terlatih. Jika pikiran kita baik dan terlatih, kita tidak perlu pergi dengan menumpang bus ke seluruh pelosok desa untuk mencari jasa kebajikan. Bahkan dengan hanya duduk di rumah saja, kita dapat memperoleh jasa kebajikan. Tetapi kebanyakan orang pergi mencari jasa kebajikan ke seluruh pelosok desa tanpa melepaskan perbuatan salah mereka. Ketika mereka tiba kembali di rumah, tidak memperoleh apa-apa, kembali lagi ke wajah cemberut mereka yang dulu. Di sana mereka mencuci piring dengan wajah masam, begitu berkonsentrasi mencuci piring. Di sinilah orang sering tidak memperhatikan, mereka begitu jauh dari jasa kebajikan.

Kita mungkin tahu akan hal ini, tetapi kita tidak benar-benar mengetahui jika kita tidak menyadarinya di dalam pikiran kita sendiri. Jika pikiran kita bagus dan baik, ia bahagia. Ada senyuman di dalam hati kita. Tetapi kebanyakan dari kita sulit memperoleh bahkan sedikit waktu saja untuk tersenyum, bukan? Kita hanya akan tersenyum bila hal-hal berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kebahagiaan sebagian besar orang tergantung kepada apakah sesuatu itu memenuhi keinginan mereka. Mereka harus meminta setiap orang di dunia ini untuk mengatakan hanya kata-kata yang enak didengar. Inikah caranya kalian menemukan kebahagiaan? Mungkinkah untuk meminta setiap orang di dunia untuk mengatakan hanya kata-kata yang enak didengar? Jika demikian halnya, kapan kalian akan pernah menemukan kebahagiaan?

Kita harus menggunakan Dhamma untuk menemukan kebahagiaan. Apapun itu, apakah benar atau salah, jangan serta merta melekat kepadanya. Perhatikan saja dia, lalu letakkanlah. Bila pikiran tenang, maka kalian bisa tersenyum. Sebentar saja kalian merasa enggan terhadap sesuatu, pikiran menjadi buruk. Lalu, tidak ada apa pun yang baik.

Sacittapariyodapanam: Setelah bersih dari ketidakmurnian, batin menjadi bebas dari kekhawatiran… damai, baik dan berbudi. Ketika batin bersinar dan melepaskan kejahatan, akan ada ketenangan setiap saat. Pikiran yang jernih dan damai adalah inti sejati keberhasilan umat manusia.

Ketika orang lain mengatakan sesuatu yang kita sukai, kita tersenyum. Jika mereka mengucapkan kata-kata yang menyakiti kita, kita pun cemberut. Bagaimana mungkin kita dapat meminta orang lain untuk selalu mengucapkan kata-kata yang kita sukai setiap hari? Mungkinkah? Bahkan anak-anak kalian sendiri… pernahkah mereka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan kalian? Pernahkah kalian mengecewakan orang tua kalian? Bukan hanya orang lain, tetapi bahkan pikiran kita sendiri dapat mengecewakan kita. Kadang-kadang, hal-hal yang sedang kita pikirkan tidaklah menyenangkan. Apa yang bisa kalian perbuat? Kalian mungkin sedang berjalan dan tiba-tiba menendang akar pohon… Thud!... “Aduh!”… Di mana masalahnya? Siapa yang menendang siapa sebenarnya? Siapa yang akan kalian salahkan? Itu adalah kesalahan kalian sendiri. Bahkan pikiran kita sendiri bisa menyakitkan bagi kita. Jika kalian memikirkannya, kalian akan menyadari bahwa hal ini memang benar. Kadangkala kita melakukan sesuatu yang bahkan kita sendiri tidak suka. Semua yang bisa kalian ucapkan hanyalah “Sialan!”, tidak ada orang lain yang bisa disalahkan.

Jasa kebajikan atau berkah di dalam agama Buddha adalah melepaskan semua yang salah. Ketika kita mengabaikan yang salah, maka kita tidak akan salah lagi. Ketika tidak ada lagi tekanan jiwa, maka di sana ada ketenangan. Pikiran yang tenang adalah pikiran yang bersih, yang tidak memiliki amarah, pikiran yang jernih.

Bagaimana kalian membuat pikiran menjadi jernih? Hanya dengan mengetahuinya. Sebagai contoh, kalian mungkin berpikir,”Hari ini suasana hati saya benar-benar buruk, semua yang saya lihat menyinggung perasaan saya, bahkan piring-piring yang ada di lemari sekalipun.” Kalian mungkin merasa ingin menghancurkan mereka, semuanya. Apa pun yang kalian lihat, menjadi kelihatan buruk, ayam, itik, kucing, dan anjing… kalian membenci mereka semua. Semua yang suami kalian ucapkan menyinggung perasaan. Bahkan melihat ke dalam pikiran kalian sendiri, kalian tidak merasa puas. Apa yang bisa kalian lakukan dalam situasi ini? Dari mana penderitaan ini datang? Inilah yang dinamakan “tidak memiliki jasa kebajikan.” Akhir-akhir ini di Thailand, ada sebuah ungkapan bahwa ketika seseorang meninggal, jasa kebajikannya pun akan habis. Tetapi itu tidaklah demikian halnya. Ada banyak sekali orang yang masih hidup yang telah menghabiskan jasa kebajikannya terlebih dahulu…. mereka itu adalah orang-orang yang tidak memahami jasa kebajikan. Pikiran yang buruk hanya mengumpulkan semakin dan semakin banyak keburukan.

Melakukan perjalanan mencari jasa kebajikan ini adalah seperti membangun sebuah rumah yang indah, tanpa membenahi lahannya terlebih dahulu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, rumah tersebut kemudian akan runtuh, benar kan? Rancangannya saja sudah tidak bagus. Sekarang, kalian harus mengulanginya lagi, mencoba cara yang lain. Kalian harus melihat ke dalam diri kalian sendiri, memperhatikan kesalahan-kesalahan di dalam perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran. Di mana lagi kalian akan berlatih, selain dari perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran kalian? Orang-orang kehilangan arah. Mereka ingin pergi dan mempraktekkan Dhamma di tempat yang benar-benar tenang, di hutan atau di Wat Pah Pong. Apakah Wat Pah Pong itu tenang? Tidak, ia tidak begitu tenang. Tempat yang benar-benar tenang adalah di rumah kalian sendiri.

Jika kalian memiliki kebijaksanaan, ke mana pun kalian pergi, kalian akan bahagia. Seluruh dunia ini sudah bagus sebagaimana adanya saat ini. Semua pepohonan di hutan-hutan sudah bagus sebagaimana adanya: ada yang tinggi, pendek, berlekuk-lekuk… segala jenis. Begitulah mereka sebagaimana adanya. Melalui ketidakpahaman akan sifat alami sejati mereka, kita memaksakan pendapat kita sendiri terhadap mereka… “Oh, pohon ini terlalu pendek! Pohon ini terlalu bengkok!” Pohon-pohon itu hanyalah pohon-pohon, mereka lebih baik daripada kita.

Itulah mengapa saya menulis puisi-puisi kecil ini pada pepohonan di sini. Biarkan pohon-pohon ini mengajari kalian. Sudahkah kalian mempelajari sesuatu darinya? Kalian seharusnya mencoba untuk mempelajari paling tidak satu hal dari mereka. Ada begitu banyak pohon, semuanya memiliki sesuatu yang bisa mengajari kalian. Dhamma ada di mana-mana, di semua tempat di alam ini. Kalian seharusnya memahami hal ini. Jangan menyalahkan lubang yang terlalu dalam… berbaliklah dan lihatlah lengan kalian sendiri! Jika kalian mampu memahami ini, kalian akan bahagia.

Jika kalian membuat jasa atau kebajikan, pertahankanlah dia di dalam batin kalian. Di sanalah tempat yang paling baik untuk menyimpannya. Membuat jasa kebajikan seperti yang telah kalian lakukan hari ini adalah bagus, tetapi bukan merupakan cara yang terbaik. Mendirikan bangunan itu bagus, tetapi bukan merupakan hal yang terbaik. Membangun batin kalian menjadi sesuatu yang bagus, itulah jalan yang terbaik. Dengan jalan ini, kalian akan menemukan kebaikan, apakah kalian datang ke mari atau tinggal di rumah. Temukanlah hal yang paling utama ini di dalam batin kalian. Bangunan-bangunan luar seperti ruangan ini hanyalah “kulit batang pohon” saja, mereka bukan “inti kayu batang pohon” nya.

Jika kalian memiliki kebijaksanaan, ke mana pun kalian melihat, di situ akan ada Dhamma. Jika kalian kurang bijaksana, maka hal-hal yang baik sekalipun akan berubah menjadi buruk. Darimana keburukan-keburukan ini datang? Hanya dari pikiran kita sendiri, di situlah tempatnya. Perhatikan bagaimana pikiran ini berubah. Semuanya berubah. Suami dan istri biasanya akur-akur saja, mereka dapat berbicara satu sama lain dengan cukup gembira. Tetapi ketika pada suatu hari suasana hati mereka menjadi buruk, apapun yang dibicarakan pasangan tersebut terdengar amat menyinggung perasaan. Batin menjadi buruk, dia berubah lagi. Begitulah adanya.

Jadi, untuk melepaskan kejahatan dan memupuk kebaikan, kalian tidak perlu mencari ke tempat lain. Jika pikiran kalian menjadi buruk, jangan melihat kepada orang yang ini atau orang yang itu. Perhatikan saja pikiran kalian sendiri dan cari tahu darimana pikiran-pikiran ini datang. Mengapa batin ini memikirkan hal-hal seperti ini? Memahami bahwa segala sesuatunya itu fana. Cinta itu fana, kebencian juga fana. Pernahkah kalian mencintai anak-anak kalian? Tentu saja pernah. Pernahkah kalian membenci mereka? Saya akan menjawabnya untuk kalian juga… Kadang-kadang iya, bukan? Bisakah kalian membuang mereka? Tidak, kalian tidak bisa membuang mereka. Mengapa tidak? Anak-anak tidak seperti peluru (note: Ada permainan kata-kata di sini, antara kata Thai “look”, yang berarti anak-anak, dan “look bpeun”, yang secara harfiah berarti “anak-anak pistol”… yakni, peluru), bukan?

Peluru-peluru ditembakkan keluar, tetapi anak-anak ditembakkan kembali kepada orang tuanya. Jika mereka buruk, itu kembali kepada orang tuanya. Kalian bisa berkata bahwa anak-anak adalah kamma kalian. Ada yang baik dan ada juga yang buruk. Dua-duanya, yang baik dan yang buruk, ada di sana di dalam anak-anak kalian. Tetapi bahkan yang buruk sekalipun, amat berharga. Ada yang dilahirkan dengan polio, pincang dan cacat, dan bahkan menjadi lebih berharga dari yang lain. Bilamana kalian meninggalkan rumah untuk sesaat, kalian akan meninggalkan pesan,”Jagalah si kecil, dia tidak begitu kuat.” Kalian menyayanginya lebih daripada yang lain.

Oleh karena itu, kalian seharusnya menata batin kalian dengan baik -setengah cinta, setengah benci. Jangan hanya mengambil yang satu ini atau yang lain saja, senantiasalah memiliki kedua sisi ini di dalam batin. Anak-anak kalian adalah kamma kalian, mereka sepadan dengan pemiliknya. Mereka adalah kamma kalian, jadi kalian harus bertanggung jawab terhadap mereka. Jika mereka benar-benar menyebabkan kalian menderita, ingatkanlah diri kalian sendiri,”Ini adalah kamma saya.” Jika mereka membahagiakan kalian, juga ingatkan diri kalian,”Ini adalah kamma saya.” Kadang-kadang saking frustrasinya di rumah, kalian merasa seperti harus melarikan diri. Ia menjadi begitu buruk sampai-sampai beberapa orang bahkan mempertimbangkan untuk menggantung diri mereka sendiri! Ini adalah kamma. Kita harus menerima kenyataan ini. Hindarilah perbuatan buruk, maka kalian akan dapat memandang diri kalian sendiri secara lebih jernih.

Inilah alasannya mengapa merenungkan hal-hal ini menjadi sangat penting. Biasanya, ketika mereka berlatih meditasi, mereka menggunakan objek meditasi, seperti Bud-dho, Dham-mo atau San-gho. Tetapi kalian bahkan dapat membuatnya menjadi lebih singkat dari yang ini. Bilamana kalian merasa terganggu, jika pikiran kalian memburuk, bilang saja “Nah!” Ketika kalian merasa lebih baik, ucapkan saja “Nah!... Ia bukanlah hal yang pasti.” Jika kalian mencintai seseorang, katakan saja “Nah!” Ketika kalian mulai marah, katakan saja,”Nah!” Mengertikah kalian? Kalian tidak perlu mencari-carinya di tipitaka (kitab suci umat Buddha berbahasa Pali). Cukup dengan “Nah!” Ini artinya “ia tidaklah permanen.” Cinta tidak permanen, benci tidak permanen, baik tidak permanen, jahat tidak permanen. Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi permanen? Di manakah letak kepermanenan mereka?

Kalian dapat mengatakan bahwa mereka itu permanen di dalam ketidakpermanenannya. Mereka sudah pasti dalam hal ini, mereka tidak akan pernah menjadi sebaliknya. Satu menit ada cinta, selanjutnya benci. Begitulah adanya. Dalam konteks ini mereka permanen. Itulah mengapa saya mengatakan bilamana cinta itu muncul, katakan saja,”Nah!” Ini menghemat banyak waktu. Kalian tidak perlu mengucapkan “Aniccam, dukkham, anatta.” Jika kalian tak menginginkan objek meditasi yang panjang, ambil saja kata yang sederhana ini… Jika rasa cinta muncul, sebelum kalian benar-benar terjerumus di dalamnya, katakan saja pada diri sendiri,”Nah!” Ini sudah cukup.

Segala sesuatunya itu tidak permanen, dan ia permanen di dalam ketidakpermanenannya itu. Dengan sering memperhatikan hal ini saja, kalian akan melihat inti dari Dhamma, Dhamma Yang Sejati.

Sekarang, jika setiap orang lebih sering mengatakan,”Nah!”, dan menerapkannya dalam latihan seperti ini, kemelekatan akan semakin berkurang dan berkurang. Orang tidak akan begitu terjebak pada cinta dan benci. Mereka tidak akan melekat pada hal-hal ini. Mereka akan menaruh kepercayaan pada kebenaran, bukan pada hal-hal yang lain. Hanya dengan memahami hal ini saja sudah cukup, apa lagi yang perlu kalian ketahui?

Setelah mendengar ajaran ini, kalian juga seharusnya mencoba untuk mengingatnya. Apa yang seharusnya kalian ingat? Meditasi… Mengertikah kalian? Jika kalian mengerti, Dhamma akan menyatu dengan kalian, pikiran akan berhenti. Bilamana ada kemarahan di dalam batin, katakan saja,”Nah!”… dan itu sudah cukup, ia berhenti seketika. Jika kalian belum mengerti, maka perhatikan secara lebih mendetail ke dalamnya. Jika ada pemahaman, ketika kemarahan muncul di dalam batin, kalian bisa memadamkannya dengan,”Nah! Ia tidaklah permanen!”

Hari ini kalian telah memiliki kesempatan untuk merekam Dhamma, baik di dalam maupun di luar. Di dalam, suara masuk melalui telinga untuk direkam di dalam batin. Jika kalian tidak bisa melakukan hal ini, itu tidak begitu bagus, waktu kalian di Wat Pah Pong akan terbuang sia-sia. Merekamnya di luar, dan merekamnya di dalam. Tape recorder ini tidak begitu penting. Yang benar-benar penting adalah “perekam” di dalam batin. Tape recorder ini bisa rusak, tetapi Dhamma yang benar-benar mencapai batin, tidak akan pernah hilang, ia ada di sana untuk selama-lamanya. Dan kalian tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli baterai.

* Note : Pembicaraan ini ditujukan kepada sekelompok umat awam yang datang ke Wat Pah Pong untuk memberikan persembahan kepada vihara.

* Dikutip dan diterjemahkan dari buku : “The Teachings Of Ajahn Chah”, sub judul “Living Dhamma - Making The Heart Good”.

Baca selengkapnya...