Sabtu, 16 Februari 2013

MENUNTASKAN PEKERJAAN RUMAH DI BIDANG EKONOMI

Senin lalu (28/1) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar Rapat Kerja Pemerintah (RKP) pertama pada tahun ini. Dalam rapat tersebut, Presiden membeberkan evaluasi kinerja pemerintah pada tahun 2012.

Presiden SBY menilai, kinerja pemerintahan pada tahun lalu berjalan baik. Meskipun ada beberapa sasaran pemerintah yang belum tercapai, karena kompleksibilitas permasalahan atau kinerja jajaran pemerintahan yang kurang maksimal. Yang menarik, kendati evaluasi akan disampaikan secara rinci, Presiden memiliki evaluasi berdasarkan observasi dan pemantauan sendiri.

Di bidang ekonomi, Presiden mengingatkan Indonesia pada tahun ini masih diselimuti oleh dampak resesi ekonomi dunia. Meskipun, dirinya bersyukur perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh dengan baik dibanding negara-negara lain di kawasan.

Menurut Presiden, ada lima poin utama yang harus diperhatikan pemerintah untuk meredam dampak dari krisis tersebut.

Pertama, meminimalkan dampak resesi ekonomi dengan tetap dan terus menjaga pertumbuhan ekonomi.

Kedua, menjaga kesehatan fiskal dengan mencegah dan memperkecil defisit anggaran.

Ketiga, memastikan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) benar, subsidi tepat sasaran, dan penyerapan anggaran yang produktif dan berkualitas.

Keempat, pemerintah dituntut harus bisa menjaga inflasi rendah, terutama yang didorong stabilitas harga bahan pangan dan bahan pokok lainnya. Maklum inflasi dinilai sebagai musuh rakyat dan musuh perekonomian.
 
Kelima, penciptaan lapangan kerja yang lebih besar lagi, sehingga mendorong perekonomian ke arah yang lebih maju.
 
Secara tersirat maupun tersurat, kelima poin arahan Presiden itu mengingatkan publik kepada strategi pembangunan ekonomi Indonesia yang bertumpu pada empat Pilar, yaitu “pro growth, pro jobs, pro poor and pro environment”, yang sejak awal kerap dikemukakan oleh Presiden dan jajarannya.
 
Secara substansial, lima poin yang disampaikan Presiden itu valid, karena poin-poin tersebut memang sangat penting untuk ekonomi domestik, sehingga investor bisa nyaman dan tentram berinvestasi di Indonesia.
 
Yang tak kalah pentingnya adalah perbaikan infrastruktur untuk menghela kegiatan perekonomian secara lebih efisien dan efektif lagi. Ini harus menjadi prioritas di sisa usia pemerintahan ini.
 
Juga yang tak kalah pentingnya adalah memperbaiki kualitas serapan anggaran untuk dapat menciptakan kegiatan perekonomian yang lebih dinamis. Sebab, sebenarnya defisit fiskal Indonesia sedikit, sehingga penyerapannya harus lebih bijaksana. Disiplin serapan anggaran menjadi penting karena disinilah letak kelemahan pemerintahan selama ini.
 
Sementara itu, di bidang kesejahteraan rakyat, Presiden SBY mengatakan bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar.
Menurut Presiden, masih kurang kuatnya kebijakan pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat membuat pemerintah semakin kesulitan dalam mencapai target penurunan kemiskinan setiap tahunnya.
 
Guna mengatasi persoalan itu, Presiden mengatakan, ada dua hal yang harus dipertajam pemerintah tahun ini. Pertama, memperkuat koordinasi seluruh jajaran pemerintah pusat maupun daerah agar dapat menjangkau seluruh masyarakat miskin di Indonesia. Upaya yang sangat serius, terintegrasi dan sinergis, antara pemerintah pusat dan daerah, juga antara sektoral dan regional, diperlukan untuk mengurangi angka kemiskinan dan kesenjangan. Koordinasi menjadi barang mahal dan penting yang musti diterapkan dalam setiap melakukan tugas pekerjaan karena tidak bisa sebuah kementerian atau lembaga bekerja sendiri-sendiri tanpa melalui koordinasi dengan kementerian atau lembaga lainnya.
 
Kedua, pengelolaan inflasi yang baik, khususnya dengan menjaga stabilitas ekonomi, terutama harga-harga bahan pokok yang erat kaitannya dengan masyarakat. Jika hal tersebut dapat dijaga pemerintah, Presiden optimistis bahwa inflasi tidak akan mengerus kesejahteraan masyarakat, khususnya warga miskin. Tim pengendali inflasi di tingkat pusat dan daerah yang dibentuk oleh Bank Indonesia bersama dengan unsur pemerintah harus dioptimalkan perannya.
 
Yang menarik adalah sorotan atas kinerja investasi langsung. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sepanjang 2012 lalu, yang mencapai Rp313,2 triliun merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah investasi di Indonesia. Angka ini jauh melonjak dari target 2012 sebesar Rp283,5 triliun atau sekitar 110,5% dari target.
 
Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 2012, tercatat sebesar Rp92,2 triliun, melebihi target yang sebesar Rp76,7 triliun dan realisasi investasi PMDN 2011 yang hanya Rp76 triliun.
 
Sementara realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) juga ikut meningkat, dari Rp175,3 triliun pada 2011 menjadi Rp221 triliun pada 2012. Angka ini juga melewati target yang ditetapkan BKPM sebesar Rp206 triliun.
 
Nilai investasi yang dihitung adalah investasi di luar bidang migas, perbankan, lembaga keuangan non bank, asuransi, sewa guna usaha, dan industri rumah tangga. Sedangkan realisasi investasi proyek penanaman modal triwulan keempat 2012 mencapai Rp83,3 triliun, naik 18,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp70,2 triliun. Kinerja investasi yang bagus ini diyakini masih akan berlanjut tahun ini dan ditargetkan bisa menyentuh kisaran Rp350 triliun. Terbayangkan betapa akan semakin banyak pabrik-pabrik baru dibangun dan pabrik-pabrik lama diperluas atau diperbaiki. Ini tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di sinilah peran perbankan untuk dapat memfasilitas kebutuhan pembiayaan dalam bentuk kredit produktif, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi.
 
Sektor pasar modal juga bisa mengambil peran dengan memfasilitasi korporasi yang akan menggali dana melalui penjualan saham perdana (IPO) di pasar modal. Keberhasilan pemerintah menata perekonomian nasional di tahun lalu bakal menjadi modal berharga memasuki tahun 2013 yang masih diliputi oleh ketidakpastian ekonomi dunia.
 
Pasar domestik harus tetap dapat dijaga jangan sampai kebanjiran oleh barang-barang buata asing. Konsumsi rumah tangga tetap akan menjadi magnet pertumbuhan ekonomi. Sementara investasi langsung akan melengkapi kekuatan konsumsi publik tadi. Tinggal pemerintah masih punya pekerjaan yang tidak ringan, yakni bagaimana mendorong ekspor sekuat-kuatnya di tengah melemahnya permintaan pasar dunia seraya menekan impor bahan baku dan bahan penolong sekencang-kencangnya.
 
Last but not least, pemerintah juga masih punya pekerjaan utama, yakni bagaimana memperbaiki serapan anggaran di jajaran kementerian dan lembaga agar mampu memperkuat topangan Produk Domestik Bruto (PDB) menembus level Rp8.000 triliun tahun ini yang dengan sendirinya akan mendongkrak pendapatan per kapita masyatrakar pada kisaran 3.500 dolar AS. Terakhir, pemerintah tidak boleh terlena dan cepat berpuas diri atas capaian kinerja ekonomi di tahun lalu karena tugas-tugas ke depan jauh lebih menantang.
 
 
Business News

Baca selengkapnya...

Jumat, 15 Februari 2013

Makna Imlek Yang Nyaris Terlupa

Imlek merupakan tradisi bersyukur yang dijadikan hari raya di masa kini. Budayawan Tionghoa di Indonesia Suma Mihardja menuturkan Imlek sesungguhnya merupakan perayaan musim semi. Sejarah menyebutkan masyarakat Tiongkok merupakan masyarakat agraris yang sangat bergantung pada perkembangan musim. Siklus musim dijadikan penanda waktu menanam dan waktu memanen.
“Imlek merupakan penanggalan bagi petani yang didasarkan pada penanggalan bulan dan matahari,” kata Suma. Masyarakat agraris percaya bahwa segala sesuatu yang ada di bumi itu beredar dan ada yang mengatur peredarannya. Perayaan musim semi erat kaitannya dengan peredaran alam, dilihat dalam hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal merupakan hubungan antara manusia dan sesuatu yang tak terlihat, sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan antarmanusia.
Kegiatan Utama
Masyarakat Tionghoa percaya ada dua jenis kegiatan untuk menyambut Imlek, yakni menutup tahun dan membuka tahun. Menutup tahun berlangsung selama satu pekan sebelum tahun baru atau tanggal 24, bulan 12 kalender Imlek. Di saat itu, keluarga mengevaluasi semua kegiatan selama satu tahun. Evaluasi ini berkaitan dengan laporan dewa-dewa kepada kaisar langit.
Persis malam tahun baru, keluarga berkumpul menikmati makan bersama. Kumpul keluarga ini merupakan reuni untuk menguatkan hubungan. Dalam syukuran itu, biasanya ikan menjadi makanan utama yang dihidangkan. Makan ikan berarti menambah untung atau menambah lebih.
Acara makan ini digelar sampai terbit matahari. Disaat matahari muncul itulah, pembukaan tahun berawal. Masyarakat Tionghoa lantas merayakannya dengan cara bersembahyang di meja leluhur serta menghormati langit dan bumi.
Tuntas menguatkan hubungan vertikal, masyarakat Tionghoa bersilaturahmi ke sanak keluarga. Sayangnya, makna Imlek yang kental dengan kesederhanaan itu bergeser pada masa kini. Salah satunya, ucapan selamat. Saat ini orang lebih mengenal dan mengucapkan Gong Xi Fa Cai yang berarti selamat makmur dan kaya. Padahal, ucapan yang tepat adalah Xin Chun Gong Xi atau selamat merayakan musim semi baru.
“Kalimat Gong Xi Fa Cai itu mendoakan agar orang kaya material. Bagi orang yang tahu budaya Tionghoa, itu kalimat kasar. Sesungguhnya yang lebih penting adalah untung dan sehat,” tutur Suma.
Selain ucapan, pakaian yang dikenakan saat Imlek pun sudah berbelok dari tradisi. Ada yang merayakan Imlek mengenakan pakaian bergambar naga lima jari di cakarnya. Padahal, hanya kaisar yang boleh memakai pakaian bergambar itu. “Jika ada rakyat pakai pakaian lima jari, dia dianggap sombong,” ujar Suma.
Satu hal penting yang kerap dilupakan orang Tionghoa masa kini adalah memelihara meja abu. Tradisi Tionghoa menyebut sesiapa yang di rumahnya tersimpan meja abu leluhur, dialah yang disebut sebagai keluarga tertua. Karena itu, rumahnya pantas dikunjungi dan dijadikan tempat berkumpul saat Imlek tiba.
Kenyataannya, menurut Suma, tidak lagi banyak orang Tionghoa memelihara meja abu. Alhasil, saat Imek, sudah jarang orang Tionghoa berkumpul di rumah keluarga tertua yang punya meja abu. Mereka lebih sering merayakan Imlek di kawasan-kawasan komesial, seperti mal, restoran atau tempat wisata.“Pergeseran terjadi karena konsumerisme sudah sangat merasuki hidup banyak orang, orang mencari yang serba instan dan menyenangkan. Sebenarnya, Imlek itu upacara keluarga, bukan upacara umum,” kata Suma.
Gloria N. Dolorosa



Baca selengkapnya...