Minggu, 03 Desember 2017

Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi, Jambi

Pada masa lalu Pulau Sumatera merupakan daerah tujuan suku-suku bangsa di kepulauan Nusantara maupun bangsa asing seperti India dan Tiongkok untuk melakukan kontak dagang, urusan keagamaan, budaya dan politik.
 
Informasi tertua hubungan orang asing dengan daerah Jambi ditemukan pada Naskah Berita Dinasti Tang (618-906 M) yang menyebutkan kedatangan utusan Kerajaan Mo-lo-yeu ke Tiongkok pada tahun 644 M dan 645 M. Pendeta Buddha yang bernama I-Tsing pada tahun 672 M ketika melakukan perjalanan ke Nalanda India untuk memperdalam ajaran Buddha, menyempatkan singgah selama dua bulan ke Mo-lo-yeu untuk memperdalam Bahas Sansekerta.
 
Penyebutan nama Jambi yang dalam ejaan Tiongkok disebut Chan-pi dimulai sejak abad ke 7 M dan masih disebut-sebut pada abad ke 11 M.
 
Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi terletak di tepian aliran sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera. Di kawasan ini terdapat peninggalan purbalaka yang meliputi situs percandian, situs permukiman kuno dan sistem jaringan pengairan masa lalu. Kawasan cagar budaya di tepi sungai besar, Batanghari, diketahui seluas 3.981 hektar, dengan ratusan candi dan menapo atau gundukan tanah diduga berisi struktur candi yang hingga kini belum semuanya dieskavasi dan direstorasi.
 
Para ahli memperkirakan Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi merupakan peninggalan Kerajaan berlatar belakang kebudayaan agama Buddha Mahayana yang telah berkembang di Sumatera sejak abad VII – XII Masehi. Dari sejumlah kompleks candi dan beberapa temuan lain di dalamnya, area ini diyakni sebagai salah satu kawasan Pendidikan terpenting ajaran Buddha di masa lalu untuk kawasan Asia.
 
Selain candi, salah satu pesona sekaligus daya tarik utama wilayah ini adalah keberadaan perkebunan dan hutan, yang mengelilingi area cagar budaya sekaligus menjadi habitat dari beragam flora dan fauna lokal. Beberapa jenis hewan tersebut seperti monyet, tupai, burung, ikan dan juga ular. Beberapa jenis pohon seperti karet, durian dan duku tampak tumbuh menjulang tinggi.
 
Kawasan ini, selain ada kegiatan dan lokasi wisata perjalanan berperahu dan jalur jalan kaki lintas alam (jungle track) dari kompleks Candi Kedaton menuju Candi Kotomahligai, juga terkenal dikalangan wisatawan reliji para pemeluk agan Buddha. Setiap tahun terutama saat perayaan Waisak, ada ratusan wisatawan reliji, kebanyakan para pendeta Buddha dari sejumlah negara, seperti Jepang, Kora Selatan, serta para pemeluk agam tersebut datang berziarah dan berdoa di kawasan cagar budaya. Mereka juga tinggal Bersama para penduduk di rumah-rumah yang dijadikan home stay. Keberadaan wisata disana membantu perekonomian warga.
 
Ayo, segera masukan Muara Jambi sebagai salah tujuan wisata Anda!

Baca selengkapnya...