Senin, 29 Juni 2009

Teladan Seorang Ayah

Yang ayah wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang ayah - Will Rogers

Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. "Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu." Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. "Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.".

Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. "Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi."
Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. "Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter," katanya. "Kau pasti bisa kuliah. ayah jamin."
Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.
Setelah menikah, kuceritakan kepada susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. "Kalau kau sudah tamat kuliah," katanya dengan mata berkilat-kilat, "kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau."

Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah. "Mungkin popoknya basah," kata susan, lalu di bawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.
Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. "Lihat," katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin.
Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan . Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.

-----> : Sebuah cerita yang luar biasa bukan ? Inilah sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang ayah ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Ayah ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang ayah, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun ayahnya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orangtuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. Semoga cerita ini menginspirasi bagi kita semua.

Baca selengkapnya...

Remember That You Only Be With People You Love Once In A Life Time!

Seorang pemuda tampan dan cerdas sebentar lagi akan diwisuda, segera dia akan menjadi sarjana. Akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford.
Setiap waktu dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu,bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu sudah dia ceritakan keteman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu.

Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,.. . namun bukan sebuah kunci.

Dengan hati yang gundah si anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas.
Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh...!!! Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan Kitab ini untukku?" Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya.

Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.
Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; IA merendahkan, dan meninggikan juga” disertai dengan nasehat “Manusia yang paling bermanfaat adalah yang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik bagi orang lain”.

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya, .... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.
Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati..... ....

4 hal yang tidak dapat kembali:

* 'batu' setelah dilontarkan
* kata setelah diucapkan
* waktu setelah berlalu
* kesempatan setelah kesempatan itu hilang

SEBERAPA MAHAL DAN BERHARGANYA KITA PERNAH KEHILANGAN SEBUAH BARANG, AKAN SANGAT LEBIH MENYESAL JIKA KITA KEHILANGAN ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI.

Baca selengkapnya...

Sabtu, 27 Juni 2009

Cinta, Kedamaian, Pencerahan

Dalam banyak hal, Barat menyimpan tanda-tanda ke mana peradaban bergerak. Industrialisasi, demokrasi, kapitalisme, feminisme hanyalah sebagian hal yang awalnya terjadi di Barat, kemudian menerjang ke seluruh dunia.

Kepunahan agama

Siapa saja yang rajin ke Barat di abad 21 ini, boleh bertanya ‘what is your religion?’. Dan siap-siaplah dijawab: stupid question. Seorang pengajar di perguruan tinggi di Melbourne, pernah bertanya ke mahasiswanya di sebuah kelas: any one of you who have religion? Dan yang menaikkan tangan hanya segelintir. Itu pun semuanya berwajah Asia.

Dari salah satu segi terlihat, agama di Barat lebih dipandang sebagai beban dibandingkan identitas yang membahagiakan. Dan pada saat yang sama, ada kecenderungan lain yang layak direnungkan.

Karen Amstrong (penulis buku Hystory of God) menulis, inilah zaman keemasan Buddha di Barat. Albert Einstein (fisikawan besar abad 20) berpendapat, agama yang bisa memenuhi kebutuhan intelek manusia masa depan adalah agama Buddha. Lama Surya Das (penulis Awakening to the Sacred) menjumpai sejumlah anak muda di Barat yang mengaku: ‘my parent hate me when they know that I am a Buddhist, but they love me when they know that I am a Buddha’. 0rang tua kesal melihat puterinya masuk Vihara. Namun mereka cinta ketika menyadari anaknya sabar, santun, penuh rasa hormat dan rendah hati.

Digabung menjadi satu, ada sebuah pintu kecenderungan yang terbuka. Di satu sisi ada rasa dahaga manusia akan kedamaian. Terutama karena materialisme di Barat sudah menunjukkan batas-batasnya. Dan di lain sisi, agama Buddha menyentuh komunitas Barat dengan kedamaian.

Membaca tanda-tanda seperti ini, tantangan agama-agama sebenarnya bukan persaingan antaragama. Raja Asoka (murid serius Buddha) mewariskan: ’siapa yang menghina agama orang, ia sedang mencaci agamanya sendiri. Siapa yang menghormati agama orang, ia sedang mencintai agamanya sendiri’. Tantangan agama-agama ke depan adalah memuaskan rasa dahaga manusia akan kedamaian.

Tanpa kemampuan memuaskan rasa dahaga akan kedamaian, lebih-lebih memperpanjang daftar kekerasan yang sudah panjang, maka bukan tidak mungkin ada agama yang mengalami kepunahan di masa depan.

Bahasa-bahasa cinta

Kalau boleh jujur, semua agama berbahasakan cinta. Islam menempatkan cinta di urutan nomer satu dalam 99 nama Allah. Nasrani mengalami dinamika dari perjanjian lama ke perjanjian baru, namun dalam kasih ia tidak bergeser sama sekali. Yoga Hindu tidak bisa sempurna tanpa bhakti yoga (path of love and devotion). Rumah batin luhurnya Buddha mulai dengan cinta kasih.

Dalam ketokohan juga serupa. Islam bersinar di tangan manusia seperti Jalaludin Rumi, Imam Al-Ghazalli yang tidak punya bahasa lain selain cinta. Ajaran Kristus menyentuh di tangan orang seperti Santo Franciscus dari Asisi yang digerakkan kasih. Di tangan Mahatma Gandhi, Bhagawad Gita hidup. Tidak ada kekuatan lain yang membantu Gandhi terkecuali bhakti. Tatkala Dalai Lama ditanya pengertian Tuhan, ia menjawab: God is an infinite compassion. Teduh, menyentuh, itulah wajah asli agama-agama.

Namun, kerap ini dihadang keingintahuan yang membandingkan wacana dengan realita. Bila memang demikian, kenapa ada serangan teroris, pemerintah AS dan kawan-kawan menyerang Afghanistan dan Irak, rezim militer Myanmar demikian kejam menembaki sejumlah Bhiksu, masyarakat Bali yang tekun berupacara melakukan sejumlah kekerasan?

Latihan sebagai langkah

Meminjam cerita Zen, setiap kata hanyalah jari yang menunjuk bulan. Bahkan kata-kata Buddha digabung dengan Krishna pun tidak bisa menghantar manusia menemukan pencerahan, terutama bila hanya sebatas dimengerti kemudian lupa. Apa yang kita tahu adalah sebuah tebing. Apa yang kita laksanakan dalam keseharian adalah tebing lain. Dan jembatan yang menghubungkan keduanya bernama latihan.

Sulit membayangkan ada pencerahan tanpa ketekunan latihan. Raksasa spiritual dari Jalaludin Rumi, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi sampai dengan Dalai Lama, semuanya dibesarkan latihan. Siapa yang berani membayar latihannya dengan ongkos lebih mahal, ia sampai di tempat yang lebih jauh.

Sayangnya, ini yang tidak mau dilakukan banyak orang. Hanya berbekalkan intelek, kemudian berharap pencerahan. Ia serupa dengan hanya melihat ujung jari, mau sampai di bulan.

Thich Nhat Hanh dalam Creating true peace lebih konkrit soal latihan. Di dalam diri kita ada bibit kedamaian sekaligus bibit kemarahan. Perjalanan latihan bergerak semakin sempurna, ketika manusia dalam keseharian menyirami bibit kedamaian, berhenti menyirami bibit kemarahan. Cara terbaik melakukan ini adalah dengan mempraktekkan kesadaran (mindfulness).

Dalam aktivitas apa pun (bangun, makan, bekerja sampai tidur lagi) lakukanlah dengan penuh kesadaran. Bila kemarahan yang datang, senyumlah sambil ingat untuk tidak mengikuti kehendak kemarahan. Tatkala kedamaian yang berkunjung senyumlah sambil sadar kalau kedamaian pasti pergi. Sehingga ketika kedamaian pergi, tidak perlu kecewa.

Bila digoda orang menjengkelkan, berfokuslah pada api amarah yang ada di dalam. Lihat, senyum, jangan diikuti. Bila ini tidak membantu, ganti judul orang menjengkelkan dengan orang yang membutuhkan uluran cinta kita. Sebab bila judulnya menjengkelkan, respon alaminya marah. Jika judulnya ia memerlukan cinta kita, maka respon alaminya membantu.

Teruslah berlatih sampai tidak ada lagi yang tersisa (kemarahan menghilang, kedamaian menghilang), terkecuali kesadaran agung. Kadang disebut kesempurnaan agung karena semua sempurna apa adanya. Dan yang terlihat oleh orang lain di luar adalah keseharian yang diam, senyum serta tangan yang bahagia bila ada kesempatan membantu.

Dibimbing cinta manusia bertemu keteduhan, kesejukan kedamaian. Kedamaian kemudian membukakan pintu pencerahan. Ada yang bertanya, apa itu pencerahan? Seperti berlatih naik sepeda. Teorinya sederhana. Namun begitu berlatih dijamin jatuh. Ada yang masuk selokan. Ada juga kakinya berdarah. Hanya dengan ketekunan latihan seseorang bisa menemukan keseimbangan (baca: kesadaran agung). Dan momen ketika kesadaran agung dialami, ia akan berujar: oooo!

Itulah pencerahan. Ia di luar kata-kata. Bila ada yang mau menjelaskannya dengan kata-kata, nasibnya akan serupa dengan sepasang tangan manusia yang mau mengambil seluruh air samudera.
Gede Prama

Baca selengkapnya...

Jumat, 26 Juni 2009

Passion

Secara singkat passion adalah segala hal yang kita sukai sedemikian rupa sehingga kita tidak terpikir untuk tidak mengerjakannya. Sekarang tentunya tidak sulit memahami kegelian saya saat mendengar jawaban jawaban lucu yang mengatakan kalau passion mereka adalah tidur, nonton dvd dan cari duit.


Lebih lucu lagi saat tahu kalau yang punya passion tidur adalah seorang Manager Security, si pemilik passion nonton DVD adalah seorang VP Operations; dan si empunya passion cari duit adalah seorang broadcaster atau penyiar radio. Nah Lo??

Passion itu sama seperti ketika kita sedang jatuh cinta, rasanya ingin selalu bertemu. Ketika anda bekerja sesuai dengan passion, anda sering lupa waktu, seringkali memikirkan bagaimana caranya agar bisa menaikkan kualitas kerja anda. Sewaktu anda bertemu dengan orang yang dicintai, anda tiba-tiba menjadi orang tidak perhitungan. Begitu pula melakukan passion.

Kita akan dengan senang hati bekerja extra mile misalnya kerja lembur atau melakukan riset tambahan tanpa dibayar lebih. Bisa jadi anda cukup beruntung menjadi sebagian orang yang menemukan passionnya lewat hobi, namun sekali lagi hobi itu sendiri bukanlah passion tapi tidak sama.

Dalam banyak kesempatan saya menanyakan soal yang satu ini kepada banyak orang. Sebagian kecil menjawab tidak punya passion, sebagian lain menjawab tidak perlu dan sebagian besar menyebut hobi sebagai passion mereka, sisanya yang saya sebut sebagai “ the lucky few” cenderung paham, peduli dan bekerja sesuai passion mereka.

Tidak mudah menemukan passion untuk diri sendiri. Namun mencoba menemukannya akan jauh lebih baik daripada mengacuhkannya sama sekali, terlebih untuk pengembangan karir kita. Rata-rata profesional yang teguh dalam mencari karier sesuai dengan passion mereka perlu waktu empat sampai delapan tahun untuk menemukannya. Saya sendiri perlu tidak kurang dari sembilan tahun dari total enambelas tahun pengalaman kerja untuk menemukan passion saya. Jadi tidak ada kata terlambat untuk hal satu ini.

Pernah ada yang mengomentari kalau diskusi passion sangatlah tidak penting dan tidak lebih sebagi luxury talk. Kalau sudah nganggur dua tahun, kata orang tersebut, tentu lebih relevan untuk kerja apa saja untuk survive. Well , saya menghargai pendapat ini. Kalau benar perlu waktu dua tahun untuk cari kerja, tentu saya tidak akan mengatakan “Jangan kerja disana kalau pun itu bukan passion-mu”. Jalani saja apa yang perlu dikerjakan untuk survive, namun jangan pernah berhenti mencari passion kita.

Pada titik ekstrem lain, saya banyak berjumpa dengan para profesional senior yang telah bekerja lebih dari 20 tahun tanpa pernah tahu, apalagi merasakan, bekerja sesuai dengan passion mereka. And these are not happy stories....

Ketika saya menjalani profesi sebagai seorang Art director, saya selalu merasa ada yang “kurang”. Bangun pagi, berangkat ke kantor duduk di depan meja, membalas e-mail clients yang menumpuk, presentasi, leading projects dan yang lainnya, tiba-tiba hanya menjadi sekedar rutinitas yang membosankan. Tidak ada semangat lagi, yang ada justru pemikiran yang perhitungan seperti, “Kalau saya lembur malam ini, dapat overtime berapa ya?” Ketika perasaan ini muncul, saya sadar kalau ada sesuatu yang perlu saya temukan, Something that is more fulfilling!

Setelah panjang lebar membahas soal passion, mungkin sekarang anda jadi bertanya-tanya. Bagaimana cara menemukan passion? Pertama passion datang dari hati yang tulus. Passion tidak perlu di cari namun sudah ada di dalam diri kita masing masing. Coba jadikan diri terbuka untuk tahu, merasakan dan jujur mengenai segala hal yang saat dikerjakan membuat hati kita lega, lepas dan gembira. Lupakan sejenak soal uang, jabatan, dan atribut lain, itu hanya akan memperumit keadaan.

Keputusan untuk mengambil kesempatan menjadi seorang Radio broadcaster tentunya mengajarkan saya untuk keluar dari zona nyaman. Pekerjaan yang sudah mapan ditinggalkan untuk pekerjaan yang bisa dibilang “ tidak pasti”. Namun karena saya bekerja berlandaskan passion, materi siaran yang di tulis (yang akhirnya mengudara) banyak menarik perhatian orang, sehingga saya ditawarkan banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang mendatangkan pemasukan yang berkali kali lipat dari pekerjaan sebelumnya. Passion first, money follows! Passion is attractive!

Kedua, perluas horizon. Ketemu dan diskusi dengan orang-orang yang mungkin bisa bantu, baca buku, pelajari bahasa asing baru, coba makanan baru, pergi ke tempat baru dan miliki kebiasaan baru. ..coba lah segala hal !!!


Nah dalam hal ini hobi mungkin bisa menjadi salah satu pilihan kegiatan untuk memperluas horizon. Hobi bisa saja menjadi jendela menuju ke arah passion kita tersebut. Ketika kita sibuk memperluas horizon secara tidak langsung kita membangun networks. Hal ini akan menjadi sangat baik untuk proses pencarian pekerjaan yang sesuai dengan passion kita.

Tiga, Don’t hold anything back..jangan nanggung dalam berupaya. Giving your 100% always the way to go! Empat, Be positive. Nggak perlu marah-marah dan sensitif kalau belum tahu passionnya. Kesadaran bahwa masih harus tahu passion masing-masing adalah langkah pertama yang hebat!

Terakhir nikmati prosesnya. Proses ini tidak ada finish line. Enjoy the journey itself. It’s all about self discoveries. Sebelum bisa dibilang I do what love doing, jangan pernah ragu mencoba banyak hal. Dan ya, anda bisa memiliki lebih dari satu passion. Passion bisa dikembangkan dari pekerjaan sekarang atau dengan cara lain. You don’t have to quit your job although it is also ok to quit if you are sure. Kuncinya ada pada diri kita sendiri. Masih bingung juga? Worry less, do more.


Rene Suhardono dan Larasati Silalahi

Baca selengkapnya...

Perbuatan Baik

Sifat baik ataupun jahat, keduanya berawal dari satu kebiasaan. Berusahalah untuk menjadikan perbuatan baik sebagai pelajaran hidup agar cinta kasih universal dan rasa syukur terus mengalir dalam batin. ~ Master Cheng Yen ~

Baca selengkapnya...

Tanah Lot, Bali


















































































































































Baca selengkapnya...

Kamis, 25 Juni 2009

Pemerintah Stop Penjualan BlackBerry Tipe Baru

Pemerintah untuk sementara menghentikan perdagangan BlackBerry tipe baru, yang akan diedarkan mulai Juni 2009, karena pabrik pembuatnya tidak juga membuka kantor layanan purnajual di Indonesia.

Penghentian perdagangan itu dengan cara tidak dikeluarkannya sertifikasi oleh Departemen Komunikasi dan Informatika.

Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Komunikasi dan Informatika Gatot S. Dewa Broto, dengan tidak dikabulkannya permohonan sertifikasi itu, produk baru BlackBerry tidak bisa dipasarkan. Untuk produk BlackBerry yang sudah masuk ke Indonesia dan beredar di pasar sejak sebelum Juni, tetap diizinkan dijual.

"Jika sertifikat tidak keluar, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan menahan BlackBerry impor yang masuk di pelabuhan," kata Gatot kepada Tempo di Jakarta Rabu (24/6). "Jika ada tipe baru dari BlackBerry yang beredar di pasar, berarti itu produk ilegal."

Menurut Gatot, departemennya sudah menghentikan permohonan sertifikasi BlackBerry yang diajukan RIM sejak Mei dan permohonan beberapa importir yang tidak terafiliasi dengan RIM sejak pekan lalu.

Gatot menambahkan, pihaknya akan kembali memberikan sertifikasi setelah RIM--produsen telepon pintar BlackBerry asal Kanada--membuka kantor layanan purnajualnya di Indonesia.

Sejak dipasarkan di Indonesia tahun lalu sampai sekarang, Gatot menjelaskan, RIM sama sekali belum membuka layanan purnajualnya di sini. Padahal produk yang sudah terjual sejak 2008 hingga bulan lalu sekitar 300 ribu unit dan diperkirakan sampai akhir tahun bisa 1 juta unit.

Juru bicara RIM Asia Pasifik di Hong Kong, Katie Lee, hanya mengatakan, "Kami sedang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar BlackBerry di Indonesia," kata Lee singkat melalui pesan pendek.


Sumber : TEMPO Interaktif

Baca selengkapnya...

Debat

Saya malas berdebat. Tiap debat mengandung unsur berlaga, ujian, dan telaah. Memang, dulu ketika Socrates menanyai seseorang, menggunakan teknik eclenchus, menyoal dan meminta jawab dan siap dibantah serta membantah, ia tak bermaksud mengalahkannya hingga takluk. Ia menggugah orang untuk berpikir, menilik hidup, terutama hidupnya, dan menjadi lebih bijaksana sedikit. Tapi tidak setiap orang seperti Socrates. Dan saya cepat lelah dengan berujar lisan.

Pengalaman saya mengajari saya bahwa debat, seperti umumnya dialog, acap kali berakhir dengan dua-log: saya dan lawan bicara saya akan seperti dua pesawat televisi yang disetel berhadap-hadapan. Dia tak mencoba mengerti saya dan saya tak mencoba mengerti dia. Bahasa punya problem. Kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak jatuh persis di sebelah sana dalam makna yang seperti ketika ia keluar dari kepala saya.

Pengalaman saya juga membuat saya bertanya: apa tujuan sebuah perdebatan? Untuk menunjukkan bahwa saya tak kalah pintar ketimbang lawan itu? ”Kalah pintar” tidak selamanya mudah diputuskan, kalaupun ada juri yang menilai. Atau untuk meyakinkan orang di sebelah sana itu, bahwa pendirian saya benar, dan bisa dia terima? Saya tak yakin.

Kita tak bisa untuk selalu optimistis, bahwa sebuah diskusi yang ”rasional” akan menghasilkan sebuah konsensus. Bahkan Mikhail Bakhtin cenderung menganggap bahwa debat yang terbuka dan kritis tidak dengan sendirinya akan membuka pintu ke sebuah ruang di mana orang bisa bertemu dan bersepakat. Justru sebaliknya: yang akan terjadi adalah makin beragamnya pendapat dan pendirian.

Bagi Bakhtin, orang yang berbeda punya pandangan dunia yang berbeda pula, dan pada saat mereka sadar bahwa intuisi mereka tentang realitas berbeda—dan teknik Socrates akan menimbulkan kesadaran itu—mereka akan makin ketat dalam pilihan posisi mereka. Ada yang selamanya tak terungkap, juga bagi diri sendiri, dalam kalimat.

Di manakah peran percakapan? Buat apa dialog dilakukan? Mungkin jawabnya lebih sederhana dari yang diharapkan seorang Socrates: percakapan punya momen persentuhan yang tak selamanya bisa dibahasakan—momen ketika tubuh jadi bagian dari keramahan dan redanya rasa gentar.

Tapi orang senang menonton debat, apalagi debat para calon presiden. Saya tidak tahu apakah setelah menonton itu, orang akan mengambil keputusan mana yang lebih baik dia pilih. Saya duga lebih sering yang terjadi adalah pilihan sudah dijatuhkan sebelum debat mulai—dan orang menonton sebagai pendukung atau penggembira, seperti orang menonton pertandingan badminton atau tinju. Maka saya lebih cenderung menganggap, debat diselenggarakan lebih untuk jam-jam hiburan—dengan segala ketegangan yang dirasakan dalam menonton itu. Kita tegang, maka kita senang. Juga debat calon presiden. Pendek kata, debat itu tidak untuk meyakinkan. Debat itu untuk membuat kita bertepuk.

Tidak mengherankan bila televisi mengambil peran besar dalam debat politik. Sementara mereka yang berdebat mempersiapkan diri baik-baik dengan mengumpulkan bahan serta mempertajam argumen dan juga berlatih menyusun kata, tuan rumah dari acara itu sebenarnya punya tujuan yang tak ada hubungannya dengan discourse. Sang tuan rumah hanya menginginkan sesuatu untuk ditonton khalayak seperti orang Roma dulu menyelenggarakan pertandingan gladiator.

Suka atau tidak suka, politik kini terjebak dalam sebuah arena apa yang disebut Milan Kundera sebagai ”imagologi”. Politik telah jadi sebuah tempat bertarung yang dibangun oleh media massa, di mana wajah, sosok, artikulasi, dan janji diperlakukan sebagai komoditas yang ditawarkan ke konsumen yang sebanyak-banyaknya. Makin banyak calon pembeli yang dibujuk, makin ditemukan titik pertemuan yang paling dangkal. Dan ketika televisi—dengan kebiasaannya untuk gemebyar, dengan ongkos mahal—jadi makin komersial, pendangkalan itu makin tak terelakkan.

Tidak mengherankan bila setelah debat calon presiden, disusul debat para komentator debat—yang umumnya seru, bisa lebih kasar, lebih tak sabar, dan lebih tak berpikir. Kini para komentator hampir sudah seperti pesohor: yang terpenting adalah bahwa mereka dikenal, atau bisa menarik perhatian. Mengapa harus digubris adakah pendapat mereka punya dasar yang bisa dipertanggungjawabkan? Dan karena air time mahal, jawaban cepat lebih diperlukan ketimbang jawaban masuk akal. Socrates dan eclenchus-nya sudah lama dikuburkan.

Saya malas berdebat. Meskipun seperti banyak orang, saya tak malas menonton para calon presiden berdebat. Saya tahu apa yang mereka lakukan di sana itu tak banyak manfaatnya bagi mereka sendiri. Tapi setidaknya saya mendapatkan hiburan. Dan mungkin juga komodifikasi yang terjadi pada acara yang seolah-olah serius itu punya manfaat lain, punya peran lain: proses itu membuat para calon pemegang jabatan tertinggi Republik itu lebih menarik, dan tidak lebih angker, apalagi menakutkan, ketimbang komoditas lain yang ditebarkan televisi.

Tampaknya demokrasi bisa juga dibangun dari perdagangan.


Goenawan Mohamad

Baca selengkapnya...

Tersandung

“I have been made very aware of the fact that I am a member of SMAP and have to act properly, and that young children and elderly people support me, but I drank too much and that was my weakness,” kalimat jujur dari Tsuyoshi Kusanagi, aktor dan penyanyi dari SMAP di hadapan Kyodo News Service ketika tertangkap basah sedang telanjang berdansa karena mabuk di sebuah taman di Tokyo.


Karier aktor yang masih muda kelahiran tahun 1974 ini sedang menanjak. Tak hanya dikenal di dalam negeri, polahnya dikenal pula di mancanegara khususnya di Korea. Tak heran, raksasa otomotif semacam Toyota mengontrak Tsuyoshi sebagai bintangnya. Setelah kejadian itu, konon Toyota berniat memutuskan kontrak.

Harga yang harus dibayar Tsuyoshi memang amat mahal. Bukan soal kehilangan aspek material, tetapi kepercayaan publik khususnya penggemarnya yang melihat sosok Tsuyoshi sebagai idola. Ia tersandung oleh beberapa sloki sake. Artinya secara matematis, satu sloki bisa berharga miliaran rupiah kalau dihitung kehilangan kontrak bintang iklan dari berbagai perusahaan.

”I will say that, with the mistakes that I've made in my life, I've learned from them. Every one of them. And I've become a better person,” kata Phelps. “That's what I plan to do from here.” Mendahului Tsuyoshi, Michael Phelps, jawara Olimpiade renang dengan medali terbanyak di Beijing kelahiran tahun 1985 ini, tersandung pada bong. Gara-gara fotonya beredar, maka kepercayaan publik yang mengidolakan Mike langsung pudar. “Jangan jadi seperti Mike,” begitu petuah sang ibu ketika memberi motivasi anaknya yang gemar berenang itu.

Perusahaan raksasa makanan semacam Kellogg langsung ambil tindakan tegas. Kontrak bintang iklan untuk Frosted Flakes dan Corn Flakes mungkin tidak akan diperpanjang. Visa, Speedo, Omega dan Puresport masih memberi kesempatan kedua, apalagi setelah Phelps mengakui kesalahannya.

Keduanya masih belia, perjalanan masih panjang. Masa depan kelihatan sangat cerah. Sayang, keduanya harus berhubungan dengan pihak berwajib karena kesalahannya sendiri. Tersandung langkah kecil yang membuyarkan impian masa depan. Beruntung penggemar masing-masing masih mendukung untuk mereka bangkit, andaikan terjadi lagi untuk kedua kali rasanya sudah tak ada maaf bagi mereka.

Tersandung selalu terjadi bukan karena rintangan yang besar. Manusia memiliki kesadaran tinggi untuk bahaya yang besar. Ketika tantangan seperti krisis global menghantam, semua menjadi waspada. Berhati-hati melangkah agar tidak terjerembab dalam petaka. Semua dalam kondisi siaga satu, maka bahaya biasanya akan berlalu. Siapa yang eling lan waspada – mengutip petuah ibu saya – akan terhindar dari kecelakaan besar.

Sebaliknya, manusia sering meremehkan hal kecil. Manusia biasa yang berada di strata bawah, ketika tersandung jatuh di tingkat paling bawah. Tidak menyakitkan dan mudah bangkit lagi tanpa banyak yang tahu. Hanya diri sendiri yang mengaduh, setelah itu ia mampu berjalan seperti biasa.

Manusia yang berada di strata atas, ada pada intensitas sorotan yang berbeda. Ketika ia tersandung hal yang kecil, mungkin baru pertama kali semacam Tsuyoshi dan Mike, implikasinya sangat besar. Bukan hanya pada dirinya sendiri, melainkan pula pada penggemar yang mengidolakan mereka. Ketika mereka jatuh, mereka membawa seluruh komunitas menjadi runtuh. Prahara sudah berubah, bukan hanya petaka individu tetapi sudah ke institusi dan komunitas.

Kesadaran ini harus terus diupayakan oleh orang yang ada di puncak sana. Komentar dan kelakuan yang bahkan bisa dibilang sangat individu karena masuk dalam urusan privat, tak berlaku bagi petinggi dan selebritas. Kesalahan ngebong gaya Phelps dan ngedance gaya Tsuyoshi, bisa menghancurkan reputasi SMAP dan Toyota, serta USA Swimming dan Kellogg.

Kesandung duit puluhan juta – sebenarnya korupsi bukan soal jumlah besar-kecil tetapi integritas – mampu merusak nama partai, organisasi bisnis dan lembaga yang terhormat. Salah ucap bisa berakibat perolehan suara menjadi marginal dan koalisi besar menjadi bubar. Kesalahan pidato yang menjatuhkan lawan bisa membuat lawan dikasihani oleh publik, bukan soal lawan lebih baik tetapi karena belas kasihan. Kadang merasa tidak diperlakukan wajar, satu kalimat saja, maka seluruh reputasi yang dibina bertahun-tahun bisa kandas. Itulah dunia orang atas, semua ingin ke atas dan banyak yang ingin yang di atas kemuncak itu jatuh agar banyak yang bisa menaikinya.

Itu sebabnya, semakin tinggi dan semakin dikenal harus semakin awas akan batu kecil yang semakin tak terlihat. Harus makin berhati-hati memilih sekondan dan orang dalam. Apakah karakternya memang kawan atau Ken Arok yang menunggu saat untuk mengambil alih.

Eling lan waspada terhadap apa yang dipikir, dikatakan dan dilakukan membuat orang selalu merunduk. Orang yang membusungkan dada atau yang dadanya selalu dibusungkan oleh para pengikutnya yang penjilat, membuat petinggi dan pesohor tak mampu melihat ada lubang kecil di jalanan yang sepi. Mungkin tak terlihat, tetapi banyak mata dan kamera tersembunyi yang sebenarnya dipasang. Ketika tersandung, tiba-tiba menjadi berita besar di infotainment dan di berita nasional. Sayang sekali.


Oleh : Paulus Bambang W.S.

Baca selengkapnya...

Rabu, 24 Juni 2009

Laporan Arus Kas Tidak Bisa Bohong

Berdasarkan peraturan, semua emiten dan bank, karena mengelola dana publik, harus memublikasikan laporan keuangannya secara periodik. Walaupun yang dipublikasikan di dua harian nasional itu umumnya hanya neraca dan laporan laba rugi, investor tidak boleh melupakan laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan arus kas belum menjadi bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan sekitar 20 tahun lalu. Sebelum diwajibkannya laporan arus kas, para pengguna laporan keuangan mengeluh tidak bisa memperoleh informasi yang diperlukan mengenai sebab peningkatan atau penurunan saldo kas.

Tanpa pemahaman yang memadai mengenai sumber dan penggunaan kas selama satu periode, mereka kesulitan memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan kas, yang dipandang lebih penting daripada laba. Inilah perbedaan akuntansi dan manajemen keuangan. Akuntansi berorientasi pada bottom line, sementara aksioma pertama dalam manajemen keuangan mengatakan kas adalah raja.

Menyadari kelemahan yang melekat pada laporan laba rugi dengan konsep accrual-nya dan memenuhi tuntutan para penggunanya, pada akhir 1980-an, para penyusun standar akuntansi di Amerika menetapkan laporan arus kas sebagai bagian integral dari laporan keuangan. Dewan standar akuntansi di Indonesia dan di negara-negara lain pun mengikuti jejak Amerika ini pada periode awal 1990-an.

Laporan arus kas sejatinya adalah laporan yang menjabarkan jumlah kas masuk dan sumbernya serta jumlah kas keluar dan penggunaannya. Laporan arus kas tidak lain adalah pelaporan secara sistematis transaksi yang ada di akun kas dalam buku besar sebuah perusahaan, baik sisi debit maupun sisi kredit.

Laporan arus kas lengkapnya dibagi dalam tiga kelompok aktivitas yaitu arus kas dari kegiatan operasi, dari kegiatan investasi, dan dari kegiatan pendanaan. Total arus kas dari ketiga kegiatan ini harus sama dengan perubahan saldo kas di neraca. Karena itu, ada juga pengguna laporan keuangan yang memandang sepele manfaat laporan arus kas dengan mengatakan laporan ini hanya menjelaskan naik-turunnya kas.

Pandangan seperti ini sudah tentu tidak benar. Laporan arus kas sesungguhnya dapat bercerita banyak. Mengapa akun kas mendapatkan perhatian khusus dan istimewa sampai diperlukan laporan tersendiri yang menggambarkan mutasinya? Ada tiga alasan untuk itu.

Pertama, manajemen yang berhasil mestinya tidak hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan laba besar, tetapi juga dari kehebatannya meningkatkan saldo kas.

Inilah nilai tambah yang lebih nyata, menurut manajemen keuangan, tanpa saldo kas yang memadai, kecil kemungkinan perusahaan dapat membagikan dividen. Investor, terutama investor jangka panjang, pada umumnya berkepentingan dengan laba yang dibagikan ini.

Kedua, laporan arus kas tidak pernah bisa berbohong. Ini sangat berlawanan dengan angka dalam laporan laba rugi yang mungkin saja bersifat artifisial, hasil rekayasa keuangan yang berlindung di bawah diskresi dan kebijakan manajemen.

Ketiga, kas adalah aset yang paling rawan disalahgunakan. Kas juga merupakan darah yang menjamin kelangsungan suatu usaha. Karena itulah, akuntansi untuk kas berbeda dengan akuntansi untuk akun lainnya. Akuntansi untuk piutang dagang, persediaan, investasi, harta tetap, utang, dan ekuitas semuanya menekankan pada pengakuan, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan.

Untuk kas, masalahnya bukan itu, tetapi perencanaan dan pengendalian. Untuk dua tujuan ini kita mengenal istilah bank rekonsiliasi, pemisahan tugas, perlunya otorisasi, sistem kas kecil, anggaran kas masuk dan kas keluar, dan lainnya.

Kas operasi harus positif

Sejatinya, laporan arus kas yang diharapkan investor bukan sekadar yang menghasilkan netto arus kas positif. Investor kurang menyukai jika arus kas positif itu hanya berasal dari kegiatan pendanaan (pinjaman baru atau right issue).

Dalam semua kondisi, investor sangat menghargai arus kas operasi yang positif. Hanya dengan arus kas operasi positif, perusahaan dapat melakukan investasi baru, pembayaran bunga, pelunasan utang, dan pembagian dividen. Berbeda dengan arus kas investasi dan arus kas pendanaan, arus kas operasi sangat berhubungan dengan laba bersih di laporan laba rugi.

Salah satu alternatif penyajian arus kas operasi bahkan memulainya dari laba bersih dari laporan laba rugi yang kemudian disesuaikan dengan depresiasi, amortisasi, dan lainnya.

Mensyaratkan arus kas investasi positif justru tidak realistis, terutama untuk perusahaan yang sedang bertumbuh. Demikian juga dengan arus kas pendanaan, positif tidak berarti bagus dan negatif tidak berarti jelek.

Arus kas pendanaan yang negatif berarti perusahaan melunasi utang atau melakukan buyback saham atau membayar dividen, sedangkan positif berarti memperoleh pinjaman baru, right issue, atau pelepasan saham buyback.

Walaupun jujur dan tidak bisa berbohong, laporan arus kas juga tak luput dari kekurangan. Laporan arus kas tidak bersifat komprehensif, karena transaksi penting yang tidak melibatkan kas tidak akan muncul.

Contohnya, pembelian aset tetap dengan obligasi atau konversi obligasi menjadi saham, atau komitmen jangka panjang capital lease. Agar investor tidak salah baca, kejadian ini harus diungkapkan untuk melengkapi laporan arus kas.

Kelemahan lainnya, klasifikasi operasi, investasi, atau pendanaan juga ada beberapa alternatif. Biaya bunga dapat dimasukkan dalam arus kas operasi atau pendanaan. Pendapatan bunga dan penerimaan dividen, karena timbul dari kegiatan investasi, juga bisa diperlakukan sebagai arus kas operasi atau investasi.


oleh : Budi Frensidy
Staf pengajar FEUI dan penulis buku

Baca selengkapnya...

Selasa, 23 Juni 2009

Bahagia

John C Maxwell suatu ketika pernah didapuk menjadi seorang pembicara di sebuah seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi pembicara pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi pembicara, istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan seminar suaminya. Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara di salah satu sesi, suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.

Ceritanya, suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk di bangku paling depan dan mendengarkan. Dan di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan. Yang namanya seminar selalu ada interaksi dua arah dari peserta seminar juga kan?

Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan, pertanyaan ibu itu seperti ini, "Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"

Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Dan semua peserta penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak."

Seluruh ruangan langsung terkejut. "Tidak," katanya sekali lagi, "John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia." Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Maxwell. Dan Maxwell juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar.

Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik. Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."

Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"

"Karena," jawabnya, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri."

Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah, tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Karena yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.

Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih. Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.

Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, seberapa cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu. Ini masalah pilihan: apakah kamu memilih untuk bahagia atau tidak.

Baca selengkapnya...

Senin, 22 Juni 2009

Neoliberalisme dan Globalisasi

Neoliberalisme tiba-tiba seolah menjadi kata buruk dalam perpolitikan Indonesia. Padahal, jika ditinjau dari perspektif hukum Indonesia, neoliberalisme justru telah menjadi salah satu pengaruh positif dalam perkembangan hukum dan iklim usaha dalam beberapa tahun terakhir.

Neoliberalisme identik dengan kesepakatan internasional yang lahir di era Reagan dan Thatcher, dan umum disebut The Washington Consensus. Beberapa pilar utama konsensus tersebut adalah ekonomi pasar, deregulasi ekonomi, peran minimal pemerintah, dan perdagangan bebas internasional.
David Trubek, et.al dalam Globalization and the Law, mencatat bahwa konsensus ini berhasil menyebar dari Amerika Serikat ke Eropa Kontinental, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia melalui Bank Dunia, IMF, bank regional, dan GATT. Penyebarannya yang cepat itu merupakan bagian dari gejala globalisasi.
Duncan Kennedy, profesor yurisprudensi dari Harvard Law School, dalam tulisannya The Three Globalization of Law and Legal Thought: 1850-2000, mengkonsepsikan tiga tahap globalisasi hukum dan pemikiran hukum. Dan globalisasi ini muncul sebagai fenomena terbentuknya orde dunia (world system) yang ditandai oleh adanya institusi internasional. Dalam perjalanannya, globalisasi mencoba mengakomodasi berbagai ragam ideologi politik dan pemikiran tentang sosial ekonomi. Globalisasi yang terjadi melalui hukum dan pemikiran hukum itu sekaligus juga menimbulkan globalisasi nilai di bidang ekonomi, politik, dan sosial.
Globalisasi Pertama menurut Kennedy terjadi pada 1850-1914, dimulai dari penyebaran nilai liberal dalam perekonomian sebagaimana tecermin dalam Napoleonic Code, yang merupakan sumber Kitab Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) kita. Penekanan dalam periode ini meliputi soal kebebasan dan kebendaan individu. Dari sudut hukum ekonomi internasional, periode ini menyaksikan munculnya konsep tentang perdagangan bebas dan gold standard. Pemikiran hukumnya banyak bersumber dari FK von Sa¬vigny dan berhasil masuk ke Inggris serta Amerika dalam bentuk positivisme hukum (legal positivism).
Indonesia sendiri mengalami Globalisasi Pertama dalam statusnya sebagai koloni Hindia Belanda. Sebagai koloni, pluralisme hukum terbentuk antara hukum Barat yang hidup berdampingan dan sistem hukum adat/ lokal yang ada di Indonesia saat itu.
Tahun 1900 adalah awal Globalisasi Kedua, yang juga dinamakan ”The Social”. Periode ini bertahan 68 tahun. Penekanannya pada perombakan struktur/ kelas sosial, keadilan sosial, nasionalisme, lokalisme, sosialisme/ komunisme, dan jaringan sosial. Nilai individualisme diganti dengan nilai kepentingan bersama. Hukum ditegakkan guna mencapai tujuan sosial tertentu. IMF, Bank Dunia muncul sebagai akibat Bretton Woods, lalu GATT menyusul, dan ekonomi pasar mulai ditinjau kembali. Periode ini ditandai dengan adanya semacam kebutuhan akan suatu tatanan internasional yang lebih berperan dalam perekonomian. Friksi antara kapitalisme dan komunisme juga terjadi dalam masa ini.
Dalam sejarah republik kita, Globalisasi Kedua berlangsung paling lama: sejak kemerdekaan sampai akhir Orde Baru. Ada nilainilai nasionalisme dan pluralisme hukum yang masuk sebelum kemerdekaan. Sedangkan masa setelah Orde Baru ditandai dengan masuknya aliran hukum ”Law and Development” sesuai dengan anutan elite hukum di Indonesia. Pemerintah saat itu pun melihat manfaat untuk mengkonsepsikan hukum dan pranata hukum, termasuk cabang yudikatif, sebagai alat dan sarana tujuan tertentu, yaitu ”pembangunan”.
Namun, pada saat yang sama sebenarnya sudah terjadi sejak 1945 mulai berkembang nilai-nilai lain yang menjadi dasar dari pemikiran hukum kontemporer (Globalisasi Ketiga) sebagai hasil sintesis Classical Legal Thought dengan The Social. Dalam periode ini, kebijakan dan neoformalisme menjadi lebih penting. Nilai yang mengalami globalisasi adalah hak asasi manusia, nondiskriminasi, rule of law, federalisme, otonomi daerah, konstitusionalisme, termasuk peraturan prudensial, Basel II, good corporate governance, serta konsep baru tentang regulasi pasar (the pragmatically regulated market). Globalisasi ini juga menghasilkan the European Commission, NAFTA, dan WTO.
Di Indonesia, nilai-nilai sosiopolitik dari Globalisasi Ketiga sempat menimbulkan friksi dengan institusi hasil Globalisasi Kedua, khususnya pada tahun 1980an, dengan semakin berkembangnya kesadaran tentang hak asasi manusia. Penekanan pada peraturan prudensial, good corporate governance dan compliance mulai berkembang pesat pada 2000 ke atas, menyusul krisis Asia dan skandal Enron.

Nilai neoliberalisme bisa jadi menyebar melalui antara lain IMF dan Bank Dunia di Indonesia. Namun, dari sudut teori Kennedy, peran institusi tersebut hanya merupakan bagian kecil dari proses globalisasi yang kompleks, dengan banyak nilai yang tumpang tindih pada saat bersamaan. Kritik muncul lebih karena kekhawatiran adanya dominasi berlebihan dari Amerika Serikat terhadap Indonesia.
Proyek Rule of Law

Alvaro Santos mencatat bahwa sampai 2006, Bank Dunia telah melaksanakan 330 proyek rule of law. Proyek rule of law dilaksanakan atas keyakinan Bank Dunia bahwa ekonomi pasar tidak mungkin terbentuk tanpa suatu pranata hukum yang pasti, efisien, dan dapat dilaksanakan seba¬gaimana mestinya (a predictable, efficient, and enforceable legal order). Alasan lainnya, proyek rule of law memungkinkan Bank Dunia/ IMF masuk ke proses reformasi sistem hukum negara penerima bantuan, secara ”apolitis” sesuai dengan mandat pendirian lembaganya. Padahal bisa jadi ada motivasi tertentu yang tersirat dari partisipasi pihakpihak tersebut.
Bagaimanapun, yang jelas, proyek rule of law dan penyebaran The Washington Consensus berakibat pada nilai ”neoliberal” menjadi bagian dari alam sadar hukum Indonesia kontemporer. Antara lain, norma hukum Common Law mulai masuk dan berinteraksi dengan nilai keperdataan yang berakar pada tradisi hukum Eropa Kontinental klasik abad ke19.
Dua produk pertama yang paling jelas mencerminkan proses sintesis tersebut adalah produk tahun 1995, yaitu UndangUndang tentang Perseroan Terbatas dan UndangUndang tentang Pasar Modal. Ciri penting dari kedua undangundang tersebut adalah masuknya beberapa doktrin dan prinsip hukum yang selama itu dianggap berasal dari tradisi Common Law. Doktrin yang selama ini hanya ditemukan Common Law seperti manipulasi pasar, pemisahan kepemilikan efek, kewajiban fidusia bagi direksi dan komisaris, dan piercing the corporate veil berhasil menjadi bagian integral dari hukum kita.
Setelah krisis pada 1998, reformasi hukum ekonomi kembali menjadi prioritas pertama akibat, antara lain, peran IMF dan Bank Dunia saat itu. Dalam proses itu, Indonesia harus setuju untuk melakukan tidak saja perubahan beberapa kebijakan pokok tetapi juga reformasi beberapa pranata penting perekonomian. Beberapa produk dari periode itu adalah di bidang kepailitan, perbankan, jaminan fidusia, antimonopoli, selain perombakan sektor dan pengaturan perbankan. Segenap produk hukum ini telah menjadi komponen dan fondasi penting dari pranata hukum ekonomi yang ada kini.
Sintesis dan Proses
Teori globalisasi hukum membuktikan bahwa dalam perspektif hukum, nilai neoliberal tidak pernah masuk sendirian. Khususnya nilai neoliberal dari The Washington Consensus masuk di Indonesia sebagai bagian dari Globalisasi Ketiga, bersamaan dengan peraturan prudensial, good corporate governance, demokratisasi, dan reformasi di bidang keuangan negara.
Selain itu, dalam pluralisme hukum yang ada, neoliberalisme hanya bisa menyusup melalui suatu sintesis. Ini terjadi antara lain lantaran konsep kunci perekonomian dan hukum kita khususnya pada masalah kebendaan (property rights)—baik secara konstitusional maupun konteks perundangan—masih menganut nilai kepemilikan bersama atau oleh negara. Prinsip umum yang berlaku adalah beberapa benda dan hak khususnya yang bersifat strategis bagi perekonomian negara harus sebanyakbanyaknya digunakan untuk kemakmuran rakyat.
Dan khususnya sejak amendemen UUD 1945 dan reformasi hukum di bidang perbendaharaan dan keuangan ne¬gara beberapa tahun ini, sektor publik (public finance) dan peran pemerintahan dan bahkan DPR dalam perekonomian menjadi lebih besar daripada sebelumnya. Ini dapat dilihat dari konsep keuangan negara dalam arti luas dalam bebe¬rapa peraturan seperti Undang-Undang tentang Keuangan Negara, Perbendaharaan Negara, dan BUMN.
Ini tidak berarti bahwa proses penyebaran The Washington Consensus ke dalam hukum Indonesia selama ini sempurna. Perdagangan bebas tidak selalu harus dibarengi dengan pemilikan asing sebesarbesarnya, apalagi dalam sektor penting seperti perbankan. Produk zaman Hindia Belanda seperti Kitab Hukum Perdata dan Kitab Hukum Pidana, produk hasil globalisasi tahap pertama abad ke19, harusnya diupayakan untuk segera diubah karena sudah ketinggalan zaman. Harus ada keberanian untuk mengadopsi konsep penting seperti ”Trust” dalam undangundang yang di negara Civil Law lain saja sudah dianut. Tidak kalah penting, proses reformasi hukum yang tidak dapat terus didominasi dan dikendalikan oleh kalangan teknokrat ekonom dan nonahli hukumnya karena mengakibatkan marginalisasi kaum profesional dan akademisi hukum dalam hukum itu sendiri. Sudah saatnya untuk lebih merangkul kalangan profesional, akademisi, dan praktisi hukum Indonesian sendiri, yang pembentukannya banyak telah dipengaruhi oleh proses Globalisasi Ketiga.
Namun kesimpulannya tetap sama sebagaimana diungkapkan di awal. Dari perspektif hukum, sulit dikatakan bahwa ”neoliberalisme” (The Washington Consensus) telah berdampak negatif pada perkembangan Indonesia. Justru sebaliknya, penyebaran nilai tersebut telah membuat iklim berusaha dan investasi di Indonesia kini lebih baik, transparan, dan fair daripada masa-masa sebelumnya.
Melli Darsa, Ahli Hukum

Baca selengkapnya...

Sabtu, 20 Juni 2009

Bahagia Menjadi Nomer Dua

Puluhantahun lalu, David C Mc. Clleland pernah dikenal dengan idenya tentang masyarakat berprestasi. Hampir setiap negara, korporasi tertarik mempercepat pertumbuhan dengan menginjeksikan virus motivasi berprestasi. Fundamental dalam ide ini, kehidupan hanya layak dijalani bila menjadi nomer satu. Dan sekian puluh tahun setelah ide ini berlalu, tampaknya penyebaran virusnya masih berjalan cepat.

Di dunia korporasi, pusat pertumbuhan dari mana masa depan banyak dipersiapkan, ditandai oleh semakin derasnya penyebaran virus ini.

Dalam pergeseran-pergeseran kekuasaan negara juga serupa. Yang berpengaruh adalah tokoh seperti George W. Bush, John Howard yang agresif, diimbangi oleh teroris yang tidak kalah agresif. Sebagai hasilnya, suhu hubungan antarmanusia di dunia memanas dari hari ke hari.

Soal implikasi kemajuan materi dari injeksi virus berprestasi, memang tidak diragukan. Namun semua ada ongkosnya. Kedamaian, kebahagiaan dan kenyamanan jiwa hanyalah sebagian hal yang mesti dikorbankan.

Isu pemanasan global yang belakangan ditiupkan ulang secara besar-besaran oleh Al Gore, belum terlihatnya tanda-tanda perdamaian akibat serangan AS ke Afghanistan dan Irak, serta memanasnya suhu politik di beberapa negara yang dulunya sejuk seperti Thailand dan Myanmar hanyalah sebagian tanda.

Negeri ini juga serupa. Sepuluh tahun reformasi ditandai oleh gesekan-gesekan antarelit yang berebut menjadi nomer satu. Di zaman pemilihan kepala daerah secara langsung, rakyat teramat sibuk melayani elit yang semuanya mau nomer satu.

Rahasia-rahasia sentuhan

Sebagaimana ditulis Daoed Joesoef tentang ekonomi Jepang. Tiang penopang kemajuan Jepang yang mengagumkan itu adalah ibu rumah tangga yang melaksanakan tugas keibuannya dengan rasa bangga dan bahagia.

Cerita India juga serupa. Begitu India merdeka, dengan ikhlas Mahatma Gandhi memberikan kursi perdana menteri kepada Nehru. Sebuah keputusan yang menyelamatkan India, sekaligus memberikan kesempatan India bertumbuh tanpa diganggu virus perseteruan menjadi nomer satu.

Mohammad Hatta adalah legenda Indonesia. Ia berbahagia mengisi hidupnya dengan menjadi nomer dua. Beberapa kali pun terjadi perselisihan dengan orang nomer satu ketika itu, ia selamatkan negeri ini dengan cara berbahagia menjadi nomer dua.

Di Timur pernah lahir guru agung dengan cahaya terang benderang. Jauh sebelum ia mengalami pencerahan, guru ini pernah lahir sebagai kura-kura. Suatu hari di tengah lautan, kura-kura ini melihat manusia terapung. Hanya karena menempatkan hidup orang lebih penting dari hidupnya, ia gendong manusia ini ke pinggir pantai. Setelah kelelahan di pantai, ia tertidur. Dan terbangun dalam keadaan tubuh yang sudah diselimuti ribuan semut. Lagi-lagi karena menganggap hidup orang lebih penting dari hidupnya, ia biarkan ribuan semut ini memakan tubuhnya sampai mati. Padahal, hanya dengan sebuah gerakan ke arah laut, ia selamat dan ribuan semut ini mati.

Terinspirasi dari kehidupan seperti inilah, kemudian lahir orang-orang seperti Master Hsing Yun. Dalam karya indahnya The Philosophy of Being Second, guru rendah hati yang banyak dipuji ini bertutur mengenai rahasia hidupnya. Di salah satu pojokan bukunya ia menulis: ’you are important, he is important, I am not’.

Terdengar aneh memang, terutama bagi mereka yang biasa menyembah ego, meletakkan nomer satu sebagai satu-satunya kelayakan kehidupan. Namun bagi raksasa pelayanan kelas dunia seperti Singapore Airlines dll, keberhasilan mereka disebabkan karena rajin mengajari orang-orangnya: ’orang lain penting, saya tidak penting’. Dalai Lama is a living spiritual giant. Mendapat hadiah nobel perdamaian dan penghargaan sivil tertinggi di AS yang membuatnya sejajar dengan George Washington dan Paus Yohanes Paulus II. Rahasia di balik semua ini juga serupa: musnahnya semua ego, kemudian hanya menyisakan kebajikan.

Lebih-lebih pejalan kaki di jalan Tuhan dan jalan Buddha. Hampir tidak pernah terdengar kalau ego dan kecongkakan membawa seseorang sampai di tempat jauh. Mereka-mereka yang dikagumi di jalan ini, hampir selalu ditandai oleh kesediaan menempatkan orang lain di nomer satu, kemudian membangun kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain.

Bagi seorang Master Hsing Yun malah lebih jauh lagi: being touched is the most wonderful thing in life. Tersentuh (apa lagi sampai menitikkan air mata) adalah pengalaman batin yang menawan. Siapa saja yang berhasil membuat orang lain tersentuh, tidak saja sedang menciptakan kebahagiaan, juga membuat orang membangun tembok-tembok kesetiaan yang susah ditembus.

Di sebuah pojokan kehidupan guru rendah hati ini, pernah terjadi ia demikian dipuji, dikagumi. Sehingga tidak saja dirinya yang menitikkan air mata, langit yang biru tanpa awan sedikit pun ikut meneteskan air mata dengan menurunkan hujan. Seperti sedang bercerita, tidak ada kecongkakan yang menyentuh hati. Kebajikan, ketulusan, kesediaan membangun kebahagiaan di bawah kebahagiaan orang lain, itulah rahasia-rahasia sentuhan.

Alam memang penuh tanda. Ia tidak melarang manusia menjadi nomer satu. Jumlah batu yang menjadi puncak gunung jauh lebih sedikit dibandingkan batu yang menjadi lereng dan dasar gunung. Bila usaha hanya berujung pada nomer dua, ia sebuah pertanda mulya: kita sedang menjadi lereng dan membuat orang lain jadi nomer satu di puncak gunung. Bukankah ini sebuah sikap yang menyentuh?

Perlambang alam lain, kelapa tumbuh di pantai, cemara tumbuh di gunung. Mc. Clleland telah membuat banyak manusia jadi nomer satu, lengkap dengan hawa panas ala kelapa di pantai. Master Hsing Yun memberikan inspirasi tentang kehidupan yang menyentuh karena berbahagia jadi nomer dua, mempersilahkan orang lain jadi nomer satu, mirip dengan cemara yang sejuk di gunung. Bila pencinta nomer satu berfokus pada menjadi benar dan hebat, kesejukan ala cemara berfokus pada menjadi baik dan menyentuh. Ia serupa dengan kisah tiga anak yang memilih tiga buah pir pemberian tetangga. Murid Mc.Clleland akan memilih yang terbesar dan tersegar. Anak yang batinnya sejuk akan memilih yang terkecil dan terjelek. Ia berbahagia melihat orang lain menikmati buah pir yang besar dan segar. Dan Anda pun bebas memilih ikut yang mana.


Gede Prama

Baca selengkapnya...

Selasa, 16 Juni 2009

Luther Simjian Biography 1905 - 1997

Luther George Simjian adalah salah seorang Penemu dan ilmuwan yang berumur cukup panjang. Ia dilahirkan di Turki pada 28 Januari 1905, dan meninggal pada 23 Oktober 1997 dalam usia 92 tahun.


Simjian muda hijrah ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun, karena dipisahkan dari keluarganya pada masa Perang Dunia I. Setelah bertemu dengan kerabatnya di Connecticut, dia mulai belajar mandiri dengan bekerja sebagai Fotografer sesuai dengan bidang ketertarikannya. Pada awal mulanya, Simjian belajar di Universitas Yale dengan mengambil bidang Kedokteran. Namun minatnya berubah ketika Pihak Universitas memberikan pekerjaan di Laboratorium Foto. Pada tahun 1928, dia telah menduduki jabatan Direktur pada Departemen Fotografi di Universitas tersebut.

Pada tahun 1934 Simjian pindah ke New York, di mana dia mengembangkan mesin X-ray warna dan self-posing portrait camera, yang memungkinkan subyek untuk melihat ke dalam cermin dan melihat gambar yang tepat yang akan diambil. Dengan berbekal penemuannya ini, Simjian mendirikan sebuah perusahaan manufaktur kamera dan menjual lisensi untuk menggunakan kamera tersebut di studio mini yang diletakkan dalam Departement Store dengan nama Photoreflex yang kemudian diganti dengan nama Reflectone. Perusahan inilah yang kemudian terus melakukan pengembangan optik, dan perangkat elektro mekanik.

Ketika Simjian menawarkan ide untuk membuat pelanggan bank melakukan transaksi finacial tanpa bertemu dengan teller, ia diragukan banyak orang. Tak kenal menyerah, pada tahun 1939, Simjian mendaftarkan 20 paten yang berkaitan dengan perangkat temuan barunya tersebut, dan menawarkan temuannya kepada sebuah perusahaan besar yang sekarang dikenal dengan nama Citicorp. Baru setelah 6 bulan kemudian, Citicorp merespon tawaran Simjian tersebut.

“Tampaknya, orang yang akan menggunakan mesin ini hanyalah sejumlah kecil pelacur dan penjudi yang malu dan tidak mau bertemu muka dengan tellers” tulis Simjian.

Ups, ternyata hari ini pada setiap sudut jalan, kita dapat dengan mudah menemukan mesin “ajaib” ini. Apa yang menjadi keraguan banyak orang pada masa tersebut sangat tidak terbukti. ATM sudah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan bagi kebanyakan orang yang tinggal di perkotaan. Penemuan Simjian yang pada awalnya diragukan, kini telah membantu banyak orang dengan hadirnya kemudahan malalui mesin ATM.


Baca selengkapnya...

Senin, 15 Juni 2009

Susu Sapi Bukan untuk Manusia

Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu - kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?


“Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof. Dr. Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof. Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/ minuman yang “jelek”: benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/ baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof. Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.

Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof. Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim-induk”. Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof. Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan “jelek” itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.


Terhadap pasiennya, Prof. Hiromi juga menerapkan “pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.


Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof. Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah. Nah….. gan pei!


Dahlan Iskan

Baca selengkapnya...

Minggu, 14 Juni 2009

Total Solution

Namanya ternyata seindah praktiknya. Orang memanggilnya Agung. Pengusaha yang satu ini memiliki keagungan dalam memberi solusi sampai pada tahap total delighting customer. Tidak mudah menyerah walau tak memiliki waktu yang cukup, tetapi bukan berarti hambatan untuk menghasilkan karya prima.


Mulanya kelihatan sangat sederhana, saya ingin dibuatkan kue ulang tahun ukuran 50 x 50 cm2. Ide yang muncul dari Agung adalah kue dengan gambar buku Lead to Bless yang malam itu juga akan saya luncurkan. Karena desakan yang kuat, akhirnya saya mempersilakan Agung memberi kado terbaiknya berupa kue hasil karyanya.

Saya mencoba mengirim foto dengan resolusi tinggi sekitar 18M. Tak mudah mencari cara untuk mengunggah foto tersebut sebagai attachment account . Maklum sudah gaptek, sehingga tak bisa menemukan alternatif cara dalam waktu yang semakin mendesak. Saya kirimkan alternatif gambar dengan resolusi kecil 24K yang tentu hasilnya kurang bagus.

Tak hanya menunggu, Agung membuat blog untuk saya agar saya dapat mengunggah foto saya di situ. Solusi ini tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Pesan kue sekaligus mendapatkan blog. Namun, itulah gaya pengusaha yang tak kenal menyerah dalam memberi solusi buat pelanggannya. Walaupun akhirnya, blog pun tak mampu memuat foto dengan resolusi tinggi. Saya menurunkan resolusinya sehingga bisa dikirim sebagai attachment.

Ketika file tersebut didapat, Agung dengan sigap menurunkan tim untuk membantu desain. Sore itu kami berdialog lewat e-mail untuk memilih desain terbaik. Dalam bilangan jam, seluruh desain telah diselesaikan. Kelihatannya semua akan berjalan sesuai dengan rencana. Namun, selalu ada yang tak dapat diduga. Kue yang dibuat di Semarang memerlukan penanganan khusus dalam pengiriman agar tak cacat dan rusak. Rupanya tak ada travel car yang berani ambil risiko mengirim kue tanpa potensi cacat dalam perjalanan sepanjang 400 km tersebut. Tak ada pilihan lain selain mengirim dengan mobilnya sendiri. Dua orang dikerahkan untuk menjaga kue dalam perjalanan agar rapi sampai di tempat.

Tak hanya sampai di situ, ia pun mencari mitra yang mau melakukan perbaikan seandainya kuenya perlu di-retouch. Perhatian sampai ke tingkat yang melebihi biaya produksi dan biaya penjualan. Sebuah sentuhan personal di hari personal yang tak mungkin terlupakan. Pelanggan bukan hanya puas, tapi sudah sampai pada tahap ”utang budi”. Bagi saya, Niki Sae dan Waiki dari House of lapis Legit Indonesia sudah sejajar dengan SQ-nya Singapore.

Lain Agung, lain pula Pak Mul. Pengusaha soto ayam Semarang di daerah Pramularsih ini memiliki gaya total solution yang unik pula. Berawal dari pedagang soto kaki lima, beralih ke semipermanen di pinggir jalan besar. Saya sudah jadi pelanggan tetapnya.

Ikhwalnya sederhana saja. Kami berempat mendapat perlakuan unik yang tak mudah dilupakan. Kebetulan kami memesan soto dengan aneka ragam pesanan. Ada yang tanpa ayam, tanpa kecambah, tanpa bawang dan ada pula yang komplet. Kami memesan porsi kedua. Tanpa bertanya lagi, mereka meracik persis seperti pesanan pertama dan tak ada yang meleset ketika si pramusaji menyampaikannya kepada kami masing-masing. Kami tertegun, dari mana meraka hafal sekian banyak pelanggan dengan berbagai permintaan dan tepat menyajikan ke masing-masing pelanggan tanpa keliru?

Setelah selesai menikmati santapan yang lezat tersebut, kami pun pulang dan bemaksud memberi uang parkir seperti biasanya. Dengan senyum ramah, tukang parkir ini tak mau menerima uang parkir yang kami sodorkan. ”Sudah dibayar Pak Mul. Tak Usah, selamat jalan dan semoga kembali lagi,” jawab si tukang parkir bak customer service officer bagian preferred banking.

Dua kisah sederhana ini membuat pikiran saya terbuka lebar. Total solution bukanlah konsep yang hanya dapat diimplementasi perusahaan besar yang masuk di bursa Indonesia. Ini bukan soal besar-kecilnya pendapatan dan keuntungan. Ini adalah konsep filosofi pendiri dan pemimpin di lapangan.

Solusi tidak harus selalu mahal dan canggih yang tak mampu dibayar pelanggan. Solusi kadang tidak memerlukan peralatan, pemikiran dan investasi yang canggih. Solusi tidak selalu bersifat ”maha” dengan jargon yang membuat takut pelanggan dan pemasok. Ini bukan soal down to earthatau up to heaven, tapi soal kepedulian pada kesulitan dan kebutuhan pelanggan.

Pelanggan yang merasa terjawab kebutuhannya akan selalu menganggap produk yang ditawarkan pemasok sudah berubah menjadi solusi. Solusi akan selalu meningkatkan nilai tambah yang berarti harga jual yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan komponen pembuat solusi. Porsi kepiawaian merangkai komponen menjadi solusi lengkap akan meningkatkan premi yang dibayar pelanggan dengan rela. Premi ini menunjukkan surcharging index pantas dijadikan ukuran keberhasilan oleh setiap pengusaha.

Ini adalah strategi jitu yang harus diupayakan pengusaha di era service economy. Ini adalah pertandingan otak yang banyak dimiliki negara maju dibanding negara berkembang yang baru bisa menawarkan komoditas. Solusi adalah cara yang tak dapat dihindari untuk mendongkrak margin laba yang sering tergerus habis ketika pasar bermain dengan pola perang harga. Ini adalah salah satu cara yang paling jitu untuk bertahan dalam kondisi apa pun.


Oleh : Paulus Bambang W.S.

Baca selengkapnya...

Sabtu, 13 Juni 2009

Kalau Anda Ingin Menarik, Tertariklah!

Saya punya dua teman, keduanya orang hebat. Namanya sebut saja si A dan B. Setiap selesai berbincang-bincang dengan A, saya selalu merasa bahwa dia adalah orang yang cerdas, hebat dan berpengalaman luas. Namun dengan B saya mendapatkan pengalaman yang berbeda. Setiap selesai berbincang dengannya, sayalah yang selalu merasa sebagai orang yang hebat.


Para pembaca yang budiman, kalau Anda menjadi saya, siapakah dari kedua orang ini yang lebih Anda sukai? Siapakah pula yang mempunyai teman lebih banyak? Sudah tentu B, bukan? Kita semua mempunyai kebutuhan untuk dianggap berharga dan penting. Karena itu, kita senantiasa mencari teman yang menganggap kita penting, mau mendengarkan cerita kita dan mengapresiasinya.

Inilah sebenarnya rumus terpenting untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan A saya selalu merasa dinilai, ia juga tidak menganggap pendapat saya penting. Ia banyak bercerita dan berbicara, tapi semua pembicaraan tersebut hanya berfokus pada dirinya, pada berbagai pengalamannya yang begitu mengesankan. A juga jarang bertanya mengenai apa yang sedang saya kerjakan. Ini mengesankan bahwa dia tidak berminat pada saya. Ia juga tak pernah menanyakan pendapat saya tentang suatu hal. Ini sering membuat saya merasa tidak dianggap penting.

A rupanya lupa bahwa dalam hubungan antarmanusia berlaku rumus: “Semakin kita berusaha mengesankan orang lain, semakin kita tidak berkesan di mata orang lain.” Semakin keras kita berusaha memikat orang lain, semakin lemahlah daya pikat kita.”

Orang yang memahami psikologi manusia pastilah menyadari bahwa tidak ada yang lebih penting bagi setiap orang, kecuali dirinya sendiri. Tak ada yang lebih menarik bagi setiap orang kecuali membicarakan dirinya sendiri. Ini karena setiap manusia ingin merasa penting dan berharga.

Karena itu, ketika ada orang lain yang mengatakan kepada kita bahwa dia hebat, bahwa pengalamannya menarik, bahwa pendapat dan pikiran-pikirannya brilian, dalam hati kecil kita sebenarnya telah tumbuh sebuah persaingan diam-diam. Ini adalah persaingan ego melawan ego. Dan ketika kita bersaing sebetulnya telah tumbuh tembok-tembok yang membuat jarak di antara kita menjadi semakin jauh. Maka, walaupun di luarnya tampak baik-baik saja, sesungguhnya telah muncul perasaan tidak nyaman yang sedikit-banyak akan mengganggu hubungan.

Orang hebat yang sesungguhnya adalah orang yang senantiasa membuat orang lain merasa hebat. Inilah yang senantiasa dilakukan B kepada saya. Ia banyak memberikan pujian yang tulus. Ia banyak bertanya dan ingin tahu apa yang saat ini sedang saya lakukan. Ia menganggap pendapat saya penting. Bagi saya, orang-orang seperti B sangat menarik. Ini memang sesuai dengan rumus dalam hubungan antarmanusia yang mengatakan, “If you want to be interesting, be interested!” Kalau Anda ingin menjadi orang yang menarik, maka tertariklah!”

Apakah Anda punya teman yang menarik? Kalau ya, coba lihat apa yang ia lakukan, apakah ia banyak berbicara? Ataukah ia lebih banyak mendengarkan? Saya yakin orang yang menarik adalah orang yang lebih banyak mendengarkan ketimbang berbicara. Namun untuk bisa tertarik kepada orang lain, Anda harus mampu menaklukkan ego Anda sendiri. Anda bahkan harus berani melupakan kepentingan Anda sendiri, melupakan kehebatan Anda, melupakan bahwa Anda adalah orang penting.

Orang yang menganggap orang lain menarik dan penting akan menjadi orang yang menarik dan penting. Baru-baru ini saya membaca buku karya Kitami Masao berjudul The Swordless Samurai. Buku ini berkisah tentang Toyotomi Hideyoshi, pemimpin yang paling luar biasa dalam sejarah Jepang. Bayangkan, ia berasal dari keluarga sederhana, tidak berpendidikan dan memiliki penampilan di bawah standar. Bahkan, banyak orang yang menjulukinya (maaf) “monyet”. Namun ia melesat ke puncak kekuasaan sekaligus menyatukan negeri yang sudah tercabik-cabik perang saudara selama lebih dari 100 tahun. Uniknya, Hideyoshi tidak memiliki kemampuan bela diri, ia menggunakan otak dan kemauannya yang sekeras baja untuk memimpin kaum samurai.

Kelebihan Hideyoshi adalah pada kemampuannya mengapresiasi, menganggap orang lain penting, bahkan memberikan kredit kepada orang lain. Satu kisah yang sangat mengagumkan adalah ketika atasannya Lord Nobunaga memerintahkannya mengambil alih Benteng Takamatsu. Benteng ini sangat sukar ditembus karena dibangun di dataran rendah yang dikelilingi air dan daerah rawa. Karena itu, Hideyoshi memutar otaknya dan mengubah strateginya dengan melancarkan serangan air agar membanjiri kastil dan daerah sekitarnya.

Namun ketika kejatuhan Takamatsu sudah di depan mata, bukannya menghantamnya dengan pasukannya sendiri, ia malah mengundang Lord Nobunaga ke Takamatsu untuk mengambil alih komando dan mendapatkan penghargaan atas kemenangan tersebut. Hideyoshi telah mempelajari kunci keberhasilan untuk maju selangkah ke depan: buatlah atasanmu terlihat hebat!

Namun betapa banyaknya orang yang malah bersaing dengan atasannya, pelanggannya, bahkan pasangannya. Orang-orang ini tidak sadar akan apa yang sebenarnya terjadi. Bukankah mereka tak akan mendapatkan apa pun sebagai hasil dari persaingannya itu?

Ukuran keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain sebenarnya ditentukan oleh dua hal. Pertama, apakah dengan komunikasi yang kita lakukan, kita lebih memahami orang lain. Komunikasi yang tidak meningkatkan pemahaman kita mengenai orang tersebut adalah sebuah kesia-siaan. Kedua, intensitas hubungan. Ukuran keberhasilan komunikasi adalah meningkatnya kepercayaan. Komunikasi yang menghasilkan ketidakpuasan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah komunikasi yang gagal. Komunikasi yang berhasil senantiasa meningkatkan kepercayaan pelakunya dan membawa mereka pada keinginan untuk melanjutkan hubungan ke tingkat yang lebih tinggi.


Oleh : Arvan Pradiansyah

Baca selengkapnya...

Jumat, 12 Juni 2009

Apple Perkenalkan iPhone Baru

Apple pada Senin mengumumkan bahwa versi baru iPhone larisnya akan diluncurkan pada penghujung bulan ini dan harga model sebelumnya merosot jadi 99 dolar AS.

Seperti dilaporkan AFP, Wakil Presiden Pemasaran Apple Phil Schiller mengumumkan produk baru tersebut pada acara tahunan Konferensi Pengembag Seluruh Dunia di San Francisco, tanpa kehadiran wakil pelaksana perusahaan itu yang sudah terkenal, Steve Jacobs.

Schiller mengatakan iPhone baru tersebut, iPhone 3GS, yang dapat menerima video sejak pertama kali, akan tersedia di pasar pada 19 Juni.

"`S` ialah untuk `speed (kecepatan)`, karena ini adalah iPhone yang sangat kuat yang pernah kami buat," kata Schiller. "yang ada di dalamnya sepenuhnya baru."

Ia mengatakan iPhone 3GS 16-gigabyte tersebut akan berharga 199 dolar AS, sementara model 32-gigabyte akan berharga 299 dolar AS.

Ia mengatakan harga iPhone 3G asli delapan-gigabyte turun jadi 99 dolar AS mulai Senin.

Schiller juga mengatakan generasi selanjutnya sistem operasi iPhone 3.0 akan diluncurkan di seluruh dunia pada 17 Juni sebagai peningkatan gratis kepada pemilik peralatan cerdas itu.

"Ini telah menjadi tahun yang luar biasa buat iPhone," kata Wakil Senior Presiden Piranti Lunak iPhone, Scott Forstall.

Penjualan aplikasi bagi iPhone terkenal tersebut melampaui satu miliar dolar AS pada April, kata Forstall.

Apple juga melaporkan telah menjual lebih dari 40 juta iPhone dan iPod Touch, yang pada dasarnya adalah iPhone tanpa kemampuan telefon genggam.

Peningkatan yang diberikan pada sistem operasi iPhone 3.0 meliputi pengunduran video secara cepat dan penyesuaian dengan bahasa tambahan yang meliputi bahasa Arab, Yahudi dan Korea.

Keistimewaan baru "Find My iPhone" itu memungkinkan orang menggunakan layanan online Mobile Me dari Apple guna melacak peralatan elektronik tersebut yang hilang atau dicuri.

"Itu akan memperlihatkan kepada anda peta tempat iPhone anda berada," kata Forstall sebagaimana dilaporkan AFP. "Anda dapat mengiriminya pesan dan phone tersebut akan memperdengarkan suara pemberitahuan, baik anda meninggalkannya dalam kondisi `diam` atau tidak," katanya.

Keistimewaan itu juga memungkinkan orang menghapus dari jarak jauh semua data dari iPhone yang hilang atau dicuri, kemudian mengisi-ulang informasi dengan menggunakan iTunes.

Sistem operasi baru tersebut juga memungkinkan iPhone terhubung dengan yang lain tanpa menggunakan kabel bagi kegiatan kelompok seperti main game.

Apple pada Senin juga meluncurkan MacBooks, yang kemampuannya sudah ditingkatkan, sementara memangkas harga laptopnya.

Namun Apple mengeluarkan pemberitahuan yang mengecewakan peminatnya ketika mengumumkan bahwa sistem operasi komputer barunya, Snow Leopard, takkan ada di pasaran sampai September.

Orang yang sudah menggunakan piranti lunak generasi terdahulu hanya harus membayar 29 dolar AS guna melakukan peningkatan.

Satu versi "hampir terterakhir" direncanakan diberikan kepada pengembang pada acara itu sehingga mereka dapat mulai menyesuaikan program bagi sistem tersebut.

"Kami telah membangun dengan landasan keberhasilan Lepoard dan menciptakan pengalaman yang bahkan lebih baik bagi pengguna kami mulai dari menyalakan sampai mematikan," kata Bertrand Serlet, Wakil Senio Presiden Rekayasa Piranti Lunak Apple.

"Para insinyur Apple telah membuat ratusan peningkatan sehingga dengan Snow Leopard, sistem anda akan jauh lebih cepat, lebih responsif dan bahkan lebih dapat diandalkan dibandingkan sebelumnya," katanya.

Model baru MacBook menampilkan tempat bagi kartu memori SD yang biasa digunakan di dalam kamera digital dan baterei litium yang lebih ramah lingkungan yang menjanjikan daya tahan selama tujuh jam sebelum perlu diisi-ulang.

MacBook yang ditingkatkan juga dapat disesuaikan dengan prosesor yang lebih kuat dan tempat penyimpanan sebanyak 500 gigabyte.

Model MacBook Pro 15-inci mulai dikirim Senin (8/6), dengan model dasar berharga 1.699 dolar AS, yaitu 300 dolar lebih murah dibandingkan dengan pendulunya.

Model yang lebih kuat berharga 1.999 dolar AS dan 2.299 dolar AS, yang sekali lagi lebih murah dibandingkan versi sebelumnya.

Schiller juga memperlihatkan model MacBopk Pro 13-inci dengan harga mulai dari 1.199 dolar AS dan model yang lebih kuat dengan harga 1.499 dolar AS.


Sumber : Antara

Baca selengkapnya...