Pensiun dini alis pendi. Istilah ini berlaku bagi orang-orang yang berhenti bekerja sebagai karyawan sebelum usia 55 tahun. Musababnya beragam, bisa keinginan sendiri atau terpaksa lantaran kebijakan perusahaan seperti yang dialami Luna.
Apapun alasannya, sama seperti tujuan keuangan lainnya, pensiun dini pun harus dipersiapkan dengan matang. Jangan sampai menyesal tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari ketika sudah tak mendapat penghasilan rutin lagi.
Melunasi Utang
Menurut Prita H. Ghozie, Perencana Keuangan Zap Finance, tidak ada usia yang ideal untuk pensiun dini. Selama anggaran untuk kebutuhan hidup bisa terpenuhi, patokan usia ideal untuk pensiun dini menjadi tidak relevan lagi.
Tapi, berdasarkan pengamatan Prita, rata-rata usia pensiun dini ialah 45 tahun. “Alasan utama sebenarnya karena terpaksa terkait keputusan perusahaan,” kata dia. Umumnya aturan main tentang dana pensiun menetapkan usia 45 tahun sebagai masa seseorang sebagai karyawan bisa memulai pensiun dini. Di periode inilah sangat penting menghitung kebutuhan biaya hidup selama masa pensiun, sekaligus aset yang telah dimiliki.
Menurut Prita, ada empat pertanyaan yang harus dijawab lebih dulu sebelum memutuskan pensiun dini.
Beragam pilihan menanti seseorang di masa pensiun. Anda bisa menikmati hidup dengan hanya mengelola keuangan, atau berbisnis agar tetap mendapatkan penghasilan. Tapi, beberapa orang tetap bekerja, baik bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu, setelah menerima tawaran pensiun dini dari perusahaan.
Di antara pilihan itu, menurut Prita, pengelolaan keuangan yang sudah ada, lebih tepat dipilih lantaran tidak semua karyawan mampu memiliki usaha. Bahkan enggak semua orang bisa mengubah perilaku atau mindset dari karyawan menjadi pengusaha. Tapi, “Jika masih bisa produktif, jadi pengusaha lebih baik,” imbuh dia.
Apa pun pilihannya, semua orang harus mampu mengelola keuangan dengan investasi. Ada sejumlah tahapan dalam mengelola keuangan sebelum memutuskan pensiun dini, yakni: evaluasi aset dan kewajiban, prioritas pengeluaran berdasarkan situasi rumahtangga, menghitung kebutuhan biaya hidup, serta menentukan alokasi aset investasi.
Yang harus dicamkan, ada satu prinsip yang tak boleh dilanggar begitu memasuki pensiun, yakni melunasi utang. “Haram ketika pensiun tapi masih punya cicilan. Kalau mau pensiun dini, pastikan tak ada utang,” tegas Pandji Harsanto, perencana keuangan independen.
Ketika mengambil tawaran pendi dari kantor, biasanya ada paket pensiun dini yang diberikan perusahaan, dikenal juga dengan golden shakehand. Nilainya bervariasi, tergantung lama bekerja, jabatan terakhir, dan kebijakan dari perusahaan. Pensiun dini juga memungkinkan seseorang memperoleh manfaat Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Dengan catatan, manfaat Program JP baru bisa Anda rasakan setelah membayar iuran rutin selama 15 tahun bekerja.
Dana Cadangan
Masalahnya, banyak yang tidak paham memanfaatkan dan mengelola dana pensiun yang mereka dapat. Padahal, perencanaan dan persiapan pensiun sangat penting agar tetap sejahtera di masa pensiun. Untuk itu, utamakan penggunaan dana pensiun untuk melunasi seluruh utang.
Menurut hitungan Pandji, saat pensiun, pengeluaran seseorang bisa berkurang 30%– 50%. Salah satunya karena cicilan sudah terbayar. Di samping itu, biaya transportasi dan sosialisasi juga jauh berkurang. “Setelah membayar utang, hitung, apakah sisa paket pensiun cukup untuk kebutuhan sehari-hari sampai akhir usia,” kata Pandji.
Bila dana pendi yang ditawarkan tak cukup melunasi seluruh utang, sebaiknya Anda menunda pensiun dini. Soalnya, dengan ada beban utang, maka Anda tidak bisa menikmati masa pensiun dengan optimal. Kalau memang dana pendi dari perusahaan masih kurang, Anda bisa berpikir merintis bisnis sehingga tetap mendapat penghasilan setelah pensiun.
Pandji menyebutkan, untuk memodali bisnis, pertama-tama gunakan sekitar 10% dari paket pensiun. Pasalnya, setelah bertahun-tahun menjadi karyawan, belum tentu seseorang langsung sukses ketika berbisnis. Maka, jangan habiskan paket pensiun sebagai modal bisnis karena terlalu berisiko. Tidak sedikit yang kesejahteraannya berkurang setelah pensiun dini. Sebab, paket pensiun dari perusahaan ludes dalam “sekejap”.
Untuk menghindari hal ini, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan.