Jumat, 30 September 2011

Kisah Penjualan Coca-Cola di Timur Tengah

Seorang Sales Manager Coca-Cola baru pulang kembali ke negerinya setelah kegagalan besarnya di Timur Tengah. Maka ia pun harus menghadap bosnya untuk menjelaskan alasan kegagalannya.

Bos : Kau punya prestasi hebat dinagara-negara lain, mengapa justru bisa gagal di Timur Tengah, yang negerinya panas dan justru banyak orang butuh kesegaran minum produk kita?

Sales : Saya juga berpikirnya dulu begitu bos, negeri itu pasti prospeknya sangat besar karena disana panas. Saya begitu yakin pasti akan sukses besar disana.

Bos : Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Sales : Begini bos... saya membuat sebuah iklan poster, yang saya pasang di seluruh penjuru negeri itu. Isi poster itu ada tiga gambar, yang pertama orang yang kehausan berbaring dipadang pasir. Gambar kedua orang tersebut minum Coca-cola, dan gambar ketiga, orang itu menjadi segar dan dapat berlari dipadang pasir.

Bos : Wah, ini ide yang luar biasa, iklan yang bagus!
Lalu kenapa justru bisa gagal?

Sales : Masalahnya, tidak ada yang bilang ke saya, kalau mereka ternyata bacanya dari kanan ke kiri.

Baca selengkapnya...

Return on Influence, the New ROI

Three years ago, I invented a social media metric. I'd be lying if I said this was a divinely inspired event. I did it because it was necessary.

Here's the story: Three years ago, I was prepping for a meeting where I hoped to convince a major CPG brand that my celebrity client was more influential in social media than other celebrities, and therefore they should invest their dollars in my proposed "social media endorsement deal." (Remember at the time, Facebook was just emerging from its college roots and Twitter was nowhere yet.)

The dilemma, I knew, was the metrics. I knew that the company would expect me to defend my client's value with the standard "cold metrics"--reach, frequency, page views, impressions, eyeballs captured. Executives who are about to spend lots of money like numbers, even when they know they're flawed. Numbers help justify decisions, remove some risk, and limit accountability.

I agreed with the potential client that these were important to have, but I also knew they weren't enough. In social media, I argued, my celebrity client could have the same or a fewer number of fans, followers and website page views as another celebrity, but still be a better investment for the brand, because my client could convert more of those followers into something positive for the brand--click throughs, sign-ups, media consumption or even product purchases.

What drives that conversion are "warm metrics"--engagement levels, viral factors, sentiment analysis. Even today marketers can be skeptical of warm metrics, because they defy easy math. Three years ago, many were downright dismissive of them. They were the fluffy intangibles you used when you couldn't build a statistical case for investment. Business people like structure. We like rules, industry standards and compartments where our solid numbers to be housed. Sentiment? Not so much.

Still, I believed in this blend of cold and warm metrics. In fact, I believed if you ignored the warm metrics, you ran the risk of hiring the wrong social media partner, because the old school cold metrics alone are actually quite bad at capturing influence.

Still I had to prove it. So I came up with ROI - Return on Influence.

I was lucky to be able to draw upon my previous experience as the director of digital media and research for the Phoenix Suns. In that position, I was constantly needing to prove "fan affinity" (a warm metric) to big brand-marketing partners who spent seven figures on their sponsorship deals with the team. These brands had options, often with competitors (NFL, NHL, MLB) and more traditional channels (TV spots) that might be able to tell a better cold metric story than I could.

But I realized that social media provided a way to measure something fan affinity in a way a TV spot never could. Why? Social media communication is two-way. It's a dialogue versus a monologue. Instead of promotions, it creates conversations, sometimes unprompted conversations that can be listened to, recorded, and measured. No longer did we have to say, "Trust us, our fans really like the team." Suddenly I had data to show how fans really liked us.

This isn't just about celebrities or sports teams, either. Intuitively, it's easier for most people to grasp the concept when talking about tweeting wide receivers, but all brands have influence and it can be measured in the same way.

Once you recognize that each entry into the social conversation is creating influence, you track it. A tweet is a transaction. So is a retweet. So is a purchase that results from a retweet. Unlike outdoor and TV advertising, say, marketers can track online behavior from a social channel from the initial marketing message all the way through to purchase.

The next step is to associate influence to investment. This is where the dollars come in. Divide the total revenue generated via social efforts by the number of social media fans and followers, and you get a per-fan/follower value.

Once you do this, it opens eyes. I've found with brands varying from DoubleTree by Hilton to high profile individuals that there's a direct correlation between Return on Influence and Revenue Available Per Fan and Follower. The time interval of this relationship is the key variable that I'm still studying. When brands figure out how to control the amount of time lapsed between the cause and effect, the art of social media becomes scientific, and the warm metrics become as accepted as the cold ones.

The more marketers accept the concept of measuring influence relative to reach, the quicker social media industry standards will surface. Social networking revolves around the art of people interacting with people, not logos. People have influence. Things do not. Ultimately, influence is power that differentiates.


Amy Jo Martin

Baca selengkapnya...

Kamis, 29 September 2011

Menghitung Ulang Prognosis Pertumbuhan Ekonomi 2011 Dan 2012

Lembaga Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan memperkirakan munculnya dampak yang parah jika Eropa gagal mengatasi krisis utangnya atau rencana kebijakan fiskal Amerika Serikat menemui jalan buntu. Prediksi lembaga dunia ini disampaikan dalam laporan World Economic Outlook (20/9).

IMF menaksir pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh 4% pada tahun 2011 dan 2012 atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dikeluarkan pada Juni 2011 yaitu sebesar 4,3% dan 4,5% pada tahun 2012. Sementara pertumbuhan ekonomi AS akan menyusut dari perkiraan sebelumnya 2,5% menjadi 1,5% untuk 2011 dan 1,8% untuk 2012.
Aktivitas global semakin melemah dan makin tak pasti, kepercayaan telah runtuh dan risiko penurunan semakin berkembang. Singkat kata, IMF melihat kondisi ekonomi global saat ini berada dalam fase berbahaya dan terancam krisis. Kegiatan ekonomi global terus melemah. Kepercayaan masyarakat turun drastis saat ini, dan risiko penurunan pertumbuhan ekonomi makin membesar.

Dalam kajiannya, IMF menyatakan, negara-negara ekonomi maju di dunia sedang mengalami hantaman ekonomi tahun ini. Jepang terhantam bencana gempa dan tsunami yang mengganggu perekonomiannya. Kemudian ekonomi AS juga kembali jatuh karena rendahnya konsumsi dalam negeri. Belum lagi kondisi ekonomi Eropa yang terguncang di sektor keuangan. Masalah struktural ini membuat dunia dihadapi oleh risiko krisis yang cukup besar.

IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melamban menjadi 6,4% di tahun 2011, di bawah target pemerintah yang sebesar 6,5%. IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan negara ekonomi berkembang (emerging markets) mencapai 6,4% pada tahun ini dan 6,1% pada tahun depan.

Prediksi itu turun dari sebelumnya 6,6% dan 6,4%. Negara-negara kaya kemungkinan hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi 1,6% atau turun dari perkiraan sebelumnya pada Juni lalu sebesar 2,2%. Sementara tahun depan diperkirakan hanya tumbuh 1,9% dari sebelumnya 2,6%. Jepang merupakan salah satu anggota G7 yang mengalami revisi pertumbuhan ekonomi terbesar yaitu hanya tumbuh 0,5% dari sebelumnya 0,7%. Sementara pada tahun 2012, hanya tumbuh 2,3% atau turun 0,6% dari perkiraan sebelumnya.

Koreksi tajam di Eropa juga dipicu oleh penurunan peringkat outlook perbankan besar di Eropa karena terperangkap ke dalam jebakan likuiditas yang kering. Untuk itu IMF menyarankan suntikan modal perbankan dan restrukturisasi atau menutup bank sebagai langkah penting. Bank Sentral Eropa (ECB) juga diusulkan untuk menurunkan tingkat bunga jika ingin risiko pertumbuhan ekonomi berkurang. Saat ini ECB mematok suku bunga 1,5%. Dalam skenario penurunan pertumbuhan ekonomi, IMF berasumsi bank harus menyerap kerugian dengan dampaknya pengurangan modal sebesar 10%.

IMF berharap para pemimpin negara harus memegang prinsipnya untuk mengambil langkah apapun untuk menjaga kepercayaan terhadap kebijakan negaranya dan Eropa. IMF terus mendorong pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk mencari penyelesaian kolektif mengingat investor sudah mulai khawatir dengan kebangkrutan Yunani dan Bank Yunani terpaksa merugi dengan menjual surat utang di wilayah yang memiliki kondisi utang terbesar. Di luar skenario alternatif pertumbuhan ekonomi, Eropa dan AS diperkirakan akan masuk jurang resesi.

Laporan IMF ini mengacu pada pelemahan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju dan pertumbuhan makin melemah di negara-negara berkembang. Kondisi ekonomi tersebut mensyaratkan pembuat kebijakan di wilayah Eropa menjalankan penanganan ekonomi melalui mekanisme bailout yang disetujui pada Juli lalu.

Ekonomi Yunani diperkirakan akan mengalami kontraksi 5,5% tahun 2011 dan 2,5% tahun depan. Yunani masih harus memenuhi komitmennya untuk menurunkan defisit anggaran 2011 menjadi 7,6% dari produk domestik bruto (PDB). Untuk itu Yunani telah mengumumkan pajak tambahan atas properti dan listrik untuk menutupi kekurangan anggaran.

Atas tragedi AS dan Eropa itu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 sebesar 6,5% atau lebih kecil dibanding asumsi RAPBN 2012 sebesar 6,7%. Ini disebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia turun dari 4,5% menjadi 4%. Krisis ekonomi di AS dan Eropa akan semakin terasa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2012 terutama karena penurunan ekspor dan permintaan serta harga sejumlah komoditas. Sejauh ini dampaknya terhadap perekonomian nasional belum besar, kecuali di pasar saham dan pasar uang. Namun perkembangannya bisa saja tidak terlalu menyenangkan.

Meski begitu, perlu adanya strategi dan kebijakan ekonomi untuk mengantisipasi kemungkinan memburuknya dampak krisis ekonomi Eropa ini. Salah satunya diperlukan stimulus ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dalam utamanya melalui investasi termasuk di dalamnya substitusi impor, serta melakukan penetrasi pasar luar negeri untuk mendorong ekspor khususnya ke negara “emerging market” seperti China, Brazil, India dan Afrika Selatan.

Di bidang moneter, BI telah melakukan reorientasi kebijakan suku bunga, nilai tukar, cadangan devisa dan kredit perbankan untuk mendorong pertumbuhan dengan tetap menjaga suistanabilitas melalui peningkatan penyerapan, efisiensi dan penciptaan ruang fiskal. Maklum, pelemahan nilai tukar rupiah dalam dua pekan ini juga disebabkan karena kekhawatiran para investor portofolio melihat krisis yang terjadi di Eropa.

Namun, jumlah cadangan devisa yang dimiliki Indonesia diyakini masih kuat untuk menjaga nilai tukar rupiah tidak terlalu melemah akibat tekanan di pasar uang sebagai dampak krisis ekonomi di Eropa. Nilai tukar rupiah terus melemah dari posisi sebelumnya Rp8.550 per dolar AS menjadi Rp9.035 per dolar AS. Dengan cadangan devisa 122 miliar dolar AS, BI akan bersiap melakukan intervensi di pasar uang dengan menjual dolar AS dan menggunakan rupiah hasil penjualan itu dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

BI juga telah mengantisipasi dampak krisis keuangan itu dengan penguatan protokol manajemen krisis. Langkah yang diambil BI, sebagaimana telah diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI, yaitu mempertahankan BI rate pada 6,75%. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa.

Selain itu, BI juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global itu. Respon terhadap krisis keuangan di AS dan Eropa tidak bisa hanya dilakukan dari satu institusi saja.
Selain BI, Kementerian Keuangan juga sudah mempunyai protokol manajemen kriris, tetapi belum ada integrasi protokol manajemen. Koordinasi kebijakan yang dilakukan BI dengan pemerintah yaitu kebijakan pengendalian inflasi, kebijakan untuk pengelolaan modal yang masuk, dan kebijakan untuk memperkuat respon sisi penawaran. Dari sisi pemerintah, penyerapan belanja modal tinggi merupakan stimulus yang diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Tapi stimulus itu harus disesuaikan dalam APBN, terutama belanja modal. Salah satunya adalah memastikan belanja modalnya bisa di-disburse lebih cepat.

Penyerapan belanja yang tinggi dapat mendukung dan menjaga ketahanan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi potensi krisis yang masih berlanjut pada tahun 2012. Jadi stimulusnya harus dibayangkan dari hari ini, terutama dalam bentuk belanja modal yang lebih tinggi di tahun 2012.

Kementerian Keuangan mengungkapkan rea-lisasi penyerapan belanja modal hingga awal September 2011 baru mencapai 26,9% dari alokasi dalam APBN Perubahan 2011 sebesar Rp140,95 triliun. Penyerapan belanja modal yang masih rendah ini menjadi perhatian pemerintah karena terkait dengan lambatnya pembangunan dan pembenahan sarana infrastruktur. Apalagi, pembiayaan proyek pembangunan dengan keterlibatan swasta atau melalui skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Atas perkembangan itu, tepat jika pemerintah Indonesia perlu mewaspadai pelemahan perekonomian global. Sebab, pengaruh langsung pelemahan ekonomi sudah terlihat dari kinerja ekspor pada Juni 2011 yang mengalami penurunan 5,2% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas pada bulan Juli juga turun 7,93% dibandingkan Juni.

Pelemahan ekspor nonmigas terutama dipe-ngaruhi oleh penurunan permintaan terhadap komoditas minyak sawit (crude palm oil). Hal itu karena permintaan CPO dunia melemah. Di tengah krisis finansial yang terjadi di AS dan Eropa, diversifikasi pasar tujuan ekspor, salah satunya ke Afrika, adalah solusi dan alternatif untuk terus meningkatkan kinerja ekspor.

Apalagi, perdagangan Indonesia dengan ne-gara-negara di Afrika masih rendah sehingga sangat mungkin ditingkatkan. Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, pada tahun 2010 ekspor Indonesia ke Afrika mencapai 3,5 miliar dolar AS, naik 29,63% dari tahun sebelumnya. Ekspor Indonesia ke Afrika kebanyakan barang jadi yang dikonsumsi sendiri. Jadi kemungkinan untuk terkena dampak tidak langsung dari krisis di Eropa dan AS sangat kecil.

Dari kalangan dunia usaha menilai dampak krisis keuangan yang kini melilit negara-negara di Benua Eropa dan AS bisa lebih parah dibanding krisis finansial yang terjadi pada periode 2008-2009. Maklum, dunia usaha kini sudah merasakan penciutan pasar karena menurunnya pesanan ekspor.

Dampak krisis yang terjadi sekarang bisa lebih buruk karena sudah menyeret perekonomian negara pada kebangkrutan seperti yang terjadi di Yunani. Krisis tidak hanya terjadi pada lingkup perusahaan yang bisa diatasi oleh penalangan utang atau pengambilalihan oleh negara. Sebab, masalah yang paling utama adalah negara mengalami krisis, bukan hanya sektor keuangannya saja. Jika krisis, perusahaan masih bisa ditutup semua, tetapi kalau negara-negara yang mengalami krisis, tentu tidak bisa ditutup begitu saja.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah menggerakkan dan menguasai ekonomi dalam negeri melalui investasi dan pengembangan dunia usaha. Selain itu, dibutuhkan pembangunan infrastruktur sehingga lebih banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan.
Menariknya, dunia usaha bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk menghindari dampak krisis keuangan global melalui investasi sehingga perekonomian dalam negeri bisa tetap tumbuh. Masalahnya, dunia usaha masih mengalami hambatan untuk berinvestasi seperti terbentur masalah pertanahan, tata ruang, serta infrastruktur.

Strategi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini mengandalkan sumber dana asing (outward) juga harus dialihkan ke sumber-sumber di dalam negeri (inward) untuk mengantisipasi dampak krisis ekonomi dunia. Sumber pertumbuhan ekonomi harus didorong dari dalam negeri, baik dari sektor industri ataupun perdagangan.


Business News

Baca selengkapnya...

Senin, 26 September 2011

Ekonomi Indonesia : Bagus Karena Kegagalan

ADB minggu lalu mengeluarkan hasil research paling anyar. Dari semua negara di Asia, hanya Indonesia yang bakal naik kinerja ekonominya, sementara yang lain dipotong sebesar 0,02%. Indonesia katanya bakal ngebut dengan pertumbuhan 6,7% dari perkiraan semula 6,5%.

Hasil rekaan ADB jelas menggembirakan kita semua. Prestasi yang membanggakan, apalagi hal ini tercapai saat perekonomian global sedang digoyang krisis keuangan dari Amerika sampai ke Eropa.

Ada beberapa hal yang katanya merupakan alasan mengapa Indonesia “imun” dari goyangan krisis yang melanda dunia. Pertama, Indonesia hanya mempunyai porsi yang relatif kecil dari sisi perdagangan internasional (ekspor dan impor barang dan jasa), hanya sekitar 26% dari total PDB, sedangkan negara-negara lain porsinya di atas itu. Akibatnya, jika permintaan atas ekspor Indonesia menurun, tidak terlalu memukul perekonomian dalam negeri dibanding negara lain.

Kedua, Indonesia mempunyai exposure yang rendah terhadap utang luar negeri, baik utang sove­reign maupun utang swasta dalam bentuk US dolar. Berita di Bloomberg, Indonesia masuk negara paling rendah posisi utangnya dibanding negara tetangga. Ini hal yang penting, karena efek contagion dari persoalan likuiditas jadi terbatas terhadap Indonesia. Di dalam negeri sendiri, banyak analis keuangan pasar modal melaporkan dana internal masih mendominasi sumber ekspansi perusahaan di Indonesia.

Ketiga, sumber kekuatan ekonomi masih didominasi oleh belanja konsumen. Sekitar 60% belanja nasional dikuasai oleh konsumen ketimbang negara, investasi dan net trade. Beberapa survei keyakinan konsumen oleh Bank Indonesia dan Danareksa Research Institute masih menunjukkan tren yang baik, artinya konsumen Indonesia masih yakin akan masa depan mereka, baik dari sisi pekerjaan dan pendapatan, sehingga mereka belum menahan diri untuk tetap belanja barang dan jasa.

Keempat, Indonesia dianggap masih mempunyai anggaran cadangan untuk melakukan kebijakan stimulus fiskal melawan tren penurunan kinerja ekonomi akibat krisis global. Sumber utamanya adalah sisa anggaran negara yang tidak terpakai di periode sebelumnya, dan masih rendahnya belanja negara tahun ini, di bawah 50% dari target. Sehingga kalau ada tanda-tanda perlambatan, peme­rintah tinggal menggenjot belanja negara secara kilat.

Kelima, Indonesia dianggap sudah mempu­nyai pengalaman dalam mengatasi krisis keuangan dan ekonomi dibanding negara lain.

Mungkin tidak banyak pengamat yang bisa menyanggah mengkilatnya kinerja ekonomi Indonesia. Kelima alasan di atas sangat valid dalam me­nerangkan kinerja ekonomi, apalagi tidak ada gangguan politik yang cukup berarti di dalam negeri.
Hanya saja, kita mungkin luput melihat bahwa hampir 80% keberhasilan perekonomian Indonesia didasarkan tren jangka pendek, sangat tidak cukup untuk menjaga kinerja jangka panjang.

Dua alasan pertama (rendahnya perdagangan internasional dan utang) sebetulnya menunjukkan Indonesia terisolasi dari perekonomian dunia. Kalau ekonomi global mulai bergerak, kenaikan ekspor Indonesia juga akan terbatas. Jika ekonomi dunia mulai menggeliat, perusahaan dalam negeri tetap hanya mempunyai akses terbatas atas kredit investasi dan modal kerja di luar negeri. Artinya, kita akan ketinggalan dibanding negara tetangga dalam melalukan ekspansi.

Selain itu, rendahnya exposure Indonesia atas utang luar negeri sebetulnya bisa dilihat dari kacamata lain. Indonesia gagal meyakinkan perbankan luar negeri untuk memberikan kredit ke para pelaku ekonomi di Indonesia.

Kenaikan konsumsi yang mendominasi perekonomian kebanyakan distimulasi oleh kredit konsumsi. Jika pertumbuhan kredit konsumsi lebih tinggi dari kredit investasi, pergerakan perekonomian hanya bisa bertahan dalam jangka pendek. Jangan lupa, perbankan Indonesia sudah mengalami masa sulit yang cukup lama meningkatkan pertumbuhan kredit walau dalam keadaan ekonomi normal. Sekali lagi saat konjungtur ekonomi global sudah mulai meningkat, belanja konsumen tidak akan cukup mendorong ekonomi nasional.

Dana cadangan yang tersedia sebetulnya bisa disebut kegagalan pemerintah dalam melaksanakan tugas belanja negara, dan kegagalan ini sudah terjadi puluhan tahun. Rendahnya penyerapan belanja negara sudah menjadi isu rutin dalam rapat Kabinet SBY. Nah yang hebat, kegagalan itu sekarang menjadi sesuatu yang baik karena akan membantu Indonesia melawan kelesuan ekonomi dunia.

Tanpa ada maksud menurunkan kebanggaan atas kinerja ekonomi Indonesia saat ini, janganlah kita lupa keberhasilan ini sebetulnya disebabkan karena kegagalan dan kelemahan yang terjadi di Indonesia. Aneh? Tetapi itu kenyataannya.
Walaupun begitu, prestasi sekarang seharusnya menjadi kesempatan untuk memperbaiki kegagalan dan kelamahan yang lalu, biar kita tidak lagi ke­tinggalan kereta.


Businessnews

Baca selengkapnya...

Minggu, 25 September 2011

Saham Menarik, Emas Semakin Dihindari

Dalam sepekan ke depan, harga emas diprediksi semakin turun. Sebab, saat harga saham semakin murah, investor justru menghindari emas. Rekomendasi buy on dip pada support US$1.660.

Analis Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar memperkirakan, harga emas masih akan tertekan dalam sepekan ke depan. Menurutnya, penurunan emas dipicu oleh penguatan dolar AS terhadap mata uang utama.

Di sisi lain, lanjutnya, investor beralih ke bursa saham yang sudah anjlok pekan lalu hingga hampir 9% dalam sehari. Menurutnya, rata-rata saham sudah turun 10%-an. “Tingkat volatilitas pada IHSG sangat tinggi sehingga menarik bagi trader (investor jangka pendek). Karena itu, harga emas sangat rentan karena faktor penguatan dolar AS dan pergerakan di bursa saham,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan.

Saat ini, Ariana menilai, bursa saham lebih menjanjikan dibandingkan emas terutama dari sisi pergerakannya. Dengan volatilitas yang tinggi, investor bisa memanfaatkan dengan aksi beli untuk bargain hunting berbagai saham. “Apalagi, harga emas sendiri sudah cukup tinggi. Kenaikannya sudah mencapai 33% sejak awal 2011,” ujarnya.

Menurutnya, saat harga saham murah, orang tidak terlalu mau mengambil risiko dengan memegang emas. Sebab, jika terlambat masuk di bursa saham, mereka justru akan rugi. “Apalagi, bagi orang yang pekan lalu jual saham di level rendah sedangkan saat beli di level tinggi,” timpal Ariana.

Sementara itu, dari sisi sentiment, market masih terpengaruh negatif dari outlook perlambatan ekonomi AS dari bank Sentral AS, The Fed yang berdampak pada penguatan dolar AS. Sebab, pada saat yang sama, The Fed menggulirkan kebijakan Operation Twist sehingga obligasi AS semakin menarik. “Dolar semakin kuat, emas semakin lemah,” tandasnya.

Di sisi lain, sentiment Eropa sejauh ini positif seiring komitmen penuh G20 untuk membantu Eropa. Meskipun, European Central Bank (ECB) menyatakan kemungkinan Yunani bakal default setelah perbankan di negara itu di-downgrade oleh Moody’s.

Emas sudah menembus level support US$1.720 per troy ounce. Kalaupun naik, emas akan coba tertahan di level resistance US$1.780-1.840 per troy ounce. “Itulah peluang laju harga emas jika dilihat dari kisran pergerakannya,” ujarnya.

Sementara itu, jika dilihat dari Fibonacci Retracement, resistance emas berada di level US$1.868 per troy ounce (retraecement 61,8%) dan level tertingginya di level US$1.886 per troy ounce (retracement 100%).

Sedangkan level support-nya berada di level US$1.700 yang merupakan level penentuan dan merupakan level Fibonacci retracement 38,2%. Setelah tembus support US$1.700, emas melemah ke level US$1.660 yang menjadi retracement 23,6%. “Jadi, dalam sepekan ke depan, emas akan bergerak dalam rentang support US$1.660 hingga resistance US$1.886 per troy ounce,” ungkapnya.

Di atas semua itu, Ariana merekomendasikan buy on deep emas di level US$1.660 per troy ounce. Sedangkan pada level US$1.700 tidak disarankan beli. Sebab, selama sentimen Eropa positif, emas belum akan dilirik.

Pasalnya, positifnya sentimen dari Eropa berpengaruh positif ke bursa saham. “Semakin fluktuatif pergerakan bursa saham, semakin menekan peluang investasi pada emas sehingga emas semakin melemah,” imbuhnya.

Berdasarkan harga yang dikutip dari Bloomberg, per Jumat (23/9), harga emas internasional turun sebesar US$ 101,900 (5,85% %) ke level US$ 1.639,800 per troy ounce.


Sumber : inilah.com

Baca selengkapnya...

Jumat, 23 September 2011

Karyawan Baru

Seorang karyawan yang baru dua hari kerja, sempat menelepon ke bagian dapur sambil teriak, "Mas, Tolong Ambilkan gue kopi, cepat!!!".

Ternyata jawaban dari balik telepon tidak kalah keras dan marahnya. "Hei bodoh! Kamu salah pencet nomor! kamu tahu dengan siapa kamu bicara?" gertak suara dari ujung telepon.

"Tidak" sahut karyawan.

"Saya direktur utama disini, dasar bodoh! saya pecat kamu nanti!" ancam si Direktur.

Tak kalah gertak dan kalah teriak si karyawan balas, "Dan Bapak tahu siapa saya?".

"Tidak!" jawab Direktur itu.

Puji Tuhan...," sahut si karyawan lega sambil menutup telepon.

Baca selengkapnya...

Pilihan

Hidup itu berawal dari B dan berakhir di D...

Birth (lahir)
dan
Death (mati)..

Tapi diantara huruf B dan D,
ada C..
Choice (pilihan)..

Hidup selalu menawarkan pilihan..

Tersenyum atau marah

Memaafkan atau membalas..

Mencintai atau membenci..

Bersyukur atau mengeluh..

Berharap atau putus asa..

Tidak ada pilihan yang tanpa konsekuensi..

Selamat memilih ...

Baca selengkapnya...

Kamis, 22 September 2011

Setiap Orang Punya Cerita

Hidup selalu terbungkus oleh banyak lapisan. Kita hanya melihat lapisan luar dan tidak tahu isi dalamnya...

Kita hanya melihat, wah.... pengusaha itu hebat, rumahnya besar, mobilnya mewah, hidupnya bahagia sekali...
Padahal dia lagi stress dan hidupnya penuh hutang, kerja keras hanya buat bayar bunga pinjaman, semua asetnya sudah jadi milik bank...

Huaaa... pasangan anggun yang hadir di acara reuni itu begitu serasi dan mempesona, mereka pasti hidup harmonis dan bahagia...
Padahal hidup mereka penuh dengan kebencian, saling menuduh, menghianati dan menyakiti, bahkan sudah dalam proses perceraian dan bagi harta...

Lihat pemuda itu, lulusan Harvard dengan nilai cumlaude, pasti mudah dapat kerja, gaji besar, hidupnya pasti bahagia...
Padahal dia kena PHK sudah 10x, jadi korban fitnah di lingkungan kerjanya. Sudah dua bulan belum dapat job baru...

Woww... Ibu muda itu, selalu ke pub clubbing dan diskotik, dia punya banyak waktu, gak perlu pusingin kerjaan rumah, hidupnya enjoy banget, dia pasti bahagia....
Padahal batinnya hampa dan kesepian, jiwanya merintih. suaminya tak pernah menghargai dan mengasihinya...

Lihat tetangga kita anaknya sudah besar-besar semua, bapak ibunya sudah boleh santai dan tenang, mereka pasti bahagia, namun kenyataannya orang tua mereka tak pernah bisa tidur nyenyak, anak-anaknya tak berbakti, suka judi & narkoba.

Kita selalu tertipu oleh keindahan di luar dan tidak tahu realita yang di dalam.

Sesungguhnya semua keluarga punya masalah. Semua orang punya cerita duka. Begitulah hakekat hidup.

Janganlah menggosip tentang masalah orang, sebenarnya siapapun tidak mau mengalami masalah tapi manusia tak luput dari masalah.

Jangan mengeluh karena masalah. Hayatilah makna dibalik semua masalah maka semua masalah akan membuat hidup menjadi bermakna!‎​​

Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain, karena orang lain belum tentu lebih bahagia dari kita......

Baca selengkapnya...

Rabu, 21 September 2011

Sensus Pajak Mulai 30 September

Direktorat Jenderal Pajak bakal menggelar Sensus Pajak Nasional mulai 30 September. Petugas pajak, dibantu Badan Pusat Statistik, akan menyambangi masyarakat dari pintu ke pintu untuk mendata wajib pajak hingga akhir 2012.

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengatakan program sensus akan dibuka di pusat belanja Mangga Dua, Jakarta. Diikuti serentak di 300 kantor pelayanan pajak di seluruh Indonesia. "Orang yang belum bayar pajak di Indonesia banyak banget. Karena itu, kami kembangkan (sensus)," ujarnya kemarin.

Sensus tersebut akan menyasar masyarakat berpendapatan besar. Karena itu, ada tiga kawasan utama yang akan didatangi petugas pajak, yakni gedung-gedung bertingkat, kawasan komersial, dan permukiman elite.

Diharapkan, dalam tiga bulan pertama sensus (akhir 2011), sebanyak 1,5 juta responden atau wajib pajak baru bisa didatangi. Hasilnya akan menjadi acuan pelaksanaan selanjutnya pada 2012.

Menurut Fuad, pemerintah ingin meningkatkan jumlah pembayar pajak. Maklum, kesadaran membayar pajak masih sangat rendah. Dari 238 juta penduduk Indonesia, sekitar 44 juta orang dianggap layak membayar pajak. Tapi, dari jumlah itu, hanya 8,5 juta orang yang memenuhi kewajibannya.

Pajak badan juga memprihatinkan. Di negeri ini, tercatat ada 22,6 juta badan usaha, baik yang berdomisili tetap maupun tidak. Namun hanya 466 ribu badan usaha yang membayar pajak. "Hanya sedikit yang patuh pajak," kata Fuad.

Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan sensus pajak diharapkan dapat menjaring banyak wajib pajak baru dan memperbaiki database wajib pajak lama. "Dari itu nanti kami lihat potensi pajaknya," ujarnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, menilai program sensus pajak akan meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. "Ini rencana bagus," katanya.

Anggito menyarankan agar pemerintah mengutamakan pendataan wajib pajak perorangan yang masih rendah porsinya. Menurut dia, banyak individu yang multi-income atau memiliki penghasilan dari banyak sumber tapi tak terekam petugas pajak. Mereka misalnya para pejabat, pengacara, artis, dan konsultan.

Pemerintah hendaknya juga memberikan konseling dan sosialisasi cara membayar pajak kepada masyarakat. "Sebab, berbeda dengan wajib pajak perusahaan," ujar Anggito.


tempointeraktif

Baca selengkapnya...

Informasi Lengkap

Cerita ini diadopsi & dimodifikasi dari Buku Stephen R. Covey. 'Seven Habits of Highly Effective People'.

Dalam suatu perjalanan, kereta api memperlambat lajunya dan berhenti di suatu stasiun. Naiklah seorang ibu dengan 2 anaknya yang masih kecil-kecil ke dalam salah satu gerbong.

Penumpang sudah cukup padat. Beruntung sang ibu dan kedua anaknya bisa mendapatkan tempat duduk.

Awalnya kedua anak kecil itu duduk tenang. Tak lama kemudian, mereka mulai berlarian sambil berteriak-teriak.

Mereka juga naik ke tempat duduk,menarik bacaan para penumpang. Keduanya membuat suasana jadi gaduh dan tidak nyaman.

Setelah cukup lama menahan diri, seorang bapak yang duduk di sebelah sang ibu menegur, "Kenapa anda membiarkan saja kedua anak anda membuat ribut dan mengganggu seisi gerbong?"

Seakan baru tersadar, sang ibu menjawab perlahan, "Saya masih bingung bagaimana menjelaskan kepada mereka begitu kami sampai di Rumah Sakit untuk menjemput jenasah ayahnya."

Ternyata sang ibu mendapat pemberitahuan bahwa suaminya sudah menjadi jasad di Rumah Sakit karena meninggal dalam kecelakaan. Dia sekarang dalam perjalanan dengan anak-anaknya ke Rumah Sakit.

Seketika si bapak yang bertanya terdiam. Segera dari mulut ke kuping tersebar informasi tersebut dan semua penumpang yang tadinya merasa terganggu, berganti iba dan simpati.

Alih-alih marah kepada anak-anak yang gaduh dan ibunya yang terlihat cuek, sebagian penumpang malah mulai ikut bermain dan bercanda dengan kedua anak itu.

Setelah mengetahui lengkap/ persis apa yang terjadi, reaksi penumpang berbalik 180 derajat.

Demikianlah dalam kehidupan. Mengetahui lengkap dibanding hanya sebagian, sangat mungkin membuat perbedaan respon seseorang terhadap suatu masalah/ kejadian.

Pelajaran yang di dapat dari cerita diatas :
Di saat mau marah, jika memungkinkan, cobalah tahan sejenak dan cari tahu lebih banyak.
Dengan tambahan informasi, mungkin kemarahan menjadi batal sehingga tidak muncul penyesalan kemudian.

Baca selengkapnya...

Jumat, 16 September 2011

8 Filsafat Kehidupan ...

1. Hujan deras adalah tantangan. Jangan minta agar hujan dikecilkan, tapi mintalah payung yang lebih besar.

2. Waktu banjir, ikan makan semut dan waktu banjir surut, semut yang makan ikan. Manusia ada giliran/ waktunya, jangan sombong.

3. Hidup bukanlah peduli dipermulaan saja, tetapi seberapa besar kepedulian kita sampai akhir.

4. Orang sering "melempar batu" dijalan kita. Tergantung kita mau mambuat batu itu menjadi "Tembok atau Jembatan".

5. Setiap masalah punya (n+1) sejumlah solusi, dimana n adalah banyaknya solusi-solusi yang telah anda coba, dan 1 adalah yg belum anda coba. Coba terus sampai Bisa.

6. Tidaklah penting untuk mempunyai semua 'kartu bagus' dalam 'games' kehidupan, yang penting adalah seberapa bagus anda memainkannya.

7. Seringkali saat kita putus asa dan mengira ini adalah akhir, tenanglah dulu, itu baru belokan, bukan jalan buntu. Milikilah iman yang teguh & kuat.

8. Jadilah giat untuk mendapatkan apa yang anda cita-citakan dan jadilah seperti anak-anak untuk menikmati yang telah anda dapatkan.

Baca selengkapnya...

Kamis, 15 September 2011

Lingkungan

Mark Victor Hansen adalah orang yang menciptakan seri buku Chicken Soup. Waktu penghasilannya baru mencapai $ 1 juta, ia bertemu dengan Anthony Robbins dan bertanya padanya. “Penghasilan Anda demikian besar, bagaimana saya bisa mencapainya juga ? Anthony bertanya, “Siapakah kelompok pemikir utama Anda ?” Ia menjawab, “Kelompok jutawan”. Anthony Robbins berkata, “Itulah kekeliruan Anda. Anda harus bergaul dengan kelompok miliarder, pasti mereka akan membuat Anda berpikir pada tingkatan mereka.” Kini Hansen hampir mencapai angka penghasilan $ 1 milyar.

Seorang teman atau komunitas tertentu bisa mempengaruhi kita baik atau buruk. Hal ini diteguhkan juga oleh penelitian yang dilakukan Dr. David dari Universitas Havard, yang menyimpulkan bahwa setelah 25 tahun hidup teman-teman Anda memiliki pengaruh terhadap hidup atau kesuksesan Anda.

Pada dasarnya manusia memang senang beradaptasi atau mengikuti pola hidup lingkungannya. Bila kita bekerja di antara orang-orang yang rajin, berdisiplin tinggi, selalu menjaga mutu dan kualitas, jujur, maka cepat atau lambat kita akan meniru gaya hidup mereka.

Namun sebaliknya, bila kita bekerja di lingkungan yang orang-orangnya cenderung malas, telat, tidak disiplin, suka membolos, curang, maka pelan tapi pasti kita akan melakukan hal yang sama.

Karena itu, bila kita ingin berhasil, tempatkanlah diri kita pada jalur yang benar. Tetapkanlah diri kita untuk selalu bergaul dengan pribadi-pribadi yang dapat memberi pengaruh positif, dan masa depan yang cemerlang pun tersedia bagi kita.

Seorang bijak berkata, tunjukkanlah kepadaku sahabat-sahabatmu dan aku akan menunjukkan masa depanmu. Ini juga berlaku tidak pada pekerjaan saja tetapi juga semua hal.

Waspadalah dengan pergaulanmu..

Kita Tidak Mungkin Bisa Terbang Seperti Elang Kalau Kita Hidup Di Kumpulan Kalkun.

Baca selengkapnya...

Rabu, 14 September 2011

Falsafah Lima Jari

1. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.

2. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.

3. Ada si jangkung jari tengah yang sombong, paling panjang dan suka menghasut jari telunjuk.

4. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin.

5. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut.

Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai 1 tujuan ( saling melengkapi).

Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti.

Kita terlahir dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu:
- saling menyayangi
- saling menolong
- saling membantu
- saling mengisi

bukan untuk
- saling menuduh
- menunjuk atau merusak.....

Semua perbedaan dari kita adalah keindahan yang terjadi agar kita rendah hati untuk menghargai orang lain, tidak ada satupun pekerjaan yang dapat kita kerjakan sendiri.

Mungkin Kelebihan kita adalah kekurangan org lain, sebaliknya kelebihan orang lain bisa jadi Kekurangan kita.

Tidak ada yang lebih bodoh atau lebih pintar, bodoh atau pintar itu relatif sesuai dengan bidang/ talenta yang kita syukuri masing-masing menuju impian kita...

Keseluruhan yang dimiliki menjadi sempurna.... Bukan individualis yang sempurna....

Orang pintar bisa gagal, orang hebat bisa jatuh, tetapi Orang yang mengandalkan kerendahan hati dalam segala hal akan selalu mendapat kemuliaan.

Baca selengkapnya...

Selasa, 13 September 2011

Mengendors Ekonomi Kerakyatan

Untuk yang kesekian kalinya dukungan kepada ekonomi kerakyatan dilontarkan. Kali ini, urgensi ideologi yang mendapat tempat terhormat di dalam UUD 1945 itu dikaitkan dengan pendidikan. Baru-baru ini sebuah media cetak nasional menurunkan berita yang merangkum pendapat sejumlah kalangan yang mengatakan bahwa anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen dari APBN/APBD tidak akan efektif tanpa dibarengi pembangungan ekonomi rakyat berbasis pertanian. Sektor pertanian dianggap begitu penting antara lain karena dapat membuka banyak lapangan pekerjaan. Dikatakan, tingginya angka ­pengangguran terbuka dari kalangan terdidik disebabkan minimnya lapangan perkerjaan yang tersedia (www.koran-jakarta.com, 7/9/2011).

Kalangan akademisi sejauh ini mencoba membangkitkan kesadaran pemerintah, pengambil kebijakan, dan pelaku ekonomi akan peran yang dapat dimainkan ekonomi kerakyatan dalam rangka mewujudkan apa yang disebut kedaulatan pangan secara nasional. Kalau dicermati, ekonomi kerakyatan rupanya mencakup wilayah yang sangat luas. Kalangan akademisi mengaitkan ekonomi kerakyatan dengan ikhtiar pembangunan kedaulatan pangan dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Tidak hanya itu. Ekonomi kerakyatan dikaitkan pula dengan upaya pengelolaan BUMN. Dan lain-lain.

Dapat dikatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua inti dari semua perspektif tentang ekonomi kerakyatan itu.
Pertama, bahwa ekonomi kerak­yatan menjadikan seluruh rakyat Indonesia sebagai subyek-sentral dalam pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Sebagai subyek-sentral, kepen­tingan rakyat menjadi indikator untuk menentukan perlu-tidaknya sebuah kebijakan ekonomi diendors/disokong atau sebaliknya. Dengan kata lain, jika ada sebuah kebijakan ekonomi yang terbukti merintangi upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka kebijakan itu mesti ditolak.

Kedua, ekonomi kerakyatan menunjukkan keberpihakan secara legal dan terang-terangan kepada rakyat dan seluruh kepentingan terkait rakyat. Dalam kaitan ini, ekonomi kerakyatan sebetulnya merupakan nama lain dari demokrasi ekonomi di mana elemen terbesar mendapatkan hak yang lebih besar pula.

Inilah yang disebut keberpihakan, meski harus ditambahkan bahwa keberpihakan dimaksud tidak untuk menegasi dan mematikan yang lain. Yang me­narik adalah bahwa setiap kita berbicara soal ekonomi kerakyatan, maka perhatian langsung tertuju kepada UKM dan koperasi. Unit usaha ini kecil dalam ukuran, permodalan dan lain-lain, tetapi memiliki kemampuan kolektif yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja dan tersebar di seluruh Tanah Air.

MPR pada 1998 membuat Keputusan No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi yang menegaskan dukungan kepada ekonomi rakyat, UKM, dan koperasi. Salah satu wujud tindak lanjut dari keputusan itu adalah dijadikannya 17 Oktober 1998 sebagai Hari Kebangkitan Ekonomi Rak­yat. Rakyat pun berharap Keputusan MPR dan pencanangan Hari Kebangkitan Ekonomi Rakyat menjadi momentum dimulainya pembangunan ekonomi nasional dalam kendali ekonomi kerakyatan. Akan tetapi, optimisme dan harapan itu tidak kunjung terwujud sampai kemudian muncul gerakan perlawanan terhadap dominasi faham neolib di dalam desain pembangunan ekonomi nasional. Realitas yang dapat disaksikan saat ini adalah bahwa pendulum ekonomi tetap saja berpihak kepada konglomerat yang selama Orde Baru juga tampil sebagai subyek-sentral pembangunan nasional.

Gerakan yang digalang berbagai kalangan untuk mengendors ekonomi kerakyatan tak pernah surut. Gerakan ini dipastikan akan terus menggema karena ditopang oleh keyakinan bahwa ideologi ekonomi kerakyatan mewakili kepentingan rakyat Indonesia sebagaimana dicita-citakan the founding fathers. Penting dicamkan, ekonomi kerakyatan mendorong lahir dan berkembangnya ekonomi rakyat yang tersebar di berbagai daerah.

Jika kini ekonomi kerakyatan dikaitkan dengan pendidikan, itu karena ekonomi kerakyatan diyakini dapat mengatasi persoalan pengangguran terbuka. Angka pengangguran terbuka yang terus membesar merupakan akibat dari lebarnya kesenjangan antara produktivitas lembaga pendidikan dalam menghasilkan kaum terdidik dengan ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan baru.


BusinessNews

Baca selengkapnya...

Jumat, 09 September 2011

Inspirasi Steve Jobs dan ‘pesan Idul Fitri’ SBY

Sekembali dari menghadiri undangan buka puasa bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara Jumat malam (26 Agustus 2011), saya merasa surprise tatkala di meja kerja teronggok sebuah buku baru yang judulnya bagi saya teramat menarik: American Wheels Chinese Road.

Judul kecilnya adalah The Story of General Motors in China, yang ditulis oleh Michael J. Dunne, seorang konsultan investasi yang terutama fokus pada pasar mobil di Asia. Mike, panggilan Michael, adalah sosok komplit, karena berasal dari Detroit –Anda tentu tahu, wilayah itu adalah pusat industri otomotif Amerika Serikat—dengan bisnis berbasis di Hong Kong, fasih berbahasa China dan Thailand, serta tinggal di Jakarta.

Saya tentu berterimakasih kepada Mike, yang menepati janji mengirim buku itu ketika kami bertemu pekan lalu dalam sebuah acara di Jakarta. Tentu saya belum sempat membaca lengkap isi buku itu ketika harus menulis kolom ini untuk Anda menjelang Idul Fitri ini.

Sepintas dari ringkasannya, buku itu sangat menarik. Antara lain kisah tentang keberhasilan mengawinkan dua karakter bisnis dan dua karakter politik serta gaya kebijakan yang berbeda antara Amerika, negeri asal GM, serta China, di mana General Motor berhasil investasi dan masuk dengan cemerlang ke pasar terbesar di dunia itu.

Salah satu simpulannya, ketika GM di Amerika nyaris bangkrut pada 2009, anak perusahaan GM di China justru mencetak rekor penjualan dan profit. Mike menjelaskan dalam bukunya itu, bahwa orang-orang yang luar biasa (extraordinary people) serta keputusan-keputusan yang bagus dan kuat (remarkable decisions) merupakan kunci sukses luar biasa bagi GM di China.



Padahal, sambil bermitra dengan produsen mobil China, GM juga sekaligus berkompetisi pada samudera yang sama. Pemerintah China membuat aturan yang memungkinkan tidak saja investor Amerika bermitra –dalam kasus industri otomotif—tetapi juga sekaligus bersaing. Maka Mike memperkirakan dalam 10 tahun ke depan, China akan mengekspor jutaan mobil dan truk ke pasar global, termasuk ke Amerika Serikat, di mana GM berasal.

***

Maka, goresan Mike itu menambah keyakinan tentang kisah sukses berkat apa yang disebut karakter dan keteguhan akan sebuah tujuan.

Karena itu pula, saya merasa mendapatkan surprise yang lain tatkala mendengar bahwa Steve Jobs, sang arsitek sekaligus Chief Executive Officer Apple Inc, lengser keprabon, meski gosip itu sebenarnya sudah muncul sejak Januari lalu. Jobs digantikan Timothy Cook, yang sehari-hari adalah Kepala Operasi atau Chief Operating Officer di Apple.

Tak urung, pertanyaan pun muncul dari banyak kalangan, bagaimana nasib Apple sepeninggal sang arsitek itu? Apakah Tim Cook mampu menggantikan peran Steve Jobs dan bahkan mengangkat Apple ke level bisnis yang lebih tinggi lagi?

Bahkan kemudian respons pasar bergerak secara instan. Harga saham Apple Inc. terkoreksi lebih dari 5% dalam perdagangan Rabu.

Tentu tanda tanya yang muncul maupun respon pasar itu tak mengherankan. Pasalnya, Jobs dipersepsikan sebagai yang paling berjasa menyelamatkan Apple dari kebangkrutan sekitar 10 tahun lalu dan membaliknya menjadi sukses besar. Belakangan Jobs pulalah yang menjadi arsitek utama di balik revolusi perangkat genggam dan teknologi layar sentuh, yang keluar dengan iPod, iPhone dan iPad.

Keteguhan hati dan daya kreatifnya mengantarkan Jobs pada tempat yang kerap disetarakan dengan penemu bohlam Thomas Alfa Edison dan penemu telepon Alexander Graham Bell.

Padahal karir Jobs bukanlah mulus-mulus amat. Dia pernah setidaknya gagal melansir tujuh produk Apple ke pasar. Lalu pada masa awal-awal di Apple, Jobs terkenal sebagai pemimpin yang ringan tangan, terlalu peduli dengan detail, dan sering memaki rekan kerja. Karena itu dia dipaksa keluar pada 1985, sebelum akhirnya dipanggil kembali pada 1996, yang mengantarkan Apple Inc menjadi perusahaan teknologi paling dikagumi di Amerika.

Setelah itu, nilai perusahaan Apple bahkan mengalahkan raksasa minyak AS, Exxon Mobil. Nilai kapitalisasi pasar Apple melampaui Microsoft yang selama ini menduduki puncak perusahaan teknologi pada Mei lalu. Pada tahun 2000, nilai kapitalisasi pasar Apple ‘hanya’ US$5 miliar, saat ini mencapai US$291 miliar.

Apple juga disebutkan memiliki dana US$76,4 miliar, melampaui kas yang dimiliki Washington yang cuma US$73,7 miliar. Forbes malah mencatat, dalam era Jobs, saham Apple naik 6.681%.

Bagaimanapun Jobs telah menunjukkan kelasnya sebagai sang inovator, motivator, sekaligus inspirator. Cara dia mengundurkan diri pun menunjukkan kelasnya sebagai leader yang menginspirasi, meskipun banyak komentar menyebutkan dia sudah tak tahan lagi dengan kanker pankreas yang ditemukan sejak 2004 silam.

Coba simak deh penggalan surat pengunduran dirinya:

Kepada Board Director dan Komunitas Apple,

“… jika ada hari di mana saya tidak dapat lagi memenuhi tanggung jawab dan ekspektasi sebagai CEO Apple, saya akan menjadi orang pertama yang mengatakan hal tersebut. Sayangnya, hari itu telah tiba. Saya dengan ini mengundurkan diri sebagai CEO Apple…… Saya percaya bahwa hari paling bersinar dan paling inovatif Apple telah menanti. Dan, saya berharap bisa melihat dan berkontribusi pada kesuksesan itu dengan peran baru. Saya telah menjalin persahabatan di Apple dalam hidup saya, dan saya berterima kasih atas kesempatan bekerja bertahun-tahun dengan Anda.”


Pujian kepada Jobs tidak hanya datang dari kelompok ‘sekte’ Apple, yangmemburu produk Apple setiap diluncurkan. Chairman Google Eric Schmidt juga memuji Jobs sebagai CEO paling sukses di AS dalam 25 tahun terakhir. Bahkan Presiden Barack Obama mempersonifikasi Jobs sebagai contoh dari “mimpi Amerika”.

***

Karakter juga menjadi cirikhas si empunya Microsoft Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia yang juga banyak disanjung orang. Presiden SBY bahkan pernah mengundang Gates sebagai pembicara dalam Presidential Lecture beberapa waktu silam.

Satu hal, bahwa top leader sukses macam Jobs dan Bill Gates ini ternyata punya ciri khas yang sama: humble. Maka sampailah ingatan pada satu kejadian yang bagi saya luar biasa, yang dipertontonkan tidak hanya oleh Bill Gates melainkan juga oleh Presiden SBY.

Sebelum acara dimulai, sebetulnya Presiden SBY telah lebih dahulu memasuki ruang tunggu “orang sangat penting”, yang dapat dipantau hadirin dari layar lebar di depan panggung. Ketika itu, Presiden mengenakan busana formal lengkap dengan jas dan dasi, sesuai dengan dress code yang dianjurkan untuk tamu undangan.

Sesaat kemudian, tampak Bill Gates tiba di Balai sidang, mengenakan busana batik krem kecoklatan yang sangat pas di tubuhnya.

Maka saya pun berharap setelah Gates tiba, acara bisa dapat segera dimulai. Ternyata panitia kemudian menyampaikan pengumuman bahwa acara mundur dari jadwal. Baru sekitar 15 menit kemudian, pembawa acara mengumumkan Presiden dan Bill Gates akan memasuki ruangan. Saya kaget karena ternyata Presiden SBY sudah berganti busana batik yang serasi di tubuhnya yang tinggi besar.

Maka kesimpulan saya satu. Para leader ini memiliki kerendahan hati yang sangat tinggi. Bill Gates terkesan begitu menghormati kultur Indonesia sehingga mengenakan batik dalam sebuah acara formal bersama Presiden; begitu sebaliknya Presiden SBY begitu menghormati tamunya sehingga merelakan berganti busana agar tampak serasi dan tidak mengesankan Gates salah kostum.

Itu bacaan saya.

***

Ringkasnya, karakter leadership, bagaimanapun adalah kunci bagi sukses organisasi.

Maka, meskipun banyak kritik terhadap kinerja pemerintah kita akhir-akhir ini, sebetulnya dalam hati kecil saya kok kembali punya harapan lagi jika menyimak oleh-oleh Pak SBY sepulang dari Safari Ramadhan yang dicupliknya menjelang buka puasa tadi malam.

Saya justru surprise ketika mendengar yang tidak biasa dari beberapa pernyataan Presiden –yang biasanya curhat tetapi kali ini tidak—dari perjalanan selama empat hari lima malam itu, khususnya concern tentang pendidikan dan isu yang membumi lainnya.

“Saya kecewa dan prihatin sebagian sekolah tak terawat, kotor, tidak rapi...Ini harus jadi atensi kita semua....Padahal ada yang lulusan terbaik dengan rata-rata nilai 8,3…Apalagi kalau kondisi sekolahnya bersih dan baik,” tutur Kepala Negara.

Presiden mengakui, infrastruktur sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, menurut catatan Kementerian Pendidikan Nasional, sebanyak 15% mengalami rusak berat. “Itu benar…karena itu saya tugaskan Wapres dan Mendiknas agar bikin crash program, supaya tiga tahun ke depan tak ada lagi sekolah tak layak......”

Maka, oleh-oleh Safari Ramadhan SBY buat saya menjadi semacam ‘pesan Idul Fitri’ dari Presiden. Dia pun menjanjikan akan membawa seluruh permasalahan dan masukan di lapangan ke Sidang Kabinet untuk ditindaklanjuti dengan sungguh-sungguh.

Satu pesan yang sangat mendasar, Presiden mengaskan tentang perlunya membangun karakter melalui, “Educating of mind.”

Tujuannya, agar Indonesia mampu menuju peradaban yang maju, unggul, dan mulia. Harapannya, pada 100 tahun kemerdekaan RI nanti, pada 2045, Indonesia tidak hanya memiliki demokrasi yang matang dan stabil, bukan hanya ekonomi yang kuat dan berkeadilan, tetapi juga peradaban yang berkembang.

Mulainya dari mana? Presiden pun mengajak perlunya sebuah “gerakan nasional” yang baru, untuk mendorong “hidup bersih, hidup hemat, dan hidup tertib”.

Kelihatannya klasik, tidak populer, tidak masuk kategori hot news bagi wartawan, tetapi saya kok begitu tertarik dengan isu ini: Pendidikan pola pikir, untuk membentuk karakter.

Maka, pikiran terus melayang kepada anggaran Rp280 triliun dalam APBN kita, yang dialokasikan untuk sektor pendidikan, yang kini dipimpin Menteri Muhammad Nuh. Seandainya “educating of mind” ini dapat dibiayai menjadi kurikulum nasional dan perilaku inti dari sistem pendidikan kita, alangkah indahnya Indonesia.

Bolehlah menyitir kata-kata Presiden: “Kalau sehari-hari lingkungan anak didik kita jorok, kotor dan bau, tentu akan berpengaruh pada jiwanya.” Jika begitu, dikhawatirkan –sudah terbuktikah?—ketika anak-anak menjadi dewasa tidak sensitif untuk hidup bersih, disiplin, dan teratur.

Sebaliknya kalau lingkungan bersih, jiwa akan bersih, dan kehidupan sehari-hari akan ‘bersih’ pula, begitu keyakinan Pak SBY. Barangkali itulah embrio membangun karakter, agar kita punya orang-orang yang teguh macam Steve Jobs, Bill Gates, Eric Schmidt dan sederet pembuat inspirasi lainnya.

Ayuklah Pak Nuh, kita sambut ajakan Pak SBY. Mumpung lagi introspeksi Ramadan menuju hari yang suci, hari Raya Idul Fitri.


Oleh Arief Budisusilo

Baca selengkapnya...

Kamis, 08 September 2011

UI Terbaik Di Indonesia

Universitas Indonesia mendapat predikat sebagai satu-satunya perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking, dan masuk dalam Top 300 Universities in the World.

Peringkat UI naik sebanyak 19 tingkat menjadi ke-217 di dunia, dibandingkan dengan tahun lalu di peringkat 236. "Peringkat itu berdasarkan penilaian yang dikeluarkan(QS) World University Ranking 2011/2012 pada 5 September," kata Vishnu Juwono, Kepala Kantor Komunikasi UI, hari ini dalam rilisnya.

Dia menuturkan QS World University Ranking 2011/2012 menilai lebih dari 600 perguruan tinggi terbaik di dunia, dan menempatkan UI sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam Top 300 Universities in the World.

"UI mengungguli sejumlah perguruan tinggi favorit di dunia, seperti University of Notre Dame, United States (urutan ke-223, Mahidol University Thailand (ke-229), dan University of Technology, Sydney Australia (ke-268).

Pemeringkatan QS World University Ranking 2011/2012, katanya, menilai pada lima rumpun ilmu. Yaitu arts and humanities, engineering and technology, life sciences and medicine, natural science dan social sciences & management.

Pada bidang ilmu arts and humanities, ujarnya, UI berada pada peringkat 142, di bidang engineering and technology peringkat 232, bidang life sciences and medicine peringkat 162, bidang natural science peringkat 258, dan bidang social sciences & nanagement pada peringkat 124.

Menurut Vishnu, QS World University Ranking menggunakan enam parameter dalam pemeringkatan. Yaitu academic reputation (40%), employer reputation (10%), student/faculty ratio (20% ), citations per faculty (20%), international faculty (5%) dan international students (5%).

Prestasi nasional pencapaian ini, lanjutnya, tidak hanya milik UI sendiri, tetapi juga merupakan prestasi nasional. "Sebab prestasi tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah terhadap peningkatan kualitas pendidikan di UI," tambahnya.


Oleh Rahmayulis Saleh

Baca selengkapnya...

Rabu, 07 September 2011

Obati Diabetes dengan "Selam"

Tekanan udara tinggi membuat oksigen lebih leluasa memasuki jaringan tubuh. Oksigen, zat yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, digunakan untuk perbaikan sel yang rusak. Prinsip tersebut digunakan pada terapi hiperbarik oksigen untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Salah satu penyakit yang diupayakan sembuh dengan terapi hiperbarik adalah diabetes melitus (penyakit kencing manis). Diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan proporsi kematian 5,8 persen setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, dan perinatal (Kementerian Kesehatan 2007). Jumlah diabetes di Indonesia 8,4 juta penderita dan diperkirakan terus meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030.

Gangguan kesehatan ini timbul karena tubuh kekurangan insulin atau reseptor insulin tubuh tidak berfungsi baik. Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas yang mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan pada hati dan otot. Dalam jangka panjang, kadar glukosa darah yang tinggi akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Selanjutnya akan terjadi aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) yang membuat aliran darah tidak lancar sehingga tubuh kekurangan oksigen.

Penderita diabetes, terutama tipe II (gangguan pada reseptor insulin), telah banyak tertolong oleh terapi ini. Mayor Laut (K) Titut Harnanik, dokter dan Kepala Subdepartemen Faal Penyelaman TNI AL Armada Timur, mengatakan, terapi hiperbarik oksigen (HBO) mampu mempercepat kesembuhan dan mengurangi dosis obat yang diminum penderita diabetes.

Tahun 2008, Titut melakukan penelitian atas biaya Kementerian Kesehatan. Sebanyak 13 pasien diabetes diterapi memakai oksigen 100 persen dan tekanan 2,4 atmosfir (setara kedalaman 14 meter di bawah permukaan laut). Selama lima hari berturut-turut, para penderita diabetes tanpa luka terbuka diberi perlakuan ini selama 2 jam.

”Selama menjalani terapi HBO, pasien tetap mengonsumsi obat. Setelah menjalani HBO, terjadi penurunan gula darah secara signifikan. Jika biasanya tak pernah kurang dari 200 miligram per desiliter (mg/dl), kadar gula darah mereka bisa sampai 60 mg/dl. Maka dosis obat harus diturunkan,” kata Titut.

Di luar penelitian itu, Titut punya pasien diabetes tipe I (mengalami kerusakan pada fungsi pankreas sehingga tak bisa menghasilkan insulin). Setelah menjalani HBO beberapa waktu, pasien yang harus disuntik insulin itu bisa lepas dari ketergantungan pada insulin dari luar. ”HBO mengembalikan fungsi pankreas sebab sifat antioksidan pada oksigen,” ujarnya. Namun, pasien wajib diterapi HBO 3-5 kali per bulan, seumur hidup. Hal ini guna menjamin pasokan oksigen ke pankreas.

Menurut Suyanto Sidik, dokter spesialis penyakit dalam dari RS TNI AL dr Mintohardjo, HBO bersifat memperbaiki jumlah oksigen di dalam tubuh. Diabetes, tutur Suyanto, membuat kondisi pembuluh darah penderitanya buruk sehingga aliran darah tak lancar. Contohnya, ada pasien diabetes dengan luka terbuka yang tak sembuh atau tak kunjung kering. Hal itu terjadi karena pembuluh darah tak mendapat pasokan oksigen sehingga tak berfungsi normal dalam memperbaiki kerusakan sel.

Oksigen sebagai obat

Terapi HBO modern diperkenalkan peneliti Belanda, Ite Boerema, dalam artikel penelitian Life without blood tahun 1956. Dalam hal ini, molekul oksigen diberi tekanan tinggi sehingga mampu masuk ke pembuluh darah yang tersumbat atau peredaran darahnya terganggu. Oksigen lalu memicu metabolisme jaringan tubuh dan memperbaiki sel yang rusak.

”HBO merupakan pengobatan, seperti halnya dengan obat. Bedanya, ini memasukkan oksigen ke tubuh,” kata Suyanto.

Di RS Mintohardjo, ruang hiperbarik (ruang dengan udara bertekanan tinggi) berdaya tampung 12 orang, termasuk seorang perawat. Dalam ruangan mirip kapsul kapal selam itu, pasien diberi oksigen lewat selang di hidung, kemudian tekanan udara diatur oleh operator di luar kapsul.

Dokter di Pusat Hiperbarik RS TNI AL dr Mintohardjo Jakarta, Susan Manungkalit, mengatakan, HBO mampu meningkatkan kandungan oksigen pada plasma darah. Pada kondisi oksigen normal di udara bebas (20 persen) dengan tekanan normal (1 atmosfir), jumlah oksigen pada hemoglobin 20,1 persen dan plasma darah 0,32 persen. Jika diberi oksigen 100 persen dan tekanan normal 1 atmosfir, oksigen hemoglobin tetap 20,1 persen dan oksigen plasma darah jadi 2,14 persen. Ketika tekanan oksigen 100 persen dinaikkan jadi 3 atmosfir, jumlah oksigen dalam plasma darah jadi tiga kali lipat (6,42 persen).

”Jumlah oksigen sangat cukup untuk bertahan hidup meski tanpa kehadiran hemoglobin darah,” tulis peneliti Catherine A Heyneman, dalam jurnal Critical Care Nurse (2002), yang juga melakukan penelitian hiperbarik oksigen.

Meningkatnya tekanan dan volume oksigen menimbulkan oksigenasi pada jaringan yang mengalami kekurangan pasokan oksigen (hipoksia). Dampak lain, terjadinya pembaruan pembuluh darah, mendorong perkembangbiakan sel, dan meningkatkan ”kemampuan tempur” sel darah putih (leukosit).

Susan merekomendasikan agar pasien sebelum menjalani terapi hiperbarik oksigen harus menjalani scan kepala untuk mendeteksi kemungkinan ada kelainan pada tengkorak. Jika ada kelainan, bisa membahayakan pasien, misalnya bisa terjadi stroke. Syarat lain menjalani terapi HBO mirip dengan persyaratan umum menyelam, yaitu tidak boleh ada sinusitis (radang di hidung), dan tekanan darah normal. Karena itu, terapi ini juga disebut selam kering.


Ichwan Susanto

Baca selengkapnya...

Selasa, 06 September 2011

Ekonomi Lebaran dan Pemborosan Nasional

Warung Sate Pak Kembar, juragan sate kambing di Baturetno, daerah asal saya, yang brand superlokal-nya begitu terkenal di pasar lokal pula, menjadi sangat sibuk sepekan Lebaran ini.Bila hari-hari biasa hanya menghabiskan satu atau dua ekor kambing, beberapa hari ini harus menyediakan paling tidak 5 ekor kambing untuk melayani para pemudik yang doyan kuliner.

Padahal, di daerah saya, Sate Pak Kembar bukan satu-satunya warung sate yg terkenal. Cabang Pak Kembar sendiri sudah ada tiga, selain barangkali ada lebih dari 10 warung sate sejenis. Selain sate, menu yang banyak dicari adalah tongseng dan gule yang 'khas Baturetno'. Rasanya? Jangan tanya, umumnya "maknyus".

Tak hanya kuliner, toko oleh-oleh yang lain seperti kacang mete, kripik tempe, dan aneka makanan kecil lainnya juga ramai "diserbu" pembeli, yang mobilnya dominan berpelat nomor B (Jakarta), kadang ada L (Surabaya) dan D (Bandung).

Satu toko swalayan yang cukup besar di daerah saya bahkan kehabisan stok beberapa barang konsumen. Air minum dalam kemasan pun ludes "diborong" pembeli.

Di daerah penghasil mete, yang tak begitu jauh dari kampung orang tua saya, sangat sulit mencari kacang mete karena sudah habis sejak bulan puasa lalu.

Lalu di Solo, di beberapa tempat makanan khas Solo, Anda akan kesulitan mendapatkan slot parkir karena penuh pengunjung.

***

Maka, ilustrasi semacam itu menjadi pembenar bahwa aktivitas belanja konsumen di seputar Lebaran mengalami lonjakan.

Barangkali angka resminya baru akan Anda ketahui setelah Badan Pusat Statistik mengumumkan berapa kontribusi belanja konsumen terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini.

Namun, perkiraan banyak ekonom tentu akan signifikan, mengingat kontribusi konsumsi masyarakat pada pertumbuhan ekonomi mencapai 4% poin alias duapertiga dari tingkat pertumbuhan ekonomi 6%, sedangkan investasi sebesar 2% poin.

Dengan kontribusi sebesar itu, bisa jadi benar konsumsi masyarakat akan kembali menjadi motor ekonomi Lebaran.

Maka, tak heran pula jika ada kalkulasi yang menyebutkan omset pedagang usaha kecil dan menengah atau UKM naik tiga kali lipat.

Tentu saja, selain karena harga jual umumnya dinaikkan, permintaan konsumen juga melonjak demi dapur Lebaran. Selain itu, tentu karena likuiditas sedang "membaik" setelah menerima gaji ke-13 dan THR, sehingga menopang daya beli masyarakat yang pada dasarnya konsumtif.

Tengok saja pengakuan Menteri Keuangan Agus Martowardojo beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa pemerintah menggelontorkan Rp28 triliun untuk gaji pegawai negeri yang pembayarannya dipercepat sebelum 1 September lalu.

Tentu, sebagian uang ini dibelanjakan untuk membiayai konsumsi dalam rangka aktivitas lebaran. Belum lagi tunjangan hari raya yang dibayarkan perusahaan swasta dan BUMN, yang jumlahnya saya kira --maaf saya kesulitan data soal ini--jauh lebih besar dari angka gaji PNS itu. Berarti, jumlah uang beredar selama periode Lebaran bisa dibayangkan.

Sebagai gambaran saja, bank-bank besar di Tanah Air menyediakan dana tunai pada anjungan tunai mandiri atau ATM mereka dalam jumlah puluhan triliun dalam 10 hari Libur dan cuti bersama seputar Lebaran.

Seorang Direktur Utama bank BUMN mengaku kepada saya, bank yang dipimpinnya harus siap menyediakan dana tunai di ATM sebesar Rp. 22 triliun selama 10 hari lebaran ini.

Itu baru satu bank BUMN. Padahal banyak bank besar lain yang tentu saja tak mau ketinggalan untuk memberikan layanan maksimal bagi nasabahnya pada pekan libur panjang lalu.

Maka, Anda bisa bayangkan mesin ekonomi tentu berputar lebih kencang dengan pelumas yang berkecukupan seperti itu.

Apalagi arus mudik dan arus balik selama Lebaran tahun ini diperkirakan meningkat dibandingkan tahun lalu dan terus meningkat dari tahun ke tahun karena situasi ekonomi yang lumayan baik dan stabil.

Diperkirakan tahun ini lebih dari 3 juta pemudik pulang ke kampung halaman di Jawa dan Sumatra dengan menggunakan berbagai moda dan sarana transportasi.

Tentu, dampak selanjutnya adalah pergerakan ekonomi daerah yang menjadi "tiba-tiba dinamis" begitu pekan-pekan Lebaran tiba.

***

Namun, saya sesungguhnya juga prihatin. Mengapa? Ekonomi Lebaran juga menyimpan ironi karena berimplikasi pada pemborosan nasional.

Ada dua sumber pemborosan nasional yang saya prihatin, yakni rendahnya perilaku hidup hemat dan senang belanja serta pemborosan sumberdaya ekonomi kita yang seharusnya sangat bisa dihemat: energi.

Sayangnya, pemborosan nasional tersebut selalu berulang dari tahun ke tahun. Terutama yang kedua, yang terjadi karena kondisi infrastruktur dan lemahnya traffic management kita.

Anda tentu bisa membayangkan, berapa besar pemborosan dan inefisiensi ekonomi yang diciptakan oleh kemacetan panjang puluhan ribu bahkan ratusan ribu kendaraan (jutaan kendaraan jika sepeda motor masuk hitungan) dalam sepekan arus mudik dan arus balik Lebaran?

Sebagai gambaran, untuk perjalanan darat dari Jakarta ke wilayah Solo melalui jalur pantai utara Jawa, yang pada kondisi normal hanya memakan waktu 12-13 jam, saat puncak arus mudik Lebaran ini bisa mencapai 30-48 jam?

Berapa banyak sumberdaya ekonomi yang diboroskan oleh dampak kemacetan ini? Berapa besar bahan bakar yang dibakar percuma akibat masalah kemacetan yang selalu muncul dari tahun ke tahun itu?

Sekadar iseng, saya mencoba menghitung waktu tempuh Jakarta-Cikampek dengan survei kecil-kecilan. Ternyata, rata-rata waktu tempuh dari Jakarta bisa mencapai 6-9 jam untuk sampai lepas dari pintu tol Cikampek saja. Kawasan pintu keluar tol Cikampek memang seperti leher botol sehingga menjadi titik sentral kemacetan.

Jika di jalur tol muncul persoalan infrastruktur, begitu Anda menggunakan jalur tradisional seperti jalan raya Bekasi dan Karawang, masalahnya adalah pengelolaan trafik.

Arus lalulintas yang padat sebenarnya bisa diurai dengan berbagai alternatif jalan. Namun, sayangnya banyak jalan alternatif yang sebenarnya memadai, bahkan terdapat ringroad baru di Karawang, justru ditutup dan dijaga petugas lalulintas.

Para pengguna jalan dipaksa untuk tidak memiliki pilihan lain kecuali jalur yang disediakan oleh "otoritas jalan". Lalu di lokasi tertentu, para pengguna jalan dipaksa lagi mengikuti jalur yang disediakan atau "dibuang" menurut istilah para pemudik, melalui jalan-jalan yang sebenarnya justru tidak layak untuk disebut sebagai jalan raya. Lantaran jalan yang terlalu sempit dipakai sebagai jalur resmi pengalihan arus mudik, akibatnya justru menjadi sumber kemacetan baru.

Apalagi dibumbui perilaku di jalanan yang tidak disiplin dan tidak tertib jalur seperti halnya perilaku berlalulintas sehari-hari di Jakarta, serta campuraduk dengan sepeda motor dan bajaj di jalur ratusan kilometer itu.

Akibatnya adalah kemacetan panjang dan pemborosan energi (bahan bakar) dan waktu yang sia-sia di jalanan.

Andai saja dua pendekatan, yakni infrastruktur di pintu tol Cikampek dan manajemen trafik menjadi fokus perhatian pemerintah, khususnya kementerian perhubungan dan pemda-pemda setempat, ceritanya akan lain.

Apalagi jika jalur tol Cikampek-Cirebon sudah tuntas. Begitu juga bila jalan tol Pemalang-Semarang serta Semarang-Solo bisa segera selesai, pemborosan sumberdaya yang sia-sia bisa diminimalkan.
Rasanya pemerintah tidak punya pilihan lain, karena menyetop budaya mudik sama sekali bukan pilihan. Apalagi Pak SBY selalu peduli terhadap upaya penghematan energi yang notabene berimplikasi pula terhadap penghematan subsidi.

Bisa Anda hitung sendiri, jika jutaan liter premium tak perlu dibakar sia-sia karena macetnya semua jalur mudik sari Jakarta, berapa rupiah subsidi yang bisa dihemat untuk keperluan lain yang lebih urgent?

Saya kembali ingat pesan Lebaran Presiden SBY pekan lalu: Marilah hidup bersih, hidup hemat dan hidup tertib. Jika semua itu bisa dilakukan sebagai kesadaran kolektif nasional, termasuk disiplin, hemat dan tertib menjalankan program nasional infrastruktur, rasanya isu inefisiensi nasional bisa sedikit banyak diminimalkan.

Bagaimana menurut Anda?


Oleh Arief Budisusilo

Baca selengkapnya...

Jumat, 02 September 2011

Perhatikan Lidahmu!

Bila ada pepatah, mulutmu harimaumu, mungkin bisa dilukiskan dengan kisah seperti berikut ini. Jagalah mulut, lidah dan perkataan, karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. 

Seorang raja menyuruh pembantunya mempersiapkan makan malam bagi tamu-tamunya dengan hidangan yang paling lezat. Ternyata semua hidangan yang disediakan dibuat dari daging lidah yang dimasak dalam berbagai cara. Ini membuat para tamu tersenyum geli. Raja menjadi marah. “Mengapa kamu tidak menuruti perintahku untuk menghidangkan makanan yang paling lezat?” tanya raja kepada pembantunya. “Tuan Raja, adakah sesuatu yang bisa mengalahkan lidah?” sang pembantu menjawab dengan pertanyaan. “Lidah adalah saluran pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan lidah, pujian dan sanjungan dikatakan. Dengan lidah, bisnis bisa berjalan terus. Dengan lidah, kontrak-kontrak disetujui. Dengan lidah, janji setia perkawinan dikatakan. Dengan lidah, kita berdoa kepada Tuhan. Tidak ada yang bisa menyamai peranan lidah.” 

Semua tamu kagum akan alasan yang diberikan oleh pembantu raja itu. Suasana pesta pulih kembali. Ketika semua tamu sudah pergi, raja memanggil pembantunya lagi dan memberikan perintah, “Esok malam sediakan untuk tamu-tamuku hidangan dari daging yang paling jelek.” Keesokan harinya, ternyata pembantu itu menghidangkan daging lidah lagi. Sang raja memanggil pembantunya dan membentak. “Bukankah sudah aku katakan untuk menghidangkan daging yang paling jelek? Mengapa kita makan daging lidah lagi?” Dengan tangkas pembantu raja menjawab, “Tuanku, adakah sesuatu yang lebih jelek daripada lidah? Adakah kejahatan di muka bumi ini yang tidak melibatkan lidah? Pengkhianatan, kematian, kekerasan, ketidakadilan, penipuan, pembunuhan, pencurian, perang, semua itu disebabkan dan dipersoalkan oleh lidah. Lidah bisa menghancurkan kerajaan, negara, orang, dan keluarga. Tuanku, apakah ada yang lebih jelek daripada lidah?” Sang Raja tidak jadi menghukum pembantu yang cerdik itu. 

Maka, jagalah selalu lidahmu!
 

K. Tatik Wardayati

Baca selengkapnya...