Minggu, 25 September 2011

Saham Menarik, Emas Semakin Dihindari

Dalam sepekan ke depan, harga emas diprediksi semakin turun. Sebab, saat harga saham semakin murah, investor justru menghindari emas. Rekomendasi buy on dip pada support US$1.660.

Analis Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar memperkirakan, harga emas masih akan tertekan dalam sepekan ke depan. Menurutnya, penurunan emas dipicu oleh penguatan dolar AS terhadap mata uang utama.

Di sisi lain, lanjutnya, investor beralih ke bursa saham yang sudah anjlok pekan lalu hingga hampir 9% dalam sehari. Menurutnya, rata-rata saham sudah turun 10%-an. “Tingkat volatilitas pada IHSG sangat tinggi sehingga menarik bagi trader (investor jangka pendek). Karena itu, harga emas sangat rentan karena faktor penguatan dolar AS dan pergerakan di bursa saham,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan.

Saat ini, Ariana menilai, bursa saham lebih menjanjikan dibandingkan emas terutama dari sisi pergerakannya. Dengan volatilitas yang tinggi, investor bisa memanfaatkan dengan aksi beli untuk bargain hunting berbagai saham. “Apalagi, harga emas sendiri sudah cukup tinggi. Kenaikannya sudah mencapai 33% sejak awal 2011,” ujarnya.

Menurutnya, saat harga saham murah, orang tidak terlalu mau mengambil risiko dengan memegang emas. Sebab, jika terlambat masuk di bursa saham, mereka justru akan rugi. “Apalagi, bagi orang yang pekan lalu jual saham di level rendah sedangkan saat beli di level tinggi,” timpal Ariana.

Sementara itu, dari sisi sentiment, market masih terpengaruh negatif dari outlook perlambatan ekonomi AS dari bank Sentral AS, The Fed yang berdampak pada penguatan dolar AS. Sebab, pada saat yang sama, The Fed menggulirkan kebijakan Operation Twist sehingga obligasi AS semakin menarik. “Dolar semakin kuat, emas semakin lemah,” tandasnya.

Di sisi lain, sentiment Eropa sejauh ini positif seiring komitmen penuh G20 untuk membantu Eropa. Meskipun, European Central Bank (ECB) menyatakan kemungkinan Yunani bakal default setelah perbankan di negara itu di-downgrade oleh Moody’s.

Emas sudah menembus level support US$1.720 per troy ounce. Kalaupun naik, emas akan coba tertahan di level resistance US$1.780-1.840 per troy ounce. “Itulah peluang laju harga emas jika dilihat dari kisran pergerakannya,” ujarnya.

Sementara itu, jika dilihat dari Fibonacci Retracement, resistance emas berada di level US$1.868 per troy ounce (retraecement 61,8%) dan level tertingginya di level US$1.886 per troy ounce (retracement 100%).

Sedangkan level support-nya berada di level US$1.700 yang merupakan level penentuan dan merupakan level Fibonacci retracement 38,2%. Setelah tembus support US$1.700, emas melemah ke level US$1.660 yang menjadi retracement 23,6%. “Jadi, dalam sepekan ke depan, emas akan bergerak dalam rentang support US$1.660 hingga resistance US$1.886 per troy ounce,” ungkapnya.

Di atas semua itu, Ariana merekomendasikan buy on deep emas di level US$1.660 per troy ounce. Sedangkan pada level US$1.700 tidak disarankan beli. Sebab, selama sentimen Eropa positif, emas belum akan dilirik.

Pasalnya, positifnya sentimen dari Eropa berpengaruh positif ke bursa saham. “Semakin fluktuatif pergerakan bursa saham, semakin menekan peluang investasi pada emas sehingga emas semakin melemah,” imbuhnya.

Berdasarkan harga yang dikutip dari Bloomberg, per Jumat (23/9), harga emas internasional turun sebesar US$ 101,900 (5,85% %) ke level US$ 1.639,800 per troy ounce.


Sumber : inilah.com