Jumat, 02 September 2011

Perhatikan Lidahmu!

Bila ada pepatah, mulutmu harimaumu, mungkin bisa dilukiskan dengan kisah seperti berikut ini. Jagalah mulut, lidah dan perkataan, karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. 

Seorang raja menyuruh pembantunya mempersiapkan makan malam bagi tamu-tamunya dengan hidangan yang paling lezat. Ternyata semua hidangan yang disediakan dibuat dari daging lidah yang dimasak dalam berbagai cara. Ini membuat para tamu tersenyum geli. Raja menjadi marah. “Mengapa kamu tidak menuruti perintahku untuk menghidangkan makanan yang paling lezat?” tanya raja kepada pembantunya. “Tuan Raja, adakah sesuatu yang bisa mengalahkan lidah?” sang pembantu menjawab dengan pertanyaan. “Lidah adalah saluran pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan lidah, pujian dan sanjungan dikatakan. Dengan lidah, bisnis bisa berjalan terus. Dengan lidah, kontrak-kontrak disetujui. Dengan lidah, janji setia perkawinan dikatakan. Dengan lidah, kita berdoa kepada Tuhan. Tidak ada yang bisa menyamai peranan lidah.” 

Semua tamu kagum akan alasan yang diberikan oleh pembantu raja itu. Suasana pesta pulih kembali. Ketika semua tamu sudah pergi, raja memanggil pembantunya lagi dan memberikan perintah, “Esok malam sediakan untuk tamu-tamuku hidangan dari daging yang paling jelek.” Keesokan harinya, ternyata pembantu itu menghidangkan daging lidah lagi. Sang raja memanggil pembantunya dan membentak. “Bukankah sudah aku katakan untuk menghidangkan daging yang paling jelek? Mengapa kita makan daging lidah lagi?” Dengan tangkas pembantu raja menjawab, “Tuanku, adakah sesuatu yang lebih jelek daripada lidah? Adakah kejahatan di muka bumi ini yang tidak melibatkan lidah? Pengkhianatan, kematian, kekerasan, ketidakadilan, penipuan, pembunuhan, pencurian, perang, semua itu disebabkan dan dipersoalkan oleh lidah. Lidah bisa menghancurkan kerajaan, negara, orang, dan keluarga. Tuanku, apakah ada yang lebih jelek daripada lidah?” Sang Raja tidak jadi menghukum pembantu yang cerdik itu. 

Maka, jagalah selalu lidahmu!
 

K. Tatik Wardayati