Jumat, 26 Juni 2009

Passion

Secara singkat passion adalah segala hal yang kita sukai sedemikian rupa sehingga kita tidak terpikir untuk tidak mengerjakannya. Sekarang tentunya tidak sulit memahami kegelian saya saat mendengar jawaban jawaban lucu yang mengatakan kalau passion mereka adalah tidur, nonton dvd dan cari duit.


Lebih lucu lagi saat tahu kalau yang punya passion tidur adalah seorang Manager Security, si pemilik passion nonton DVD adalah seorang VP Operations; dan si empunya passion cari duit adalah seorang broadcaster atau penyiar radio. Nah Lo??

Passion itu sama seperti ketika kita sedang jatuh cinta, rasanya ingin selalu bertemu. Ketika anda bekerja sesuai dengan passion, anda sering lupa waktu, seringkali memikirkan bagaimana caranya agar bisa menaikkan kualitas kerja anda. Sewaktu anda bertemu dengan orang yang dicintai, anda tiba-tiba menjadi orang tidak perhitungan. Begitu pula melakukan passion.

Kita akan dengan senang hati bekerja extra mile misalnya kerja lembur atau melakukan riset tambahan tanpa dibayar lebih. Bisa jadi anda cukup beruntung menjadi sebagian orang yang menemukan passionnya lewat hobi, namun sekali lagi hobi itu sendiri bukanlah passion tapi tidak sama.

Dalam banyak kesempatan saya menanyakan soal yang satu ini kepada banyak orang. Sebagian kecil menjawab tidak punya passion, sebagian lain menjawab tidak perlu dan sebagian besar menyebut hobi sebagai passion mereka, sisanya yang saya sebut sebagai “ the lucky few” cenderung paham, peduli dan bekerja sesuai passion mereka.

Tidak mudah menemukan passion untuk diri sendiri. Namun mencoba menemukannya akan jauh lebih baik daripada mengacuhkannya sama sekali, terlebih untuk pengembangan karir kita. Rata-rata profesional yang teguh dalam mencari karier sesuai dengan passion mereka perlu waktu empat sampai delapan tahun untuk menemukannya. Saya sendiri perlu tidak kurang dari sembilan tahun dari total enambelas tahun pengalaman kerja untuk menemukan passion saya. Jadi tidak ada kata terlambat untuk hal satu ini.

Pernah ada yang mengomentari kalau diskusi passion sangatlah tidak penting dan tidak lebih sebagi luxury talk. Kalau sudah nganggur dua tahun, kata orang tersebut, tentu lebih relevan untuk kerja apa saja untuk survive. Well , saya menghargai pendapat ini. Kalau benar perlu waktu dua tahun untuk cari kerja, tentu saya tidak akan mengatakan “Jangan kerja disana kalau pun itu bukan passion-mu”. Jalani saja apa yang perlu dikerjakan untuk survive, namun jangan pernah berhenti mencari passion kita.

Pada titik ekstrem lain, saya banyak berjumpa dengan para profesional senior yang telah bekerja lebih dari 20 tahun tanpa pernah tahu, apalagi merasakan, bekerja sesuai dengan passion mereka. And these are not happy stories....

Ketika saya menjalani profesi sebagai seorang Art director, saya selalu merasa ada yang “kurang”. Bangun pagi, berangkat ke kantor duduk di depan meja, membalas e-mail clients yang menumpuk, presentasi, leading projects dan yang lainnya, tiba-tiba hanya menjadi sekedar rutinitas yang membosankan. Tidak ada semangat lagi, yang ada justru pemikiran yang perhitungan seperti, “Kalau saya lembur malam ini, dapat overtime berapa ya?” Ketika perasaan ini muncul, saya sadar kalau ada sesuatu yang perlu saya temukan, Something that is more fulfilling!

Setelah panjang lebar membahas soal passion, mungkin sekarang anda jadi bertanya-tanya. Bagaimana cara menemukan passion? Pertama passion datang dari hati yang tulus. Passion tidak perlu di cari namun sudah ada di dalam diri kita masing masing. Coba jadikan diri terbuka untuk tahu, merasakan dan jujur mengenai segala hal yang saat dikerjakan membuat hati kita lega, lepas dan gembira. Lupakan sejenak soal uang, jabatan, dan atribut lain, itu hanya akan memperumit keadaan.

Keputusan untuk mengambil kesempatan menjadi seorang Radio broadcaster tentunya mengajarkan saya untuk keluar dari zona nyaman. Pekerjaan yang sudah mapan ditinggalkan untuk pekerjaan yang bisa dibilang “ tidak pasti”. Namun karena saya bekerja berlandaskan passion, materi siaran yang di tulis (yang akhirnya mengudara) banyak menarik perhatian orang, sehingga saya ditawarkan banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang mendatangkan pemasukan yang berkali kali lipat dari pekerjaan sebelumnya. Passion first, money follows! Passion is attractive!

Kedua, perluas horizon. Ketemu dan diskusi dengan orang-orang yang mungkin bisa bantu, baca buku, pelajari bahasa asing baru, coba makanan baru, pergi ke tempat baru dan miliki kebiasaan baru. ..coba lah segala hal !!!


Nah dalam hal ini hobi mungkin bisa menjadi salah satu pilihan kegiatan untuk memperluas horizon. Hobi bisa saja menjadi jendela menuju ke arah passion kita tersebut. Ketika kita sibuk memperluas horizon secara tidak langsung kita membangun networks. Hal ini akan menjadi sangat baik untuk proses pencarian pekerjaan yang sesuai dengan passion kita.

Tiga, Don’t hold anything back..jangan nanggung dalam berupaya. Giving your 100% always the way to go! Empat, Be positive. Nggak perlu marah-marah dan sensitif kalau belum tahu passionnya. Kesadaran bahwa masih harus tahu passion masing-masing adalah langkah pertama yang hebat!

Terakhir nikmati prosesnya. Proses ini tidak ada finish line. Enjoy the journey itself. It’s all about self discoveries. Sebelum bisa dibilang I do what love doing, jangan pernah ragu mencoba banyak hal. Dan ya, anda bisa memiliki lebih dari satu passion. Passion bisa dikembangkan dari pekerjaan sekarang atau dengan cara lain. You don’t have to quit your job although it is also ok to quit if you are sure. Kuncinya ada pada diri kita sendiri. Masih bingung juga? Worry less, do more.


Rene Suhardono dan Larasati Silalahi