Kamis, 25 Juni 2009

Tersandung

“I have been made very aware of the fact that I am a member of SMAP and have to act properly, and that young children and elderly people support me, but I drank too much and that was my weakness,” kalimat jujur dari Tsuyoshi Kusanagi, aktor dan penyanyi dari SMAP di hadapan Kyodo News Service ketika tertangkap basah sedang telanjang berdansa karena mabuk di sebuah taman di Tokyo.


Karier aktor yang masih muda kelahiran tahun 1974 ini sedang menanjak. Tak hanya dikenal di dalam negeri, polahnya dikenal pula di mancanegara khususnya di Korea. Tak heran, raksasa otomotif semacam Toyota mengontrak Tsuyoshi sebagai bintangnya. Setelah kejadian itu, konon Toyota berniat memutuskan kontrak.

Harga yang harus dibayar Tsuyoshi memang amat mahal. Bukan soal kehilangan aspek material, tetapi kepercayaan publik khususnya penggemarnya yang melihat sosok Tsuyoshi sebagai idola. Ia tersandung oleh beberapa sloki sake. Artinya secara matematis, satu sloki bisa berharga miliaran rupiah kalau dihitung kehilangan kontrak bintang iklan dari berbagai perusahaan.

”I will say that, with the mistakes that I've made in my life, I've learned from them. Every one of them. And I've become a better person,” kata Phelps. “That's what I plan to do from here.” Mendahului Tsuyoshi, Michael Phelps, jawara Olimpiade renang dengan medali terbanyak di Beijing kelahiran tahun 1985 ini, tersandung pada bong. Gara-gara fotonya beredar, maka kepercayaan publik yang mengidolakan Mike langsung pudar. “Jangan jadi seperti Mike,” begitu petuah sang ibu ketika memberi motivasi anaknya yang gemar berenang itu.

Perusahaan raksasa makanan semacam Kellogg langsung ambil tindakan tegas. Kontrak bintang iklan untuk Frosted Flakes dan Corn Flakes mungkin tidak akan diperpanjang. Visa, Speedo, Omega dan Puresport masih memberi kesempatan kedua, apalagi setelah Phelps mengakui kesalahannya.

Keduanya masih belia, perjalanan masih panjang. Masa depan kelihatan sangat cerah. Sayang, keduanya harus berhubungan dengan pihak berwajib karena kesalahannya sendiri. Tersandung langkah kecil yang membuyarkan impian masa depan. Beruntung penggemar masing-masing masih mendukung untuk mereka bangkit, andaikan terjadi lagi untuk kedua kali rasanya sudah tak ada maaf bagi mereka.

Tersandung selalu terjadi bukan karena rintangan yang besar. Manusia memiliki kesadaran tinggi untuk bahaya yang besar. Ketika tantangan seperti krisis global menghantam, semua menjadi waspada. Berhati-hati melangkah agar tidak terjerembab dalam petaka. Semua dalam kondisi siaga satu, maka bahaya biasanya akan berlalu. Siapa yang eling lan waspada – mengutip petuah ibu saya – akan terhindar dari kecelakaan besar.

Sebaliknya, manusia sering meremehkan hal kecil. Manusia biasa yang berada di strata bawah, ketika tersandung jatuh di tingkat paling bawah. Tidak menyakitkan dan mudah bangkit lagi tanpa banyak yang tahu. Hanya diri sendiri yang mengaduh, setelah itu ia mampu berjalan seperti biasa.

Manusia yang berada di strata atas, ada pada intensitas sorotan yang berbeda. Ketika ia tersandung hal yang kecil, mungkin baru pertama kali semacam Tsuyoshi dan Mike, implikasinya sangat besar. Bukan hanya pada dirinya sendiri, melainkan pula pada penggemar yang mengidolakan mereka. Ketika mereka jatuh, mereka membawa seluruh komunitas menjadi runtuh. Prahara sudah berubah, bukan hanya petaka individu tetapi sudah ke institusi dan komunitas.

Kesadaran ini harus terus diupayakan oleh orang yang ada di puncak sana. Komentar dan kelakuan yang bahkan bisa dibilang sangat individu karena masuk dalam urusan privat, tak berlaku bagi petinggi dan selebritas. Kesalahan ngebong gaya Phelps dan ngedance gaya Tsuyoshi, bisa menghancurkan reputasi SMAP dan Toyota, serta USA Swimming dan Kellogg.

Kesandung duit puluhan juta – sebenarnya korupsi bukan soal jumlah besar-kecil tetapi integritas – mampu merusak nama partai, organisasi bisnis dan lembaga yang terhormat. Salah ucap bisa berakibat perolehan suara menjadi marginal dan koalisi besar menjadi bubar. Kesalahan pidato yang menjatuhkan lawan bisa membuat lawan dikasihani oleh publik, bukan soal lawan lebih baik tetapi karena belas kasihan. Kadang merasa tidak diperlakukan wajar, satu kalimat saja, maka seluruh reputasi yang dibina bertahun-tahun bisa kandas. Itulah dunia orang atas, semua ingin ke atas dan banyak yang ingin yang di atas kemuncak itu jatuh agar banyak yang bisa menaikinya.

Itu sebabnya, semakin tinggi dan semakin dikenal harus semakin awas akan batu kecil yang semakin tak terlihat. Harus makin berhati-hati memilih sekondan dan orang dalam. Apakah karakternya memang kawan atau Ken Arok yang menunggu saat untuk mengambil alih.

Eling lan waspada terhadap apa yang dipikir, dikatakan dan dilakukan membuat orang selalu merunduk. Orang yang membusungkan dada atau yang dadanya selalu dibusungkan oleh para pengikutnya yang penjilat, membuat petinggi dan pesohor tak mampu melihat ada lubang kecil di jalanan yang sepi. Mungkin tak terlihat, tetapi banyak mata dan kamera tersembunyi yang sebenarnya dipasang. Ketika tersandung, tiba-tiba menjadi berita besar di infotainment dan di berita nasional. Sayang sekali.


Oleh : Paulus Bambang W.S.