Jumat, 23 November 2012

WISATA BALI: INILAH LOKASI FOTO TERFAVORIT DI BALI

Inilah lokasi pemotretan yang paling disukai wisatawan domestik maupun mancanegara selama berada di Bali. Berdasarkan pengamatan Bisnis.com di sejumlah buku tentang Bali dan situs jejaring media sosial, tempat berikut merupakan kekayaan alam dan ada pula destinasi baru buatan manusia. Bagi Anda yang sedang berakhir pekan atau merencanakan kunjungan ke Bali, tak ada salahnya menjadwalkan ke tempat ini. Praktisi pariwisata Made Susila mengatakan Pantai Kuta menjadi salah satu destinasi yang paling dituju wisatawan untuk berfoto. “Anda belum pernah ke Bali kalau belum mampir dan berfoto di Pantai Kuta,” katanya, Sabtu (3/11). Berikut ini gambaran tentang Pantai Kuta dan lokasi lain yang tak dilewatkan wisatawan sebagai latar belakang pemotretan untuk kenang-kenangan usai berlibur di Bali: Pantai Kuta, Badung: Pantai berpasir putih ini paling ramai dikunjungi wisatawan menjelang matahari terbenam (sunset). Selain menikmati panorama indah dan merasakan kelembutan pasir putih, mereka berfoto dengan latar belakang matahari dengan sinar teja yang elok. Ada pula yang berpose seolah menggenggam ataupun mencium matahari. Tanah Lot, Tabanan: Wisatawan sangat menyukai berfoto di depan pura yang berada di atas batu cadas di pinggir pantai itu. Mereka menjepret bertepatan dengan ombak besar menabrak batu karang yang membuncahkan air laut dengan begitu indah. Garuda Wisnu Kencana Park (GWK), Badung Selain lanskap irisan batu kapur dan panorama yang memukau, lokasi ini memiliki patung kepala garuda dan kepala Wisnu yang dijadikan objek pemotretan. Ada yang menjulurkan tangan seolah-olah masuk ke paruh sang burung, atau berpose agar foto yang dihasilkan membuat si wisatawan seakan bersandar di patung kepala Wisnu. Sayangnya, patung yang digagas seniman Nyoman Nuarta itu belum rampung. Kelak jika sudah selesai utuh bakal mengalahkan tinggi patung Liberty di Manhattan, Amerika Serikat. Danau Beratan, Bedugul, Tabanan: Di danau ini terdapat pura yang tampak seperti mengapung. Jutaan orang telah mengambil gambar dengan latar belakang pura dan danau indah ini. Mereka yang memiliki nyali besar memilih berfoto sambil naik perahu ke tengah danau sehingga memiliki sudut pandang yang lebih berbeda. Kintamani, Bangli: Wisatawan yang berfoto di lokasi ini bisa mengambil posisi di daerah Penelokan agar Gunung Batur dan Danau Batur berada dalam satu bidikan. Kawasan gunung berapi kaldera Batur yang belum lama ini ditetapkan Unesco sebagai geopark dunia. Pura Besakih, Karangasem: Ini merupakan pura terbesar di Bali yang menjadi pusat upacara Hindu terbesar di Bali. Wisatawan suka berfoto di depan pura, apalagi saat cuaca cerah tampak Gunung Agung yang anggun di kejauhan. Taman Ayun, Mengwi, Badung: Pura yang dikitari kolam yang sekaligus berfungsi sebagai pengairan sawah ini merupakan bagian dari sistem subak yang kini menjadi warisan budaya dunia. Kebanyakan wisatawan justru berfoto dari samping atau belakang pura yang memperlihatkan jajaran meru kuno di tempat persembahyangan ini. Persawahan Jatiluwih, Tabanan: Kawasan persawahan bertingkat-tingkat ini bukan hanya digemarti wisatawna untuk berpotret, tetapi juga lokasi yang bagus untuk foto pre-wedding dan beberapa kali digunakan sebagai lokasi pegambilan gambar iklan dan videoklip. Bajra Sandhi, Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar: Lokasi in tergolong baru, karena dibangun pada 1990-an. Karena lokasinya berada dalam kawasan city tour karena berada di jantung kota Denpasar, banyak pula warga setempat yang berfoto di sana sambil olahraga. Pada hari Minggu, jalan di seputaran Bajra Sandhi di kawasan Renon itu tertutup bagi kendaraan bermotor. Nah, sekarang tinggal pilih, di mana Anda akan berpose untuk kenang-kenangan perjalanan di Bali. Dan, persiapkan gaya terbagus untuk diunggah ke jejaring media sosial. Bisnis.com

Baca selengkapnya...

Selasa, 20 November 2012

EKSODUS PERTANIAN

Menurunnya jumlah pekerja di sektor pertanian sebetulnya bukan realitas baru di Indonesia. Penurunan semacam itu terjadi setiap tahun dengan ber­bagai penyebab. Apakah penurunan tersebut menjadi bukti sahih bahwa profesi tani makin tidak menarik bagi warga perdesaan? Kita dapat menyebut penurunan pekerja pertanian itu sebagai eksodus, disengaja atau terpaksa. BPS belum lama ini merilis data terbaru tentang penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Disebutkan, jumlah pekerja di sektor pertanian atau petani menurun sebesar 1,4 persen dari 39,33 juta orang pada Agustus 2011 menjadi 38,88 juta orang pada Agustus 2012. Meskipun BPS mengatakan penurunan tersebut terjadi karena bersamaan dengan bulan puasa, bagaimanapun penurunan itu sama sekali tidak bisa dianggap kejadian biasa. Sektor pertanian kita memang sedang me­ngalami masalah serius. Meski sumbangannya pada pertumbuhan ekonomi nasional dikatakan meningkat, peningkatan itu sebetulnya sangat jauh dari harapan. Politik pertanian yang tidak sepenuhnya memihak kepada petani merupakan salah satu penyebab menurunnya daya tarik pertanian. Politik pertanian yang kehilangan roh keagrarisan (mengingat Indonesia masih sering disebut-sebut negara agraris) rupanya berdampak buruk pada produktivitas pertanian. Itulah me­ngapa hampir 65 persen kebutuhan pangan di dalam negeri masih harus dipenuhi dari impor. Realitas impor yang menyerbu hingga ke pasar-pasar tradisional di berbagai daerah terpencil sekalipun, merupakan sebuah pukulan yang menyurutkan semangat para pe­tani untuk terus bertahan di sektor yang telah mereka geluti secara turun-temurun. Di sejumlah daerah yang pernah dikunjungi, sebagian tukang ojek merupakan mantan petani. Profesi tukang ojek menjadi pilihan karena daya tampung sektor industri sangat terbatas, atau tidak tersedia sama sekali, sementara pertanian tidak lagi dapat diandalkan menopang ekonomi ke­luarga. Profesi tukang ojek juga menjadi pilihan yang paling mudah karena terbantu kemudahan dalam pemilikan sepeda motor. Pada kasus ini, eksodus pertanian rupanya difasilitasi pula oleh buruknya kebijakan transportasi. Data lain menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian terus menurun. Antara tahun 2008 hingga 2010 umpama, pertumbuhan sektor pertanian hanya 4,8 persen, lalu menurun menjadi 4,1 per­sen (2009), dan 2,9 persen (2010). Pada saat yang sama, peran pertanian sebagai sumber pertumbuhan PDB juga menurun, dari 0,6 persen (2008) menjadi 0,5 persen (2009), dan 0,4 persen (2010). Banyak pihak menduga bahwa menurunnya daya tarik pertanian merupakan akibat dari politik pertanian yang timpang dan pengembangan pertanian hanya dimaknai sebagai peningkatan produksi. Sementara faktor produksi utama (baca: petani) kurang mendapat perhatian. Padahal, tata cara pengolahan pertanian Indonesia hingga kini masih bersifat padat karya. Oleh sebab itu, mengabaikan kesejahteraan petani merupakan langkah sistematis melumpuhkan ke­kuatan penopang sektor pertanian. Eksodus pekerja sektor pertanian bukanlah sebuah fenomena pertanian semata. Kejadian ini sekaligus pula merupakan persoalan politik, sosial, bahkan budaya. Salah satu dampak eksodus yang kini dirasakan ialah terjadinya gelombang urbanisasi yang tidak berkualitas. Bagi kota-kota besar, eksodus pertanian menambah beban pemerintah kota dan memicu aneka masalah sosial di perkotaan. Pertanian bukan hanya soal kemandirian pangan, apalagi swasembada beras. Pertanian merupakan fondasi terpenting dan strategis kemandirian bangsa. Pertanian bahkan juga merupakan ponopang terpenting bagi industrialisasi. Dapat dipastikan eksodus pertanian bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Maka, eksodus pertanian (terutama yang bersifat permanen) mesti dicegah dengan kebijakan pertanian yang komprehensif mulai dari hulu hingga hilir dan pro-petani. BusinessNews

Baca selengkapnya...

Senin, 12 November 2012

Berbisnis Itu Sederhana

Bagaimana cara berbisnis yang efisien dan efektif? Pertanyaan ini diajukan spontan seorang mahasiswa kepada usahawan Sudono Salim (Liem Sioe Liong) di sebuah acara rileks di Hotel Grand Hyatt tahun 1996. Oom Liem, sapaan akrab usahawan itu, hanya tertawa, tetapi kemudian hanya terdiam. Om Liem, yang hari Minggu, 10 Juni lalu, meninggal dunia di Singapura, tetap diam seribu bahasa sekalipun terus dipancing untuk berbicara. Oom Liem memang dikenal tidak suka banyak bicara. Dua temannya yang hadir di sana, usahawan Eka Tjipta Widjaja dan Sukanta Tanudjaja dari PT Sinar Sahabat, juga diam saja. Namun, akhirnya ketika melihat mahasiswa tadi masih duduk, Oom Liem pun tidak tega. ”Saya ini orang lapangan, mana mengerti pertanyaan seperti itu,” ujarnya. Ia mengatakan, berbisnis itu pada intinya meraih untung. Kalau tidak laba, bukan dagang namanya. Namun, laba di sini tidak asal laba, tetapi dengan cara benar. Tidak menabrak aturan, tidak merugikan atau mengganggu orang lain. Ia menambahkan, hal penting yang harus digenggam erat adalah ”menjaga nama” (reputasi). Jangan menipu, dan kalau berutang, bayarlah utang itu. Jangan sampai tidak bayar utang. Tak baik itu. ”Sekali dua, kamu masih bisa menipu. Tetapi, pada kesempatan berikutnya, tidak ada lagi yang percaya kepada kamu. Itu celaka namanya!” Oom Liem lalu bercakap-cakap akrab dengan Eka dan Sukanta. Usia mereka tidak berselisih jauh. Saat itu, Oom Liem berusia 81 tahun, Eka Tjipta 75 tahun, dan Sukanta 68 tahun. Usahawan Tong Djoe, sahabat baik Oom Liem, pada kesempatan lain mengatakan, apa yang disampaikan Oom Liem adalah pokok-pokok berbisnis yang benar. Tong mengatakan, berbisnis pada intinya memang untuk meraih profit. Namun, para pebisnis harus memahami bahwa meraih profit di sini dalam konteks mengail keuntungan dengan jalan lurus. Tidak menipu, tidak mengelabui, tidak membohongi, tidak curang. Jangan menjual barang kedaluwarsa. Stok barang masih sangat banyak, tetapi dibilang habis. Hanya untuk meraih untung ketika barang langka. Sebab, harga otomatis naik saat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan suplai. Menjaga nama baik juga digarisbawahi Tong Djoe. Ia mengatakan, dulu ketika generasi pertama masih aktif berdagang, kepercayaan menjadi sendi bisnis yang amat memesona. Pinjaman ratusan juta rupiah (amat besar pada awal 1970-an) bisa diberikan begitu saja tanpa tanda terima. Saat utang dikembalikan dengan bunga, yang meminjami tidak bersedia menerima bunga. Ia hanya mau menerima pokok utang. Menerima bunga berarti mencederai pertemanan dalam bisnis. Ini membuat yang tadinya berutang merasa berkewajiban menjaga perangai. Jangan sampai melakukan tindakan tidak patut. Ia pun mesti melakukan hal yang sama kepada usahawan lain yang membutuhkan. Jadilah bisnis dengan sistem kepercayaan itu berjalan mulus dan damai. Dalam era kini, utang-piutang berjumlah besar selalu butuh saksi, tanda terima, pakai akta notaris, dan jaminan berlapis, tetapi kerap masih dibayangi masalah. Bagi Tong, itu mencederai filosofi bisnis yang baik dan benar. Mestinya, kata Tong, langgam kita berbisnis kembali ke masa lalu yang penuh damai, persahabatan tulus, persaingan sehat, dan setia kawan yang dalam. Abun Sanda

Baca selengkapnya...

Senin, 05 November 2012

Kesombongan Datang Mendahului Kejatuhan

Ungkapan ini kerap digunakan para usahawan generasi pertama Indonesia. Bagi mereka, terutama yang merintis usaha dari titik nol, kesombongan itu sungguh celaka. "Engkau ingin berbisnis tetapi sombong? Ha-ha-ha-ha, sudah, pulang tidur saja, engkau tidak berbakat bisnis," ucap usahawan besar Eka Tjipta Widjaja ketika masih berada di panggung bisnis internasional, beberapa waktu lalu. Eka, pendiri sekaligus generasi pertama Grup Sinar Mas, menyadari betul bahwa seorang usahawan memang harus punya sikap, jujur, dan reputasi tinggi.Namun, hukum bisnis yang sangat keras adalah pengusaha dilarang sombong. Untuk memberi gambaran riil, ia menyatakan, sombong, apalagi sok tahu, hanya akan mencelakakan si pengusaha. Eka menuturkan, ia pernah menemukan seorang usahawan "baru berkembang" mengajari seorang usahawan besar tentang strategi bisnis dan arah bisnis ke depan. "Saya diam saja, dan usahawan yang diajari itu juga diam saja. Maklum, ia sangat rendah hati. Namun, saya terkesima, mengapa anak muda itu memiliki perangai seperti itu. Saya bergegas pergi dan membatin, apa tidak salah ya, ada anak ayam hendak mengajari burung garuda terbang?" Kepada anak dan cucunya, Eka suka menekankan peristiwa ini sebagai contoh, "Jangan coba-coba sombong kalau ingin menjadi pebisnis hebat." Sombong atau bangga yang berlebihan hanya akan menjauhkan usahawan dari rezeki. Pelanggan, konsumen, atau klien akan menjauh. Mereka akan mencari usahawan yang lebih enak diajak bekerja sama, lebih asyik dijadikan mitra bisnis. Sinar Mas tidak main-main dengan impiannya menjadi perusahaan besar dunia. Dua produknya, minyak sawit mentah (CPO) dan bubur kertas (pulp and paper), masuk elite dunia. Hal yang menarik, raksasa bisnis ini tetap rendah hati. Mereka tahu bahwa para rival terus mengejar mereka, kalau perlu mendahului mereka. Oleh karena itu, perusahaan tersebut tidak pernah berhenti berkreasi. Usahawan properti Trihatma Kusuma Haliman juga menekankan pentingnya rendah hati. "Hochmut kommt vor dem fall (kesombongan datang mendahului kejatuhan)," ujar Trihatma, pekan lalu. Ungkapan Jerman ini kerap diajarkan kepada anak-anak Jerman agar tidak berlebihan. Rendah hati tidak menyurutkan gengsi dan reputasi. Justru rendah hati membuat seorang usahawan dipandang amat tinggi oleh usahawan lain. Urusan rendah hati ini "hanya" satu unsur kecil dari begitu banyak formula dalam berbisnis. Untuk menjadi pebisnis besar, seorang saudagar tidak hanya dituntut harus rajin, ulet tiada tara, sabar, atau reputasi, tetapi juga cerdas melihat peluang, visi bisnis yang jauh ke depan, kreasi, dan inovasi tiada henti. Bill Gates ataupun Steve Jobs, sekadar menyebut contoh, dipandang amat tinggi karena selalu berlari jauh lebih cepat dibandingkan para kompetitornya. Mereka tidak sekadar satu langkah di depan kompetitor, tetapi dua sampai tiga langkah. Banyak contoh lain tentang aspek ini. Samsung kini menjadi raksasa produk elektronik dunia, meninggalkan Sony. Adapun produk Korea lainnya, Hyundai, kini menjadi produsen mobil keempat besar di dunia. Bayangkan, tujuh tahun silam siapa yang memandang Hyundai? Namun, kini produk raksasa ini menyusup jauh ke pedalaman raksasa-raksasa ekonomi dunia. Suka tidak suka, harus diakui, Hyundai sukses menerobos panggung elite otomotif dunia. Mereka unggul atas produsen mobil Italia, Inggris, Swedia, dan Perancis. Hyundai hanya kalah dari produsen Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman. Mukiat, salah seorang eksekutif Hyundai Indonesia, menyatakan, produk tersebut mampu menjadi empat besar dunia bukan hanya karena teknologi yang sangat maju, bukan pula sekadar kreasi yang sangat tinggi, melainkan karena sikap rendah hati, tidak merasa lebih dari produsen lain. Para eksekutif papan atas Hyundai tidak pernah merasa puas. Seorang eksekutif otomotif di Jakarta menyatakan, jangan pernah lengah. Lihat bagaimana nasib Nokia. Produk telepon genggam asal Finlandia itu demikian gagah perkasa, seolah tak ada yang mampu mengejarnya. Namun, ketika datang Blackberry, Nokia langsung terpengaruh. Abun Sanda

Baca selengkapnya...

Kamis, 01 November 2012

Tujuh 'Dosa Besar' dalam Berinvestasi

Sebagai seorang investor, siapakah musuh terbesar Anda? Jawabannya, diri Anda sendiri. Mengapa? Karena Anda mudah tergoda dan jatuh ke dalam godaan. Entah Anda itu termasuk investor yang terlalu sering bertransaksi, atau investor yang underperform dalam pengelolaan dana investasi. Disiplin diri dalam berinvestasi merupakan aset terbaik, sebaliknya kekurangan disiplin diri merupakan resiko terbesar Anda. Ada tujuh dosa dalam berinvestasi dan mungkin Anda pernah melakukan ketujuhnya. Anda ingin berubah jadi investor yang lebih baik di masa depan? Inilah tujuh hal yang harus Anda hindari menurut penulis Motley Fool - Harvey Jones, dilansir dari Sydney Morning Herald, Rabu (25/4/2012). 1. Kemarahan Emosi menutup kejernihan penilaian. Saat marah, Anda tidak bisa melihat hal lain dengan jernih. Banyak alasan dan penyebab investor emosi. Mungkin Anda baru saja mengalami perceraian yang mahal, membeli produk investasi terburuk atau melewatkan kesempatan bagus. Anda marah dan untuk menutupi kerugian, Anda memutuskan lebih agresif. Jadi Anda melakukan hal-hal gila seperti trading valas, logam mulia atau mempertaruhkan uang Anda untuk penambang spekulatif beresiko tinggi. Selalu ada waktu dan tempat untuk investasi agresif, tapi ingat segalanya harus dilakukan dengan kepala dingin. 2. Serakah Inilah dosa terberat investor. Serakah membuat Anda melepaskan investasi jangka panjang dengan imbal hasil layak untuk sebuah investasi saham fluktuatif. Keserakahan membuat beban investasi Anda semakin berat dengan berbagai potongan dan pajak karena Anda 'lari-lari' ke berbagai sektor investasi dan jenis saham. Serakah itu tidak baik dan sejarah jadi bukti bahayanya keserakahan. Anda harus mampu mengekang insting manusia paling dasar ini jika ingin jadi investor sukses jangka panjang. 3. Lamban Mungkin lamban merupakan salah satu dosa yang paling ringan. Investor lamban punya beberapa keuntungan. Mereka bisa menghemat biaya perantara dan pajak. Mereka menghindari membuat keputusan yang tergesa-gesa, misalnya menjual atau membeli saham buru-buru. Tapi lamban berinvestasi bukan strategi pintar jika Anda tidak memanfaatkan waktu itu untuk riset baik buruknya produk investasi sebelum membeli. Atau terlalu malas hingga pengelolaan dana Anda terus-terusan underperform. Mau tetap lamban atau tumbuh, pilihan ada di tangan Anda. 4. Angkuh Jika Anda pikir keberuntungan mengalir di dalam darah Anda, punya rahasia untuk kaya raya dari modal receh atau bisa menaklukkan pasar setiap tahunnya tanpa kegagalan, bersiaplah untuk terpuruk. Pasar modal itu kejam, tidak ada orang yang tahu segalanya. Jadi apa yang membuat Anda spesial dan merasa paling hebat? 5. Nafsu Pasti Anda pernah merasakan ini ketika mendengar investasi yang menjanjikan pertumbuhan 10%, saham yang sedang ngetren, tambang emas baru atau dana yang bisa menghasilkan imbal dua kali lipat. Berinvestasilah dengan cerdas. Ingat, itu hanya nafsu sesaat. 6. Iri Memangnya kenapa jika ada orang yang bisa membeli emas seharga US$ 600 per ons atau untung banyak karena sahamnya sedang naik? Setiap orang harus bisa mendapat penghasilan dari investasinya. Tunggu saja jika belum berhasil, kali ini bukan giliran Anda. Sabar, jangan iri atau buru-buru mengikuti strategi mereka. Nanti juga akan tiba giliran Anda. 7. Rakus Pasar modal menawarkan berbagai pilihan yang menggiurkan. Dari yang menjanjikan imbal hasil tinggi, eksotisnya minyak, hingga logam mulia yang menyilaukan. Anda harus memilih dengan cermat. Pilih yang sesuai dengan selera investasi Anda dan yang benar-benar Anda mengerti. Lalu tinggal fokus untuk mengembangkannya. Tidak ada yang suka dengan orang rakus. Metta Pranata

Baca selengkapnya...