Minggu, 26 Oktober 2008

The Power of Smile

Hanya dengan sekali tersenyum ringan, 800-an otot manusia disekitar wajah, telah berkontraksi dan itu merupakan excersice yang efektif bagi kesehatan otot kita. Jadi, dengan tersenyum kita juga berolah raga dan tentunya menyehatkan.

Smile, an everlasting smile.
A smile can bring you near to me
(Judul lagu: Word, oleh BeeGess)

Bukan tanpa alasan, bila grup band BeeGess, menggunakan kata “senyum” (smile) untuk mengawali lagu ciptaannya, dalam judul lagu Word. Lagu yang sempat menjadi top hits dunia di tahun 70-an tersebut, memang dibuka dengan menunjukkan betapa senyuman bisa mengubah dunia. BeeGess tahu persis bahwa senyuman mempunyai suatu kekuatan tersembunyi yang berdaya lekat begitu besar. Bahkan, masih menurut BeeGess, senyuman bisa membawa seseorang yang dikasihi menjadi lebih dekat dan semakin dekat, tidak hanya dalam arti fisik, tetapi lebih-lebih secara emosi dan perasaan.

Mengapa BeeGess ikut-ikutan mengkampanyekan tersenyum untuk mempersatukan umat manusia yang sudah terlanjur terceraiberai ini? Banyak diantara kita kurang paham mengenai betapa berartinya tersenyum dalam konteks hubungan antar manusia. Bahkan ada pepatah bahasa Inggris, yang menyarankan agar kita selalu menggunakan senyuman untuk menyatakan sesuatu. Say it with smile. Bukan hanya bisa digunakan untuk menyatakan saja, senyuman juga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia. Sesuatu yang mempunyai konotasi menegangkan, biasanya bisa di kendurkan dengan senyuman. Sesuatu yang rumit, menjadi sederhana dan yang kacau-balau menjadi terurai.

Celakanya, jarang orang yang sadar mengenai hal ini. Penjaga gerbang tol, pramugari, polisi lalu lintas, guru dikelas, manager di kantor dan masih banyak fungsi pelayanan lainnya akan semakin gampang mengerjakan tugasnya bila disertai dengan tersenyum. Tidak hanya itu, dalam hubu ngan kerja, seperti atasan menghadapi bawahan, tersenyum merupakan kunci sukses untuk melakukan komunikasi antar manusia yang efektif. Pernah terjadi, seorang atasan yang bingung tujuh keliling, karena sangat sulit menyampaikan suatu perintah kepada anak buahnya, teratasi hanya dengan kunci tersenyum. Begitu ia tersenyum, si anak buah langsung mengetahui apa yang dimaksud sang atasan hanya dengan kalimat perintah sederhana yang kemudian menjadi lebih rileks.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuah klinik syaraf di Illinois, Amerika Serikat membuktikan bahwa aktivitas tersenyum identik dengan olah raga. Hanya dengan sekali tersenyum ringan, 800-an otot manusia disekitar wajah, telah berkontraksi dan itu merupakan excersice yang efektif bagi kesehatan otot kita. Jadi, dengan tersenyum kita juga berolah raga dan tentunya menyehatkan. Lalu mengapa kita masih enggan tersenyum bila berrelasi dengan sesama manusia? Tersenyum adalah hal kecil yang bisa menimbulkan efek yang luar biasa. Senyum bukan hanya menggerakkan otot-otot wajah, tetapi juga menggerakkan hati dan jiwa. Penelitian ini diperkuat oleh hasil riset yang dilakukan Dr Patch Adam, seorang dokter ahli kejiwaan di West Virginia, Amerika yang dibantu oleh 1.000 dokter dan perawat dan telah membuktikan bahwa pasien bisa sembuh dengan sendirinya melalui senyuman.

Saat tersenyum, otak mengeluarkan seretonin yang bisa menambah kekebalan tubuh. Nah, kembali terbukti bahwa senyum juga menyehatkan. Tidak hanya bagi raga, tetapi lebih-lebih untuk jiwa. Siapa bilang bahwa senyuman bukan hal yang penting? Senyuman ternyata juga bisa menjadi misteri. Ingat lukisan Monalisa dengan senyumannya yang tak terpecahkan hingga kini? Lukisan karya Leonardo Da Vinci yang digambar pada tahun 1503 itu tersohor bukan karena kecantikannya. Kecantikan Monalisa tidak istimewa, tetapi senyumannya membuat jutaan orang menjadi selalu bertanya-tanya, ada apa dengan si Monalisa saat ia dilukis. Sekelompok ilmuwan pernah melakukan penelitian mengenai apa yang terkandung dalam perasaan Mona lisa. Penelitian menggunakan software pengukur emosi yang disimulasi ke lukisan itu. Meski senyuman Monalisa dinilai tidak penuh dan terkesan setengah-setengah, ternyata hasil penelitian mengungkapkan bahwa senyum Monalisa menyiratkan kebahagiaan. 83 persen perasaan Monalisa diduga berbahagia ketika dia tersenyum, 9 persen jijik, 6 persen cemas, dan hanya 2 persen dinilai mangandung kemarahan.

Penelitian tersebut memang tidak pernah mengungkapkan reliability nya, hanya saja ini membuktikan bahwa senyum seseoran seperti Monalisa yang dinilai misterius hingga kini, merupakan obyek penelitian yang laku dipasaran. Nah, seandainya saja anda bisa membuat senyuman yang spesifik bagi sesama anda atau lebih khusus lagi bagi teman kerja anda, maka implikasi yang tak terkirakan mungkin akan terjadi bagi kepentingan relasi kerja anda. Sebuah Bank nasional bahkan sudah membuktikan bahwa dengan mengkampanyekan senyuman di kalangan petugas customer services, maka produktivitas dan kepuasan pelanggan menjadi naik. Program yang diluncurkan sangat sederhana dan diimplementasikan dalam waktu yang cukup singkat. Tersenyum merupakan kewajiban yang harus disuguhkan petugas teller dan pin dengan tulisan SMILE dipasang di dada kiri seluruh pekerja bank tersebut. Herannya, tidak hanya petugas yang terus menjadi murah senyum, tetapi para nasabahpun ditandai juga ikut-ikut gampang tersenyum.

Bukankah program yang murah-meriah ini membawa kemaslahatan bagi semua pihak? Rasa-rasanya, program kampanye senyum yang berhasil ini patut ditularkan ke bidang industri dan usaha yang lain. Perusahaan yang tidak mempunyai pelanggan langsung pun tidak ada ruginya untuk berkampanye menggalakkan senyuman di lingkungan kerjanya. Sesama pekerja, antara atasan dan bawahan bahkan antara pekerja dan stake holder lainnya. Hanya saja, untuk bisa tersenyum dengan lepas perlu syarat yang ternyata tidak gampang. Bukan hal yang berlebihan kalau pakar kepribadian dan kecantikan Martha Tilaar pernyah mengatakan bahwa senyuman tak akan berarti jika tidak disertai dengan ketulusan hati dan kepura-puraan.

Senyuman yang tulus dan ikhlas merupakan cerminan hati yang bahagia dan dapat menambah semangat bagi sekelilingnya. Bila anda tak mampu bersedekah dengan harta, bersedekahlah dengan senyuman. Ada jurus untuk menghadirkan senyum walau hati sedang kisruh. Ambil nafas dalam-dalam, tahan selama lima sampai sepuluh detik, lalu hembuslah kembali. Aktivitas pernafasan ini bisa melancarkan peredaran darah dan mengurangi beban pikiran. Setelah suasana terkendali, lantas tersenyumlah. Have you smiled today?


Sumber : portalhr.com, No. 33. Desember 2006