Selasa, 01 Desember 2009

Pembangunan Ekonomi yang Ramah Lingkungan

Nunun (bukan nama sebenarnya), seorang yang penuh dedikasi pada pekerjaannya, bekerja keras, tidak pantang lelah. Kalau pun dia merasa letih, dia atasi dengan minum kopi. Nunun lalu merasa segar kembali dan siap bekerja keras lagi.

Setelah pekerjaan selesai, dia baru istirahat. Di saat lain, muncul lagi kegiatan yang sangat menyita waktu dan tenaga dia. Lagi-lagi dia atasi semua ini dengan minum kopi. Namun, tubuh tidak dapat terus dipaksa. Kopi hanya dapat mempertahankan kesegaran Nunun untuk sementara. Akhirnya, akibat kebiasaannya minum kopi itu, dia pun sakit. Dia tidak bisa bekerja lagi, pekerjaannya berantakan.

Itu pula yang terjadi dengan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Pembangunan yang mengejar pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya dan mengabaikan kondisi lingkungan ibarat Nunun, si pekerja keras yang tidak memperhatikan kondisi tubuhnya. Ekonomi yang dibangun dengan merusak lingkungan hanya akan bertahan sementara.

Akhirnya, setelah lingkungan benar-benar rusak, ekonomi pun akan ikut hancur. Fungsi lingkungan hidup dalam pembangunan ekonomi bagaikan fungsi kesehatan untuk pekerjaan kita. Kita perlu sehat agar pekerjaan kita berhasil. Berhasil bukan hanya untuk sementara waktu, tetapi untuk waktu yang lebih lama.

Pertanyaannya adalah apakah kita mau mengorbankan kesehatan kita demi pekerjaan, seperti yang terjadi dengan Nunun? Apakah kita mau mengorbankan kondisi lingkungan hidup kita demi pertumbuhan ekonomi? Sayangnya, sebagian ekonom tidak mau "mengorbankan" pertumbuhan ekonomi demi lingkungan hidup yang baik. Buat mereka, pertumbuhan ekonomi adalah panglima.

Lihat saja, program ekonomi sering dimulai dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ini persis yang dikerjakan Nunun, yang bekerja keras tanpa memperhitungkan kondisi kesehatan. Inilah yang terjadi dengan berbagai program ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan tinggi dengan merusak lingkungan. Mungkin, pertanyaan konkretnya adalah bagaimana melaksanakan hal ini.

Salah satu contoh, adalah bagaimana mengembangkan proyek turisme bebas dari asap rokok. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kesadaran terhadap bebas asap rokok sudah makin meningkat.Daerah yang bebas asap rokok ini pun dapat menarik turis asing karena saat ini kecintaan pada udara yang bebas asap rokok telah meningkat dengan luar biasa. Namun ironis, kadang-kadang kita mendengar bahwa orang ingin berkunjung ke Indonesia karena Indonesia adalah ?surga para perokok?.

Orang dapat dengan mudah merokok dan merusak mutu udara kita. Alasan yang kita dengar, kita membutuhkan uang mereka. Tetapi, apakah kita rela kondisi lingkungan kita dirusak dengan arus rokok yang terus berdatangan ke Indonesia,semata demi uang jangka pendek? Sesungguhnya, berupaya menciptakan turisme tanpa rokok tidak harus berarti menurunkan penghasilan.

Sekarang, kesadaran tentang pentingnya bebas dari asap rokok makin meningkat. Para perokok memang akan menjauh dari kita, tetapi, turis lain, yang mencintai udara bebas asap rokok,akan berdatangan. Ekonomi pun tumbuh, bersamaan dengan peningkatan mutu udara kita. Kesadaran perlunya lingkungan hidup yang baik (bukan hanya bebas dari asap rokok) pun telah terus meningkat, termasuk di dunia internasional.

Gaya hidup yang ramah lingkungan makin dicari orang dan makin trendi.Permintaan akan barang dan jasa yang ramah lingkungan pun akan meningkat. Kita pun kemudian menciptakan barang dan jasa yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat ini. Mari kita laksanakan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi antara 4?5% sudah bagus asalkan terjadi perbaikan dalam kondisi lingkungan hidup. Adalah bonus, bahwa ekonomi dapat tumbuh di atas 5%. Pemerintah seyogianya menjadikan kemajuan lingkungan hidup sebagai salah satu indikator utama keberhasilan pemerintah setempat dan pemerintah Indonesia. Statistik lingkungan hidup dapat dilaporkan setiap tiga bulan bersamaan dengan laporan pertumbuhan ekonomi.

Kita telah menciptakan kawasan ekonomi khusus di Batam, Bintan, dan Karimun untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Singapura berusaha membuat ketiga daerah ini melonjak dengan cepat dalam pembangunan ekonomi,dalam arti mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Berbagai fasilitas khusus diberikan untuk tiga daerah ini. Kalau berhasil, program semacam ini akan diperluas ke daerah-daerah lain di Indonesia. Namun, masalah lingkungan hidup tampaknya belum mendapatkan perhatian khusus dalam proyek Kawasan Ekonomi Khusus itu.Apakah ketiga daerah itu akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengorbankan kondisi lingkungan hidup di daerah itu?

Kalau hal itu yang terjadi, apakah pertumbuhan ekonomi tersebut akan berkelanjutan? Semoga perencanaan dan pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus di Batam, Bintan, dan Karimun telah memperhatikan kondisi lingkungan hidup. Sudah saatnya kita menciptakan proyek "Kawasan Ekonomi Ramah Lingkungan". Tekanannya bukan pada pengejaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi,tetapi pada pencapaian kondisi lingkungan hidup yang baik.

Tentu saja, ekonomi di kawasan ini harus tumbuh, tetapi pertumbuhan yang tinggi bukanlah target utama pembangunan di daerah ini. Pemerintah dapat membuat eksperimen dengan menciptakan Kawasan Ekonomi Ramah Lingkungan, yang bertujuan utama meningkatkan kondisi lingkungan hidup. Kita pilih daerah yang dapat dijadikan pilot project. Kita berikan fasilitas khusus agar daerah itu dapat berkembang dengan kondisi lingkungan yang bagus.

Kalau berhasil, proyek ini diperluas ke daerah lain. Kita pun dapat bekerja sama dengan pemerintah negara lain untuk menciptakan Kawasan Ekonomi Ramah Lingkungan di Indonesia. Mungkin, Bali dapat dijadikan sebagai salah satu kawasan tersebut. Bali memiliki banyak potensi untuk menjadi contoh keberhasilan dalam pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan.


ARIS ANANTA - Ekonom