Rabu, 24 Maret 2010

Diplomasi gurau ala SBY & Rudd

Diplomasi gurau benar-benar dipertontonkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan PM Australia Kevin Rudd dalam acara di Parliament House di Canberra, yang mengharuskan mereka berpidato sebanyak tiga kali itu.

Gedung wakil rakyat sekaligus gedung tempat berkantornya PM Australia itu menjadi panggung sempurna bagi keduanya. Mereka saling berbalas gurauan yang membuat suasana resmi menjadi cair dan hangat. Gurau pembuka datang dari Kevin saat konferensi media bersama di mimbar luar Parliament House yang dihadiri wartawan dari kedua negara.

Saat itu, PM Rudd mengungkapkan gurauan soal gitar yang diberikannya kepada SBY agar lebih produktif menciptakan lagu. Menurut dia, koleganya itu pandai menciptakan lagu yang dibuktikan dengan telah merilis tiga album, dan salah satunya terinspirasi atas keindahan Sydney.

Saat itu, SBY tidak membalas ucapan Rudd, meski sebenarnya dia juga telah membalas pemberian hadiah itu dengan memberi Rudd berupa oleh-oleh kopi luwak. Kopi khas itu dihasilkan dari proses metabolisme di tubuh hewan luwak yang suka menelan biji kopi dengan kualitas tinggi yang bisa ditandai dengan bau wanginya.

Kevin kembali membuka gurauannya dalam pidato sambutan jamuan makan siang bersama gabungan anggota parlemen negara itu. Perhelatan itu sengaja diadakan untuk menyambut kunjungan Yudhoyono.

Berbagai hal serius disampaikan Kevin dengan gurauan yang mampu membuat jamuan siang itu riuh oleh tertawa hadirin yang memenuhi ruangan di dalam gedung dewan rakyat itu.

Gurauan itu baru dibalas SBY saat tampil menyampaikan pidato balasannya. Dia mengatakan ada dua menteri dalam kabinetnya yang merupakan alumnus perguruan tinggi di Australia, yaitu Menlu Marty Natalegawa dan Mendag Mari E. Pengestu.

"Mungkin karena itu jugalah, kini banyak pelajar dari Indonesia yang memilih kuliah di Australia karena merasa bisa memperbesar peluang untuk menjadi pejabat atau menteri," katanya dalam pidatonya berbahasa Indonesia yang diterjemahkan langsung oleh Dino Patti Djalal, mantan juru bicara Presiden, yang kini beralih menjadi staf khusus Presiden.

Dia juga menceritakan bahwa putranya, Edhie Baskoro Yudhoyono, sempat 6 bulan tinggal dan bersekolah di negara tersebut.

Posisi penting Australia

Selain itu, Presiden mengaku sebelum berangkat ke Canberra, dirinya ditanya tentang seberapa penting posisi Australia dalam hubungan kedua negara. "Anda bisa nilai, saya datang dengan 11 orang menteri dan enam gubernur untuk datang ke sini," katanya yang disambut riuh hadirin ketika itu.

Cukup banyak lontaran gurauan yang disampaikan Presiden, sebanyak gurauan yang disampaikan Rudd sebelumnya.

Berbalas gurauan itu tidak hanya sampai di jamuan makan siang. Ketika menyampaikan pidato pengantar bagi pidato bersejarah SBY di dalam Sidang Parlemen Australia, Rudd lagi-lagi melontarkan gurauannya.

Pidato SBY itu diakui sebagai peristiwa langka karena baru lima pemimpin dunia yang diundang berpidato dalam forum itu dalam rentang waktu 109 tahun sejarah keberadaan parlemen negara itu

Lagi-lagi, SBY membalasnya dengan sejumlah gurauan pula dalam pidato pentingnya itu. Gurauan sederhana yang dilontarkan kedua pemimpin itu terlihat mampu menghidupkan suasana keakraban. Paling tidak hal itu dapat dilihat dari standing applause panjang yang diterima keduanya.

Diplomasi bergurau mengingatkan saya pada gaya Bung Hatta dan Agus Salim yang khas dalam diplomasinya.

Syahdan, dalam forum perundingan dengan Kolonial Belanda, Bung Hatta meminjam pulpen salah seorang pimpinan delegasi wong Londo itu saat akan meneken satu dokumen kesepakatan.

Bung Hatta lama tidak menyerahkan pulpen itu ke si empunya hingga akhir bule itu berinisiatif meminta pulpennya.

Dengan enteng, Bung Hatta berujar, "Ini pulpen belum sejam saya pinjam, tapi Anda sudah tidak sabaran. Bayangkan Tanah Air kami, sudah 350 tahun lebih Anda rampas, tetapi bangsa Anda tidak hendak mengembalikannya kepada kami."

Lain lagi, Agus Salim. Saat berunding di Belanda, dia soraki dengan jenggut kambing karena memang dia memelihara rambut di dagunya itu. Tetapi dengan enteng pula, inyiak Agus Salim balik membalas, "Ooo.. Ya. Pantas dari tadi banyak kambing yang mengembek di ruangan ini..."

Kedua pemimpin besar pada masa lalu itu menggunakan diplomasi gurauannya sebagai serangan tajam bak sengatan lebah kepada musuh bangsanya.

Hal itu mungkin bisa dimengerti karena suasananya adalah dipengaruhi situasi dan kondisi yang pada waktu itu berjuang untuk memerdekakan bangsa ini.

SBY memilih diplomasi gurauan untuk menyanjung sahabatnya dan sahabat negara yang tentu karena dipengaruhi pula oleh suasana kini yang memang berupaya membangun persahabatan dan kerja sama dalam pergaulan global dengan negara-negara lain.

Paling tidak, 2 hari kunjungan ke Canberra telah menumbuhkan suasana hangat bagi kedua belah pihak, sehingga SBY bisa meninggalkan kota sunyi itu dengan kesan yang membekas.


Oleh: Irsad Sati