Minggu, 23 September 2012

MENTERI AGUS, MENTERI DAHLAN, DAN MENTERI GITA

Apa persamaan ketiga menteri ini? Pertama, kelihatannya ketiga Menteri yang terhormat ini tidak punya kepentingan politik, paling tidak mereka tidak ngaku-ngaku anggota partai politik tertentu. Persamaan lainnya, ketiganya tidak pernah masuk birokrasi pemerintahan, kecuali Agus Martowardoyo, mantan Direktur Utama Bank Mandiri yang mayoritas dimiliki pemerintah Indonesia. Kedua, dari pemberitaan media, ketiga menteri ini paling moncer kinerjanya. Paling tidak kalau diukur dari pemberitaan, jarang mereka kena isu negatif, baik kinerja maupun perilaku menyimpang seperti tersangkut isu korupsi. 

Menteri Dahlan paling nyeleneh, bersih-bersih toilet airport, membuka pintu tol supaya kendaraan yang antri bisa masuk dengan cepat, tanpa harus bayar. Beliau pun ikut menjual kartu E-Toll Bank Mandiri, seakan menyindir si bos Bank kurang giat menjual dan mempromosikan kartu Toll tersebut. 

Menteri Agus lebih dari nyeleneh. Beliau ngotot membeli saham Newmont untuk pemerintah, membawa perkaranya ke Mahkamah Agung, dan menyatakan akan mundur kalau kalah dan tidak berhasil membeli saham tersebut. Pak Agus terakhir menggebrak meja karena kesal dengan para anggota MPR yang terhormat karena tidak selesai-selesai menyetujui asumsi RAPBN 2013, pembicaraan anggaran menjadi bertele-tele sementara diskusi substansi menjadi terhambat. 

Sebaliknya Pak Gita, jauh dari nyeleneh, malah sangat santun. Tapi beliau waktu menjadi Kepala BKPM sangat rajin promosi peluang usaha investasi di Indonesia, sampai-sampai bikin iklan yang tidak kalah bagusnya dengan iklan pariwisata Malaysia. 

Tetapi persamaan yang paling penting, ma­sing-masing punya sikap nothing to lose. Para menteri ini seakan tidak perduli, mau dipecat atau tidak, mereka jalankan saja tugasnya walau harus berlawanan dengan kehendak para partner legislatif, malah kadang-kadang menantang sikap para anggota legislatif yang dipandang tidak elok. 

Ini mungkin merupakan hasil tempaan me­reka selama bertahun-tahun. Pak Dahlan dan Pak Gita, dua-duanya pengusaha. Mereka terbiasa melakukan rencana kerja di awal periode, membuat kisi-kisi batasan kinerja, menaati rambu-rambu aturan bisnis, baik internal maupun eksternal. Mereka berdua berhasil membangun bisnisnya dengan sukses tanpa rente, Pak Dahlan dengan bisnis medianya, Pak Gita dengan bisnis keuangan. 

Pak Agus, merupakan figur paling konservatif dari menteri lainnya, pasalnya seorang banker pada dasarnya risk averse, menghindar risiko, karena bank pada intinya memberikan kredit pada usaha yang paling rendah risikonya. Jadi, kelakuannya sebagai Menteri seharusnya sudah menghitung semua risiko, termasuk di hujat dan di pecat. 

Pak Agus, Pak Dahlan, dan Pak Gita menjadi bukti nyata yang merubuhkan dogma bahwa Menteri non politik tidak akan efektif kinerjanya karena tidak mempunyai pondasi dukungan partai di lembaga legislatif. Walau mereka pilihan Presiden SBY, dan mendapat suara di parlemen dalam setiap debat ang­garan, Partai Demokrat tetap bukan pemilik suara mayoritas di parlemen yang cukup untuk mengaman­kan suara pemerintah di parlemen. 

Intinya bukan disitu. Para Menteri ini jelas bisa efektif karena setiap langkah mereka dapat diperkuat dengan argumentasi yang logis dan masuk akal, sama sekali jauh dari bisik-bisik dibelakang layar. Apalagi me­reka punya sikap nothing to lose, jabatan Menteri jauh dari usaha mencari harta, karena pendapatan mereka di sektor swasta jauh dari pada gaji Menteri plus fasilitasnya. Mereka berhenti menjadi Menteri, kapan saja me­reka bisa mencari nafkah lebih besar di sektor swasta. 

Kalau Wakil Presiden Boediono, dalam pidatonya di Universitas Gajah Mada baru-baru ini, me­ngatakan jabatan publik di pemerintahan adalah pe­ngabdian, bukan untuk mencari harta, maka ketiga Menteri ini bisa menjadi acuan. Mereka ini bekerja semata untuk pengabdian, memberikan sumbangan kepada negara, mencari pahala untuk rakyat. Dari contoh ketiga Menteri ini, seharusnya Presiden SBY cepat mengganti para Menterinya de­ngan kriteria yang tidak jauh dari ketiga Menteri ini. Apalagi sebentar lagi Menteri-Menteri titipan partai politik akan sibuk berkampanye untuk Pemilu 2014. Presiden seharusnya ikut terbawa dengan sikap no­thing to lose.  


Businessnews