Akhir-akhir ini, banyak terdengar perbincangan tentang "jurang fiskal" yang terjadi Amerika Serikat (AS), dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi ekonomi global. Tapi, apa sebenarnya "jurang fiskal" (fiscal cliff) itu? Jurang fiskal merupakan potensi dampak negatif yang akan terjadi jika kedua kubu politik di Amerika Serikat, Partai Demokrat yang menyokong Presiden Barack Obama, dengan Partai Republik yang mendominasi Kongres, gagal menyepakati masalah kenaikan pajak dan pemotongan anggaran pada akhir tahun ini. Di bawah pemerintahan pendahulu Obama, George W. Bush, memberikan insentif berupa diskon pajak untuk seluruh penghasilan, baik pribadi maupun perusahaan, termasuk dinikmati oleh orang-orang kaya Amerika. Nah, pemotongan pajak ini akan berakhir pada 31 Desember 2012. Obama ingin mengakhiri diskon pajak untuk orang kaya Amerika, yaitu mereka yang berpenghasilan di atas US$ 200.000 per tahun per individu. Alih-alih mendukung permintaan Obama, politisi dari Partai Republik justru mengusulkan diskon pajak tersebut tetap dilanjutkan. Sebagai gantinya, mereka mengusulkan pemotongan anggaran tunjangan jaminan sosial, serta anggaran bagi 1.000 program Pemerintah Amerika, termasuk tunjangan pengangguran dan anggaran program pendidikan. Jika tidak ada kompromi, maka pajak semua orang akan naik. Namun, anggaran belanja Amerika juga akan dipotong. Hal ini menyebabkan beberapa analis khawatir hal ini menyebabkan ekonomi Amerika berkontraksi sehingga memicu resesi lain. Tidak ada konsensus yang universal mengenai bagaimana hal ini dapat mempengaruhi Asia. Tentu, jika Amerika "menuju pada jurang fiskal", maka ia akan menekan sentimen investor. Ini akan berdampak buruk ketika pemain melepaskan aset-aset yang berisiko. Barangkali ini mungkin sudah terjadi, maka kebuntuan terus berlanjut. Secara umum, kenaikan pajak di Amerika akan menyebabkan penurunan tingkat konsumsi. Dampaknya, ini dapat merugikan ekonomi negara-negara Asia yang berorientasi pada ekspor. Negara-negara seperti Cina, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Thailand kemungkinan besar akan terkena imbas yang besar daripada negara-negara yang perekonomiannya didorong oleh konsumsi dalam negeri seperti India dan Filipina. Menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS, Indonesia hanya merupakan mitra dagang Amerika yang terbesar ke 28. Pada tahun 2011, barang impor AS dari Indonesia mencapai US$ 19,1 miliar, sebanyak US$ 4,3 miliar adalah pakaian rajutan dan produk-produk pertanian serta minyak sebesar US$ 361 juta. Dengan asumsi Amerika melompat ke jurang fiskal, ekspor Indonesia yang terpukul parah mungkin barang non-esensial seperti pakaian. Warga Amerika tentu tidak akan mengurangi makanan. Tapi jumlah pakaian ekspor ke AS kurang dari 0,5% PDB Indonesia, sehingga sektor ini tidak akan dipengaruhi oleh belanja konsumen yang lebih rendah di Amerika. "Decoupling" ketergantungan global terhadap perekonomian Amerika mungkin benar! Memang, ada beberapa yang percaya bahwa " jurang fiskal" hanyalah mitos yang dibawa Partai Republikan yang berusaha untuk mendorong agenda mereka mengenai pajak rendah dan penghematan pemerintah. Penerima Nobel Paul Krugman menyatakan dalam sebuah artikel harian New York Times 11 November 2012: "Prospek atas menjulangnya pemotongan belanja dan kenaikan pajak bukan krisis fiskal. Hal ini, sebaliknya, krisis politik yang disebabkan oleh upaya G.O.P (Partai Republikan) untuk mengambil jaminan ekonomi." Menurut saya, ini adalah pelajaran penting bagi kita semua. Jurang fiskal pada dasarnya adalah sengketa politik, antara yang orang baru dan terpilih kembali. Presiden Obama yang baru terpilih kembali percaya bahwa pemerintah harus memainkan peran lebih besar dalam perekonomian Amerika. Kongres yang didominasi oleh kaum Republikan tengah merajuk yang dilandasi ideologis justru berpikir sebaliknya. Hal ini juga sempat terjadi di Indonesia yakni pada akhir Maret 2012. Dan, terdengar menakutkan bagi orang-orang yang memperhatikan politik Indonesia. Ada pertarungan serupa antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mempertanyakan harga bahan bakar minyak (BBM). Ada posisi yang tampaknya tak terdamaikan. Yakni eksekutif menginginkan harga BBM naik, fraksi tertentu di DPR menentang. Seperti kita tahu, pemerintah menyerah. Alhasil, isu kebijakan publik yang penting itu hingga kini belum juga terselesaikan. Tidak jelas apakah hal serupa bisa terjadi di Amerika, Pemerintahan Obama yang baru masih segar dibandingkan dengan pemerintahan SBY. Namun, yang tampak mantan profesor hukum ini menunjukkan ketegasan yang jauh lebih besar ketimbang sang jenderal. Apapun masalahnya, jelas ada pelajaran bahwa Anda tak dapat memisahkan ekonomi dan bisnis dari politik. Tapi, apakah warga Indonesia mengetahui hal ini? Oleh Karim Raslan
Baca selengkapnya...Minggu, 30 Desember 2012
AKHIR DARI POLEMIK JURANG FISKAL AMERIKA
Jumat, 07 Desember 2012
Belajar Kearifan dari Semut
Ketika memperhatikan gerak–gerik barisan semut yang tengah mengusung sebutir nasi putih, saya membayangkan kira-kira bagaimana percakapan Nabi Sulaiman dengan hewan lembut ini. Pasti telah terjadi perbincangan yang hebat, berpuluh abad yang lampau. Namun kemudian saya tercenung tatkala ingat bahwa E.O. Wilson mungkin juga “bercakap-cakap” dengan semut ketika ilmuwan itu mengamati perilaku hewan-hewan ini. Tentu saja, Wilson tak sehebat Sulaiman dalam memahami bahasa hewan. Namun ia mengonstruksi pengetahuannya menjadi apa yang disebut sebagai sosio-biologi, kira-kira semacam pemahaman tentang bagaimana hewan-hewan mungil itu hidup bermasyarakat. Ia mengamati bagaimana hewan-hewan ini bekerja sama, dan takjub. Mengapa semut demikian menarik? Beberapa orang yang mengamati perilaku semut mendapati sejumlah pelajaran menarik, yang rasa-rasanya sangat bagus bila diterapkan di dunia manusia, mungkin salah satunya agar organisasi berjalan efektif: 1. Semut bekerja sebagai sebuah tim. Nyaris sukar menemukan semut yang bekerja sendirian tanpa ditolong oleh semut-semut lain. Sebutir nasi pun digotong bersama. 2. Semut saling memercayai. Kerjasama yang baik hanya bisa dibangun di atas fondasi kepercayaan satu sama lain. Prasangka dan ketidakpercayaan melemahkan tim. 3. Semut bersikap terbuka. Ketika semut menemukan makanan, mereka menginformasikan kepada yang lain, yang kemudian datang dan berbagi. Ya, boleh dikata semacam networking dan sharing, kata yang popular saat ini. 4. Semut bermitra dan berperan sesuai kapabilitasnya. Pembagian peran yang tepat menjadikan masing-masing semut memahami apa yang harus ia lakukan untuk tim. Tidak ada yang merasa paling hebat. 5. Semut tekun dan fokus. Hewan-hewan ini bekerja begitu tekun dan tidak teralihkan perhatiannya kepada urusan yang lain sebelum satu urusan selesai. 6. Semut melakukan regrouping. Bila kita cermati akan terlihat bahwa semut kadang-kadang berganti peran ataupun berganti tim dengan begitu adaptif. Makhluk ini bersikap terbuka untuk mencoba gagasan baru dan bergabung dengan tim baru yang memerlukan perannya. Semut makhluk sosial yang hebat. Mereka sanggup membangun bukit yang tinggi berkat kerja kolektif yang saling memberi manfaat. *** Dian
Baca selengkapnya...Rabu, 05 Desember 2012
JURANG FISKAL MASIH MENJADI FOKUS PERHATIAN
Pasar Uang Isu tentang jurang fiscal atau fiscal cliff di Amerika Serikat diperkirakan masih akan menjadi pusat perhatian pasar keuangan global. Saat ini pemerintahan Barack Obama dihadapkan pada upaya menyehatkan anggaran agar kelanjutan perekonomian AS dapat dijaga dengan baik. Jurang fiskal bertumpu pada dua aspek utama. Pertama, pemerintah AS akan memangkas anggaran rutin, terutama untuk pos pertahanan. Kedua, parallel dengan itu, pemerintah Obama akan menaikkan pajak bagi kelompok orang kaya di AS. Kelompok ini adalah mereka yang berpenghasilan di atas 250.000 dolar AS per tahun. Tercatat sebanyak 2% dari populasi penduduk AS termasuk ke dalam kelompok kaya tadi. Dengan mulusnya pembicaraan jurang fiscal yang kelak akan dijalankan di awal tahun 2013, maka prospek pemulihan ekonomi AS akan menjadi lebih jelas. Dampak positifnya akan menjalar ke sektor dunia usaha di AS. Sektor keuangan juga akan bergairah karena kepercayaan pasar meningkat. Permintaan property dan otomotif di AS akan melonjak. Pabrik-pabrik bekerja normal. Angka pengangguran menurun menuju level yang diharapkan, yakni 7%. Indeks manufaktur akan melampaui batas aman yang 50. Ujung-ujungnya, kegiatan ekonomi bergerak lebih dinamis. Negara-negara mitra dagang utama AS, khususnya Indonesia, akan kecipratan dampak positifnya, di mana mata uang rupiah akan mengalami keseimbangan baru. Permintaan ekspor dari AS juga akan melonjak. Aliran modal asing juga akan semakin deras. Ujung-ujungnya, ada harapan pemulihan ekonomi dunia juga akan terdorong. Tercatat kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu lalu (28/11) ditutup melemah tipis 5 poin (0,051%) ke posisi Rp9.615/Rp9.620 dari posisi sebelumnya Rp9.610/Rp9.615. Pelemahan rupiah hari ini masih didominasi oleh memburuknya kekhawatiran pasar terhadap zona euro. Terutama setelah euforia atas keputusan bailout Yunani berakhir. Yunani memang telah mendapatkan kepastian akan pencairan dana bailout yang diperkirakan cair pada 13 Desember 2012. Tapi, perkembangan di Jerman terakhir justru mengisyaratkan akan adanya kendala saat Parlemen Jerman membahas skema bailout terakhir untuk Yunani. Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya Rp9.620 setelah menguat ke leval Rp9.595 dari posisi pembukaan Rp9.600 per dolar AS. Ada beberapa Laporan, parlemen Jerman akan mengadakan voting bailout Yunani pada Jumat pekan lalu. Tapi, komentar terakhir dari salah satu anggota parlemen Jerman dari partai oposisi Steinbroejk menyatakan, bahwa proses voting kemungkinan akan ditunda. Sebab, parlemen Jerman masih membutuhkan waktu untuk membahas skema bailout yang disusun oleh menteri keuangan zona euro. Pasar mengkhawatirkan, Jerman mungkin tidak akan bisa melakukan apa yang telah disepakati pertemuan Euro Group kemarin dengan poin yang sangat banyak. Seharusnya waktu voting tersebut akan ditunda hingga semua informasi skema penyelamatan Yunani lengkap. Selain itu, kemungkinan transfer keuntungan dari obligasi Yunani yang diperoleh oleh European Central Bank (ECB) ke pemerintah Athena, dipermasalah Bank Sentral Jerman. The Deutsche Bundesbank mengklaim lebih berhak atas apa yang dilakukan terhadap laba yang diperoleh dari laba obligasi Yunani. Karena itu, transfer laba obligasi ke Yunani akan menjadi perselisihan di masa yang akan datang. Pada saat yang sama, rupiah juga mendapat tekanan negatif dari laporan inflasi Bank of England (BoE) yang cukup negatif. Sebab, Gubernur BoE masih mengutarakan kecemasan terhadap kontraksi ekonomi Inggris walaupun data Produk Domestik Bruto (PDB) terakhir menunjukkan masih tumbuh 1% untuk kuartal III-2012. Belum lagi, komentar dari salah satu petinggi The Fed yang menentang program perpanjangan Operation Twist yang berakhir pada Desember 2012. Selain itu, juga tentangan atas penambahan jumlah pembelian obligasi oleh The Fed yang berbasis KPR yang disebut quantitative easing (QE) ketiga (QE-3). Karena itu, secara umum sentimen pasar negatif bagi rupiah. Apalagi, data ekonomi yang dirilis AS cukup positif seperti Durrable Goods Order, Indeks Harga Rumah, Indeks Kepercayaan Konsumen, dan Indeks Manufaktur. Ini cukup menegaskan performa dolar AS terhadap mata uang lainnya sehingga menjadi tekanan negatif bagi rupiah. Alhasil, rupiah melemah tipis di tengah dolar AS yang stagnan terhadap mayoritas mata uang utama tapi menguat terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Untuk minggu ini, dengan sentiment yang lebih baik, ada peluang rupiah menguat pada kisaran Rp 9.580-Rp 9.620 per dolar AS di tengah kinerja perekonomian Indonesia yang tetap terkendali dengan baik. Pasar Modal Harapan yang sama juga tercurah pada perkembangan kinerja Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang diharapkan mampu lolos dari lubang jarum. Setelah sempat menyelinap ke bawah batas psikologis 4.300, akhirnya IHSG ditutup di level 4.304,82. Berarti, pada Rabu lalu (28/11) indeks hanya melemah 32,69 poin (0,75%) dibanding dengan penutupan sebelumnya. Ini sungguh mengejutkan. Soalnya, longsor berat itu terjadi di saat Menteri Keuangan Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui dana talangan Yunani sebesar 44 miliar euro. Menurut Olli Rehn, Komisaris Ekonomi dan Moneter Uni Eropa, Yunani akan mendapatkan dana talangan itu pada 13 Desember 2012 ini. Tentu kabar baik ini akan membuat masa depan Yunani dan Eropa lebih baik. Namun itu saja belum cukup menghibur pelaku bursa. Para kreditur juga sepakat memotong suku bunga pinjaman dan memperpanjang utang jatuh tempo menjadi 10–15 tahun. Yang lebih menggembirakan lagi, Menteri Keuangan Uni Eropa juga menjanjikan bantuan menyelamatan 240 miliar euro. Dari jumlah tersebut, sampai saat ini Yunani telah menikmati bantuan menyelamatan 150 miliar euro. Seharusnya, menurut John Veter, kabar baik dari Yunani itu berdampak positif terhadap IHSG. Masalahnya, kenapa IHSG masih berat untuk menguat. Tetapi yang pasti, penurunan indeks juga terjadi di bursa Wall Street dan di sejumlah pasar modal dunia lainnya. Di bursa Wall Street, indeks Down Jones (DJIA) dan Nasdaq masing-masing sempat melemah 0,69% dan 0,30%. Tidak hanya di Amerika, penurunan harga juga dialami saham-saham di sejumlah bursa Asia. Indeks Hang Seng, misalnya, turun 0,62%. Pelemahan juga dialami oleh indeks Kospi (0,65%), Nikkei (1,22%) dan Straits Times (0,09%). Goyangan dari bursa dunia inilah yang diduga menjadi penyebab loyonya IHSG. Turunnya indeks di sejumlah bursa dunia tampaknya tak lepas dari sejumlah peristiwa yang bakal terjadi di Amerika. Minggu lalu, Ben Bernanke, Gubernur The Fed, menyampaikan berpidato soal solusi atas ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) di Amerika. Selain itu, dalam waktu dekat juga akan keluar rilis tentang kepercayaan konsumen. Sambil menunggu kabar baik dari Amerika, para investor di sejumlah bursa melakukan aksi jual. Ada yang percaya, Bernanke akan mengumumkan stimulus quantitative easing jilid IV untuk mengatasi kelesuan ekonomi sebagai dampak kebijakan kenaikan pajak dan penghematan anggaran Presiden Barrack Obama. Tapi sebagian pasar menganggap Bernanke sebagai orang yang sangat disiplin dan hati-hati. Perbedaan pandangan itu tentu akan membawa konsekuensi masing-masing. Jika pidato Bernanke dan rilis kepercayaan konsumen Amerika positif, maka IHSG diperkirakan akan melesat. Jika sebaliknya, maka harga saham-saham akan semakin loyo. Soalnya, kebijakan fiscal cliff karya pemerintahan Obama bisa membuat Amerika masuk ke lembah resesi. Jika yakin Bernanke akan menurunkan quantitative easing IV, justru kinilah saatnya bagi investor untuk berbelanja. Sebab, indeks akan bergerak di kisaran 4.300–4.400 minggu ini. Memang bursa saham AS sempat bergerak turun pada perdagangan Rabu (28/11) lalu karena investor masih diliputi kekhawatiran sulitnya negosiasi dalam mengatasi tebing fiskal. Investor berbondong-bondong mengamankan posisi yang aman. Investor merespon pernyataan anggota parlemen tentang sedikitnya kemajuan negosiasi dalam menghindari tebing fiskal. AS terancam resesi dengan kenaikan pajak dan penghematan anggaran per 1 Januari 2013. Pasar juga menunggu data penjualan rumah untuk bulan Oktober. Para ekonom mengharapkan terjadi kenaikan seperti pada bulan September lalu. Pasar juga mencermati kabar dari The Fed yang akan merilis Beige Book tentang kondisi ekonomi regional. Rilis tersebut diharapkan akan mengalami pertumbuhan meskipun ada badai Sandy. Secara umum ancaman tebing fiskal tenah membebani bursa global. Bursa Eropa turun 0,4%. Bursa Asia diwarnai pelemahan seperti indeks Nikkei dan indeks Shanghai yang terus melanjutkan pelemahan. Indeks Nikkei terendah dalam tujuh bulan dan indeks Shanghai terendah dalam empat tahun. Kembali ke BEI, ternyata IHSG sudah naik sekitar 14,5% untuk periode year to date sampai dengan 26 November 2012 lalu. Dibandingkan bursa-bursa Asia lainnya, performa IHSG itu menempati posisi keempat terbaik. Namun, posisi ini turun dibandingkan awal tahun 2012. Di awal tahun 2012 lalu, bursa Indonesia masih menempati peringkat kedua. Saat ini, IHSG masih di bawah Thailand sebagai jawara bursa regional dengan kenaikan 28,5%. Sementara itu, bursa India melaju 20%; dan indeks Hongkong, Hangseng naik 18,6%. Dengan anggota bursa yang sudah mencapai 460 pada November ini, regulator bursa berharap kontribusi investor domestik akan meningkat. Dengan demikian, jika terjadi gejolak di pasar modal dan penarikan dana besar-besaran (redemption) global, IHSG memiliki kekuatan untuk tidak jatuh terlalu banyak dan tidak kolaps sehingga tidak menggoyangkan perekonomian. Otoritas bursa tidak terlalu mengharapkan investor domestik bisa mendominasi kepemilikan saham. Setidaknya selisih antara investor asing dan domestik tidak terlalu lebar. Secara sektoral, saham perbankan, consumer goods, konstruksi dan transportasi akan menjadi incaran pemodal sepanjang minggu ini. Kebijakan perbankan dan fiscal yang hati-hati juga menjadi katalis potensi penguatan IHSG pada kisaran 4.330-4.380 minggu ini. Business News
Baca selengkapnya...