Minggu, 05 April 2009

Lima Ujian Bagi Para Pemimpin G-20

Gordon Brown, PM Inggris meminta para pemimpin dunia untuk tidak berdiam diri menghadapi resesi global.

Saat ini generasi kita tengah menghadapi sejumlah tantangan besar: ketidakstabilan keuangan dan ekonomi di tengah aliran modal di tingkat global; degradasi lingkungan saat dunia kian membutuhkan energi yang kian banyak; ekstrimisme bernuansa kekerasan di tengah komunikasi dan mobilitas dunia yang kian mudah dijangkau; serta kemiskinan ekstrem di tengah-tengah dunia yang masih sarat dengan ketidakadilan.

Tahun lalu, kita menghadapi krisis minyak. Tahun ini, krisis keuangan menghampiri kita dan setiap tahun kita dilanda krisis perubahan iklim. Ini berarti kita bukan sekadar mengalami momen perubahaan, namun justru benar-benar telah berada di dunia yang tengah berubah.

Tantangan-tantangan itu hanya bisa diatasi bila kita terus-menerus yakin akan globalisasi dalam suasana multilateral dan modernitas, yang harus tetap dipertahankan di masa depan. Masalah-masalah itu punya sifat yang sama, yaitu tidak bisa dipecahkan secara sendirian sehingga perlu upaya kolektif. Masalah-masalah itu hanya bisa diatasi melalui aturan-aturan tingkat global yang berprinsip pada nilai-nilai global pula.

Oleh karena itu, saya ingin katakan bahwa pendekatan lama ala "Konsensus Washington" sudah berakhir. Kini, segalanya bergantung kepada kita semua.

Jangan sampai pasar bebas tingkat global mengancam kita dengan pendekatan "bebas semau-maunya." Justru itu kita harus merumuskan kembali sistem ekonomi global yang mencerminkan dan menghormati nilai-nilai yang kita anut setiap hari.

Saya percaya, globalisasi pasar keuangan yang tidak terkendali tidak hanya menembus batas-batas negara, melainkan juga batas-batas moral. Maka, tugas kita saat ini adalah mengarahkan pasar-pasar keuangan ke arah nilai-nilai yang mementingkan keluarga dan para wiraswasta.

Saya mencatat ada lima ujian yang harus dibahas oleh para pemimpin 20 negara, yang mewakili negara maju dan berkembang, saat bertemu di London, Kamis 2 April 2009.

Pertama, kita harus membersihkan sistem perbankan sekaligus memberantas penyelewengan dana yang seharusnya digunakan untuk membayar pajak. Kita pun harus memberlakukan aturan-aturan yang ketat mengenai pemberian gaji maupun bonus kepada para eksekutif perbankan.

Jangan biarkan perbankan melayani diri mereka sendiri, justru merekalah yang harus melayani rakyat.

Kedua, kita harus berupaya mencegah pengangguran massal yang berlangsung dalam waktu lama. Oleh karena itu, kita harus menciptakan sekaligus mempertahankan lebih dari 20 juta lapangan kerja.

Ketiga, kita harus merumuskan kembali sistem keuangan global melalui pembentukan kerjasama ekonomi internasional. Dengan memberlakukan peringatan dini dan tindak pencegahan, kita bisa terhindar dari krisis serupa di masa datang.

Keempat, kita harus menghindari kesalahan yang terjadi di era "Depresi Besar" pada dekade 1930-an. Oleh karena itu, kita jangan kembali kepada praktik proteksionisme dan isolasionisme.

Kelima, kita harus terus mendesak terciptanya era penggunaan energi yang berkarbon rendah.

Maka, saya berpesan kepada semua pemimpin anggota G-20: tugas kita sebagai pemimpin adalah mengidentifikasi, mengutarakan dan membantu terciptanya perubahan di era global yang baru sehingga memenuhi kepentingan banyak warga.

Saya sangat menolak adanya sikap bahwa yang hanya kita bisa lakukan di tengah resesi ini adalah tetap tabah dan berdiam diri. Sikap ini justru merendahkan kemanusiaan kita karena hidup kita selalu disuguhi berbagai pilihan dan jalan keluar yang bisa ditempuh manusia.

Akhir kata, perang yang dihadapi para pemimpin G-20 bukanlah pertempuran lama melawan musuh lama, melainkan kancah yang baru, yaitu mengatasi resesi global, krisis perubahan iklim, pengangguran, rasa tidak aman, kemiskinan, dan keputusasaan. Pertemuan para pemimpin di London harus menumbuhkan kepercayaan bagi ekonomi global saat ini dan juga harapan baru yang lebih baik kepada rakyat di semua negara untuk masa depan.

Gordon Brown adalah Perdana Menteri Britania Raya (Inggris). Artikel ini adalah petikan pidato yang disampaikan Brown di St. Paul’s Cathedral, London, 31 Maret 2009, dalam rangka menyambut Konfrensi Tingkat Tinggi G-20. Edisi lengkap pidato Brown dapat dilihat di http://www.number10.gov.uk/Page18858

VIVAnews

Baca selengkapnya...

Balance Sheet of Life

Our Birth is our Opening Balance!
Our Death is our Closing Balance!
Our Prejudiced Views are our Liabilities
Our Creative Ideas are our Assets

Heart is our Current Asset
Soul is our Fixed Asset
Brain is our Fixed Deposit
Thinking is our Current Account

Achievements are our Capital
Character & Morals, our Stock-in-Trade
Friends are our General Reserves

Values & Behaviour are our Goodwill
Patience is our Interest Earned
Love is our Dividend
Children are our Bonus Issues

Education is Brands / Patents

Knowledge is our Investment

Experience is our Premium Account
The Aim is to Tally the Balance Sheet Accurately.
The Goal is to get the Best Presented Accounts Award.

Some very Good and Very bad things ...
The most destructive habit ................... Worry
The greatest Joy ............................... Giving

The greatest loss ....... Loss of self-respect

The most satisfying work ............... Helping others
The ugliest personality trait ............. Selfishness
The most endangered species ......... Dedicated leaders
Our greatest natural resource ................ Our youth

The greatest 'shot in the arm' ......... Encouragement

The greatest problem to overcome ............... Fear
The most effective sleeping pill ....... Peace of mind
The most crippling failure disease ............. Excuses

The most powerful force in life ................... Love

The most dangerous act ........ A gossip
The world's most incredible computer ........ The brain
The worst thing to be without .................... Hope

The deadliest weapon ...................... The tongue
The two most power-filled words ............... 'I Can'

The greatest asset ............................. Faith
The most worthless emotion ................. Self- pity

The most beautiful attire ....................... SMILE!
The most prized possession ............... Integrity
The most powerful channel of communication ..... Prayer
The most contagious spirit ..................... Enthusiasm

Life ends; when you stop Dreaming,
Hope ends; when you stop Believing,
Love ends; when you stop Caring,
And Friendship ends; when you stop Sharing ... !!!

Baca selengkapnya...

Rabu, 01 April 2009

Jangan Pernah Berhenti Berbuat Baik

Dia hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri di pinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan mobil Mercedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun dengan wajah tersenyum wanita tua itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya. Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita tua itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata "saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu di dalam mobil bukankah di sana lebih hangat? oh ..ya nama saya Bryan?" yach memang dia sudah terlalu lelah apalagi untuk wanita setua dirinya hal ini benar-benar terasa berat.

Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita tua itu untuk memperbaiki yang rusak Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita tua itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia berkata bahwa ia dari St Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Wanita tua itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum. Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Ia berkata kepada wanita tua itu "Bila ia benar-benar ingin membalas jasanya, suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut ... dan ingatlah pada saya". Bryan menunggu sampai wanita tua itu menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita tua itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Seorang pelayan wanita datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita tua itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan.

Setelah wanita tua itu selesai makan dan sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita tua itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita tua itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas di atas meja dan uang $1.000.

Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita tua itu: "Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu lakukan: "Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang".

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan apa yang ditulis oleh wanita tua itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan kecupan yang lembut sambil berbisik "semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan".

(Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar).

"Jangan pernah berhenti untuk berbuat baik" . . . . .

Baca selengkapnya...

Selasa, 31 Maret 2009

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya. Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan,anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan.
Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah, sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.
Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif. Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.
Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.
* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur,akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu.
Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.
Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain.
Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.
• Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram.
• Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam.Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain.
Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.
Keluarga menjadi hangat.
Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab.
Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah.
Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only............how nice!!!!

Baca selengkapnya...

Selasa, 24 Maret 2009

Living For Others . . .

Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah tersebut mengangkat satu topik: 'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku?'

Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu. Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Shay, yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia".

Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut:

Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain, diluar kondisi fisiknya yang cacat.

Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran dan sekarang sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti'

Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim.

Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.

Pada kondisi yang seperti ini, apakah mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay menjadi kunci kemenangan mereka?

Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan itu pada Shay. Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu.

Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak dengan bola itu. Lemparan pertama meleset; Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput.

Pitcher tersebut kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher. Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher tersebut bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir.

Sebaliknya, pitcher tersebut melempar bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, "Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan matanya. Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base dua!"

Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke penjaga base dua. Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju base ketiga.

Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay". Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay, larilah ke home, lari ke home!". Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah memenangkan game untuk timnya.

Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia.

Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya.

Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka.




Baca selengkapnya...

Senin, 23 Maret 2009

Insentif PPh 21 Hanya Pemilik NPWP, Pemerintah Tidak Menanggung PPh 21 Untuk Semua Sektor Industri

Pemerintah membatasi penerima insentif pajak penghasilan (PPh) 21 hanya bagi karyawan yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Sebelumnya pemberian insentif ini hanya bagi karyawan sektor tertentu dengan penghasilan bruto di atas pendapatan tidak kena pajak (PTKP) hingga penghasilan Rp 5 juta per bulan. Perubahan ini diatur dalam PMK (Peraturan Menteri Keuangan) No.43/PMK.03/ 2009 tentang PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja. Dalam keterangan tertulis yang dikutip dari situs Dirjen Pajak, perubahan ini dibuat dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

"Khususnya bagi pekerja agar memiliki NPWP, pemberian PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah hanya kepada pekerja yang telah memiliki NPWP," demikian dikutip dari keterangan resmi Ditjen Pajak, Ahad (22/3).

Dalam aturan itu disebutkan bahwa pekerja yang tidak mempunyai NPWP, insentif hanya berlaku sampai masa pajak Juni 2009. Sedangkan untuk masa pajak Juli 2009 dan seterusnya, insentif diberikan hanya untuk pekerja yang memiliki NPWP.

Insentif PPh Pasal 21 ini berlaku pada periode masa pajak Februari sampai November 2009 yang dilaporkan paling lambat tanggal 20 Desember 2009. PPh 21 ditanggung pemerintah hanya berlaku bagi pegawai di sektor perikanan, semua sektor pertanian seperti perkebunan dan peternakan, perburuan dan kehutanan dan semua sektor industri pengolahan (manufaktur).

Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk stimulus PPh dalam APBN 2009 sebesar Rp 6,5 triliun.Ketentuan dalam aturan ini yaitu adalah bagi karyawan yang memiliki penghasilan bruto di atas PTKP tidak lebih dari Rp 5 juta per bulan (dari Rp 1,3 juta sampai Rp 5 juta). Tiga sektor tersebut dipilih karena menjadi sektor utama produksi barang dalam negeri yang mendominasi untuk ekspor.

Sementara itu, akhir pekan lalu Dirjen Pajak, Darmin Nasution, menyatakan realisasi stimulus fiskal 2009 berupa tax saving (penghematan pembayaran pajak) diperkirakan akan mencapai lebih dari Rp 43 triliun. "Saya malah khawatir bisa lebihsedikit karena waktu itu kita mendasarkan pada angka 2007. Angka sudah bergerak, tapi kita tetap memasukkan Rp 43 triliun dalam APBN. Dan itu sudah berjalan," kata Darmin.

Pembayaran pajak, menurutnya, kemungkinan sudah relatif turun besarannya karena kebijakan ini. "Yang paling mudah ditanya adalah bank karena pembayaran pajak mereka turun. Malah ada dirut bank yang bertanya apakah benar pembayaran pajaknya karena turunnya cukup banyak," jelasnya.

Darmin menyebutkan, penghematan pembayaran pajak itu termasuk juga di dalamnya adalah karena adanya penurunan tarif PPh badan, PPh orang pribadi, dan pelapisan tarif yang berbeda.

Pemerintah melaksanakan program stimulus fiskal selama 2009 dengan volume dana sebesar Rp 73,3 triliun. Sebagian stimulus fiskal yang terkait dengan penghematan pajak sebenarnya sudah berjalan sejak Januari 2009 bersamaan dengan berlakunya UU tentang PPh .yang baru.

Ditulis oleh Ali
Sumber : Republika

Baca selengkapnya...

Strategi Menghadapi Krisis Global

Ada pepatah yang mengatakan berharaplah pada yang terbaik, tetapi bersiaplah untuk yang terjelek (hope for the best, but prepare for the worst). Mengapa prepare for the worst karena kalau keadaan masih tidak menentu dan situasi kemudian temyata menjadi sangat buruk, kita tidak akan terkejut karena sudah siap menghadapinya Kalau keadaan ternyata baik-baik saja, maka tidak apa-apa karena kita justru akan menjadi lebih kuat lagi. Pepatah ini sekaligus memberikan landasan bagi suatu strategi yang kami namakan the winning strategy atau strategi yang memberikan kemenangan dalam menghadapi krisis. Memang benar keadaan kita sampai sekarang masih lebih baik dibandingkan dengan banyak negara huii Namun, ada banyak faktor yang menyebabkan keadaan itu bisa saja berubah. Jadi, daripada terus mendengung-dengungkan bahwa keadaan kita masih lebih baik, lalu puas diri (complacent), lebih baik kita tetap mengambil terobosan-terobosan penting dengan mengantisipasi seolah-olah keadaan sudah menjadi terjelek.

Jadi, lebih baik mengambil tindakan berdasarkan a crisis scenario without a crisis atau lebih tepat lagi berdasarkan a worst-case scenario daripada a best-case scenario. Ini sama sekali bukan bermaksud menumbuhkan pesimisme, tetapi justru membangun optimisme melalui tindakan nyata, bukan dengan bermimpi. Strategi ini biasanya dipakai oleh para teknokrat pada zaman Orde Baru untuk meyakinkan Presiden Soeharto supaya mau mengambil keputusan yang berani untuk mencegah krisis, paling sedikit meredakan dampak krisis walaupun krisis belum terjadi.

Tidak pandang bulu

Apakah keadaan Indonesia bisa menjadi lebih jelek dari sekarang dan apakah kita sudah siap untuk menghadapi keadaan yang terjelek? Di era globalisasi ini, krisis bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, tak memandang bulu. Ada macam-macam krisis, tergantung di mana dimulainya. Ada krisis mata uang, krisis perbankan/ keuangan, krisis utang pemerintah, krisis korporasi, dan krisis utang rumah tangga, tetapi untuk sederhananya kita kelompokkan saja ke dalam dua kelompok besar, yaitu krisis sektor keuangan dan krisis sektor riil.

Krisis 2008-2009 ternyata dimulai di sektor keuangan Amerika Serikat yang sangat memengaruhi sektor riil ("menimbulkan resesi"), tetapi kemudian menyebar lagi ke seluruh dunia melalui sektor keuangan dan sektor riil (resesi ekonomi). Ada negara yang kena dampak krisis AS melalui sektor keuangannya, ada yangmelalui sektor riilnya, dan ada yang melalui kedua-duanya. Dampak melalui sektor riil pun ada yang langsung dan ada yang tidak langsung.

Ada satu perbedaan pokok; kalau krisis terjadi melalui sektor keuangan, dampaknya biasanya sangat drastis dan cepat meluas, termasuk ke sektor riil. Melalui sektor riil biasanya dampaknya tidak serentak besar, tetapi bertahap sedikit demi sedikit dan meluas secara perlahan sehingga sektor keuangan pun pada ronde berikutnya akan terpengaruh karena terjadi kredit macet

Di AS, karena krisis dimulai di sektor keuangan, dampaknya drastis dan cepat meluas ke sektor riil. Eropa juga mengalami hal yang sama dengan AS karena banyak dipengaruhi melalui sektor keuangan, di mana lembaga keuangan mereka banyak memiliki derivatif dari AS.

Negara lain, terutama di Asia, sektor keuangannya tidak banyak dipengaruhi oleh krisis keuangan AS, tetapi mereka lebih merasakan dampaknya melalui sektor riil berupa menurunnya ekspor. Bagi negara yang ketergantungan ekspornya ke AS sangat besar, seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia, dampak krisis AS terasa sangat besar pula terhadap ekspor dan pertumbuhan ekonomi mereka

Indonesia memang termasuk negara di mana dampak langsung terhadap sektor keuangan sangat minimal hanya sepanjang keluarnya modal jangka pendek sebesar 10 miliar dollar AS yang telah memengaruhi harga saham, kurs rupiah, dan cadangan devisa. Namun, dampaknya terhadap sektor riil baru dimulai sedikit demi sedikit Dampak langsung resesi ekonomi AS akan cepat tampak dari menurunnya ekspor kita ke AS. Akan tetapi, itu belum semuanya, masih ada dampak tidak langsung melalui penurunan ekspor kita ke negara-negara lain, terutama mereka yang sangat bergantung pada AS. Belum lagi dampak secara berantai pada sektor-sektor ekonomi lain di dalam negeri. Jadi, keadaan masih bisa menjadi lebih jelek, tetapi datangnya tidak serentak, melainkan gradual. The worst is yet to come.

Tetap akan terpuruk

Apakah Indonesia sudah siap menghadapi keadaan yang terjelek? Ada beberapa faktor yang menyebabkan kami menjadi ragu untuk mengatakan ya.

1. Di mana-mana, baik oleh pemerintah maupun pengamat, selalu ditekankan bahwa keadaan kita tidak sejelek negara lain, artinya kita hanya mengharapkan yang terbaik.

2. Paket stimulus dikeluarkan sangat terlambat dan sepertinya dengan setengah hati walaupun kita sudah punya dana Rp. 5O triliun dari surplus APBN 2008. Padahal, mengumumkannya secara terkoordinasi antara pemerintah, bank sentral, dan DPR secara cepat mempunyai dampak psikologis yang besar. Negara lain, termasuk Amerika, mengumumkan paketnya secara cepat dan terkoordinasi walaupun uangnya masih harus dicari.

3. Kenyataan bahwa pemerintah terus mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2009 dari 6 persen ke 5,5 persen kemudian 5 persen lalu 4,5 persen dan terakhir 4 persen menunjukkan bahwa dampak krisis dari AS bekerja secara perlahan di Indonesia, tetapi pemerintah dari awal tidak bersiap menghadapi yang terjelek. Ini berbahaya karena kalau keadaan mendadak menjadi sangat jelek, kita akan kewalahan.

4. Paketnya pun bukan saja too late, tetapi juga too little untuk menghadapi keadaan yang terjelek. Dari Rp 73,3 triliun paket stimulus (1.4 persen x PDB). Rp 50 triliun sebenarnya merupakan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan dari tahun lalu, tetapi diberi label baru sebagai stimulus. Jadi, stimulus murni hanya Rp 23,3 triliun (0.4 persen x PDB) itu pun hanya disediakan Rp 12,2 triliun untuk infrastruktur, padahal kebutuhannya ratusan triliun tiap tahun.

5. Pembangunan infrastruktur ini pun sudah sangat terlambat karena sudah bertahun-tahun dibicarakan. Akibatnya, bilamana kita masuk pasar sekarang untuk meminjam bagi pembangunan infrastruktur, biayanya akan sangat mahal karena dana di pasar sekarang sangat menipis, sedangkan yang butuh banyak sekali dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, di mana dananya banyak, sedangkan yang butuh sedikit

6.Satu hal lain lagi yang sangat penting yang sudah seharusnya ditangani secara cepat demi berhasilnya paket stimulus ini adalah lambannya pencairan/ penyerapan anggaran. Hal inilah yang menimbulkan surplus tahun 2008. Dalam paket stimulus, pengeluaran pemerintah memegang peranan penting. Jadi, tanpa langkah-langkah untuk mempercepat pencairan/ penyerapan anggaran, paket stimulus ini bisa mengalami nasib yang sama dengan APBN 2008, yaitu surplus, tetapi perekonomian tetap akan terpuruk.

Karena banyaknya jalan dan jembatan serta saluran irigasi dan pelabuhan yang rusak, masyarakat pasti merasa lebih senang kalau lalu lintas macet di mana-mana karena ada perbaikan jalan daripada macet karena banyak jalan yang rusak. Kita sudah di akhir Maret, tetapi belum tampak adanya perbaikan jalan/infrastruktur secara besar-besaran, padahal sudah ada uangnya.

Jadi, tampaknya kita belum bersiap untuk menghadapi keadaan yang terjelek. Namun, keadaan belum terlambat sekali bila pelaksanaan paket stimulus dipercepat dan bila perlu ditingkatkan lagi besaran stimulusnya, baik dalam bentuk tambahan pengeluaran untuk infrastruktur maupun keringanan pajak. Hanya dengan demikian Wta benar-benar akan lebih siap menghadapi keadaan yang terjelek.


ADRIANUS MOOY Mantan Gubernur Bank Indonesia
Sumber : Kompas

Baca selengkapnya...

Minggu, 22 Maret 2009

UMKM Sumut Mampu Tingkatkan Perdagangan Lokal

Gubsu H Syamsul Arifin SE mengatakan, perlunya meningkatkan hasil-hasil dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), karena perdagangan Sumut, 80% lokal. Sampai saat ini, UMKM terbukti mampu bertahan dan berkembang di tengah krisis ekonomi.

“Sekarang ini, orientasi ekspor tidak terlalu menjadi perhatian saya, tetapi perlu dikembangkan adalah pasar dalam negeri melalui hasil-hasil UMKM dan komoditi lokal. Berbeda kalau perdagangan kita lebih ke luar (ekspor) sehingga kalau krisis global pasti terimbas,” ujar Gubsu di sela-sela pembukaan PRSU ke-38, Jalan Gatoto Subroto, Medan, Jumat (20/3).

Dari keterangan Ketua Yayasan PRSU, ungkap Gubsu, secara kuantitas kegiatan PRSU tahun 2009 meningkat 16% dari tahun PRSU 2008. Peran BUMN dan BUMD di daerah ini cukup besar dalam penyelenggaraan PRSU ini. Namun dia menyadari dari kualitas PRSU masih belum memenuhi sasaran yang diharapkan bersama.

“Inilah yang perlu kita kerjakan bersama-sama. Kita tidak bisa melepaskan yayasan saja yang sendiri mengerjakan ajang pesta budaya, promosi dagang dan hiburan ini.Tentunya pemerintahan propinsi, kabupaten/kota, BUMN/BUMD ikut menopang yayasan dalam mempromosikan PRSU,” katanya.
Gubsu berharap agar rekan-rekan pers ikut mempromosikan sekaligus mengontrol kegiatan PRSU ini, agar berlangsung sukses. ”Bukan tidak boleh menulis yang jelek, tetapi marilah tulis yang bagus. Yang jelek sampaikan kepada ketua yayasan. Kalau ada juga masih kurang puas sampaikan kepada saya, sehingga kita bisa benahi,” pungkasnya.
Ketua Yayasan PRSU, Drs H Panusunan Pasaribu mengatakan, kegiatan PRSU ini merupakan kalender tahunan, dalam menyambut HUT ke-61 Provinsi Sumatera Utara tanggal 16 April 2009.
Selain ajang promosi dagang/bisnis, PRSU ke-38 ini juga ajang menampilkan kreasi masing-masing daerah. Selain itu dari hiburannya, ditampilkan sejumlah artis ibukota maupun Sumut. Ada juga parade pakaian pengantin, danpenutupan tanggal 15April, akan tampil seni dari Propinsi Ghuangzou (RRC).
Dia menyebutkan, PRSU tahun 2009 ini diikuti 201 peserta, sedangkan PRSU tahun 2007 diikuti sebanyak 172 peserta. Peserta terdiridari: Sumut, NAD/Aceh, Sumbar, KalimantanTimur, DKI Jakarta, 30 kabupaten/kota di Sumut. Dari peserta luar negeri, ada Malayasia, Thailand dan Kerajaan Negeri Pulau Penang. BUMN sebanyak 11 peserta, dan perusahaan swasta sebanyak 117 peserta termasuk UMKM, property dan jasa.


Sumber : DNA

Baca selengkapnya...

Sabtu, 21 Maret 2009

Doa Sang Jenderal

Pada masa Perang Dunia Kedua, tepatnya bulan Mei 1952, seorang jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, menulis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul “Doa untuk Putraku”. Inilah isi puisi tersebut:
Doa untuk Putraku
Tuhanku...
Bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah putraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang putra yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan putraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putra yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya . . .
Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku . . .
Berilah ia kerendahan hati . . .
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki . . .
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna . . .
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”.
Pembaca yang budiman, puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas Mac Arthur tersebut merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: “Janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.” Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas.
Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: “Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda.”
Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan!!
Selamat berjuang!!!
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso

Baca selengkapnya...

Rabu, 18 Maret 2009

Mari Memulai Meditasi

Sudah banyak penelitian membuktikan meditasi bisa menurunkan risiko sejumlah penyakit, membebaskan Anda dari stres dan membuat bahagia. Kesalahpahaman terbesar soal meditasi adalah banyak orang berpikir ada sejumlah rahasia yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum memulai meditasi.

“Yang Anda butuhkan hanyalah sediakan sedikit waktu untuk mengalihkan perhatian dari kesibukan sehari-hari,” kata Stephan Bodian, terapis dan penulis buku Meditation for Dummies.

Apa sebetulnya rahasia meditasi menurutnya?
1. Lakukan di tempat yang tenang. Jika memungkinkan, sediakan tempat di rumah untuk bermeditasi. Kalau tak ada ruang khusus, sediakan kursi favorit saja. Anda tak harus bermeditasi dengan bersila atau posisi lotus. Duduklah dengan nyaman.

2. Tutup mata untuk memfokuskan pikiran ke dalam. Buka mata sebentar jika Anda merasa mengantuk.

3. Pilih kata yang berarti untuk Anda, misalnya damai. Ulangi kalimat itu perlahan di setiap napas. Atau duduklah dan perhatikan napas. Jika pikiran mulai berkeliaran, perlahan kembalikan konsentrasi ke napas.

4. Konsisten. Pilih tujuan kecil tetapi mudah dicapai terlebih dahulu. Meditasi 10 menit setiap hari cukup untuk menurunkan kadar stres secara dramatis. Memang butuh beberapa waktu menjadikan praktik meditasi ini menjadi kebiasaan sehat.

Sumber : kompas.com

Baca selengkapnya...

Senin, 16 Maret 2009

Hubungan Segi Tiga

Seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini seorang bijak memasuki sebuah pasar. Namun, ia tidak menemukan lelaki tua yang setiap pagi selalu menyambutnya dengan kata-kata hinaan. Dari orang-orang di pasar, orang bijak ini mengetahui bahwa si lelaki tua sedang sakit. Ia kemudian memutuskan membesuk lelaki ini di rumahnya.
Ketika ditanya orang mengapa ia berbuat baik pada orang yang telah memperlakukannya dengan tidak hormat, ia hanya berkata singkat, “Ini bukanlah persoalan antara aku dan lelaki itu. Ini adalah urusanku dengan Tuhanku.”
Para pembaca yang budiman, bagaimana pendapat Anda mengenai perbuatan si orang bijak?

Inilah yang saya sebut sebagai ”hubungan segi tiga”. Dan inilah paradigma yang lebih lengkap dalam mencermati hubungan antarmanusia. Dalam tataran yang lebih komprehensif, tidak pernah ada hubungan yang terjadi semata-mata antara kita dan orang lain. Apa pun yang terjadi antara kita dan orang lain senantiasa melibatkan pihak ketiga, yaitu Tuhan. Dalam situasi sehari-hari, kita mengingat hubungan segi tiga ini hanya dalam waktu-waktu tertentu seperti perkawinan. Dua orang manusia yang menikah bersaksi dan berjanji di hadapan Tuhan. Namun, situasi ini sering kita lupakan dalam keseharian kita yang lain. Padahal, peristiwa pernikahan tersebut juga berlangsung setiap saat dalam kehidupan kita. Tak pernah ada perbuatan yang tidak mengikutsertakan Tuhan. Kita tak akan pernah dapat mengatakan, ”Ini cuma antara saya dan Anda.” Karena apa pun kondisinya, kita akan selalu berhadapan dengan hubungan segi tiga ini.
Konsekuensi kenyataan ini adalah bahwa apa pun yang kita lakukan pada seseorang pastilah akan kita pertanggungjawabkan pada orang tersebut dan Tuhan. Bahkan, pertanggungjawaban kepada Tuhan sesungguhnya jauh lebih penting ketimbang pertanggungjawaban kita kepada yang lain.
Ketika seseorang berbuat jahat kepada kita, sering ada bagian dari kita yang menyuruh kita membalas kejahatan itu. Setiap aksi memang sering menimbulkan reaksi. Setiap stimulus pasti akan menghasilkan respons. Namun bila Anda memahami hubungan segi tiga ini, Anda akan memberikan respons yang berbeda. Bahkan, Anda akan merasa bahwa antara stimulus dan respons seolah-olah tidaklah memiliki hubungan. Orang-orang yang seperti ini sebenarnya telah mencapai puncak spiritualitas. Mereka hidup seperti Eknath Easwaran, spiritualis asal India, yang mengatakan, ”Saya tidak lagi hidup dalam dunia stimulus dan respons setiap hari, tetapi saya hidup di dunia kebebasan.”
Pemahaman terhadap adanya hubungan segi tiga ini akan benar-benar mengubah hidup Anda. Ketika ada orang yang menipu, memfitnah, menggosipkan dan berbuat jahat kepada Anda, Anda tidak akan membalas kejahatan itu dengan kejahatan yang sepadan. Ini karena Anda sadar sepenuhnya bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan Anda dan bahwa melakukan kejahatan akan merusak hubungan Anda dengan Tuhan. Anda sadar sepenuhnya bahwa membalas perbuatan jahat tidak ada hubungannya dengan perbuatan jahat itu sendiri. Anda tak membalas bukanlah karena Anda tak dapat melakukannya, tetapi karena Anda sadar bahwa Tuhan melihat Anda. Anda tak ingin sedikit pun mengecewakan Tuhan. Lebih jauh lagi, Anda tak ingin merusak harkat dan martabat Anda sendiri dengan membalas perbuatan jahat tersebut. Anda sama sekali tak ingin mencederai jiwa Anda dengan perbuatan yang akan senantiasa Anda sesali.
Pemahaman terhadap hubungan segi tiga akan membuat Anda mampu menjaga segala perbuatan Anda. Bahkan, seandainya Anda merasakan keinginan yang menggelegak untuk membalas kejahatan tersebut, pasti ada suatu kekuatan dari dalam jiwa Anda sendiri yang akan mengambil alih semua keresahan Anda dan kemudian menenangkan Anda kembali.
Saya ingin menutup tulisan saya kali ini dengan sebuah untaian kata yang sangat mencerahkan dari Ibu Theresa. Cobalah Anda baca dan resapi ungkapan yang luar biasa berikut ini, yang mampu membuat saya tergetar setiap membacanya.
”Orang kerap tak bernalar, tak logis dan egois. Biarpun begitu, maafkanlah mereka.”
”Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif yang egois. Biarpun begitu, tetaplah bersikap baik.”
”Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal pula mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati. Biarpun begitu, tetaplah meraih sukses.”
”Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu. Biarpun begitu, tetaplah jujur dan berterus terang”.
“Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam. Biarpun begitu, tetaplah membangun.”
“Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri. Biarpun begitu, tetaplah berbahagia.”
“Kebaikan yang engkau lakukan hari ini sering bakal dilupakan orang keesokan harinya. Biarpun begitu, tetaplah lakukan kebaikan.”
“Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup. Biarpun begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.”
“Ketahuilah, pada akhirnya, sesungguhnya ini semua adalah masalah antara engkau dan Tuhan; tak pernah antara engkau dan mereka.”


Oleh : Arvan Pradiansyah

Baca selengkapnya...

Sabtu, 14 Maret 2009

Kaca Spion

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu hari ada kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana. Bukan untuk baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga suap, saya merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda? malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah.

Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana . Jika masih ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku, terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang dan hati riang. Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak gado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta . Harganya Rp 500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada uang lebih, saya pasti nambah satu piring lagi. Tahun berganti tahun. Drop out dari kuliah, saya bekerja di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa dan Siapa Orang Indonesia . Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis Indonesia . Setelah itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karir sayaterus meningkat hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia dan Metro TV.
Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri saya sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak saya punya penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong karenanya.

Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya . Sejak kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas dan menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Saya bersama seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah mobil. Kaca spion mobil itu patah.

Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumah saya langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang sebenarnya sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma enam kali empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur di ruangan itu. Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik mobil datang. dengan suara keras dia marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya.

Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion mobilnya. Saya ingat harga kaca spion itu Rp 2.000. Tapi uang senilai itu, pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan penghasilan dari menjahit baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu itu Rp 1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan, order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami - ibu, dua kakak, dan saya - harus bisa bertahan hidup sebulan.

Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap akhir bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang. Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan uang untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan. Di mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca spion mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat kondisi ibu dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi?
Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah ibu juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik mobil itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya.
Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan. Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orang kaya di dalam mobil mewah. Saya merasa semua orang yang naik mobil mahal jahat. Mereka orang-orang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati nurani.
Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya tertawa. ''Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak. Citarasamu sudah meningkat,'' ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, "Kamu berhak untuk itu. Sebab kamu sudah bekerja keras." Tidak mudah untuk untuk menghilangkan perasaan bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gado-gado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.

Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak sensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya tabrak. Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian. Salah satunya ketika mobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab. Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang, sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok. Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion.
Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung. Sang ibu, yang ecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusaha meluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh. Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul.
Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang pahit.
Refleksi:
Mengapa harus sombong dengan kekayaan yang kita miliki, karena kekayaan tiada berguna sama sekali, lebih baik menghidupkan lagi rasa toleransi yang ada pada diri untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.


Catatan Andy Noya (kick Andi)

Baca selengkapnya...

Jumat, 13 Maret 2009

Jalan-jalan Ke Situs Wisata Iman Dairi

“Sitinjo, An Unique Spiritual Tourism Site.” Begitu tertulis di sebuah media nasional berbahasa Inggris tanah menggambarkan panorama wisata alam religius Dairi ini. Letaknya di Kecamatan Sitinjo, 3 kilometer dari Kota Sidikalang.

Mobil masih melaju melintasi aspal hitam. Pemandangan di luar kabin seakan menarik kami untuk segera tiba di tujuan. Tak sabar rasanya. Tak lama, mobil menikung ke kiri, melewati sebuah portal yang bertuliskan “Taman Wisata Iman”.

Taman Wisata Iman, sebuah nama yang tepat untuk lokasi yang mengandung sejuta makna ini. Jejeran pinus menghantar kesejukan pada mata. Lalu, satu persatu bangunan rumah ibadah ibadah masing-masing agama tampak berdiri tegar. Semua rumah ibadah ada di sana. Seakan-akan Dairi ingin menunjukkan bahwa keaneragaman agama yang saling rukun dan bersatu adalah sesuatu nilai yang agung dan pantas ditanamkan.
Mobil kami menanjak jalanan berliku. Namun bagi umat Kristiani, jalanan yang berliku dan mendaki diyakini memiliki nilai spiritual tersendiri. Bagi mereka, berjalan di sepanjang Taman Wisata Iman mengibaratkan perjalanan Yesus memikul salib hingga Puncak Golgota.

Mereka tertawa, tersenyum. Tampak sesuatu di wajah mereka. Nyaman. Dan, yang pasti mereka berbeda agama.

Sekitar 100 meter setelah mendaki jalan berliku, perjalanan kami hentikan. Sebuah vihara berdiri tepat di sebelah kiri jalan. Vihara Saddhavadana namanya. Vihara ini telah berdiri sejak tahun 2002 dan hinga kini selalu ramai dipenuhi umat Buddha baik lokal mau pun Medan, bahkan kota-kota lain.

Memasuki bagian dalam vihara, sejenak keheningan terasa. Sebuah patung Buddha duduk bersila dengan telapak tangan menengadah ke depan sementara tangan kiri menyokong sikunya dari bawah. Temaram lampu redup menyala membikin suasana semakin sakral. Gema suara pelan dengan penjaga vihara masih dapat terdengar menggelinding di antara bangunan.

Perjalanan kembali dilanjutkan. “Goa Bunda Maria, sakrarlnya,” Membuat kami penasaran. Kami pun segera turun. Sebelum menuju ke sana kami pun harus melewati jalan-jalan setapak menurun. Hamparan bunga-bungaan sedikit mengusik pikiran akan firdaus. Damainya.

Jalan menurun, meski melelahkan namun paling tidak sebuah makna tergapai dari sana. Relief-relief yang menggambarkan perjalanan penderitaan Yesus sebelum naik ke surga (The Passion of the Christ) terasa hidup. Patung-patung itu menggambarkan ketika Yesus diadili, disiksa, memikul salib ke Puncak Golgata hingga akhirnya Ia disalibkan dan dikuburkan di sebuah gua. Beberapa pondok kecil dengan jendela terbuka menghadap lembah dan bukit meramaikan bangunan gereja di samping relief-relief itu. Sambil menunggu keluarga yang sedang berdoa, para pengunjung beragama Kristen masih dapat bersabar dengan ayunan dan beberapa tempat duduk dari kayu di taman tak jauh dari pondok doa itu.

Masih setengah perjalanan. Terasa lelah mendaki jalanan berkelok naik turun, kami pun beristirahat sejenak. Pemandangan alam yang indah. Udara aroma pinus tercium di mana-mana. Anak-anak pelajar tampak berbondong-bondong. Beberapa keluarga asyik berkumpul menikmati makan siang beralaskan tikar. Mereka tertawa, tersenyum. Tampak sesuatu di wajah mereka. Nyaman. Dan, yang pasti mereka berbeda agama.

Kami akhirnya tiba di sebuah bangunan mesjid dan relief Ka’bah di sampingnya, setelah beberapa menit mengunjungi pura bagi penganut agama Hindu. Bangunannya tepat menghadap lembah dengan sebuah taman dan tempat duduk kayu di depannya. Dari sini akan tampak pemandangan menuju Kecamatan Sumbul.

Relief Ka’bah tampak dikelilingi bunga-bunga. Beberapa pengunjung tampak asyik membidikkan lensa kameranya. Ada juga yang berjalan-jalan di sekitar taman sambil memandanginya lama-lama. Inilah puncak perjalan ke Taman Wisata Iman.

Sembari menikmati hidangan kopi panas, di hari yang mulai sore itu, kembali terenung dalam hati bahwa inilah karunia Sang Penguasa.


Sumber : DNA


Baca selengkapnya...

Kamis, 12 Maret 2009

Filosofi 'Truk Sampah'

Seberapa sering Anda membiarkan orang lain mengubah mood Anda? Apakah Anda membiarkan supir bemo yang sembrono, pelayan yang kasar, bos yang emosi, atau rekan kantor yang gak berperasaan --- menghancurkan hatimu? Terkecuali kalau Anda adalah robot; mungkin tanpa sadar seringkali Anda membalas memaki / memarahi mereka. Namun, ciri khas dari orang yang sukses adalah seberapa cepat dia dapat kembali dia berfokus pada apa yang penting.



Enam belas tahun yang lalu saya mempelajari pelajaran ini. Saya belajar di bagian belakang dari Taxi New York.


Ini yang terjadi.


Saya meloncat masuk ke dalam taksi, dan kami berangkat dari Grand Central Station. Kami mengemudi di jalur yang tepat. Namun tiba-tiba, sebuah mobil hitam melompat keluar dari ruang parkir tepat di depan kita. Supir taxi-ku langsung menghentak rem untuk berhenti mendadak, agak tergelincir sedikit dan hampir saja menabrak/ ditabrak mobil lain (tinggal beberapa inchi saja). Ukhh . . .


Supir mobil lain (orang tadi yang hampir menyebabkan kecelakaan besar) mengeluarkan kepalanya dari mobil dan mulai berteriak kata-kata kasar pada kita. Supir taxi-ku hanya tersenyum dan melambaikan tangan (dengan perlahan-lahan) kepada orang tadi.


Saya kira, supirku ini orang yang ramah. Jadi, saya berkata, "Mengapa Anda lakukan itu? Orang tadi hampir merusak mobilmu dan kita hampir celaka dan masuk Rumah Sakit gara-gara dia!"


Dan inilah yang dikatakan supir taxi-ku (baca di bawah) --- yang kemudian ku-sebut sebagai "The Law of Garbage Truck." ("Hukum Truk Sampah").


Banyak orang-orang seperti truk sampah. Mereka berjalan dengan penuh sampah, penuh dengan frustasi, penuh amarah, dan penuh dengan kekecewaan. Dan ketika sampah-sampah mereka mulai menumpuk, mereka perlu tempat untuk membuangnya. Dan jika Anda membiarkan mereka, mereka akan membanjiri sampah-sampah tersebut pada Anda. Bila seseorang ingin membuang sampah pada Anda, jangan diambil hati (jangan disimpan dalam hati).


Anda hanya perlu tersenyum, melambai, dan berharap mereka cepat pulih (membaik), dan Anda tetap melanjutkan pekerjaan Anda. Hati Anda akan senang setelah melakukannya.


Jadi karena hal ini: "The Law of Garbage Truck" ("Hukum Truk Sampah"). Saya mulai berpikir, seberapa sering saya biarkan "Truk Sampah" mempengaruhi saya? Dan seberapa sering saya ambil sampah dan mereka menularkannya kepada orang lain di tempat kerja/ rumah/ jalanan? Saya pun berjanji, "Saya tidak akan melakukannya lagi." Saya mulai melihat "truk sampah".


Seperti di film "The Sixth Sense,", anak kecil tersebut berkata, "Saya lihat Orang Mati." Nah, sekarang "Saya melihat Truk Sampah." Saya melihat mereka sedang membawa beban. Saya melihat mereka datang untuk menumpahkannya. Dan seperti Supir Taxi tadi, saya tidak akan memasukkan ke hati (I don't make it a personal thing), saya hanya akan tersenyum, melambai, berharap mereka bisa cepat pulih (membaik), dan saya tetap melanjutkan pekerjaanku.


Salah satu pemain football favoritku (Walter Payton) melakukan ini setiap hari di lapangan sepak bola. Dia akan melompat atas secepat dia pergi tanah setelah digasak/ di-sikut (di-tackle). Ia tidak pernah tetap diam di tanah untuk ditimpa oleh yang lain-lainnya. Payton telah siap untuk melakukan yang terbaik untuk aksi berikutnya.


Pemimpin yang bagus -- tahu mereka harus siap untuk pertemuan berikutnya . . .


Semua orang tua tahu bahwa mereka harus menyambut anak-anak (yang bakal pulang sekolah) dengan pelukan dan ciuman.


Pemimpin dan orang tua mengetahui bahwa mereka harus benar-benar hadir, dan pada saat yang terbaik untuk orang-orang yang mereka pedulikan.


Orang yang berhasil --- tidak pernah membiarkan "Truk Sampah" mengambil alih mereka. Bagaimana dengan Anda?


Apa yang akan terjadi dalam hidup Anda, mulai hari ini, jika anda membiarkan lebih "Truk Sampah" melewati anda?


Ini tebakanku: Anda akan bahagia. Hidup terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan menyesalkan, jadi . . .


Cintai orang-orang yang memperlakukan Anda dengan baik.


Dan lupakan hal-hal tentang orang-orang yang tidak berperilaku baik pada Anda.



Best regards

Veranica DA.


Baca selengkapnya...

Senin, 09 Maret 2009

Presiden Harap Stimulus Ekonomi Mulai April 2009

Solo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap stimulus ekonomi senilai Rp73 triliun yang terbagi menjadi jatah beberapa departemen dapat dialirkan mulai April 2009.

Saat berpidato pada acara peresmian Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu, Presiden Yudhoyono mengatakan ia telah memanggil menteri-menteri terkait dan memerintahkan agar stimulus tersebut terserap secara tepat guna.

"Mari kita sukseskan, ini uang negara, uang rakyat, harus tepat sasaran dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Semua menteri sudah diundang dan saya katakan jangan terlambat, April harus sudah mengalir," tutur Presiden.

Dalam pidatonya Presiden merinci, stimulus ekonomi senilai Rp73 triliun itu di antaranya dialokasikan Rp6,6 triliun untuk pembangunan jalan irigasi dan kesiapan menghadapi banjir yang dilakukan Pekerjaan Umum, Rp2,19 triliun untuk pembangunan sarana bandara, pelabuhan dan kereta api oleh Departemen Perhubungan, Rp500 miliar untuk pembangunan transimisi dan distribusi listrik yang dilakukan Departemen ESDM, Rp400 miliar untuk pembangunan rusunawa oleh Kementerian Perumahan Rakyat, Rp650 miliar untuk pertanian dan irigasi oleh Departemen Pertanian.

Selain itu, Rp100 miliar dialokasikan untuk pembangunan pasar tradisional dan sentra pedagang kaki lima oleh Kementerian Koperasi dan UKM, Rp355 miliar untuk pembangunan pasar tradisional dan gudang logistik oleh Departemen Perdagangan, Rp300 miliar untuk pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) oleh Departemen Tenaga Kerja, Rp150 miliar untuk subsidi rumah sakit dan Rp365 miliar untuk subsidi obat generik yang dialokasikan ke Departemen Kesehatan.

Menurut Presiden, dari subsidi Rp73 triliun itu masih ada lagi Rp12,2 triliun yang dialokasikan sebagai tambahan untuk departemen dan kementerian tertentu yang sebagian besar untuk pembangunan sarana dan prasarana.

Dalam pidatonya, Presiden juga mengingatkan kembali rencana penting pemerintah untuk mempercepat proyek pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia.

Selain diharapkan dapat mempercepat perkembangan ekonomi, pembangunan proyek infrastruktur diharapkan menyerap tenaga kerja di dalam kondisi krisis keuangan global.

Presiden mengingatkan kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, yaitu "dual track strategy" yang menggunakan anggaran negara dan juga melibatkan sektor swasta serta investor luar negeri.

Dalam pidatonya, Presiden juga mengatakan kelanjutan proyek infrastruktur sungai Bengawan Solo merupakan salah satu proyek prioritas dan karena itu ia minta pembangunan tersebut ditindaklanjuti.

"Karena itu saya meminta menteri pekerjaan umum, bersama Gubernur Jawa Timur dan bupati untuk sekali lagi di`update` rencana untuk membangun infrastruktur di sepanjang Bengawan Solo," tutur Presiden.

Proyek yang melibatkan dua provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur itu, menurut Presiden, merupakan megaproyek berbiaya sangat besar yang strategis dan dapat mengembangkan perekonomian Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca selengkapnya...