Senin, 22 Oktober 2012

Labu Kembar

Alkisah di China, terdapat dua orang kakak beradik yang berbeda ibu. Ibu si kakak sudah lama meninggal. Kini dia tinggal bersama ayah, ibu tiri & adik tirinya. Sang kakak menanam pohon labu dan dengan rajin memeliharanya hingga tumbuh besar. Suatu hari mereka mendengar kabar bahwa raja sedang sakit parah, tabib istana mengatakan bahwa labu kembar dapat menyembuhkan penyakit raja. Maka di adakan sayembara, barangsiapa yang memiliki labu kembar akan mendapat satu peti emas. Sang kakak segera memberitahu pada keluarganya. Pada hari keberangkatan sang kakak ke ibukota, ibu memanggil si adik ke dalam dapur, "Ada dua potong kue, yang polos dan bergambar bunga. Berilah kakakmu kue yang bergambar bunga, sebab ibu telah memberi racun di dalamnya." "Kenapa ibu ingin membunuh kakak? Bukankah ibu juga menyayangi kakak?" "Ibu memang menyayanginya, tapi kamu adalah anakku dan ibu tidak rela bila kakakmu mendapatkan emas itu, maka biarlah dia memakan kue beracun ini." Kemudian si adik membawa kue itu ke kakaknya, "Adikku, tunggu kakak ya, kakak janji akan segera pulang dan membeli banyak oleh-oleh untukmu dari kota dan uang emas hadiahnya untuk kita bersama !!" Sang adik terdiam, kemudian berkata pada kakaknya, "Kakak, ibu memberi kita berdua kue, makanlah tapi aku ingin kue yang bergambar bunga." Setelah itu si adik dengan lahap memakan kue beracun itu. Setelah kepergian kakaknya, dia berkata pada ibunya, "Ibu, kue beracun itu telah kumakan, kakak sangat baik kepadaku, mana mungkin aku tega membunuhnya. Setelah aku mati, sayangilah dia seperti ibu menyayangiku..." Ibunya yang mendengarnya kemudian memeluknya, "Anak bodoh, tidak ada racun sama sekali di kue bergambar bunga itu. Ibu hanya menguji rasa sayangmu pada kakakmu, ibu kuatir kamu menjadi iri dengan kemujuran kakakmu..." Pesan Moral, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."

Baca selengkapnya...

Kamis, 18 Oktober 2012

Bungkusan atau Isi ????

Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila hanya menguras pikiran untuk mengurus BUNGKUSAN-nya saja dan mengabaikan ISINYA. Bedakanlah apa itu Bungkusan dan apa itu Isinya!! Rumah yang indah hanya bungkusan, Keluarga Bahagia itu isinya. Pesta nikah hanya bungkusan, Cinta kasih, Pengertian dan Tanggung jawab itu isinya. Kecantikan hanya bungkusan, Kepribadian itu isinya. Jabatan hanya bungkusan, Pengabdian dan pelayanan itu isinya. Pergi ke tempat Ibadah itu bungkusan, Melakukan Firman Tuhan dalam hidup itu isinya. "Utamakanlah ISINYA...namun Rawatlah BUNGKUSNYA

Baca selengkapnya...

Senin, 15 Oktober 2012

Terungkap, Cara Apple Menjaga Ketat Rahasia Perusahaan

Caranya pun membuat pegawai tak nyaman. Apple merupakan perusahaan yang paling bernilai saat ini. Sebagai raksasa teknologi yang sering menghadirkan produk inovatif, ternyata Apple menyimpan rahasianya rapat-rapat. Terkadang ini membuat stres para pegawainya. Hal ini terungkap dari buku yang ditulis wartawan Fortune, Adam Lashinsky. Buku yang akan segera dirilis itu berjudul "Inside Apple: How America's Most Admired — and Secretive — Company Really Works." Mengutip laman Fortune, Lashinksy menjelaskan, pegawai Apple tahu akan ada sesuatu yang besar yang sedang dipersiapkan perusahaan ketika tukang bangunan datang ke gedung mereka. Tukang bangunan itu hanya pertanda, sebab tak lama kemudian tembok baru pun segera berdiri. Pintu ditambahkan, dan protokol keamanan baru pun muncul. Jendela yang tadinya transparan mulai tak terlihat. Bahkan, banyak ruangan yang tak memiliki jendela untuk bisa melihat ke dalam ruangan. Kerahasiaan di Apple ada dua bagian: eksternal dan internal. Apple berusaha melindungi produknya dan aktivitas yang terjadi di dalamnya dari para pesaing mereka. Untuk perusahaan teknologi, ini bisa dibilang wajar. Sebab, mereka tak ingin inovasinya bocor sebelum dirilis. Sayangnya, pegawai Apple sering menjadi "korban" kerahasiaan itu. Ketika orang berkunjung ke Apple Campus yang merupakan markas Apple, hanya ada satu suvenir yang dijual. Suvenir itu adalah T-shirt dengan tulisan "I VISITED APPLE CAMPUS. BUT THAT'S ALL I'M ALLOWED TO SAY". Ini jelas berbeda dengan markas Google, yaitu Googleplex. Sebab, begitu banyak informasi, bahkan foto yang mengungkap aktivitas para pekerja Google. Umpan Produk Palsu Tapi, tak hanya itu, di buku itu juga mengungkap betapa beratnya pegawai Apple mengemban kerahasiaan Apple. Bahkan, mereka tak diizinkan membicarakan apa yang mereka kerjakan kepada anak dan istri mereka. Seorang mantan pekerja pernah bercerita kalau pegawai Apple mengembangkan suatu produk, yang ternyata itu adalah produk palsu yang tak sedang dikembangkan Apple. "Dia bekerja atau pernah bekerja kembangkan produk palsu, yang saya yakin terjadi di awal kariernya, juga terus dilakukan wawancara selama 9 bulan. Itu dilakukan secara intens," demikian pengakuan mantan pegawai Apple di buku Lashinsky, dikutip dari laman Gizmodo. Produk palsu itu sengaja "diumpankan" Apple untuk menguji pegawainya. Jadi, ketika produk palsu itu bocor ke publik, Apple langsung tahu siapa yang membocorkannya. Dengan strategi yang dijalankan itu, Apple berhasil mengejutkan pasar saat menghadirkan produk inovatif seperti iPod, iPhone, juga iPad. Tak heran jika pendiri Apple, Steve Jobs, sangat marah saat pertama kali mengenal sistem operasi Android. Merasa idenya dicuri, Steve Jobs pun pernah mengancam akan melakukan perang nuklir melawan Android. Meski kini, Apple belum melakukan gugatan sengketa paten terhadap Google, dan "hanya" berani melawan Samsung. (art) VIVAnews

Baca selengkapnya...

Sabtu, 13 Oktober 2012

Panduan Jumlah Uang Tip di Seluruh Dunia

Saat melancong, menikmati kuliner khas di restoran suatu negara kadang menjadi petualangan tersendiri. Setiap negara pasti memiliki restoran yang menjadi andalannya. Namun, urusan memberi tip bisa jadi membingungkan untuk setiap negara di dunia. Apalagi untuk pelancong orang Indonesia. Kesulitan ini kerap dialami, sebab pada dasarnya Indonesia tidak memiliki tradisi memberi uang tip. Kebiasaan memberikan uang tip sudah mulai menjamur di Indonesia sebagai tumbuhnya pariwisata di negara ini. “Sangat lumrah bagi orang-orang yang melakukan perjalanan ke area-area baru di dunia dan tidak terlalu memerhatikan perbedaan budaya dalam berbagai situasi,” demikian tertulis pada Visual.ly, sebuah situs infografis yang menampilkan data mengenai perbedaan uang tip. Enter Jadon Stewart dan infografis miliknya mendokumentasikan kebiasaan memberikan uang tip di seluruh dunia. Seperti di Amerika Utara, kebiasaan memberikan tip sebesar 15 hingga 20 persen diharapkan dari tamu terutama jika biaya pelayanan tidak termasuk dalam tagihan. Sementara, petugas yang membawa bagasi biasa mengharapkan satu sampai dua dollar AS per tas. Sedangkan uang tip untuk supir taksi biasanya sekitar 10 persen dari ongkos taksi. Berbeda lagi dengan negara China dan Jepang. Di kedua negara ini, pelancong tidak diharapkan untuk memberikan tip sama sekali kepada supir taksi maupun petugas pembawa tas. Namun, beda dengan Hongkong walaupun masuk dalam China. Di Hongkong terbiasa memberikan tip sebesar 10 persen. Jika bingung saat menentukan berapa uang tip yang harus diberikan, cukup lebihkan uang bayaran Anda dari tagihan yang tertera. Lalu katakan pada pelayan untuk menyimpan kembaliannya. Berikut panduan singkat mengenai uang tip di kontinen-kontinen dunia. Asia. Urusan restoran, di India berikan tip sebesar 10 persen dari tagihan jika biaya pelayanan (service charge) tak masuk dalam tagihan. Sementara di Jepang dan China, kecuali Hongkong, pemberian tip dianggap tak lazim untuk di restoran. Sedangkan Hongkong dan negara-negara lain bisa memberikan tip sebesar 10 persen dari tagihan. Untuk hotel, di India biasanya memberikan uang tip sekitar 1 dollar AS per tas untuk petugas yang membawakan tas. Sementara di Hongkong uang tip sekitar 10 dollar Hongkong. Pemberian uang tip untuk supir taksi di India tidak ada aturan baku, cukup lebihkan uang dari ongkos taksi dan katakan supir untuk menyimpan kembaliannya. Sama halnya dengan negara-negara lain di Asia, bulatkan saja tagihannya dan minta supir untuk menyimpan kembalian. Namun, jangan memberikan uang tip pada supir taksi di Jepang dan China. Australia dan Selandia Baru. Untuk restoran di Australia, berikan uang tip sebesar 10 persen dari tagihan. Ini berlaku untuk restoran mewah. Sementara di Selandia Baru, tak perlu memberikan uang tip karena mereka tak mengharapkannya. Untuk hotel, baik Australia dan Selandia Baru, biasanya menerima 1 sampai 2 dollar AS per tas. Sedangkan untuk taksi di Australia, bulatkan ongkos taksi dan minta supir menyimpan kembalian. Di Selandia Baru, supir taksi biasa mendapatkan tip sebesar 10 persen dari ongkos taksi. Eropa. Restoran di negara-negara di Eropa biasanya terbiasa menerima uang tip sebesar 10 persen dari tagihan. Sedangkan di hotel, petugas pembawa tas biasa menerima 1 sampai 2 euro per tas. Untuk supir taksi, cukup lebihkan saat membayar ongkos taksi dan minta supir menyimpan kembalian. Amerika Selatan. Untuk restoran, tambahkan 10 persen dari tagihan sebagai uang tip, jika biaya pelayanan tidak termasuk dalam tagihan. Sedangkan untuk hotel, kisaran uang tip adalah 1 dolar AS untuk petugas hotel. Sementara supir taksi tak perlu diberikan uang tip, cukup bulatkan tagihan. Amerika Utara. Untuk restoran, uang tip biasa diberikan sekitar 15-20 persen dari tagihan terutama jika tak ada tambahan biaya pelayanan. Tambahan satu sampai dua dollar AS per minuman untuk bartender. Sedangkan untuk hotel, kisaran uang tip antara 1 sampai 2 dollar AS per tas untuk petugas pembawa tas. Sementara supir taksi biasa mendapatkan uang tip sebesar 10 persen dari ongkos taksi. Timur Tengah. Untuk restoran, tambahkan 10 persen dari tagihan untuk uang tip, terutama jika tak ada biaya pelayanan di dalam tagihan. Tambahkan lagi 5 persen jika berada di negara Qatar dan Uni Emirat Arab. Sedangkan untuk hotel, petugas pembawa tas biasa mendapatkan 1 sampai 2 dollar AS. Sementara supir taksi tak mengharapkan uang tip. Afrika. Pelayan restoran biasa mendapatkan 10 persen dari tagihan, terutama bila tidak ada biaya pelayanan dalam tagihan. Tambahkan 5 persen jika makan di restoran di negara Afrika Selatan. Sementara untuk petugas pembawa tas di hotel, biasa mendapatkan uang tip sebesar 1 dollar AS per tas. Untuk supir taksi, berikan 10 persen dari ongkos taksi. KOMPAS.com

Baca selengkapnya...

Rabu, 10 Oktober 2012

Kehidupan

Dalam hidup, kadang yang kita rencanakan bahkan impikan berjalan tidak seperti apa yang kita harapkan. Itulah kehidupan, kehidupan yang mengajarkan bagaimana kita menjadikan semua ini menjadi kebaikan bukan kesedihan … Saat tekanan datang, katakan pada hatimu “setelah ini, aku bisa lebih baik lagi”.. Setiap masalah di bumi ini semata-mata untuk menguatkan jiwamu menjadi sosok yang baik, bijak, dan teduh ... Berani mati tidaklah luar biasa.. Namun, berani tetap hidup pada saat tidak ada lagi yang kita miliki.. … itu baru luar biasa!. Hidup itu indah, dan masih akan banyak hal luar biasa yang belum kita temukan dalam hidup kita.... Jangan memandang rendah dan remeh orang lain, hanya karena tak lebih pintar, tak lebih kaya, tak lebih beruntung, dan tak mempunyai pangkat sepertimu.... Kadangkala batubara yang legam terlihat… lebih berkilau dibanding dengan permata yang mahal harganya ... Hidup adalah sebuah proses yang singkat. Penghuni bumi ini selalu saja berganti “hidup itu cuma sekedar mampir minum”. Seperti pengembara di perjalanan panjang ... Ia akan berhenti sejenak untuk minum sebelum Kembali melanjutkan langkahnya.. Gunakan proses hidup yg kita lalui ini dengan sebaik baiknya. Karna tidak ada yang menjamin bahwa kita bisa hidup sampai berapa lama didunia ini….

Baca selengkapnya...

Senin, 08 Oktober 2012

Selayang Pandang Withholding Tax di Indonesia

Salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Withholding Tax system (pemotongan/ pemungutan pajak). Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan. Sistem Withholding Tax di Indonesia diterapkan pada mekanisme pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan (PPh). Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya (misal: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23). Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran (misal: PPh Pasal 22). Pemotongan PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 adalah Pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pemungutan PPh Pasal 22 PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh: 1. Bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas penyerahan barang yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); 2. Badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan 3. WP Badan tertentu terkait pembayaran dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemotongan PPh Pasal 23 PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21. Pemotongan PPh Pasal 26 PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final (tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain. Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 (2) antara lain: penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan/jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek, penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi yang dijual di pasar modal, penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada anggota koperasi (WP Orang Pribadi), penghasilan modal ventura dari transaksi penjualan saham/pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan usahanya, persewaan tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, penghasilan usaha jasa konstruksi, serta penghasilan atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara. Pemotongan PPh Pasal 15 PPh Pasal 15 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma penghitungan khusus untuk golongan WP tertentu, agar memudahkan WP tersebut dalam melakukan kewajiban perpajakannya, seperti: perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional; perusahaan asuransi luar negeri; perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi; perusahaan dagang asing; serta perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer). Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto dari WP tertentu tersebut. Penerimaan Withholding Tax pada 2010 adalah sebesar Rp587,65 triliun, meningkat menjadi Rp730,418 triliun pada tahun 2011, dan ditargetkan menjadi Rp849,706 triliun untuk tahun 2012 atau 83,61 persen dari total target penerimaan pajak 2012 sebesar Rp1.016,237 triliun. Mengingat pentingnya peranan Withholding Tax dalam dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan, maka Ditjen Pajak mewajibkan seluruh pemotong dan pemungut pajak untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan yang berlaku. Bangga bayar pajak! (//ad Okezone

Baca selengkapnya...

Sabtu, 06 Oktober 2012

Ini Ekonomi Kepulauan, Bung!

Beberapa waktu lalu, saat menghadiri undangan Gala Dinner Asian Business Club, kelab eksekutif dan business owner yang sebagian besar mengenakan busana formal berdasi kupu-kupu, saya memperoleh satu keyakinan lagi tentang ekonomi Indonesia: terpatahkannya mitos-mitos lama. Ini menjadi menarik, sebab kebetulan banyak mitos yang "patah dengan mudah" belakangan ini. Coba deh, siapa yang nyangka Pak Jokowi, walikota dari kota kecil seperti Solo, bisa menang menjadi Gubernur DKI Jakarta tanpa banyak modal uang dan partai pendukung yang besar? Mitos bahwa pemilihan langsung adalah domain partai-partai politik besar dan politik uang, goyah sudah. Ternyata, personal selling jauh lebih penting ketika pemilih melek perubahan. Maka, seperti topik awal, mitos tentang ekonomi Indonesia malam itu dipatahkan oleh Raoul Oberman, direktur McKinsey & Company, yang berbicara pada Gala Dinner di hotel Shangri-La tersebut. Katanya, pertumbuhan yang cepat dialami Indonesia belakangan ini "bukanlah fenomena boom dan bust," tetapi peluang jangka panjang. Ia agaknya mendengar banyak anggapan bahwa potret kemajuan Indonesia saat ini sekadar gejala balon yang "menggelembung", untuk kemudian "kempes" lagi. Bukan begitu, ternyata. *** Asal tahu saja, dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah mitos berarti "cerita tertentu yang dibesar-besarkan", atau "keyakinan" dalam kamus Thesaurus, dan bisa jadi "isapan jempol" dalam pengertian global. Berdasarkan riset mereka, McKinsey menemukan sejumlah fakta yang membantah mitos-mitos yang ada. Dengan kata lain, anggapan yang berkembang selama ini cuma isapan jempol belaka. Sebut saja, misalnya, anggapan bahwa Indonesia adalah perekonomian yang tidak stabil (unstable economy). "Siapa bilang?" kata Raoul. Nyatanya, Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tercatat sebagai negara yang paling stabil (nomor 1), menurut statistik OECD. OECD adalah organisasi yang mengurus kerjasama ekonomi dan pembangunan global. OECD adalah"agen" yang membantu pemerintahan menghadapi tantangan-tantangan ekonomi, sosial dan tatakelola di tengah dinamika globalisasi perekonomian. Tentu tidak berlebihan. Wong dalam hampir satu dekade terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia terus bergerak dari kisaran 4% hingga menjadi 6,5% dewasa ini. Raoul juga mematahkan anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya terjadi di Jakarta dan Jawa. Nyatanya, riset McKinsey menemukan bahwa sebagian besar pertumbuhan ekonomi justru terjadi di luar Jawa. Raoul juga mematahkan mitos lainnya, yakni anggapan bahwa mesin pendorong pertumbuhan berasal dari ledakan ekspor komoditas. Ternyata, produk non-komoditas-lah yang menyetir ekspor Indonesia. Begitu pula adanya anggapan bahwa urbanisasi menjadi persoalan gawat di kota besar di Jawa terutama Jakarta. Ternyata, temuan McKinsey justru membentuk fakta baru bahwa urbanisasi adalah sumber pertumbuhan, yang berasal dari meningkatnya angkatan kerja. Dia malah membandingkan, angka urbanisasi di Jawa hanya tumbuh di bawah 5%, sebaliknya di kota-kota besar di uar Jawa (Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi) bahkan tumbuh di atas 7%. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pesat terjadi di luar Jawa. *** Saat berbincang dengan pemilik Grup Lippo James Riady di sela acara itu, ia bertanya kesan saya tentang pendapat Raoul tersebut. "Masuk akal," saya katakan, sembari bercerita tentang kepadatan lalulintas truk-truk besar bermuatan penuh saban malam di jalan tol Jakarta-Merak. Itu, sekadar contoh saja, yang buat saya adalah indikasi bahwa ekonomi bergerak dari Jawa ke Sumatra. Pergerakan orang lebih gila lagi. Bandara di kota-kota besar Indonesia kini tak pernah sepi. Kapasitas Soekarno-Hatta tahun lalu sudah terlewati nyaris tiga kali lipat dari daya tampung sebenarnya. Luar biasa, kalau tidak ingin menyebut "ini gila." Maka kata Raoul, Indonesia memiliki pertumbuhan yang produktif, inklusif dan "resilient". Apa maknanya? Pertumbuhan ekonomi Indonesia lentur, lenting, elastis. Tidak mudah patah. Karena sumber pertumbuhannya menyebar, banyak, tidak mudah goyah. Begitu kira-kira. *** Cuplikan cerita di atas sengaja saya ambil, untuk memberikan sudut pandang yang lain. Anda mungkin kerap mendengar celotehan, "Pemerintahan [Presiden] SBY itu pemerintahan autopilot." Setuju atau tidak, tentu tergantung cara melihatnya. Lantas, setelah mendengar ceramah singkat Raoul itu, ada pertanyaan yang justru datang sebaliknya. "Kalau begitu menurut Anda [Presiden] SBY bagus atau tidak?" Begitu kira-kira. Saya bilang: "Lumayan." Lho mengapa? SBY berhasil meletakkan landasan stabilitas politik dan keamanan. Maka modal dasar itu menjadi penting, sebagai landasan pertumbuhan ekonomi yang lebih leluasa. Dan hasilnya lumayan, pertumbuhan ekonomi terus merangkak naik, hingga 6,5% ekspektasi tahun ini. Maka, jikalau ekspektasi Anda lebih besar lagi, ya nggak apa. Setelah stabilitas, tentu butuh instrumen lain untuk memacu pertumbuhan, dan kemudian menyebarkan pemerataan pendapatan. Memang itulah teorinya, yang sekarang ini menjadi esensi Catur Sukses salah satu partai politik besar, dan dulu menjadi trilogi pembangunan Pak Harto. Nah, ekspektasi lebih inilah yang belum terpenuhi. Geliat perekonomian tidak banyak dihela oleh kebijakan pemerintah, namun lebih banyak didorong oleh aktivitas masyarakat serta pelaku usaha. Tapi jika Anda penasaran, coba deh dengar lagi pendapat Raoul. Perekonomian Indonesia bisa tumbuh di atas 7% per tahun seperti target pemerintah, jika mampu menggenjot produktivitas dua pertiga kali lebih besar dari level produktivitas saat ini. Lantas bagaimana dalam jangka panjang? Diyakini ekonomi berbasis konsumsi, yang menyumbang 60% pertumbuhan Indonesia, akan terus berlanjut hingga 2030 mendatang. Diperkirakan akan terdapat 90 juta tambahan kelas konsumen baru hingga tahun tersebut, dengan pendapatan bersih US$3.600 per tahun. Sektor bisnis berbasis konsumer diperkirakan akan terus melambung, dengan potensi bisnis US$1,8 triliun. Mobile banking akan meledak. Bakal tumbuh 30 juta petani dengan peningkatan pendapatan tiga kali lipat, yang memicu kapasitas peningkatan ekspor pangan hingga130 juta ton ke pasar internasional. Tentu peluang itu hanya akan terjadi jika pemerintah mampu membangun kapasitas: Meningkatkan kualitas guru, mengembangkan kurikulum berbasis permintaan (termasuk dari pertabian dan industri), sekaligus membangun kapasitas tenaga kerja yang berkeahlian. Ini adalah kunci pintu untuk bisa masuk lebih dalam memperkuat sektor konsumsi, pertanian, dan sumberdaya masa depan Indonesia. Kalau McKinsey begitu yakin, tentu ini karena karakteristik Indonesia yang selain didukung pasar yang besar, juga kekuatan geografis yang disebutnya sebagai archipelago economy. "Ini ekonomi kepulauan, Bung!" Begitu kira-kira. Karena kepulauan, mobilitas sumberdaya menjadi lebih tinggi, sumber pertumbuhan banyak dan tersebar; yang didorong oleh kekuatan konsumsi yang besar. Maka perekonomian lebih elastis, lentur, dan "tidak gampang patah". Nah, bagaimana menurut Anda? Arief Budisusilo

Baca selengkapnya...

Musim Dingin

Waktu itu musim gugur, seorang suku indian pada daerah terpencil bertanya pada kepala suku mereka yang baru. "Wala-wala chimo-ela suma totangka obuawachi?" yang artinya, "Kepala suku, apakah musim dingin kali ini akan sangat dingin atau seperti biasanya?". Karena kepala suku ini sudah modern, dia tidak pernah belajar meramal cuaca dengan cara-cara kuno lagi. Ketika melihat ke atas, ia tidak dapat mengatakan bagaimana nantinya keadaan cuaca. Meskipun begitu, supaya aman, ia mengatakan bahwa musim dingin nantinya akan terasa dingin, sehingga ia menyuruh warganya untuk mengumpulkan kayu bakar untuk persiapan musim dingin. Namun setelah beberapa hari, muncul idenya untuk menelepon Layanan Perkiraan Cuaca, dan menanyakan, "Apa musim dingin kali ini akan sangat dingin atau tidak?". "Kelihatannya musim dingin kali ini akan sangat dingin," kata petugas di Layanan Perkiraan Cuaca tersebut. Kemudian kepala suku kembali dan menyuruh warganya untuk mengumpulkan kayu lebih banyak lagi untuk persiapan. Seminggu kemudian dia menelepon kembali Layanan Perkiraan Cuaca. "Apa musim dingin kali ini akan sangat dingin?". "Ya," jawab orang di Layanan Perkiraan Cuaca tersebut, "Musim dingin kali ini akan sangaaat dingin!". Kepala suku kembali dan menyuruh warganya untuk mengumpulkan semua kayu dan ranting pohon yang mereka temukan. Dua minggu kemudian dia menelepon kembali dan bertanya, "Apa anda yakin bahwa musim dingin kali ini akan sangat dingin?". "Pasti," jawab orang di Layanan Perkiraan Cuaca tersebut, "kelihatannya akan jadi musim dingin yang paling dingin yang pernah ada." "Kenapa anda begitu yakin?" tanya kepala suku. Pria itu menjawab, "Karena para suku Indian sedang mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah yang gila-gilaan!".

Baca selengkapnya...

Kamis, 04 Oktober 2012

BERINVESTASI SECARA RASIONAL DAN SESUAI SELERA RISIKO

Modus penipuan berkedok investasi bodong yang menjanjikan keuntungan menggiurkan terus saja terjadi di negeri ini. Tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan sebagainya, namun juga sudah merambah ke kota-kota kecil. Dikabarkan telah terjadi aksi penipuan berkedok investasi yang memakan korban sebanyak 4.500 warga Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya, yang memercayakan dana mereka di sebuah perseroan terbatas (sebut saja PT X). Konon Direktur Utama PT X yang menggondol dana nasabah hampir Rp104 miliar berhasil ditangkap. Orang ini terkesan sangat rapi dalam menjalankan perusahaannya, dengan membuatnya nampak lebih bonafid. Sesungguhnya PT X adalah perusahaan konsultan, dan tak memiliki izin perusahaan investasi. Jadi semacam perusahaan abal-abal. Perusahaan ini eksis beroperasi dari tahun 2010 hingga 2011. Pengelola menawarkan investasi dengan bunga 0,8% per hari atau 16% per bulan dari dana yang disetor. Nasabah bisa memilih kontrak investasi berjangka 3, 6, atau 9 bulan. Dengan investasi minimal Rp2,5 juta dijanjikan pula komisi bisa diambil harian, mingguan, atau bulanan. Semua penawaran menggiurkan ini tak pelak menarik minta warga untuk berinvestasi. PT X pun kebanjiran nasabah melalui 13 koordinator yang merupakan tokoh masyarakat. Tanpa pernah tahu istilah dan seluk beluk investasi dalam money trading, para investor dadakan ini benar-benar terbuai dengan janji-janji keuntungan besar yang ditawarkan. Apalagi PT X memberikan sertifikat sebagai bukti penyetoran dan kartu keanggotaan yang ditandatangani direktur utama. Seperti usaha-usaha investasi akal-akalan lain, pada mulanya pembayaran ke nasabah lancar-lancar saja. Namun memasuki bulan ketujuh pada Februari 2011, pembayaran komisi mulai macet. Rekening diblokir dan uang nasabah seratus miliar rupiah lebih digondol sang direktur utama. Petualang-petualang dunia keuangan seperti ini tampaknya selalu akan ada. Hal ini tak lepas dari keinginan masyarakat untuk memperoleh keuntungan yang cepat, besar dan tanpa susah payah. Janji keuntungan besar menjadi iming-iming yang di luar nalar sehat ternyata tetap saja manjur untuk memikat pemilik dana. Nasabah seolah tak peduli apakah ia memiliki informasi yang cukup atau tidak mengenai investasi jenis ini. Bagaimana pula bonafiditas perusahaan. Yang jadi perhatian, tanpa melakukan usaha apa pun, dananya bisa menjadi berlipat-lipat. Mereka tak mengukur risikonya seperti apa. Padahal, setiap jenis produk investasi tentu ada risiko. Kebanyakan dari mereka juga tidak tahu seberapa besar kemampuan mereka dalam mengantisipasi risiko kerugian atau malah kehilangan uang. Pastinya mereka tidak tahu persis risk appetite (selera risiko) mereka masing-masing. Pokoknya ada tawaran yang menggiurkan, tanpa pikir panjang, langsung dibeli. Yang mengenaskan, mereka tidak pernah memikirkan apakah imbal hasil yang diberikan itu masuk akal atau tidak. Mereka juga tidak berpikir, bagaimana pengelola dana publik itu memutar uangnya sehingga dapat memberikan keuntungan yang tidak wajar tadi. Terpikirkan pun tidak bagaimana perusahaan mengelola dana agar menghasilkan keuntungan lebih tinggi dari yang diberikan kepada para nasabah. Jika nasabah diberi bunga tinggi, maka dana harus diputar untuk usaha yang menghasilkan lebih tinggi. Nasabah perlu mempertanyakan usaha apa saja yang bisa memberikan keuntungan lebih dari 16% per bulan. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian para nasabah inilah yang menjadi celah masuknya para petualang keuangan untuk menggaet uang mereka. Jadi, siapa yang harus disalahkan? Pengelola dana atau pemilik dana? Itulah sebabnya kini terjadi pergeseran dimana orang-orang pintar yang menipu ini sekarang beroperasi ke kota-kota kecil yang masyarakatnya belum begitu paham seluk beluk investasi. Mereka mudah diakali dengan janji-janji setinggi langit yang memabukkan karena pada dasarnya sebagian orang semakin malas bekerja keras dan lebih memilih cara hidup instan. Para penipu tadi sulit beroperasi di kota-kota besar karena gerak gerik mereka sudah terendus oleh pihak berwajib. Di samping itu, masyarakat kota besar juga lebih kritis dan rasional dalam melakukan investasi. Pemberitaan yang gencar terkait aksi-aksi penipuan juga mereka lihat dan dengar sehingga mereka makin paham sehingga tidak mudah dikibuli. Para pemilik uang di kota-kota kecil ini jelas tak memiliki informasi tentang investasi keuangan yang menyeluruh, sehingga sangat mudah terjerat tipu daya. Investasi yang diharapkan menghasilkan uang lebih banyak ternyata berbuah ketidakberuntungan alia skerugian. Bahkan dimungkinkan investasi pokok mereka tak kembali. Celakanya, karena perseroan abal-abal ini tidak terdaftar di otoritas keuangan, menjadi sulit bagi otoritas keuangan untuk mengatur, memantau, mengawasi dan mengendalikannya. Operasional mereka memang di luar domain otoritas keuangan. Jadi, langkah yang bisa ditempuh oleh otoritas keuangan adalah mengajak lembaga-lembaga keuangan seperti perbankan untuk proaktif melakukan program edukasi kepada masyarakat di daerah-daerah mengenai seluk beluk investasi. Dalam konteks pendalaman pasar keuangan (financial deepening), tentu baik dan bermanfaat apabila program edukasi tadi dilakukan secara terarah dan sistematis. Terkait dengan program inklusi keuangan (financial inclusion), yang diterjemahkan dengan “produk keuangan untuk semua”, menjadi berarti dan bermanfaat program edukasi dilakukan hingga pelosok-pelosok daerah dimana sebagian besar orang belum tersentuh oleh layanan lembaga keuangan formal seperti perbankan. Konon sekitar 50% masyarakat daerah belum memiliki akses ke lembaga keuangan. Kelompok ini tergolong ke dalam kategori “unbanked society” yang sangat membutuhkan edukasi mengenai lembaga keuangan. Potensi penggalian dana di kelompok ini cukup besar dan dapat memperkuat likuiditas perbankan serta disalurkan dalam bentuk kredit untuk menggerakkan sektor riil. Tentu semua itu tidak bisa dibebankan hanya kepada otoritas keuangan seperti Bank Indonesia dan lembaga perbankan saja, melainkan juga harus melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam program edukasi keuangan dan investasi agar masyarakat semakin melek keuangan dan investasi. Ujung-ujungnya mereka tidak mudah tergiur denganm tawaran investasi yang aneh-aneh alias tidak masuk akal dan mereka terhindar dari kerugian. Business News

Baca selengkapnya...

Jumat, 28 September 2012

Sopan-santun Saat Memotret, Apa Itu?

Memotret merupakan kegiatan yang menyenangkan. Anda akan memperoleh kepuasan bila gambar yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Nah, untuk memperoleh kepuasan tersebut, pada dasarnya ada sopan santun yang sudah menjadi semacam hukum tidak tertulis selama bertahun-tahun. 

Sopan santun ini mengacu pada etika tata krama pada umumnya, namun sering dilupakan karena 'saking bernafsunya' memotret. Apa itu? 

1. Patuhi peraturan setempat. Bila ada larangan tertulis untuk tidak mengambil gambar, ada baiknya mematuhi. Sebab, larangan itu biasanya terkait dengan kerahasiaan atau keamanan seseorang/lembaga seperti institusi militer. Bila tidak ada larangan tertulis namun diberitahu petugas bahwa dilarang memotret di tempat itu, tidak perlu ngotot. Masih banyak hal lain yang bisa diabadikan bukan? 

2. Saat memotret seseorang yang belum dikenal, tidak harus langsung jepret. Perlu meminta izin dulu karena tidak semua orang suka dipotret. Anda juga perlu menjelaskan tujuan memotret untuk keperluan pribadi ataukah komersial. Buat subjek foto Anda senyaman mungkin untuk difoto dengan diajak berkomunikasi. Sehingga hasil foto terlihat luwes dan tidak canggung. 

3. Pada sebuah acara, ikuti arahan panitia dengan seksama. Kalaupun ada petunjuk yang keberatan, usahakan dinegosiasikan dengan baik. Biasanya, kasus ini sering terjadi saat panitia belum terbiasa memahami kebutuhan fotografi secara utuh seperti penempatan tempat yang buruk untuk fotografer. 

4. Saat hendak memotret agenda yang kira-kira akan didatangi banyak fotografer, datanglah lebih cepat untuk memperoleh posisi terbaik. Jangan menutupi juru potret yang sudah berada di posisi siap siaga, apalagi nyelonong di depannya. 

5. Bila waktunya cukup lama dan ketika memperoleh posisi yang bagus, berikan kesempatan fotografer lain memotret dari spot tersebut. 5 hingga 10 frame sudah cukup membuatnya senang dan Anda dapat kembali ke posisi itu setelahnya tanpa perlu dianggap arogan. Sebab, pada dasarnya setiap fotografer mempunyai hak sama memperoleh gambar. Perilaku yang santun sesama fotografer akan membentuk rasa persaudaraan yang kuat. 

6. Pada pemotretan yang memerlukan setting tertentu dan dilakukan beramai-ramai, jangan mengganti set tanpa permisi terlebih dahulu kepada yang lain. 

7. Saat memotret agenda religius ataupun adat/ritual, tidak perlu bertingkah over acting ataupun bolak-balik bergeser posisi seperti setrikaan. Cukup sekali-dua kali bergeser posisi guna menjaga ritual berjalan khidmat. Jangan terlihat grasa-grusu dan membuat peserta ritual ilfill melihat tingkah laku fotografer. 

Dengan membawa diri sesopan mungkin dan tepat pada ukurannya, Anda sebagai fotografer akan dihormati. Pandai-pandai menempatkan diri, posisi dan bersosialisasi menjadi bekal sukses seorang fotografer.  


Kompas

Baca selengkapnya...

Senin, 24 September 2012

Menyogoklah dengan kejujuran

Mungkin Anda pernah dengar, ada seorang sopir taksi begitu gemetar ketika menemukan sekantung berlian senilai sekitar Rp2 miliar yang ditinggalkan secara tak sengaja oleh penumpangnya. 

Anda barangkali akan mengira, di tengah lunturnya nilai-nilai etika dan moral yang banyak dikeluhkan akhir-akhir ini, si sopir akan menyimpan barang itu sebagai rejeki nomplok. 

Dalam realitas kehidupan, mungkin komentar seperti ini yang akan muncul: "Ah, bego [bodoh] amat kalau dikembalikan." "Hari gini," begitu kita-kira, "Kapan lagi bisa dapat duit sebanyak itu tanpa harus capek kerja, atau jadi menantu orang kaya." 

Itulah probabilitas yang barangkali kerap terdengar dalam pembicaraan di sudut-sudut warung kopi pinggir jalan. Toh, banyak alasan yang bisa dibuat, jika penumpangnyma mencari kantung berlian itu. Misalnya saja, si supir bisa berdalih kantung berlian diambil penumpang lain yang dilayani berikutnya. Dan tahukah Anda, pengemudi taksi itu mengembalikan kantung berlian tersebut. 

Kebetulan ia bekerja di Blue Bird, operator taksi terbesar di Indonesia, yang kini mengelola lebih dari 25.000 armada, dengan lebih dari 28.000 sopir. Kini bisnis Blue Bird terus bertumbuh dengan pesat. Bahkan manajemen mengaku kewalahan untuk merekrut tenaga kerja yang kompeten karena pesatnya pertumbuhan bisnis yang tidak seiring dengan ketersediaan tenaga kerja yang mumpuni. 

Seperti dikisahkan Noni Purnomo, salah satu arsitek inovasi dan "otak perubahan" dalam manajemen Blue Bird, satu nilai dasar yang menjadi pondasi sukses perusahaan itu adalah Kejujuran. Di Blue Bird, kisah sekantung berlian itu hanyalah sepenggal cerita yang bisa jadi memperkuat keyakinan pelangganannya, bahwa perusahaan itu mempekerjakan profesional, yang benar-benar jujur. 

Sedikitnya 800 item barang yang tertinggal di taksi setiap bulan dalam berbagai bentuk, entah telepon genggam atau yang lain, dikembalikan sang pengemudi kepada penumpangnya. Maka, Jaya Suprana pernah menganugerahkan rekor Muri kepada operator taksi itu untuk rekor jumlah barang yang dikembalikan. 

Dalam budaya organisasi, nilai dasar yang dipegang individu-individu anggota organisasi, akan membentuk agregat nilai perusahaan yang disebut sebagai budaya perusahaan. Maka dalam industri jasa angkutan seperti taksi, hal itu tidak hanya termanifestasikan ke dalam kejujuran sang sopir dalam mengembalikan barang penumpang yang tertinggal, tetapi juga tercermin dalam seberapa akurat argometer mobil taksi yang dipasang oleh perusahaan. Ilustrasinya sederhana saja. Jika Anda naik taksi, tetapi argometer atau alat ukur ongkos taksi bergerak terlalu cepat dalam menghitung nilai rupiah yang harus dibayar, Anda tentu akan komplain besar. "Kok pakai "argo kuda" sih?" Begitu kira-kira. Dan cerita tentang argo kuda, sebagai olok-olok untuk sopir taksi --atau operator taksi-- yang memanipulasi mesin penghitung ongkos itu, beberapa tahun lalu kerap terdengar. 

Taksi argo kuda pun kini telah tiada, dan terpaksa mati-matian berusaha memoles citra, karena ditinggalkan pelanggannya. Intinya jelas, kejujuran memiliki korelasi kuat dengan kelangsungan bisnis jangka panjang. 

Saya ingat pesan ibu ketika minta doa restu hendak mencari pekerjaan begitu lepas kuliah sekitar tahun 1992 silam. "Mas, kowe [kamu] kerja apa saja silahkan. Yang penting jujur." Kakek saya serupa meski tak sama. "Mas, kamu jangan sekali-kali mencari pekerjaan dengan membayar [menyogok]." Begitu kurang lebih pesan yang terngiang sampai sekarang. Kakek saya benar. 

Apabila mencari kerja saja sudah nyogok, hampir dapat dipastikan akan sulit bekerja dengan jujur. Saya memaknainya dengan lebih jauh lagi: ada hak orang terhadap pekerjaan yang seharusnya didapatkan, tetapi diambil orang lain dengan cara paksa lewat mekanisme "sogokan". 

Anda tentu tahu, di musim rekrutmen pegawai negeri seperti bulan-bulan ini, mekanisme sogok-menyogok atau prinsip "orang terdekat" bukan "orang terbaik" masih [atau bahkan makin] marak terjadi. Maka, bagi yang menyogok untuk mendapatkan pekerjaan, kurang lebih telah menghilangkan kesempatan orang lain mendapatkan pekerjaan, alias menafkahi keluarganya seumur hidup. Itu sama saja dengan merampas kemakmuran orang lain! 

Itu filosofi moral, yang barangkali terdengar aneh bagi kebanyakan orang sekarang. Repotnya, perilaku menghalalkan segala cara tidak hanya merasuki jiwa individu, tetapi juga banyak organisasi. Ini tidak hanya organisasi bisnis, tetapi juga organisasi politik; bahkan yang mengklaim sebagai organsasi keagamaan. 

Maka, tidak heran jika "daftar tunggu" para tersangka di KPK atau komisi antikorupsi begitu panjang. Ada pejabat pemerintah yang sedang menunggu menjadi tertuduh kasus korupsi, atau pejabat partai politik yang diadili karena menjadi mafia proyek. Lalu ada lagi anggota DPR yang menjadi bandar anggaran, dan ada pula pelaku bisnis yang menjadi calon terdakwa. Sayangnya, itulah potret negeri ini. 

Kita belum sepenuhnya menjadi bangsa yang jujur. Padahal nilai kunci (key values) jujur, kerja keras dan disiplin, telah mengantarkan sukses tak hanyma korporasi tetapi juga negara. Tak perusahaan yang sudah tercatat di lantai bursa tetapi juga perusahaan keluarga. 

Di era modern sekarang, nilai dasar semacam itu banyak disebut sebagai prinsip good governance. Jiwanya adalah transparan dan akuntabel; patuh pada regulasi dan pajak, serta memiliki kepedulian dan tanggungjawab sosial yang tinggi.

Seandainya governance yang baik bisa menjadi gerakan nyata, saya percaya bangsa ini akan jauh lebih makmur dibandingkan dengan tingkat kemakmuran yang selalu dibangga-banggakan sekarang. Sebab masih banyak, dengan memakai analogi sopir taksi tadi, yang "tidak mengembalikan kantung berlian" kepada pemilik aslinya, atau bahkan "mengambil kantung berlian" milik orang lain secara sengaja. 

Masih banyak praktik sogok dan suap untuk mendapatkan pekerjaan, jabatan, proyek bisnis, yang pada gilirannya hanya mempertebal kantung segelintir orang yang punya jabatan atau otoritas yang mengambil keputusan atau membuat aturan. Itulah yang sesungguhnya mengancam "sustainabilitas" kita. Tentu tidak ada resep yang bisa menjadi penyembuh dengan cepat. Tetapi jika berkenan meresapi nasihat penggiat ekonomi syariah, Adiwarman A. Karim, barangkali ada manfaatnya. 

Izinkan saya mengutip tiga nasihat Karim sebagai pegangan profesional, birokrat ataupun pebisnis yang ingin sukses tanpa khawatir dicokok KPK. Pertama, keluarkan hal-hal yang buruk/ haram (jujur) dari kehidupan kita; lalu isi hidup dengan hal-hal yang baik alias proper dan ikuti aturan (cerdas), serta hiasi hidup dengan yang indah-indah (hubungan baik, jiwa besar, peduli). 

Kedengarannya puitis memang. Tetapi nasihat itu aplicable alias sangat bisa diterapkan jika Anda ingin berhasil, termasuk dalam menjalankan bisnis. Intinya, jujur saja tidak cukup, tetapi juga perlu lebih cerdas dan berhubungan secara baik dengan relasi kita. 

Maka seperti contoh kisah Blue Bird dan banyak perusahaan yang menjalankan filosofi itu, hasilnya Anda tidak hanya sukses "doing business", tetapi yang lebih penting adalah sukses "doing good business" yang berkesinambungan. Jadi, bolehlah Anda menyogok, tetapi sogoklah dengan kejujuran, kecerdasan, dan hubungan baik. Bukan dengan uang. Bagaimana menurut Anda? 


Arief Budisusilo

Baca selengkapnya...

Minggu, 23 September 2012

MENTERI AGUS, MENTERI DAHLAN, DAN MENTERI GITA

Apa persamaan ketiga menteri ini? Pertama, kelihatannya ketiga Menteri yang terhormat ini tidak punya kepentingan politik, paling tidak mereka tidak ngaku-ngaku anggota partai politik tertentu. Persamaan lainnya, ketiganya tidak pernah masuk birokrasi pemerintahan, kecuali Agus Martowardoyo, mantan Direktur Utama Bank Mandiri yang mayoritas dimiliki pemerintah Indonesia. Kedua, dari pemberitaan media, ketiga menteri ini paling moncer kinerjanya. Paling tidak kalau diukur dari pemberitaan, jarang mereka kena isu negatif, baik kinerja maupun perilaku menyimpang seperti tersangkut isu korupsi. 

Menteri Dahlan paling nyeleneh, bersih-bersih toilet airport, membuka pintu tol supaya kendaraan yang antri bisa masuk dengan cepat, tanpa harus bayar. Beliau pun ikut menjual kartu E-Toll Bank Mandiri, seakan menyindir si bos Bank kurang giat menjual dan mempromosikan kartu Toll tersebut. 

Menteri Agus lebih dari nyeleneh. Beliau ngotot membeli saham Newmont untuk pemerintah, membawa perkaranya ke Mahkamah Agung, dan menyatakan akan mundur kalau kalah dan tidak berhasil membeli saham tersebut. Pak Agus terakhir menggebrak meja karena kesal dengan para anggota MPR yang terhormat karena tidak selesai-selesai menyetujui asumsi RAPBN 2013, pembicaraan anggaran menjadi bertele-tele sementara diskusi substansi menjadi terhambat. 

Sebaliknya Pak Gita, jauh dari nyeleneh, malah sangat santun. Tapi beliau waktu menjadi Kepala BKPM sangat rajin promosi peluang usaha investasi di Indonesia, sampai-sampai bikin iklan yang tidak kalah bagusnya dengan iklan pariwisata Malaysia. 

Tetapi persamaan yang paling penting, ma­sing-masing punya sikap nothing to lose. Para menteri ini seakan tidak perduli, mau dipecat atau tidak, mereka jalankan saja tugasnya walau harus berlawanan dengan kehendak para partner legislatif, malah kadang-kadang menantang sikap para anggota legislatif yang dipandang tidak elok. 

Ini mungkin merupakan hasil tempaan me­reka selama bertahun-tahun. Pak Dahlan dan Pak Gita, dua-duanya pengusaha. Mereka terbiasa melakukan rencana kerja di awal periode, membuat kisi-kisi batasan kinerja, menaati rambu-rambu aturan bisnis, baik internal maupun eksternal. Mereka berdua berhasil membangun bisnisnya dengan sukses tanpa rente, Pak Dahlan dengan bisnis medianya, Pak Gita dengan bisnis keuangan. 

Pak Agus, merupakan figur paling konservatif dari menteri lainnya, pasalnya seorang banker pada dasarnya risk averse, menghindar risiko, karena bank pada intinya memberikan kredit pada usaha yang paling rendah risikonya. Jadi, kelakuannya sebagai Menteri seharusnya sudah menghitung semua risiko, termasuk di hujat dan di pecat. 

Pak Agus, Pak Dahlan, dan Pak Gita menjadi bukti nyata yang merubuhkan dogma bahwa Menteri non politik tidak akan efektif kinerjanya karena tidak mempunyai pondasi dukungan partai di lembaga legislatif. Walau mereka pilihan Presiden SBY, dan mendapat suara di parlemen dalam setiap debat ang­garan, Partai Demokrat tetap bukan pemilik suara mayoritas di parlemen yang cukup untuk mengaman­kan suara pemerintah di parlemen. 

Intinya bukan disitu. Para Menteri ini jelas bisa efektif karena setiap langkah mereka dapat diperkuat dengan argumentasi yang logis dan masuk akal, sama sekali jauh dari bisik-bisik dibelakang layar. Apalagi me­reka punya sikap nothing to lose, jabatan Menteri jauh dari usaha mencari harta, karena pendapatan mereka di sektor swasta jauh dari pada gaji Menteri plus fasilitasnya. Mereka berhenti menjadi Menteri, kapan saja me­reka bisa mencari nafkah lebih besar di sektor swasta. 

Kalau Wakil Presiden Boediono, dalam pidatonya di Universitas Gajah Mada baru-baru ini, me­ngatakan jabatan publik di pemerintahan adalah pe­ngabdian, bukan untuk mencari harta, maka ketiga Menteri ini bisa menjadi acuan. Mereka ini bekerja semata untuk pengabdian, memberikan sumbangan kepada negara, mencari pahala untuk rakyat. Dari contoh ketiga Menteri ini, seharusnya Presiden SBY cepat mengganti para Menterinya de­ngan kriteria yang tidak jauh dari ketiga Menteri ini. Apalagi sebentar lagi Menteri-Menteri titipan partai politik akan sibuk berkampanye untuk Pemilu 2014. Presiden seharusnya ikut terbawa dengan sikap no­thing to lose.  


Businessnews

Baca selengkapnya...

Minggu, 02 September 2012

Belum ke Palembang, jika belum melintasi Jembatan Ampera

Anda pernah berkunjung ke Palembang, Sumatera Selatan? Terasa kurang sempurna bila tidak menginjakkan kaki di jembatan kebanggaan warga setempat, yakni Jembatan Ampera. Bahkan, ada yang berceloteh, “Belum ke Palembang, jika belum menapaki Jembatan Ampera.”

Celotehan itu bukan isapan jempol belaka. Sebab, Anda bisa melihat antero kota dari atas jembatan itu, mulai dari gedung-gedung yang berdiri megah hingga puluhan ketek atau kapal besar yang bersandar menunggu penumpang dan barang yang akan di bawa ke pulau lain. 

Jembatan Ampera menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Bila melihat ke arah utara (Seberang Ilir), Anda akan menyaksikan peninggalan bersejarah Kota Palembang, seperti Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) dan Mesjid Agung Palembang. Sebaliknya, bila menoleh kea rah selatan (Seberang Ulu), Anda akan melihat bangunan megah Gelora Sriwijaya, Jakabaring, yakni stadion kebanggaan warga Sumatera Selatan. 

Terlepas dari itu, jembatan ini juga merupakan bukti sejarah perjuangan masyarakat setempat dalam memperjuangkan harga diri Indonesia dari tangan penjajah. Sebelum ada jembatan ini, masyarakat yang ingin pergi ke ulu atau sebaliknya, cukup kerepotan karena harus menyeberang sungai dengan ketek. Nama ketek merupakan perahu bermotor khas Palembang. Dalam bahasa Indonesia, ketek lebih dikenal ‘getek’. Namun, orang Palembang lebih mengenalnya sebagai sebutan ketek. 

Adanya Jembatan Ampera itu memudahkan masyarakat sekitar untuk mendukung kegiatan sehari-hari, baik untuk belanja maupun bekerja. Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palemvbang melalui pembangunan jembatan sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, pada 1906. Pada 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha merealisasikannya, saat jabatan Wali Kota Pelembang dijabat Le Cocq de Ville. Akan tetapi, proyek itu tidak pernah terealisasi sampai masa jabatan Le Cocq berakhir. Bahkan, hingga Belanda hengkang dari Indonesia. 

Seperti dikutip dari Wikipedia.org, gagasan itu kembali mencuat pada masa kemerdekaan. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu. Awalnya, jembatan itu dinamai Jambatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasnya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat, sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp. 30.000. 

Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/ Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Soekarno yang menjabat sebagai presiden saat itu menyetujui usulan pembangunan jembatan. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir – yang berarti posisinya di pusat kota – lalu Bung Karno mengajukan syarat, seperti penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Setelah itu dilakukanlah penunjukkan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar US$4,5 juta (kurs saat itu, US$1 = Rp. 200). 

Pembangunan jembatan ini dimulai pada April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana rampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan ini juga menggunakan tenaga ahli dari Negara tersebut. Pada awalnya, jembatan ini dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejumlah sejarahwan, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi. 

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada 1966, nama jembatan itupun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat), ketika gerakan anti Soekarno sangat kuat. Sekitar 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Akan tetapi, usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.


Herdiyan

Baca selengkapnya...

Sabtu, 18 Agustus 2012

“Impression Sanji Liu” 600 Penari di Sungai Li

Inilah gelaran berjadwal yang telah di persiapkan selama lima tahun sebelum pertunjukan perdananya. Inspirasi dari alam.

Anda mungkin sudah biasa menonton konser-konser indoor maupun outdoor atau pertunjukan kolosal semacam pembukaan even akbar dunia seperti pembukaan Piala Dunia, Olimpiade atau pertunjukan musical. Pertanyaannya, mau coba yang berbeda? Datanglah ke Yangshuo, Guilin, Provinsi Guangxi, China.

Adalah pertunjukan “Impression Sanji Liu” yang menggunakan sungai Li sebagai panggungnya dengan 12 gunung karst sebagai backdrop. Ini adalah landscape theatre terbesar di dunia. Bukit-bukit, cahaya bulan yang memberikan refleksi di sungai, hembusan angin dan gemercik air sungai mencuatkan warna lain pada pertunjukan ini. Setiap hari cuaca yang berbeda atau musim yang berganti memberikan suasanan yang berbeda pula setiap kali Anda menontonnya. Para penonton sendiri duduk dikelilingi pepohonan dan tebing-tebing karst. Ini adalah auditorium alam yang memadu suara, angin dan suasana malam menjadi kesatuan dalam satu pertunjukan. 

Sungai Li sendiri menjadi popular setelah menjadi lokasi produksi film Liu Sanji pada tahun 1961. Sanji Liu adalah seorang perempuan petani dari legenda etnik Zhuang yang terkenal akan kecantikannya dan bersuara sangat merdu. Dia menentang penindasan oleh tuan tanah dengan menyanyi, kemudian karena alasan keamanan dirinya maka ia melarikan diri hingga ke daerah sekitar Sungai Li. 

Petunjukan “Impression Sanji Liu” bukan cerita kehidupan pribadi Sanji Liu, melainkan drama musical tentang kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar Sungai Li. Pertunjukan selama 60 menit ini melibatkan 600 penari yang semuanya berasal dari daerah setempat, kebanyakan berlatar belakang etnik Zhuang dan Yao. 

Pertunjukan ini terbagi menjadi tujuh bagian, dibuka dengan lagu dan sosok Sanji terlihat samar-samar, kemudian perlahan dua belas bukit muncul dan kapal-kapal nelayan mendekat dari arah bukit. Inilah “Legenda Bukit dan Sungai” yang jadi pendahuluan. Selanjutnya, Red Impression : Lagu rakyat, puluhan nelayan dengan rakit bambu mendayung sambil mengangkut sutra merah. Bagian kedua : Green Impression. Taman, lampu berwarna hijau menyinari pepohonan dan sungai. Warna hijau melambangkan alam serta vitalitas. Pada bagian ini terlihat pengembala dengan ternaknya dan para wanita mencuci di sungai. Intinya menceritakan kehidupan masyarakat yang bahagia dan sejahtera. 

Selanjutnya, bagian ketiga, yakni Gold Impression : Lampu Nelayan, tampak ratusan rakit kecil dengan lampu pancing tersebar di ata sungai, rakit bergoyang perlahan bak tarian emas di atas air. Lalu ada jubah bertopi jerami melambangkan kesederhanaan orang sekitar sungai Li. 

Bagian keempat adalah Blue Imperession : Lagu Cinta, di bawah langit biru dan air yang berwarna biru pekat, di sini pemeran Sanji menyanyikan lagu-lagu cinta, kemudian bulan sabit bergerak perlahan dengan peri yang menari menawan, termasuk sekelompok gadis cantik berbaju merah dan putih mandi di sekitar perahu. Dan bagian terakhir adalah Silvery Impression : Perayaan, di mana lebih dari 200 gadis Zhuang berbaris melintas jembatan Sungai Li dengan baju perak berkilauan memberikan refleksi misty ke atas air. 

Pada epilog, Rakit dan Nelayan perlahan menjauh dari penonton sementara lagu-lagu indah Sanji masih terdengar di antara bukit-bukit dan para penari menghampiri penonton untuk berterimakasih. Inspirasi dari pertunjukan ini adalah alam. “Kami hanya mengerjakan setengahnya. Setengahnya lagi sudah disiapkan oleh alam” jelas Zang Jimau, sang sutradara, yang juga menjadi sutradara acara pembukaan Olimpiade Beijing 2008. Gelaran Sanji Liu sendiri telah dipersiapkan selama lima tahun, dan pertunjukan perdananya pada Maret 2004. 

Jika berada di Yangshuo, pertunjukan ini sayang Anda lewatkan. Buatlah reservasi karena biasanya 2.500 kursi habis terjual. Kalau Anda mau memotret sebaiknya duduk di bagian atas supaya seleruh stage yang panjangnya dua kilometer bisa terlihat. 


Makhfudz Sappe

Baca selengkapnya...

Jumat, 03 Agustus 2012

Pulang Penuh Senyuman

Meminjam sebuah cerita fantasi, suatu hari seorang pria kaya yang memiliki tiga istri mau meninggal. Yang pertama dipanggil tentu saja yang ketiga karena paling muda, paling menarik, sekaligus paling banyak memperoleh perhatian. Tatkala istri ke tiga ini diberitahu bahwa suaminya akan meninggal, ia langsung lari, membanting pintu, sambil berteriak kasar: “mati saja sendiri!”. Melihat respon istri ketiga yang sangat mengecewakan, pria kaya ini kemudian memanggil istri kedua sambil menangis. Saat diberitahu bahwa ajal telah dekat, wanita setengah baya ini berucap lembut: “Kanda, saya hanya bisa menemanimu sampai di kuburan, setelah itu kanda mesti jalan sendiri”. Maka semakin menangislah pria kaya yang menyesali hidupnya ini. Dan karena tidak punya pilihan lain, terpaksa ia memanggil istri pertama yang lama ia lupakan serta diperlakukan secara tidak pantas. Dengan tangisan yang semakin dalam, lagi-lagi pria kaya ini mengungkapkan kematian yang sudah dekat. Di luar dugaan, istri pertama memegang tangan suaminya penuh kemesraan, tersenyum, mencium pipi sambil berbisik: “Jangan khawatir kanda, saya akan menemanimu kemana pun dan sampai kapan pun”. Bila boleh jujur, cerita pria kaya ini adalah cerita kita semua ketika menghadapi kematian. Istri ketiga adalah simbolik kekuasan dan kekayaan materi. Begitu menarik dan seksinya kekuasaan dan kekayaan, banyak orang bahkan melanggar agamanya agar bisa mendapatkan kekayaan. Tidak sedikit manusia bahkan mengejar kekayaan dan kekuasaan sampai ke alam mimpi. Titipan pesannya kemudian, jangankan setelah mati, ketika tubuh ini masih segar bugar kalau kekayaan dan kekuasaan harus berlalu, ia pasti berlalu. Sebagian orang kaya dan berkuasa bahkan didoakan cepat sakit dan mati oleh sejumlah manusia ambisius. Istri kedua tidak lain dan tidak bukan adalah tubuh fisik ini. Ia juga sangat dimanjakan oleh manusia kekinian. Makan yang enak, rekreasi yang mewah, tontotan menarik, kosmetik sampai dengan operasi plastik. Semuanya menelan dana dan tenaga hidup yang tidak sedikit. Namun sebagaimana sudah dicatat sejarah, tubuh ini hanya bisa menghantar sampai di kuburan. Dan istri pertama yang lama dilupakan, disepelekan dan ditinggalkan adalah pelayanan kita pada kehidupan. Mencintai istri, melayani suami, memfasilitasi anak-anak bertumbuh, menghormati atasan, menyayangi bawahan, menolong siapa saja dan apa saja yang membutuhkan, melaksanakan kerja sebaik-baiknya, itulah sebagian tugas-tugas pelayanan yang kerap dilupakan orang. Di dunia spiritual disebut spiritualitas dalam tindakan. Dan sebagaimana dipesankan agama-agama, ketika pulang ke rumah kematian kualitas pelayanan inilah yang menemani kita kemana saja manusia pergi. Ia serupa dengan bayangan tubuh, ke mana pun tubuh pergi ia senantiasa mengikuti. Di Amerika sana pernah terjadi seorang pria mengalami pencerahan. Esok harinya ia langsung melamar menjadi supir taksi. Tatkala ditanya kenapa, ia menjawab lembut: “Di jalan raya ada banyak sahabat stres, depresi yang memerlukan pertolongan”. Di Jepang, seorang kepala Biara zen mengalami pencerahan. Di hari berikutnya ia melepaskan baju sucinya. Saat ditanya, ia berbisik pelan: “Pelayanan saya tidak akan penuh dengan mengenakan baju suci. Tidak mungkin saya menyapu, mencuci piring, merapikan sandal orang bila mengenakan baju orang suci”. Dengan kata lain, tugas mahluk tercerahkan hanya satu yakni pelayanan. Dan sejujurnya, di setiap kesempatan kehidupan ada peluang pelayanan. Terutama jika kita mau membukakan tangan untuk membantu. Ia yang sudah melihat bahwa setiap gerak kehidupan adalah peluang pelayanan, sesungguhnya sudah terbimbing pulang. Setelah pulang tidak ada tugas lain terkecuali melaksanakan pelayanan. Karena pelayanan tidak saja menjadi energi hidup mahluk tercerahkan, tetapi karena pelayanan adalah hukum di balik kesempurnaan kehidupan. Awan, langit, air, api, udara, pepohonan, binatang, manusia, mineral semuanya ada untuk tugas-tugas pelayanan. Kapan saja manusia menyatu dengan pelayanan, ia sudah pulang penuh senyuman. Bahan Renungan: 1. Home alias rumah sejati, itulah kerinduan banyak sekali orang. Di rumah seperti ini, semua tanpa kecuali menjadi bahan-bahan kedamaian 2. Banyak yang mengira, tidak mungkin menemukan rumah di mana semua kejadian menjadi bahan-bahan kedamaian 3. Tapi bagi yang sudah pulang tahu, pelayanan itulah langkah terpenting untuk pulang ke rumah kedamaian Gede Prama

Baca selengkapnya...