Jumat, 16 Maret 2012

Maju Tak Gentar Menolak Narkoba

"Orang-orang harus tahu bahwa mereka bisa keren tanpa narkoba..sibukkan diri dengan kegiatan yang positif dong"

Regi beringas, mencari kenikmatan semu dari cairan dalam sebuah suntikan itu. Dia ketagihan.

Vela berusaha menenangkannya, namun terlambat. Regi hanya menginginkan heroin. Hanya itu yang dirasakannya bisa membuatnya tenang, walau sesaat. Regi menangis, berontak, mengamuk.

Itulah sekilas adegan dalam film produksi tahun 2005, Detik Terakhir, karya Nanang Istiabudi yang dibintangi Cornelia Agatha (Regi) dan Sausan (Vela).

Adegan dalam film yang berkisah tentang pencarian jati diri seorang anak perempuan yang beranjak dewasa namun malah terjebak dalam pengaruh narkoba itu mungkin juga dialami para pecandu narkoba sungguhan.

Narkoba tak memilih korban. Semua bisa menyicipi sekaligus menjadi korbannya. Tua muda, kaya miskin, tokoh atau masyarakat biasa.

Banyak tokoh terjerat olehnya. Sebut saja para selebritas Roy Marten, Sheila Marcia, komedian Gogon dan Doyok, Yoyok 'Padi', dan Andhika 'Kangen Band'.

Narkoba pula yang membuat beberapa selebritas harus mendekam di hotel prodeo atau dirawat di panti rehabilitasi. Beberapa malah menjemput maut karena dikuasai narkoba.

Semua khawatir, semua bersuara mengingatkan, 'ayo jauhi narkoba.'

Di antara mereka yang seperti itu adalah vokalis grup musik BBB, Dimas Beck.

"Kita seharusnya tidak boleh egois dan mikirin diri sendiri, kita punya keluarga yang harus kita jaga nama baiknya. Intinya sih, kita harus berhati-hati," kata Dimas kepada ANTARA News, tiga hari lalu (12/3).

Kepada masyarakat, Dimas berpesan, pintar-pintarlah memilih teman dan lingkungan. "Bersenang-senang boleh, tapi semua ada batasannya."

Karena merasa tak ada batasan seperti disebut Dimas, banyak orang benar-benar telah dibutakan oleh narkoba.

Di antara mereka itu adalah seorang pilot Lion Air yang kedapatan menghisap zat berbahaya itu di sebuah kamar hotel di Surabaya, Jawa Timur awal Februari lalu. Lalu, dan ini yang paling ironis, seorang penegak hukum di Cibarusah, Bekasi --seorang Kepala Polsek pula-- ikut terjerat kasus narkoba.

Akibatnya, Polda Metro Jaya, menonaktifkan sang Kapolsek karena terbukti mengonsumsi narkoba jenis shabu.

"Dia mengaku menggunakan narkoba," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto, Senin lalu (12/3).

Tak lama setelah ini, Kepolisian Sektor Cengkareng, Jakarta Barat, menangkap seorang anggota Polda Metro Jaya berinisial SS karena dicurigai telah bertransaksi narkoba di Kampung Ambon.

Awas narkoba online

Bukan hanya pengguna dan pelaku penyalahgunaan narkotika yang kian tak merasa berbatas, jaringan pengedar narkoba juga kian berkembang, bahkan mengikuti perkembangan teknologi.

Baru-baru ini polisi berhasil menguak jaringan narkoba internasional yang menggunakan internet sebagai alat bertransaksi. Raka Widyarma, anak angkat Wakil Gubernur Banten Rano Karno, ikut terjerat karena ini.

Raka ditangkap Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta setelah petugas menemukan sebuah paket mencurigakan yang kemudian isinya diketahui berisi lima butir pil ekstasi. Paket laknat ini diduga dipesan Raka dari Malaysia.

Bagi beberapa orang seperti Dimas Beck, kian canggihnya transaksi narkoba ini sungguh mencengangkan.

"Jujur, saya heran. Kok bisa ya jualan narkoba di internet. Itu kan berarti sudah taraf internasional. Saya sendiri baru tahu modus baru ini," kata Dimas.

Tapi Agustinus Gusti Nugroho yang orang-orang terutama penggemar musik mengenalnya dengan Nugie, modus ini adalah modus lama.

"Modus penjualan narkoba lewat internet itu sudah ada dari lama, tapi baru terkuak sekarang, entah kenapa," ujar Nugie kepada ANTARA News.

"Mau pengedar atau pemakai, semua harus diganjar hukuman setimpal biar jera. Jadi harus adil," kata Nugie.

Untuk banyak hal, Nugie benar, karena selama banyak pengguna narkoba di Indonesia, maka pengedarnya pun akan terus merajalela mengedarkan barang haram itu.

"Ya iyalah, peminatnya pasti masih banyak. Jangankan narkoba, hewan langka saja bisa diperjualbelikan," kata Nugie, berapi-api.

Selebritis sekaligus anggota DPRD DKI komisi E dari Partai Amanat Nasional, Wanda Hamidah, meminta hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.

"Siapa pun dia, sekalipun anak seorang pejabat, harus dikenai sanksi yang sesuai bila melakukan pelanggaran undang-undang atau KUHP," ujar Wanda kepada AntaraNews usai menghadiri donor darah di Jakarta, awal pekan ini (12/3).

Wanda juga meminta polisi lebih waspada lagi. Wanda meneruskan, "Kepolisian sekarang harus lebih canggih lagi, jangan sampai kebobolan nih."

Berani menolak

Narkoba akrab dengan gaya hidup, terutama gaya hidup anak muda yang selalu ingin mencoba dan penasaran pada hal-hal baru, termasuk mengonsumsi zat adiktif itu. Pada banyak kasus, lingkunganlah yang mengenalkan seseorang pada narkoba.

Banyak yang mengakui hal ini. Rifki Rizal, pelajar kelas X salah satu Sekolah Menengah Umum Negeri di Jakarta, adalah salah satunya.

"Iya, ada beberapa kenalan yang suka pakai narkoba. Saya sih takut, takut ketagihan, takut od (overdosis), lagian tidak punya duit hehehe," kata Rifki.

Rifki mengaku, temannya pernah menawarinya ganja dan ekstasi. Tapi dia menolak.

"Harus berani menolak. Pelan-pelan aja nolaknya, jangan sampai dia tersinggung. Saya bilang ke dia, saya tidak punya duit dan tidak berminat juga," ujarnya lagi.

Berbeda dari Rifki, Imel Gaharu yang tengah menyelesaikan studi S1 di salah satu perguruan tinggi di Bali mengaku pernah mencoba ganja dan ekstasi.

"Pernah mencoba beberapa kali, efeknya ya gitu deh. Terkadang berasa keliyengan gimana gitu, terus besok paginya kepala kayak ada kondenya. Tapi kalau ganja, efek lainnya bikin laper," ujar Imel.

"Sekarang sih saya tidak pernah mau pakai lagi, sayang duitnya. Harus berani menolak, soalnya lingkungan kan gampang memberikan pengaruh," kata Imel yang tampaknya sukses melawan rayuan narkoba.

Sementara Sri Ratna, ibu dua anak, lebih menekankan pendidikan agama dan kesibukan positif bagi anak, agar jerat narkoba pergi jauh-jauh dari si anak.

"Kalau anak-anak disibukkan dengan kegiatan positif, mudah-mudahan mereka tidak akan mau terjerat narkoba," katanya.

Maria Intan, juga mahasiswa seperti Imel, sepakat dengan Sri Ratna bahwa kaum muda memang harus disibukkan oleh kegiatan positif, sekaligus diberi tahu betapa bahayanya narkoba itu.

"Orang-orang harus tahu bahwa mereka bisa keren tanpa narkoba. Maka itu sibukkan diri dengan kegiatan yang positif dong," kata Maria.


Maria Rosari Dwi Putri-Antara