Rabu, 17 November 2010

Kejujuran Maridjan

Dua profesor kepemimpinan dari Santa Clara University Amerika Serikat, James Kouzes dan Barry Posner secara rutin meneliti karakteristik pemimpin yang disukai masyarakat.

Inilah hasilnya sesuai dengan urutan yang nyaris tidak pernah berubah sejak 1981 hingga sekarang; kejujuran, memiliki pandangan ke depan, inspiratif, kompetensi, berpikiran adil, selalu siap membantu bila diperlukan, berpikiran luas, cerdas, terus terang, dan berani. Kejujuran menjadi jawara, mengalahkan faktor kompetensi, berpikiran luas, dan kecerdasan.

Mengapa kejujuran? Seperti dituturkan oleh Kouzes dan Posner agar orang ketika mengikuti pemimpin dengan sukarela, apakah itu memasuki medan pertempuran atau memasuki ruang rapat birokrat, mereka mula-mula harus memastikan bahwa sang pemimpin layak mendapat kepercayaan mereka.

Mereka ingin agar pemimpinnya tulus dan etis. Kejujuran merupakan jawabannya. Sekaligus dengan karakter jujur menandakan bahwa pemimpin benar-benar akan melakukan apa yang dikhotbahkan sekaligus juga mengkhotbahkan apa yang dilakukan. Utuh dan satu padunya perbuatan dan perkataan (lazim pula disebut integritas) menjadi tuntunan dari sang pemimpin dalam berkarya.

Kouzes dan Posner tidak hanya melakukan penelitian di Amerika saja. Mereka melangsungkan penelitian lintas negara, lintas geografis dan lintas jenis organisasi. Mengesampingkan warna kulit, menanggalkan cara menyebut nama Tuhan, menyingkirkan perbedaan paham politik. Semua tetap bermuara pada satu hal, kejujuran merupakan atribut kepemimpinan paling penting.

Pada jarak 5 kilometer di bawah lava Gunung Merapi. Tinggal seorang sepuh dengan panggilan Mbah Maridjan. Sejak 1970 dia diangkat menjadi abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan oleh Sultan Hamengku Buwono IX dengan nama baru Mas Penewu Suraksohargo1.

Pada saat itu Mbah Maridjan diberi jabatan sebagai wakil juru kunci dengan pangkat Mantri Juru Kunci, mendampingi ayahnya yang menjabat sebagai juru kunci Gunung Merapi. Setelah ayahnya wafat, pada 3 Maret 1982, Mbah Maridjan diangkat menjadi juru kunci Gunung Merapi.

Tidak ada yang tahu secara persis titah Sultan HB IX kepada Mbah Maridjan ketika mendapat tanggung jawab sebagai juru kunci Gunung Merapi. Namun, melihat cara Mbah Maridjan memperlakukan Gunung Merapi, titah tersebut tak lain menjaga Gunung Merapi apa pun yang terjadi.

Seperti layaknya prajurit yang pantang mundur ketika menghadapi peperangan betapa pun ganasnya peperangan tersebut bagi Mbah Maridjan pantang meninggalkan Gunung Merapi. Terlebih bila Gunung Merapi tersebut sedang menunjukkan kegarangan.

Meninggalkannya berarti disersi. Turun ke bawah mencari tempat aman tak lain lari dari tanggung jawab. Mbah Maridjan memilih untuk tetap menjaga Gunung Merapi sampai awan panas melumat tubuh ringkihnya.

Benar, bahwa Kouzes dan Posner meneliti karakter pemimpin lintas negara, geogratis dan organisasi. Namun, tidak terbayangkan apabila Kouzes dan Posner mendaki Gunung Merapi dan sejenak tinggal di Kinahrejo kemudian melakukan penelitian terhadap penduduk Kinahrejo menyoal kepemimpinan. Apalagi penelitian tersebut mengarah pada sosok juru kunci Gunung Merapi yang dianggap pemimpin informal penduduk setempat.

Hebatnya, lantaran sosok Mbah Maridjan penelitian Kouzes dan Posner semakin mendapat legitimasi kuat. Kesetiaan Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi dan kesetiaan warga dusun Kinahrejo terhadap dirinya.

Bahkan 'kecerewetan' media massa mengejar informasi dari beliau tak lain karena terpancar aura kuat yang muncul dari lubuk hatinya paling dalam. Aura itu bernama kejujuran.


Kredibilitas Maridjan

Mbah Maridjan menjadi contoh paripurna menyoal kejujuran. Bagi pemberi titah, yaitu Sultan HB IX, Mbah Maridjan menjadi orang yang layak dipercaya. Prasyarat layak dipercaya ini menjadi landasan bagi Sultan HB IX untuk memberikan kepercayaan penuh kepadanya.

Harmoni antara Gunung Merapi, alam raya dan manusia penghuninya menjadi tanggung jawab Mbah Maridjan. Tanpa memikirkan kekuasaan, apalagi berorientasi pada kekayaan, Mbah Maridjan menjalankan dengan sepenuh-penuhnya kepercayaan ini.

Apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan ini mengamini investigasi Kouzes dan Posner tentang landasan utama kejujuran, yaitu kredibilitas. Pemimpin disebut jujur apabila dalam dirinya bersemayam roh bernama kredibilitas.

Kredibilitas tak lain menyoal tentang bagaimana pemimpin mendapatkan kepercayaan dan keyakinan para pengikutnya. Ini tentang apa yang dituntut para pengikut dari pemimpin dan tindakan yang harus diambil oleh pemimpin supaya bisa mengintensifkan komitmen pengikut kepada cita-cita bersama.

Cita-cita bersama warga lereng Gunung Merapi bahkan warga Indonesia Gunung Merapi tidak meletus. Pun apabila meletus, memperlihatkan tanda-tanda sehingga seluruh warga lereng Gunung Merapi memiliki kesiapan untuk mengungsi sehingga korban dapat ditekan sampai tingkat paling minimal.

Dalam konteks ini teknologi dapat mengendus perilaku Gunung Merapi. Hanya saja harmoni antara Gunung Merapi, alam raya dan warga sekitar tidak dapat digantikan oleh teknologi. Warga dan penguasa Gunung Merapi (dalam tradisi diwakili oleh Kraton Yogyakarta) memerlukan figur untuk menjaga harmoni ini. Figur ini tak lain Mbah Maridjan.

Secara formal, Mbah Maridjan mendapat 'surat keputusan' (SK) sebagai juru kunci Gunung Merapi. Namun, SK ini bisa menjadi kertas tulisan tanpa makna apabila sang penerima SK tidak memperlihatkan kredibilitasnya sebagai pengemban amanah.

Respek warga lereng Merapi dan kepercayaan penuh Kraton Yogyakarta kepada Mbah Maridjan akibat dari kecerdasan beliau membangun kredibilitas. Mbah Maridjan tidak berperilaku fatalis. Tidak pula bertindak konyol. Gaya hidupnya yang bersahaja. Penuturannya yang santun. Cara berpikirnya yang melampaui rasionalitas. Semua bermuara pada satu hal: kredibilitas.

Dari dusun sunyi di bawah Gunung Merapi, Mbah Maridjan meninggalkan jejak menawan tentang hakikat seorang pemimpin. Pemimpin yang jujur dan menjaga kredibilitas. Karena dua faktor ini kejujuran dan kredibilitas yang akan menjadikan seseorang menjadi pemimpin yang mencerahkan. Sugeng tindak, Mbah Maridjan. Gusti Allah ora sare. Selamat jalan, Mbah Maridjan. Tuhan tidak tidur.


Oleh: A. M. Lilik Agung

Baca selengkapnya...

Selasa, 16 November 2010

Rudy Hartono

Saya sungguh beruntung. Pada saat umur sepuluh tahun, bisa berjabatan tangan dengan Rudy Hartono. Peristiwa itu terjadi di Gelora Pancasila Surabaya tahun 1970. Pertemuan itu memiliki makna yang luar biasa. Sejak itu saya selalu bermimpi bisa menjadi seperti Rudy Hartono.

Saat itu Rudy Hartono sedang melakukan pertandingan eksebisi. Saya bisa menonton pertandingan tersebut karena “disusupkan” oleh paman saya yang kebetulan penjaga keamanan di acara tersebut. Sejak pertemuan itu, saya mengidolakan Rudy Hartono. Karena itu saya tenggelam dalam kesedihan panjang ketika Rudy Hartono kalah melawan Svend Pri, pemain Denmark, di Thomas Cup pada 1973 dan di All England 1975. Bahkan saat mendengar Rudy kalah melalui siaran langsung di radio, saya menangis terisak-isak. Saya merana dalam waktu yang cukup lama.

Tak disangka, setelah 38 tahun berlalu, minggu lalu saya bertemu Rudy Hartono. Seorang teman meminta saya untuk memandu acara ulang tahun PT Pembangunan Jaya. Pembicaranya Rudy Hartono. Maka, ketika bertemu untuk makan siang, saya ungkapkan perasaan saya 38 tahun lalu itu kepadanya. Betapa seorang anak usia 10 tahun sangat bangga bisa berjabat tangan dan kemudian terinsipirasi olehnya.

Saya yakin banyak orang ingin seperti Rudy Hartono. Ingin menjadi juara. Ingin disanjung dan dipuja karena prestasi yang luar biasa. Ingin menjadi pahlawan. Ingin mendapat penghargaan. Termasuk penghargaan materi.

Tetapi setelah mendengar cerita Rudy Hartono, saya baru menyadari, tidak semua orang bisa seperti Rudy Hartono. Banyak di antara kita yang hanya melihat sang maestro sebagai juara All England delapan kali. Sebagai pahlawan bulutangkis Indonesia. Tetapi berapa banyak dari kita yang perduli bagaimana usaha keras yang dilakukan Rudy sebelum menjadi juara?

“Setiap hari, selama lima tahun, saya harus bangun jam lima pagi, berlari puluhan kilometer, berlatih bulutangkis, baru kemudian berangkat sekolah,” ujarnya. Di bawah bimbingan ayahnya yang “bertangan besi”, Rudy digembleng spartan tanpa kenal lelah. Tidak ada waktu untuk mengeluh. Tidak ada waktu untuk bercengeng-cengeng. “Waktu itu rasanya ingin berontak. Sebagai remaja saya juga ingin bermain seperti teman-teman yang lain. Tapi saya tidak bisa. Ayah saya menggembleng saya sangat keras,” ungkap Rudy.

Pada usia 15 tahun, disiplin dan kerja keras itu mulai berbuah. Satu per satu prestasi dalam bulutangkis mulai diraih. Sampai kemudian pada usia 18 tahun, usia yang terbilang sangat muda, Rudy berhasil mempersembahkan piala All England bagi bangsa dan negara Indonesia. “Saat itulah saya baru mensyukuri kerja keras dan disiplin yang diajarkan ayah saya.”

Sejak itu Rudy tak terbendung. Tujuh kali berturut-turut dia mempertahankan piala All England. Sekali kalah dari Svend Pri pada 1975, tapi kemudian pada tahun 1976 berhasil merebut gelar juara All England untuk kedelapan kalinya setelah mengalahkan Liem Swi King di final. Suatu prestasi yang sampai saat ini belum tertandingi oleh pemain bulutangkis manapun.

Banyak yang ingin menjadi seperti Rudy Hartono. Tapi berapa banyak di antara kita yang mau menjalani proses latihan yang berat dan panjang? Kita ingin menjadi Rudy Hartono tetapi tidak siap ketika dihadapkan pada proses tadi. Kalau bisa prosesnya singkat dan mudah. Bimsalabim, bangun pagi kita sudah menjadi juara. Tanpa harus “menderita” setiap hari bangun jam lima pagi dan berlatih selama lima tahun tanpa henti.

Dalam pekerjaan juga begitu. Kita sering ingin segera menduduki jabatan tinggi, tetapi enggan melalui proses jatuh bangun untuk mencapainya. Semua kalau bisa serba instan. Serba cepat. Kalau bisa potong kompas. Kita sering iri melihat seseorang yang mencapai sukses. Tetapi, ketika dia bercerita betapa sulitnya perjuangan untuk mencapai posisi itu, kita menutup mata dan telinga.

Dari pembicaraan dengan Rudy Hartono siang itu, saya mendapat banyak sekali pelajaran. Pelajaran untuk mencapai karakter seorang juara. Semua yang dimiliki Rudy sungguh berguna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam pekerjaan.

Di dalam pekerjaan, kita sering terperangkap dalam lingkaran setan. Antara kepentingan perusahaan dan kepentingan karyawan. Dalam bekerja, banyak di antara kita yang menuntut agar perusahaan memberi imbalan atau gaji yang “pantas” terlebih dulu baru kita mau mengerjakan tugas-tugas secara maksimal. Kalau tidak, kerja pas bandrol saja. Ngapain capek-capek.

Di lain pihak, manajemen berpikir sebaliknya. Karyawan dituntut untuk memberikan yang terbaik dulu baru perusahaan akan memberikan imbalan yang “pantas”. Maka jadilah lingkaran setan. Tidak tahu siapa yang harus memutus lingkaran ini. Masing-masing merasa benar. Cuma, kalau dibiarkan berlarut-larut, yang merugi biasanya karyawan. Perusahaan bisa kapan saja “mendepak” karyawan yang dinilai tidak berprestasi dan menggantikannya dengan karyawan baru.

“Prinsip saya, berprestasi dulu baru penghargaan,” ujar Rudy Hartono. Dia mengaku ketika berlatih dan bertanding, tidak ada sebersit pun dalam pikirannya bahwa apa yang dilakukannya itu untuk mendapatkan imbalan. “Saya fokus untuk mencapai kemenangan demi kemenangan tanpa memperhitungkan apa yang akan saya dapatkan sebagai imbalan jika juara,” Rudy Hartono menegaskan.

Maka, ketika dia menjadi juara All England, penghargaan akhirnya datang dengan sendirinya. Dari mulai hadiah uang, mobil, sampai rumah. “Kalau Anda sudah berprestasi, dengan sendirinya penghargaan akan datang.”

Pada tahun 1972, Rudy bertemu kembali dengan Svend Pri di final. Ini final yang paling menegangkan sepanjang penyelenggaraan All England. Pasalnya, saat itu Rudy Hartono sudah ketinggalan 1 lawan 14. Satu angka lagi Svend Pri akan juara.

Tapi, sungguh sulit dipercaya ketika akhirnya justru Rudy yang tampil sebagai juara. Jarak skor 1 lawan 14 tidak membuat dia menyerah. Satu demi satu angka dia raih. Ketinggalan 13 poin bukan perkara gampang. Banyak pemain pada posisi ini sudah menyerah. Rasanya tidak mungkin bisa mengejar jarak yang begitu jauh.

Apa yang membuat Rudy bisa memenangkan pertandingan saat itu? “Saya mengikuti nasihat Ferry Sonneville,” ujar Rudy menyebut almarhum pemain bultangkis Indonesia yang belakangan menjadi pelatih.

Waktu itu, menurut Rudy, Ferry Soniville menasihati agar dia jangan terpengaruh pada apa yang dilakukan lawan. Jangan perduli pada angka dan taktik yang dikembangkan lawan. “Pak Ferry minta saya memperhatikan permainan saya sendiri. Saya diminta berkonsentrasi pada apa yang saya lakukan. Saya harus melakukan yang terbaik,” ujarnya.

Sebuah nasihat yang menohok perilaku banyak di antara kita. Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pekerjaan, kita sering lebih sibuk “mengurusi” pekerjaan orang lain ketimbang pekerjaan kita sendiri. Kita lebih mau tahu urusan orang ketimbang mengurusi tugas-tugas kita. Akibatnya, kita lebih sering mengatur dan meyalahkan orang lain ketimbang introspeksi atas kekurangan kita.

Sungguh beruntung hari itu saya bertemu Rudy Hartono. Sang juara mengingatkan kembali pada hal-hal yang sering luput dari perhatian saya. Sesuatu yang tampak sederhana namun sering saya abaikan. Termasuk satu prinsip dalam hidupnya: Jangan menyakiti orang lain. Mengapa? “Karena mereka akan mendoakan kita yang jelek-jelek,” ujar Rudy sebelum kami berpisah.


Kick Andy

Baca selengkapnya...

Minggu, 14 November 2010

"Kegilaan" Mengintai Kita

Gangguan jiwa khususnya depresi berat, diperkirakan akan menjadi penyakit nomor satu di dunia pada 2020.

Laporan "The World Health Report" belum lama ini mencatat, kasus gangguan mental tumbuh sangat tinggi. Laporan tersebut menyebutkan 24 persen pengunjung fasilitas kesehatan dasar terdeteksi mengalami gangguan mental dan emosi.

"Jika dilakukan screening (uji kejiwaan) maka berarti satu di antara 10 orang dewasa mengalami gangguan jiwa," kata laporan tersebut.

Artinya jika anda tengah berkumpul dengan 10 orang rekan sejawat anda di sebuah komunitas, bisa jadi salah satu teman anda atau bahkan anda sendiri adalah penderita gangguan jiwa.

Kemajuan zaman serta pesatnya perkembangan berbagai aspek kehidupan di dunia juga menimbulkan akses luas yang bisa menimbulkan masalah sosial serta kesehatan jiwa masyarakat.

Stres akibat pekerjaan (beban pekerjaan, gaji tidak sesuai atau jenjang karir tidak jelas), masalah himpitan ekonomi (krisis ekonomi yang tidak pulih-pulih), masalah keluarga (kian tingginya kasus perselingkuhan), serta kegagalan mencapai tujuan hidup (misalnya, gagal terpilih dalam Pemilu Legislatif atau Pemilu Kepala Daerah) adalah beberapa faktor yang bisa menyebabkan "kegilaan".

Tekanan-tekanan berat terhadap kejiwaan itu bisa berkembang menjadi "schizophrenia" atau gangguan jiwa akut.

"Schizophrenia" berasal dari dua kata, yaitu "schizo" (retak atau pecah/split) dan "phrenia" (jiwa). Penyandang "schizophrenia" adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian.

Salah satu gejala klinis "schizophrenia" positif, adalah jika seseorang sudah mulai "ngobrol sendiri". Gejala-gejala itu dapat terjadi kapan saja. Umumnya, pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia 20-an, sedangkan pada wanita pada usia 20-an atau awal 30-an.

Gejala "schizophrenia" terbagi dalam tiga kategori, yakni gejala positif, gejala negatif dan gejala kognitif.

Gejala positif antara lain ditandai dengan keadaan delusi atau waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal, misalnya merasa menjadi orang paling terkenal.

Gejala positif lainnya, yakni halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Gejala positif ketiga, yakni pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti, percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik dan dibawa ke planet lain.

Sedangkan gejala negatif "schizophrenia" ditandai dengan motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan rumah, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa terisolasi.

Seorang "schizophren" juga dapat dikenali dengan gejala kognitif, seperti mengalami problem dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga tidak bisa mendengarkan musik atau menonton televisi lebih dari beberapa menit, sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.

Seorang "schizophren" juga cenderung tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga selesai, sulit mengingat dan mempelajari sesuatu yang baru.

Gejala kognitif lain adalah miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk melakukannya.

Dalam ilmu kedokteran, "schizophrenia" dikategorikan sebagai penyakit neurologi (terkait dengan sistem kerja otak). Pada otak orang orang normal proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) akan diproses dan diteruskan secara baik pesan itu ke seluruh fungsi otak.

Pada penderita "schizophrenia" produksi neurotransmitter dopamin berlebihan, sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang berlebihan atau kurang maka penderita dapat mengalami gejala positif dan negatif.

Penyebab ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya "schizophrenia" kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut.

Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya "schizophrenia", antara lain terkait dengan sejarah keluarga, berkembang di perkotaan, penyalahgunaan obat seperti amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.


Tak hanya kota besar

Kehidupan yang bergulir cepat dengan persaingan ketat, saat ini tidak lagi hanya terjadi kota besar seperti Jakarta namun telah terjadi di semua daerah, termasuk Kaltim.

Hasil riset Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa dari tiga juta warga Kaltim yang berusia 15 tahun ke atas, sekitar 200 ribu jiwa terindikasi mengalami gangguan jiwa. Faktor utama antara lain stres karena pekerjaan, ekonomi serta masalah keluarga.

Seorang dokter spesialis kejiwaan di Samarinda pernah mengungkapkan bahwa penderita gangguan kejiwaan di Kalimantan Timur mengalami kenaikan lima hingga 10 persen tiap tahun. Pada 2007 lalu jumlah pasien gangguan jiwa hanya 131 ribu orang namun pada 2010 telah mencapai 150 ribu orang, kata dokter spesialis kejiwaan, Jaya Mualim.

Diperkirakan bahwa jumlah penderita gangguan kejiwaan tersebut, sebagian besar adalah penderita gangguan jiwa ringan yang berada di kawasan perkotaan. Sedangkan penderita jiwa berat hanya sektar 3.000 orang.

Kondisi ini juga diperparah kurangnya minat penderita memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti memeriksakan kesehatannya ke dokter dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Selain itu, jumlah dokter spesialis kejiwaan di Kalimantan Timur hanya 10 orang. Padahal idealnya satu dokter berbanding 1.000 orang dengan jumlah penderita yang diperiksa ke dokter angkanya masih berkisar satu sampai lima persen saja.

Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah Atma Husada Mahakam atau dulunya dikenal sebagai RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Samarinda H. Ardiansyah membenarkan hal itu.

Jumlah psikiater di Kaltim, misalnya, sangat terbatas sehingga memang berpotensi tidak mendapat pelayanan kesehatan dengan baik.

Idealnya, untuk rumah sakit setara RS Atma Husada (tipe A) minimal ada tujuh psikiater. Paling tidak, setiap daerah (kabupaten/kota) memiliki masing-masing satu dokter yang bertugas melayani pasien mengalami gangguan jiwa.

Bisa Sembuh
Sikap masyarakat atau keluarga dalam mendukung kesembuhan penderita juga relatif rendah. Hal itu diakui oleh Ardiansyah. Saat ini sal atau ruangan sering kelebihan daya tampung pasien (overload) selain ada kecenderungan pasien meningkat, ternyata juga karena sejumlah pasien yang sudah dinyatakan sembuh, ternyata tidak diterima oleh keluarganya sehingga jadi beban RSJ untuk menampung mereka.

Kesalahan umum masyarakat yang lain adalah sering mengganggap orang yang mengalami gejala sakit mental sebagai gejala terkena guna-guna, teluh, tenung atau santet. Padahal kian lama mendapat penanganan semestinya, maka upaya penyembuhan kian sulit.

Kenyataannya dewasa ini ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang pesat sehingga telah menemukan mekanisme terjadinya "schizophrenia" dan obat-obatan anti-"schizophrenia" sehingga penderita dapat pulih kembali dan dapat kembali menjalani kehidupan yang normal.

Pihaknya berharap agar semua pihak mendukung untuk penambahan jumlah dokter spesialis kejiwaan. Keberadaan psikiater penting bagi masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan kejiwaan.

Apalagi dikaitkan dengan kondisi saat ini, masyarakat rentan terhadap gangguan kejiwaan akibat tekanan ekonomi yang kian berat terasa.

Paling tidak, masalah yang dianggap sepele namun termasuk dalam gangguan kejiwaan, misalnya rasa cemas tanpa kendali bisa mendapat penanganan lebih awal karena jumlah psikiater memadai.

Ardiansyah mengatakan bahwa langkah-langkah membantu mengatasi gejala skizofrenia, antara lain belajar menanggulangi stres, depresi dan pikiran negatif, serta menjauhi alkohol dan narkoba.

Bantuan dan dukungan orang dekat atau keluarga sangat dibutuhkan untuk mengurangi stres atau depresi.

Ia menambahkan bahwa upaya-upaya untuk mengurangi stres atau depresi berat yang bisa menimbulkan penyakit gangguan jiwa bisa dengan mencari kesibukan bermanfaat di luar pekerjaan rutin yang menyita pikiran, relaksasi serta memperkokoh pengetahuan agama.

Tampaknya, dalam kondisi seperti ini, maka salah satu cara efektif dalam menghadapi berbagai tekanan berat kehidupan yang bisa menyeret setiap orang dalam "pusaran kegilaan" adalah membentengi diri dengan keimanan dan ketaqwaan.

Ya, jawaban agar tidak stres dan despresi menghadapi "dunia kian edan" ini adalah mengembalikan semuanya kepada Sang Pencipta, yang menentukan rezeki, hidup dan mati, kata Ardiansyah.


Iskandar Zulkarnaen-Antara

Baca selengkapnya...

Sabtu, 13 November 2010

MENCARI SOSOK PEMIMPIN BANGSA

Indonesia mendambakan sosok pemimpin bangsa. “Nobility or rank has its obligations” (Kemuliaan atau jabatan mengandung kewajiban) kata Duce de Levis dalam : Maxims and Reflections. Amerika Serikat dalam sejarah kepresidenannya mencatat sejumlah tokoh yang bukan sekedar presiden formal, tetapi adalah sosok pemimpin bangsa, di antaranya: George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan John F. Kennedy. India punya Jawaharlal Nehru, Mesir punya Gamal Abdel Nasser, Lybia punya Moamer Ghadafi, Cuba punya Fidel Castro Singapura punya Lee Kuan Yew, Malaysia punya Mahathir Muhammad, dan Indonesia punya Soekarno (?)

Soekarno adalah seorang pemimpin visioner, konseptual, dan seorang orator handal walaupun sangat disayangkan pidatonya terlalu “merah” lebih merah dan Mao Tse Tung (Mao Ze Dong), dan disayangkan pula Sukarno gagal dalam manajemen ekonomi, sehingga inflasi meroket 600 persen di tahun 1965.

Soeharto, walaupun sisi gelap : otoriter dan KKN, adalah tokoh yang disegani. Di Malaysia, Soeharto sangat disegani karena Soeharto bersama Adam Malik adalah tokoh yang memerintahkan gerakan “ganyang” nya Soekarno. Mungkin itu sebabnya Mahatir sangat bersahabat dengan Soeharto. Soekarno adalah seorang pemimpin hampir sama dengan Moamer Ghadafi, Mahathir tidak seperti Soekarno, tetapi berkat sepak terjangnya pernah dijuluki “Soekarno kecil”. Yang jelas, di era Soeharto Malaysia tidak berani macam-macam terhadap Indonesia.

Sosok pemimpin bangsa adalah tokoh yang, ketika harkat dan martabat bangsa terancam, tampil kedepan untuk membelanya, bukan tokoh yang sungkem kepada pihak luar yang congkak dan melecehkan. Memang bisa difahami bahwa sekarang agresivitas bukan zamannya lagi, era dekolonisasi telah lewat, namun bukankah prinsip tidak selalu harus ditingkatkan dengan arogansi ? Diplomasi bisa menjadi senjata ampuh. Mengutip ucapan Isaac Goldberg: “Diplomacy is to say the nastiest thing in the nicest way” (Diplomasi adalah cara untuk mengungkapkan yang paling keji dengan cara sehalus mungkin). Maka dengan bahasa santun pun sebenarnya Indonesia dapat memainkan kartunya tanpa mengorbankan prinsip. Misalnya dalam konflik dengan Malaysia; sebenarnya isu TKI bisa dibalikkan dari titik kelemahan menjadi kekuatan dengan mengatakan: “TKI memberi kontribusi besar bagi pembangunan di Malaysia, pembangunan di Malaysia tidak bisa jalan tanpa partisipasi TKI, jadi dalam hal ini sebenarnya Indonesia dan Malaysia saling membutuhkan, Indonesia bukan dalam posisi sebagai pengemis.” Uang logam bersisi dua, seorang diplomat ulung harus bisa membalikkannya sewaktu-waktu.

Sosok pemimpin adalah tokoh yang tidak mau menerima tamu-tamu asing yang tidak setara dengan kedudukan presiden misalnya presiden direktur Carrefour. Seharusnya untuk tamu seperti ini cukup dilayani oleh Menteri Perdagangan saja.

Sosok pemimpin adalah tokoh yang menjual aset-aset Negara secara cerdik dan strategis, tidak dengan cara “obral besar” tanpa memperhitungkan harkat dan kedaulatan bangsa. “Tugas terberat seorang pemimpin bukanlah melakukan apa yang harus dilakukan tetapi mengetahui apa yang harus dilakukan” Kata Lyndon B. Johnson dalam pidato State of the Union.

Sosok pemimpin bangsa adalah tokoh yang menutup aib bangsa dengan tidak mengekspose kemiskinan secara berlebihan, dengan membiarkan rakyat berdesakan antri beras diliput oleh media massa dan disebarluaskan ke seluruh dunia.

Sosok pemimpin bangsa adalah tokoh yang memberi rasa aman bagi rakyatnya serta mampu menggelorakan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.

Dan yang tidak kalah pentingnya, sosok pemimpin bangsa adalah insan Amanah yang mampu menjamin kepastian penegakan hukum dengan menjadikan negaranya neraka (bukan surga) bagi para koruptor dan penjahat lainnya.

Seorang pemimpin bangsa adalah sosok yang tidak mengecewakan orang-orang yang memilihnya dalam Pemilu serta mampu memacu kinerja bukan hanya di seratus hari pertama masa pemerintahannya tetapi konsisten berkarya hingga hari terakhir masa jabatannya.

Tampilnya seorang tokoh pemimpin bangsa yang bukan sekedar presiden-formal adalah kondisi sine qua non saat ini terutama ketika di bidang politik NKRI mengalami ancaman disintegrasi dan kaum separatis dan di bidang ekonomi ada tantangan globalisasi yang nyata.


Business News

Baca selengkapnya...

Jumat, 12 November 2010

Poin-Poin Utama Pernyataan Para Pemimpin G-20

Berikut ini adalah poin-poin utama dari sebuah pernyataan yang dikeluarkan Jumat oleh para pemimpin Kelompok 20 (G-20) pada akhir pertemuan puncak dua-hari di Korea Selatan:

-- Langkah-langkah untuk memerangi resesi global telah memberikan "hasil yang kuat" tapi tetap berisiko.

Secara khusus, "pertumbuhan tidak merata dan ketidakseimbangan meluas yang memicu godaan untuk menyimpang dari solusi global ke dalam tindakan tidak terkoordinasi. Namun, tindakan kebijakan tidak terkoordinasi hanya akan memberikan hasil buruk bagi semua."

-- G20 akan mengembangkan "pedoman indikatif" terdiri dari "berbagai indikator" untuk membantu mengidentifikasi ketidakseimbangan perdagangan yang besar yang "membutuhkan pencegahan dan tindakan korektif". Penilaian pertama dari negara-negara menurut pedoman untuk dilakukan pada tahun depan.

-- Negara-negara berkomitmen untuk "bergerak ke arah sistem nilai tukar yang lebih ditentukan pasar". Mereka akan melakukannya dengan "meningkatkan fleksibilitas nilai tukar untuk mencerminkan fundamental ekonomi yang mendasari, dan menahan diri dari persaingan devaluasi mata uang .

"Ekonomi-ekonomi maju, termasuk dengan cadangan mata uang, akan waspada terhadap volatilitas berlebihan dan pergerakan kacau dalam nilai tukar.

Tindakan ini akan membantu mengurangi risiko volatilitas yang berlebihan dalam arus modal yang dihadapi beberapa negara berkembang."

-- Negara-negara akan "melawan proteksionisme dalam segala bentuknya" dan akan "menggulung kembali setiap langkah proteksi baru yang mungkin timbul, termasuk pembatasan ekspor dan tindakan inkonsisten WTO untuk merangsang ekspor`.

-- Menegaskan kembali komitmen mereka untuk memerangi perubahan iklim, para pemimpin "akan menghindari tidak ada usaha untuk mencapai hasil yang seimbang dan hasil sukses di Cancun".

-- Para pemimpin mendukung peraturan perbankan Basel III, untuk sepenuhnya bertahap mulai Januari 2019, dan berkomitmen untuk aturan-aturan baru untuk bank-bank "terlalu besar untuk gagal", dikenal sebagai lembaga keuangan penting sistemik (SIFIs).

Secara khusus, bank dengan signifikansi global akan mempertahankan standar modal, likuiditas dan penilaian risiko ketat. Aturan tepat harus ditentukan oleh Dewan Stabilitas Keuangan dan badan-badan lainnya.

-- Negara-negara G-20 memperbaharui janji dan komitmen bantuan untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah berkembang melalui "pertumbuhan inklusif berkelanjutan dan tangguh" dengan menyesuaikan pendekatan untuk setiap negara, memfokuskan pada sembilan "pilar" termasuk infrastruktur.

Pembangunan tetap pada agenda untuk KTT mendatang.


Antara

Baca selengkapnya...

Hasil-hasil KTT G20

Para pemimpin dunia menyatakan bahwa mereka akan bekerjasama mengatasi "ketegangan-ketegangan dan kerentanan-kerentanan" dalam perekonomian global yang membangkitkan ketakutan pada timbulnya perang kurs dan proteksionisme perdagangan, setelah mereka menggelar Pertemuan Kelompok G20 di Seoul, Jumat.

Berikut adalah ikhtisar mengenai hal-hal yang telah diputuskan dalam KTT tersebut.

Ketidakseimbangan Global

Menghilangkan jurang perbedaan antara negara-negara kaya dan negara-negara pengutang telah menjadi landasan G20. Para pemimpin G20 menyepakati sebuah kerangka kerja demi pertumbuhan yang seimbang, menyerahkan rancangan ekonomi jangka menengah untuk dikaji IMF sehingga menjamin mereka tidak bentrok, sementara komunike KTT akhir tidak beranjak lebih jauh lagi.

Di Seoul, Washington harus menyerah karena tidak bisa memaksa pihak lain menyepakati sasaran-sasaran kuantitatif untuk defisit dan surplus transaksi berjalan.

Sebagai gantinya, para pemimpin G20 menginstruksikan para menteri keuangannya untuk memetakan serangkaian "panduan indikatif" guna menaksir ketakseimbangan transaksi berjalan mereka di bawah konsultasi dengan IMF, namun membiarkan rinciannya didiskusikan pada paruh pertama tahun depan.

Mata Uang

Tingkat kurs mata uang adalah fokus dari debat mengenai ketidakseimbangan global. Amerika Serikat dan sejumlah negara telah membujuk China untuk membiarkan mata uangnya menguat lebih cepat dan menuduh Beijing sengaja membuat mata uangnya rendah sehingga mendapatkan keuntungan perdagangan.

Namun Washington menghadapi masa yang lebih sulit dalam mewujudkan hasrat itu manakala sekutu-sekutunya memandang kebijakan uang murah yang ditempuh Federal Reserve bertujuan memperlemah dolar AS.

Para pemimpin G20 berjanji menyerahkan masalah kurs kepada mekanisme pasar, dan menghindari devaluasi kompetitif (devaluasi yang disengaja guna meningkatkan daya saing ekspor). Ikrar ini adalah ulangan dari komitmen yang dibuat pada pertemuan para menteri keuangan negara-negara G20 bulan lalu.

Namun, mengingat pengaruh yang kian luas dari negara-negera berperekonomian berkembang seperti Brazil, G20 menyatakan negara-negara "emerging economies" yang nilai kursnya menjadi lebih mahal (overvalued) dan menghadapi beban yang semestinya tak dipanggulnya, dinyatakan berhak mengadopsi "kebijakan makro-prudensial yang dirancang secara hati-hati" untuk mengendalikan modal demi menghadapi arus modal masuk.

Pada pertemuan G20 sebelumnya, para pemimpin saling tawar menawar mengenai apakah dalam pernyataan akhir KTT akan menyinggung China karena membiarkan mata uangnya lemah, namun sekali lagi ini tidak terjadi.

Pengaturan Sistem Keuangan

Para pemimpin dunia menandatangani kesepakatan "Basel III" guna meningkatkan kualitas dan kuantitas modal bank, yang menjadi sentral reformasi sistem keuangan mengusul krisis finansial.

Mereka juga mendukung proposal pembentukan Dewan Stabilitas Keuangan untuk memperketat supervisi demi menghadapi pasas derivatif serta mengurangi ketergantungan pada lembaga pemringkat utang.

Kendati begitu, para pemimpin G20 tidak sepenuhnya sepakat dalam bagian agenda regulasi lainnya.

G20 menyokong serangkaian rekomendasi umum oleh Dewan Stabilitas Keuangan untuk menentukan bagaimana bank-bank dinilai "terlalu besar untuk dibiarkan bangkrut" (too big to fail)", namun ada ketidaksepakatan dalam isu-isu seperti apakah lembaga-lembaga itu semestinya menjadi subyek untuk pengenaan biaya modal lebih jauh, mengingat banyak hal yang perlu dilakukan lagi pada sejumlah langkah khusus yang terencana.

Perdagangan

Semua negara maju yang pertumbuhannya lamban ingin mengekspor menurut caranya sendiri demi kesehatan ekonominya dan inilah pangkal dari ketegangan seputar mata uang dan ketidakseimbangan global.

Para pemimpin G20 telah berjanji untuk tidak melanjutkan kebijakan-kebijakan proteksionis dan terus bekerja demi putaran Doha tentang pembicaraan liberalisasi perdagangan.

Sementara itu, Korea Selatan dan Amerika Serikat gagal menyepakati perjanjian perdagangan bebas yang sudah lama mereka bicarakan, terutama karena ketidaksetujuan pemberian akses untuk produsen otomotif AS ke pasar otomotif Korea Selatan yang menguntungkan itu.

IMF

Para pemimpin mendukung paket reformasi yang ditawarkan oleh para menteri keuangan mereka bulan lalu untuk mereformasi Dana Moneter Internasional demi merefleksikan pergeseran dalam keseimbangan dalam kekuatan ekonomi global.

Di bawah kesepakatan ini, lebih dari 6 persen porsi suara pada IMF akan dialihkan ke negara-negara berkembang seperti China yang akan menjadi anggota terbesar ketiga dalam organisasi beranggotakan 187 negara dan bermarkas di Washington tersebut.


Antara

Baca selengkapnya...

Masuknya BIRC ke struktur IMF

Pasca Summit para Menteri Keuangan anggota G 20 di Gyeongju, Korea Selatan. Maka spekulasi berakhir dan mereka menyampaikan Komunike bersama sebagai hasil pertemuan tersebut. Forum tahunan G 20 ini berhasil melahirkan kesimpulan yang hasilnya kira-kira dituangkan dalam bahasa: “The complete lack of agreement” diantara Menteri Keuangan G 20 khususnya tentang isu “crucial global governance”. Namun yang lebih penting adalah terjadinya reformasi di IMF yaitu dengan masuknya negara Brazil, India, Rusia, dan China (BIRC).

Perubahan itu adalah dalam hak suara dan kuota di lembaga IMF yang selama ini selalu menjadi tuntutan negara baru maju atau emerging market countries tepatnya negara BIRC tadi. Kendatipun kesepakatan ini sudah disampaikan sebagai hasil pertemuan G 20 tetapi jangan dulu berbangga karena menurut Managing Director IMF Dominique Strauss-Kahn keputusan ini harus diratifikasi oleh Dewan Eksekutif IMF yang menurut aturannya memiliki hak veto dan hak suara masing-masing, tetapi keputusan ini tidak akan mungkin lagi di veto, karena situasi ekonomi yang dihadapi masing-masing negara adikuasa ekonomi saat ini sangat mengkhawatirkan sehingga butuh dukungan negara BIRC.

Memang sebelum acara puncak di Gyeongju. Dimulai pemanasan dan usul-usul sesuai kepentingan masing-masing Negara khususnya Amerika dan China, di media dapat dikatakan “panas” khususnya pertarungan antara Dolar versus Yuan yang dijadikan kambing hitam sebagai penyebab surplus defisit kedua negara. Amerika menuduh China bermain melalui “regulated exchange rate” dengan membiarkan Yuan lemah terhadap Dolar sehingga barang-barang produk China sangat murah sehingga melahirkan surplus perdagangan China yang memang saat ini terbesar di dunia hampir mencapai USD3 triliun sedang defisit USA mencapai USD1,4 triliun. Sedangkan surat kabar China justru menuding ekonomi Amerika saat ini akan berantakan tanpa dukungan Yuan. Karena sumber dana untuk menutupi defisit USA itu adalah Yuan. Apakah Ted Geithner Menteri Keuangan Amerika benar dalam hal menuduh kurs Yuan menjadi penyebab krisis, bukan karena faktor sistem keuangannya yang tidak menyadari perubahan landscape keuangan internasional saat ini masih bisa diperdebatkan, dan ini bukan menjadi topik ulasan artikel ini. Yang akan menjadi sorotan kita adalah bagaimana IMF sebagai lembaga keuangan Internasional yang berfungsi semacan bank sentral dunia atau semacam last resortnya negara dalam menyelematkan ekonominya. Walaupun sebenarnya kelompok negara sosial dan berbagai bukti menyatakan justru IMF-lah menjadi sumber masalah. Reformasi di tubuh IMF menjadi salah satu keputusan penting dari pertemuan G 20 ini di Gyeongju, Korea Selatan. Apa dampak pertemuan ini pada peranan dan fungsi IMF nantinya dalam ekonomi dan keuangan global?

Pertama, Pembentukan “global financial safety net” sekaligus merevisi kebijakan kredit di IMF yang selama ini dituduh berprilaku sebagai “Economic Hit Man”.

Kedua, Melakukan restruktur atas hak voting di IMF.

Dengan keputusan ini akan diberikan kekuasaan sedikit ke ekonomi kekuatan baru (emerging economies), seperti China, India, Rusia, Brazil. Di mana pada tahun 2012 akan memiliki 6 % pangsa kuota. Selama ini dituduh IMF diatur Amerika namun dengan munculnya masalah ekonomi Amerika maka peranan Eropa mulai masuk dan peranan negara dengan kekuatan ekonomi baru BIRC walaupun harus puas dengan angka 6% tadi. Di samping hak voting itu kuota anggota dinaikkan dua kali lipat menjadi USD340 billiun. Untuk diketahui ada 3 hal yang ditentukan kuota tadi:

a. Menentukan kontribusi negara sebagai sumber dana,
b. Menentukan berapa dana pinjaman yang bisa diberikan kepada negara yang membutuhkan,
c. Hak suara yang diberikan kepada masing-masing negara yaitu 250 suara dasar dan ditambah dengan jumlah SDR (Special Drawing Right) yang dimiliki.

Ketiga, kekuasaan ini memang sangat berpengaruh dalam menentukan nasib ekonomi suatu negara yang memerlukan bantuan IMF. Kendatipun menurut normanya kuota tadi dianggap menggambarkan posisi suatu negara dalam ekonomi dunia yang ditentukan berdasarkan formula yang diambil dari GDP (rata-rata harga pasar dan tenaga beli parity tingkat kurs mata uangnya), keterbukaan, variabel ekonomi dan cadangan internasional. Walaupun ada formula pada hakekatnya yang menentukan adalah “kekuasaan dan lobby”.

Setiap keputusan di IMF minimal harus mencapai 85 % vote, Amerika sendiri sudah mengantongi 16,7 % dan bisa memveto keputusan IMF. Kendatipun sejak beberapa tahun lalu sudah ada reformasi di dalam misalnya dalam memberikan Managing Director ke Eropa namun proses seleksi tidak transparan dan tidak fair. Pada hakekatnya Amerika seperti biasa tetap pemenang dia hanya memberikan sedikit saja hak orang lain, hakikatnya dia yang monopoli kekuasaan di IMF. Kendatipun hak vote China meningkat sekarang menjadi 6,19 % naik dari 3,65% mendekati Jerman, France dan Britain. Sedangkan India akan berada di ranking ke-8, Russia ke-9 dan Brazil ke-10 dengan demikian negara BIRC memiliki votes total; (14.18 percent of IMF quotas). Sedangkan negara ekonomi baru seluruhnya termasuk Indonesia akan menguasa hak suara 42,29 %. Dengan keputusan restruktur ini maka banyak anggota yang akan duduk di berbagai Dewan akan diisi pendatang baru dan dari negara baru.

Setelah beberapa lama IMF lesu dan lemah tidak berwibawa terutama akibat krisis ekonomi dunia tahun 2008/2009, Akhirnya dapat juga disebut bahwa persetujuan Gyeongju ini akan membuat IMF: “more effective, credible and legitimate”.

Bisa juga begitu tetapi yang pasti seperti dikemukakan Strauss-Khan ini hasil “bersejarah” dan menghasilkan suatu keputusan penting sejak badan ini didirikan tahun 1944. Alasannya adalah dana semakin banyak, distribusi kekuasaan semakin diratakan kendatipun kekuasaan penuh tetap pada Amerika dan sekutunya. Dan jangan lupa Presiden IMF dan Bank Dunia adalah peserta ex-officio di semua pertemuan G20 dan IMF sebagai Sekjennya.


Businessnews

Baca selengkapnya...

Selasa, 09 November 2010

Surga di Telapak Kaki Ibu, Gaji Ayah di Dompet Ibu

Semakin majunya pendidikan perempuan di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah dan kualitas kaum pekerja perempuan. Bahkan tidak sedikit perempuan yang memiliki karir melampaui karir pria dan berada pada jajaran manajemen level atas.

Ada anggapan bahwa perempuan yang bekerja dan memiliki penghasilan sendiri menyebabkan mereka tidak lagi bergantung pada pasangannya (jika mereka sudah menikah). Ada juga anggapan lain, bahwa karena antara suami istri masing-masing memiliki penghasilan sendiri, pengelolaan uang tidak lagi dilakukan oleh perempuan atau istri, melainkan oleh masing-masing.

Apakah meningkatnya peran perempuan pada dunia kerja di luar rumah menjadikan mereka sangat setara, sehingga peran sebagai pengelola keuangan keluarga tidak lagi ada di tangannya? Pertanyaan ini tentu tidak ditujukan pada perempuan lajang pekerja yang pasti mengelola keuangannya sendiri. Bagi yang sudah menikah ternyata sebagian masih mengatur keuangan sendiri-sendiri, dan sebagian lagi mengambil peran sebagai menteri keuangan keluarga. Bahkan di kalangan perempuan pekerja yang menikah ada satu ungkapan ‘uangmu uangku, uangku ya uangku sendiri’. Ungkapan ini tidak bermaksud mengatakan perempuan itu materialistis, tetapi seakan mempertegas posisi perempuan bahwa otoritas keuangan keluarga itu ada di tangan perempuan.

Hasil riset yang dilakukan terhadap 1.300 perempuan dari rentang kelas sosial ekonomi A hingga D menunjukan bahwa mayoritas (84,2 persen) perempuan mengelola penghasilan suami atau pasangan. Alasan yang dikemukakan antara lain adalah untuk mengatur pengeluaran keluarga, dan karena keuangan keluarga memang seharusnya dikelola oleh perempuan. Ini membuktikan, di kalangan perempuan keyakinan bahwa keuangan keluarga memang seharusnya dipegang oleh perempuan masih kuat.

Peran domestik perempuan sebagai pengelola keuangan keluarga tampaknya belum mengalami banyak pergeseran. Perubahan hanya terjadi pada penambahan fungsi saja, yaitu dari ‘pemegang’ keuangan menjadi ‘pengelola’ keuangan. Fungsi kontrol perempuan terhadap keluarga juga tampak melalui alasan respondenperempuan ini, bahwa dengan memegang penghasilan pasangan maka mereka akan punya sedikit kendali terhadap pasangannya. Dengan demikian harapan mereka ini bisa meminimalkan kondisi-kondisi yang dapat membuat hubungan antar suami-istri tidak nyaman.

Persoalan kendali ini tidak hanya monopoli perempuan pekerja. Pada perempuan yang menyandang status ibu rumah tangga, kendali terhadap keuangan keluarga ternyata juga merefleksikan kendali mereka terhadap pasangan. “Pengeluaran suami lebih terkontrol dan diketahui kemana perginya ‘uang jajan’ mereka,” demikian ungkap seorang responden ibu rumah tangga.

Tampaknya persoalan kendali keuangan rumah tangga ini tidak banyak mengalami perubahan pada sebagian besar perempuan di Indonesia. Meski demikian ada juga perempuan yang tidak mengelola keuangan pasangan karena anggapan bahwa ini harus diatur bersama. Bahkan ada responden yang mengaku tidak bisa mengatur keuangan sehingga malah memilih untuk tidak menggunakan “hak istimewa perempuan” ini.

Mayoritas sebagai penguasa keuangan keluarga dan keuangan pasangan, apakah lalu perempuan menjadi target utama untuk dibujuk melakukan pembelian dengan kuantitas yang lebih banyak? Hasil riset menunjukkan ternyata tidak semudah itu membuat perempuan berbelanja. Mayoritas responden mengatakan, faktor kebutuhan dan harga di samping kualitas adalah pertimbangan utama mereka dalam membelanjakan isi dompetnya.

Karena itu, para pemilik merek yang jeli terhadap selera dan kebutuhan perempuan di satu sisi dan daya beli di sisi lain, tidak hanya merayu lewat kemasan dan janji yang membujuk, tetapi memberikan bukti bahwa kualitas yang diberikan memang betul-betul bisa dipercaya oleh para perempuan.

Perempuan, terutama jika sudah menikah, membeli tidak lagi untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk anggota keluarganya. Karena itu kuantitas pembeliannya akan meningkat. Persetujuan pasangan bisa saja menjadi panduan bagi perempuan untuk membeli. Namun biasanya jika sudah berada di tangan perempuan keputusan tidak dapat diganggu-gugat. Maka dari itu, jangan pernah abaikan peran perempuan sebagai menteri ekonomi keluarga. Karena “surga di telapak kaki ibu, gaji ayah di dompet ibu juga“.


Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc)
Bersama Putu Ikawaisa Mahatrisni (Senior Research Executive, MarkPlus Insight)

Baca selengkapnya...

Sabtu, 23 Oktober 2010

Perang Mata Uang

Cermati "perang mata uang", maka Anda mungkin akan mendapati diri Anda terlalu naif mengklaim apresiasi rupiah sebagai indikator membaiknya perekonomian.

Mengapa begitu? Karena asumsi itu menapikan sisi lain bahwa keseimbangan perdagangan terancam akibat daya saing terpukul oleh rezim-rezim ekspor lain yang berlomba melemahkan kurs mata uangnya.

Saat ini kinerja ekspor Indonesia memang mengesankan. Agustus lalu ekspor naik 9,76 persen, sedangkan inflasi hanya 0,44 persen. Namun di tengah ekonomi global yang saling mempengaruhi tapi sedang dilanda perang kurs, kita memiliki alasan untuk tidak terlena.

Meminjam tesis editor The Weekly Standard, Irwin M. Stelzer, "perang kurs" dipicu oleh Amerika Serikat.

Menghadapi kampanye pemilihan presiden yang dimulai 3 November nanti, Barack Obama membutuhkan jualan politik baru untuk menarik simpati rakyat.

Pemerintahan ini menghadapi pengangguran yang meninggi dan sistem produksi domestik yang mandek. Obama lalu menawarkan program perluasan lapangan kerja dan memicu sektor produksi.

Federal Reserve kemudian mencetak banyak-banyak dolar AS. Akibatnya dolar melemah. Saat bersamaan, syarat masuk produk dan modal impor, khususnya China, diperketat.

Intinya, industri domestik diproteksi agar anteng berproduksi, sementara asing dipaksa berbagi insenfit bunga surat utang yang dipegangnya. Celakanya, formula itu mendorong negara lain meniru AS, demi mempertahankan daya saing.

Jepang mengintervensi pasar uang demi melemahkan yen. Singapura bergerilya lewat instrumen pajak. Brazil menggandakan pajak beli obligasi oleh asing, Thailand menarik 15 persen pajak kepada asing pembeli obligasi nasionalnya, sementara Korea Selatan melarang bank meminjam dalam mata uang asing.

Banyak negara merintih karena produk ekspornya tiba-tiba tak kompetitif lagi. Brazil tak tahan dan mengaum, "Kita berada di tengah perang mata uang. Daya saing kita tercampakkan," kata Menteri Keuangan Brazil Guido Mantega.

Perang kurs memperlihatkan dilema besar dalam sistem keuangan global di mana dolar AS menjadi cadangan mata uang resmi dunia. Dilema itu adalah ketika AS memakai referensi global ini sebagai instrumen domestiknya, maka perekonomian global terancam perang harga besar-besaran.

Hubungan antarnegara pun bisa rusak. Lihat saja Jepang dan China yang bersitegang karena dipicu saling banting harga di pasar ekspor. Jepang juga menyemprot Korea Selatan karena produk-produk ekspornya kalah laku setelah Korea terus melemahkan mata uangnya.

Indonesia bisa saja merintih jika Malaysia dan Singapura mengenakan syarat-syarat lebih ketat terhadap produk dan jasa Indonesia ke sana.

Mungkin saja instrumen pajak terhadap modal masuk diberlakukan pula pada Indonesia. Itu artinya, para pengusaha Indonesia yang memarkir modal di sana tertekan, lalu mengkompensasikan tekanan itu kembali ke Indonesia.

Bisa juga kondisi-kondisi kerja ideal bagi TKI diubah atau berbuat aneh-aneh terhadap produk Indonesia seperti Taiwan terhadap Indomie. Saat itu terjadi, maka hubungan politik pun terganggu.

Inilah tesis yang salah satunya diajukan ekonom China Li Xiangyang, "Jika negara yang mengadopsi kebijakan nilai tukar (ala AS) kian banyak, maka kepentingan antarnegara akan saling bertabrakan."

Uang Panas

Perang kurs awalnya dengan mendevaluasi mata uang, lalu meminta mitra dagang menaikkan nilai produk dagangnya. Setelah itu, tarif impor dikenakan suatu negara guna melindungi industri kuncinya. Dengan cara seperti ini permintaan domestik kepada produk-produk hasil dalam negeri meningkat.

Masalahnya, saat itu terjadi, barang dan jasa ekspor satu negara hancur karena negara tujuan ekspor memutuskan membuat sendiri produk itu.

Misalnya, Anda mengekspor sepatu ke AS, tapi AS kini memproduksi sendiri sepatu. Anda terpukul kan? Inilah yang membuat China meradang.

Lalu, buah terpahit dari perang kurs adalah banjirnya "uang panas" ke sistem perekonomian yang dianggap menguntungkan dalam jangka pendek.

Banjir uang panas terjadi karena sekarang siapapun bisa memegang dolar karena harganya murah, sementara sejumlah negara seperti AS menjadi pelit memberi insentif. Akhirnya pemodal jangka pendek ini mencari pelabuhan-pelabuhan modal yang dianggapnya menarik.

Investor "uang panas" hanya datang sementara dan melulu memperdagangkan risiko. Tahun ini Anda mungkin dianggap aman, tapi tahun depan anggapan bisa berubah. Bukan karena Anda menjadi tak aman, tapi karena tempat lain menawarkan insentif lebih besar.

Saat itu terjadi, maka modal masuk segera berubah menjadi capital outflow. Ini tak akan apa-apa jika jumlahnya jutaan dolar.

Tapi, mengutip Institute of International Finance, uang panas yang gencar memburu negara-negara berkembang seperti Indonesia ini jumlahnya fantastis, 825 miliar dolar AS! Ini hampir sepuluh kali cadangan devisa RI pada September 2010 sebesar 86,2 miliar dolar AS.

Yang mengerikan adalah, dari pengalaman krisis moneter 1997, modal masuk yang datang tiba-tiba, akan keluar tiba-tiba dalam jumlah sama besarnya.

Dalam editorialnya berjudul "The Next Bubble", International Herald Tribune mengingatkan bahwa Wall Street sedang membidik aset-aset negara-negara berkembang. Oleh karena itu negara berkembang harus awas mencermatinya.

Capital inflow yang mengalir masif ini membuat negara penerima modal kelebihan uang, lalu harga barang tertekan, gelembung-gelembung aset tercipta, harga properti dan saham merangsek.

Mengapa disebut gelembung aset? Karena uang yang masuk kantong Anda, bukan karena Anda telah bekerja, tapi dari pinjaman berente yang setiap waktu ditarik dari Anda. Kantong Anda terlihat penuh, padahal isinya utang.

Bahayanya, mengutip China Post, gelembung-gelembung aset ini cepat atau lambat bakal meledak, untuk kemudian menciptakan bencana.

Distribusi asset
Kecenderungan di atas memesankan hal lain bahwa statistik ekonomi harus dibaca kritis agar tidak mengaburkan realitas ekonomi nasional sebenarnya.

Kita tak boleh lengah hanya karena performa indeks yang terus menanjak, karena fundamental ekonomi juga harus dilihat utuh. Bahkan, IMF mengingatkan Asia mengenai bahaya inflasi dan penggunaan uang panas untuk proyek-proyek domestik.

Yang juga mesti dicermati adalah konsentrasi ekonomi Indonesia sekarang di mana, mengutip Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto, 56 persen aset nasional dikuasai oleh hanya 6,2 persen penduduk Indonesia.

Jika banyak dari 6,2 persen penduduk Indonesia itu ternyata tergantung pada "uang panas" (belakangan ini sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia yang fundamentalnya tidak terlalu bagus mengalami pembiakan harga yang intensif), maka saat bubble meletus, magnitudo ledakannya merusak 56 persen aset nasional.

Jika 56 persen rusak, maka 44 persen lainnya terganggu.

Semoga skenario itu tak terjadi. Tapi jika Anda menjadi tergantung pada uang panas itu atau tak henti mengiimpor karena lebih murah, maka skenario itu mungkin saja terjadi. Krisis moneter 1997 terjadi karena lengah seperti ini.

Saat ini mengimpor memang lebih realistis. Taruhlah impor beras dan tekstil. Anda mungkin lebih suka mengimpor beras dari Thailand dan tekstil dari China karena harganya lebih rendah dibandingkan harga domestik.

Anda untung, tapi saat bersamaan para petani dan perajin tekstil dalam negeri gulung tikar untuk kemudian menganggur.

Anda boleh tak mempedulikan ini, tapi bisnis jangka panjang Anda niscaya terganggu. Ingat, pengangguran bisa memicu ketidakstabilan, bahkan naiknya kriminalitas.

Terlalu banyak orang yang tidak bekerja akan membuat kegiatan investasi dan bisnis terancam, karena stabilitas politik terongrong oleh orang-orang yang tidak puas dan tersisihkan akibat tidak bekerja. Padahal Anda butuh stabilitas sosial politik demi tenangnya berusaha.

Lebih mengkhawatirkan lagi, ketika hanya segelintir yang menguasai ekonomi nasional--taruhlan 6,2 persen penduduk itu-- saat itu pula curiga dan stigma sosial muncul, lalu memicu konflik sosial dan kebencian antarmasyarakat.

Meminjam hipotesis Amy Chua dalam bukunya "World on Fire", masyarakat demokrasi pasar (di mana Indonesia sedang mengarunginya) memang kerap mencipta dan lalu mendidihkan kebencian antaretnis.

Jadi, di samping menarik insentif positifnya bagi perekonomian nasional, dinamika keuangan global ini mesti dicermati kritis untuk menjamin aset ekonomi tak menciptakan gelumbang. Jika pun ada gelumbung, kita bisa mengelolanya sehingga kempes tanpa menciptakan ledakan.

Krisis moneter 1997 memperlihatkan bahwa gelumbung aset yang meledak berimplikasi luas terhadap negara, dan memicu konflik bernuansa rasial yang pekat.

Oleh karena itu kita harus mencari cara agar aset nasional tak terpusat di tangan segelintir orang, sehingga saat yang satu sakit, tak menjangkiti yang lain, apalagi keseluruhan sistem.

Kita juga perlu memonitor ketat masuknya uang panas. Bank Indonesia memang diam-diam sedang melakukannya, tapi langkah lebih drastis tetap diperlukan. Bahkan para ekonom liberal seperti Uri Dadush, Direktur Program Ekonomi Internasional Carnegie Endowment for International Peace, merekomendasikan ini.

"Karena faktanya modal masuk itu mudah bergejolak dan berjangka pendek, maka intervensi mata uang untuk tujuan mensterilasasi dampaknya, mengakumulasi cadangan devisa, dan terakhir mengenakan pajak terhadap modal masuk atau kontrol devisa lainnya, adalah sah," kata Dadush.


Jafar M. Sidik (ANTARA News)

Baca selengkapnya...

KERLAP-KERLIP LAMPU

Sudah banyak yang mengulas kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tepat satu tahun di masa jabatan keduanya belum lama ini. Dan bisa dimaklumi kalau hampir semuanya menyuarakan kritik terhadap presiden kita yang terkenal karena selalu sibuk menjaga citra dirinya itu. Bahkan ketua umum Golkar Aburizal Bakrie, yang disebut-sebut sebagai calon tunggal partai untuk pilpres 2014, mengatakan di depan SBY kalau pencitraan dan perebutan pengaruh hanya “kerlap kerlip lampu” sesaat yang tidak membawa keuntungan permanen bagi bangsa (20/10).

Bicara statistik, memang Indonesia mencatat kemajuan yang terukur dan konsisten di bawah SBY. Sebut saja pertumbuhan ekonomi, volume ekspor, lapangan kerja, stabilitas nilai tukar rupiah dan sebagainya. Sebagai negara, Indonesia menjadi lebih baik di bawah SBY. Tetapi bagaimana dengan karakter bangsa ini yang tercermin dari perilaku dan pola pikir rakyatnya? Apakah SBY bisa memperbaiki Indonesia sebagai bangsa?

Justru menjelang dan di awal masa jabatan SBY yang kedua inilah kita disuguhi berita tanpa henti tentang perilaku buruk aparat dan pejabat negara, yang berdampak pada situasi seperti tanpa hukum dan membuat konflik dan kerusuhan gampang merebak di mana-mana.

Satu hal paling menonjol yang menimbulkan pandangan negatif adalah fakta bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi justru kocar-kacir di era SBY. Sekarang tinggal empat pemimpin di lembaga ini, dan dua diantaranya menghadapi prospek disidang oleh pengadilan dan karenanya akan terpaksa non-aktif dulu.

Kita ingat bagaimana Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto tahun lalu menjadi tersangka kriminal tidak lama setelah SBY berkunjung ke Mabes Polri. Kemudian setelah itu, Mahkamah Konstitusi membeberkan fakta bahwa kasus mereka berdua direkayasa, dan ada indikasi kuat keterlibatan petinggi di Kejagung dan Polri. Kalau tidak, Susno Duadji tidak akan dicopot sebagai kabareskrim dan wakil jaksa agung Abdul Hakim Ritonga tidak akan mengundurkan diri.

Lembaga-lembaga penegak hukum seperti dipermainkan untuk memojokkan KPK di bawah hidung SBY yang nyaris tanpa reaksi. Sikap presiden hanya berupa saran agar Chandra-Bibit tidak disidangkan, dan tidak ada komitmen untuk menyidik dugaan rekayasa oleh penegak hukum lain, karena rekomendasi dari tim pencari fakta juga berlalu seperti angin.

Kalau yang di atas bermain-main dengan hukum, yang di bawah ikut-ikutan. Di siang bolong di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dua kelompok geng bentrok dengan senjata api dan senjata tajam, padahal waktu itu ratusan polisi menjaga gedung pengadilan tetapi tidak ada yang mampu menghentikan bentrokan itu. Sekarang rasa hormat pada penegak hukum kian luntur. Pengguna jalan yang marah karena sering ditilang atau warga kampung yang tidak rela dengan tindakan polisi sekarang berani menyerbu pos-pos polisi dan mengamuk, seperti banyak kita dengar beritanya belakangan ini. Bukan main kondisi mental bangsa ini sekarang.

Setelah enam tahun berkuasa, SBY tidak bisa lagi diharapkan untuk terus berusaha menggambarkan dirinya sebagai presiden yang paling ganteng, paling merdu suaranya, paling romantis dengan lagu ciptaannya, paling santun, paling hormat pada sesama bahkan lawan politiknya. Cukup sudah dengan semua itu, karena kita sekarang justru menghendaki presiden yang berani, tegas dan galak terhadap pelanggar hukum, terhadap petinggi negara yang terus mempermainkan kekuasaan dan jabatan negara. Bukan seperti yang terjadi sekarang, KPK yang selalu menjadi andalan terakhir malahan tidak berdaya dan nyaris lumpuh, dan semakin nampak persaingan yang semula terselubung dengan polisi dan jaksa. Hal-hal seperti ini yang justru paling tidak diduga akan muncul di masa SBY, karena SBY pernah bersumpah “saya sendiri yang akan memimpin perang melawan korupsi.”

Peningkatan statistik yang juga tidak terlalu signifikan sama sekali tidak sebanding dengan merosotnya mental bangsa ini. Tidak ada rasa hormat antar sesama, hukum hanya menjadi alat kekuasaan, dan korupsi terus meraja-lela sementara KPK sudah terlalu kikuk untuk bergerak. Sungguh mengherankan kalau pemimpin kita masih punya waktu untuk membangun citra diri. Tinggal empat tahun lagi Pak.


Businessnews

Baca selengkapnya...

Kisah Dompet Terakhir dari Wasior

Setelah beberapa hari hujan, siang itu matahari bersinar angkuh di atas langit Kota Wasior.

Panas yang membara bertambah sempurna dengan beterbangannya debu-debu sisa lumpur basah yang menghempas kasar ke setiap wajah manusia yang ada di kota itu.

Sisa-sisa penduduk yang masih menghuni Wasior memilih menyingkir dari terpaan terik mentari dan bersembunyi dalam rengkuhan bayangan pepohonan dan dinginnya tembok rumah.

Tapi Irwanto (30) masih berdiri di sebuah lahan besar tidak jauh dari Bandara Perintis Wasior.

Dia mematung di situ, tepat di bawah pijaran si raja siang dan seakan tidak peduli pada cahaya yang bisa membakar ubun-ubun kepala.

Dengan bercelana pendek, bersendal jepit, berkaus lusuh dan dengan lingkaran hitam di bawah mata tanda tidak tidur semalaman, pria yang akrab dipanggil Anto itu menatap sendu kantung mayat bewarna kuning di hadapannya.

Beberapa orang berseliweran di dekat kantung mayat yang masih terbungkus rapi itu, Anto tidak mengenali mereka, hanya dari seragamnya Anto tahu mereka adalah para relawan yang baru saja menemukan jenazah di bawah puing-puing bangunan di jantung Kota Wasior.

Mereka mulai membuka kantung mayat dan meminta Anto mengenali jenazah perempuan di dalamnya. Tanpa sempat mengambil nafas Anto merunduk ke arah raga tidak bernyawa yang sangat sulit dikenali karena sudah membusuk dan menghitam karena terlalu lama terkubur di dalam lumpur.

Namun, dari warna dan corak kain celana yang membalut tubuh kaku itu, Anto bersikeras itu adalah jenazah Irawati (25), isterinya yang sudah berhari-hari menghilang begitu banjir bandang meluluhlantakkan Kota Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat pada Senin 4 oktober.

Cincin yang melingkar di jari manis dan kalung emas di leher jenazah perempuan itu memperkuat keyakinan Anto bahwa itu adalah jenazah isterinya.

Kebekuan di indera penglihatannya mulai mencair, bulir-bulir air mata mulai mengembang dan Anto tak kuasa menahan pilu.

Para relawan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Bulan Sabit Merah Indonesia mulai menggali tanah untuk memakamkan jenazah Irawati. Tepat di samping kuburan kecil, kuburan dengan nisan darurat bertuliskan nama Luthfi berusia 19 bulan, anak semata wayang Irwanto.

Kini lengkap sudah, pencarian Anto bermuara pada penemuan dua orang jenazah anggota keluarganya, isteri dan anaknya yang meninggal dunia karena tergulung lumpur ketika air bah menerjang kawasan itu.

Kini Anto sebatang kara di Wasior, karena isteri dan anaknya sudah meninggal dunia, dan kedua orang tuanya berada di kampung halaman, di Padang, Sumatera Barat.

Anto warga Wasior yang selamat dari banjir bandang setelah sempat tergulung lumpur. Ia berhasil menyelamatkan diri dan terdampar di kawasan pelabuhan yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya.

Namun, penyesalan masih bergelayut di hatinya hingga kini karena tidak bisa menyelamatkan bayi dan isterinya. Bayinya terlepas dari genggamannya ketika tembok rumah mereka rubuh dan menimpa tubuhnya.

Pada hari kejadian itu, dia tengah bercengkrama dengan sang bayi di peraduan karena di luar hujan deras dan air mulai menggenang di pelataran rumah sementara isterinya tengah pergi untuk membeli sarapan.

Anto seketika bangkit dan menggendong bayinya ketika mendengar jeritan warga di sekitar rumahnya dan bunyi-bunyian yang menggema akibat pergesakan antara batu-batu besar dan batang-batang pohon kayu yang menabrak rumah-rumah penduduk.

Anto mengaku, ketika itu dia ingin berlari ke luar, namun tiba-tiba rumahnya rubuh dan bayinya terhempas sementara ia hanyut tergulung lumpur bersama material rumahnya.

Dia sangat menyesal karena sebagai ayah dan suami dia tidak bisa menyelamatkan anak satu-satunya dan tidak bisa menemukan isterinya yang ternyata ikut tergulung lumpur dan terkubur di bawah reruntuhan rumah sebelum akhirnya ditemukan oleh TNI dan para relawan.

Yang lebih membuatnya menyesal adalah karena dia belum sempat meminta maaf pada isterinya yang sempat dia marahi pada malam sebelum hari kejadian.

Anto bercerita, di malam hujan pada Minggu 3 Oktober, Anto memarahi isterinya yang baru saja pulang membeli dompet seharga Rp150 ribu. "Padahal beberapa hari sebelumnya dia juga baru saja membeli dompet," katanya.

Mendengar sang suami marah, Irawati dengan tatapan menyesal berkata pelan "Maafkan saya, saya berjanji tidak akan membeli dompet lagi. Ini adalah dompet terakhir," kata Anto mengulang ucapan istrinya.

Tidak pernah terpikirkan oleh Anto bahwa ucapan isterinya itu menjadi nyata. Yang dibeli istrinya itu ternyata benar-benar dompet terakhir.

"Sekarang saya merasa sangat meneysal. Jika saja isteri saya bisa hidup kembali saya akan membelikannya dompet sebanyak-banyaknya berapa pun harganya," katanya.

Kisah anto merupakan satu dari sekian banyak cerita duka dari tanah bencana di salah satu wilayah di Negeri Ufuk Timur.

Banjir bandang yang menerjang Kota Wasior menewaskan sedikitnya 156 orang dan sekitar 155 lainnya hilang dan belum ditemukan.

Sementara itu, sekitar 5.000 orang lainnya meninggalkan Wasior untuk mengungsi di wilayah tetangga seperti Manokwari dan Nabire.

Pada saat ini, Kota Wasior seperti kota mati karena banyak rumah kosong sementara sekitar ribuan rumah rusak dan sebagian di antaranya rata dengan tanah.

Yang tersisa di Wasior pada saat ini hanya endapan lumpur, bongkahan batu-batu besar, dan batang-batang pohon raksasa yang terbawa saat banjir bandang.


Wuryanti Puspitasari (ANTARA News)

Baca selengkapnya...

Kamis, 14 Oktober 2010

14 Kunci Sukses Hidup

1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita.
Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orangtua si gadis, tapi meminta kepada TUHAN melalui wali si gadis.

3. KETIKA MENIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di hadapan TUHAN.

4. KETIKA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tetapi juga semak belukar yang penuh onak; duri.

5. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.

6. KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada suami/isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% & cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

7. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI.
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggungjawab apabila isteri membutuhkan pertolongan anda.

8. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI.
Tetaplah berjalan dengan tentram, lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

9. KETIKA MENDIDIK ANAK.
Jangan pernah berpikir bahwa orangtua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orangtua yang baik adalah orangtua yang jujur kepada anak.

10. KETIKA ANAK BERMASALAH.
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orang tua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orangtuanya.

11. KETIKA ADA PIL(Pria Idaman Lain).
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

12. KETIKA ADA WIL(Wanita Idaman Lain).
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

13. KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA.
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

14. KETIKA INGIN LANGGENG; HARMONIS GUNAKANLAH FORMULA 7K.
☑ Ke-takut-an akan Tuhan
☑ Kasih sayang
☑ Kesetiaan
☑ Komunikasi dialogis
☑ Keterbukaan
☑ Kejujuran
☑ Kesabaran.

Baca selengkapnya...

Kamis, 07 Oktober 2010

Saya Pikir . . .

Saya pikir, hidup itu harus banyak meminta ~ ternyata harus banyak memberi.

Saya pikir, sayalah orang yang paling hebat ~ ternyata ada langit diatas langit.

Saya pikir, kegagalan itu final ~ ternyata hanya sukses yang tertunda.

Saya pikir, sukses itu harus kerja keras ~ ternyata kerja pintar.

Saya pikir, kunci surga ada dilangit ~ ternyata ada dihatiku.

Saya pikir, Tuhan selalu mengabulkan setiap permintaan ~ ternyata Tuhan hanya memberikan yang kita perlukan.

Saya pikir, makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat ~ ternyata yang paling cepat merespon perubahan.

Saya pikir, keberhasilan itu karena keturunan ~ ternyata karena ketekunan.

Saya pikir, kecantikan luar yang paling menarik ~ ternyata inner beauty yang lebih menawan.

Saya pikir, kebahagian itu ketika menegok keatas ~ ternyata ketika melihat kebawah.

Saya pikir, usia manusia itu di ukur dari bulan & tahun ~ ternyata di hitung dari apa yang telah dilakukannya kepada orang lain.

Saya pikir, yang paling berharga itu uang & emas permata ~ ternyata yang paling mahal itu kesehatan dan nama baik.

Baca selengkapnya...

Minggu, 26 September 2010

Efek Pujian pada Anak

Pujian untuk anak harus diberikan proporsional agar ia tidak besar kepala atau meremehkan hasil kerjanya.

Pujian adalah hal yang penting dalam hidup kita. Namun, seberapa banyak pujian yang cukup untuk diberikan kepada anak? New York Magazine melaporkan bahwa banyak anak berbakat yang mendapatkan skor tertinggi dalam tes menganggap remeh hasilnya karena mereka tak terbiasa menerima pujian. Para murid berbakat ini sering kali merasa tidak percaya diri untuk menghadapi masalah besar kecuali mereka tahu bahwa mereka mampu memecahkannya.

Serupa, laporan dari Brookings Institutions's Brown Center menunjukkan bahwa negara yang memuji muridnya dalam mata pelajaran Matematika ternyata nilainya di belakang negara-negara yang pengajarnya tidak memuji muridnya. Studi menunjukkan bahwa murid yang tidak memiliki kebiasaan untuk memuji justru nilainya lebih tinggi ketimbang anak-anak yang berada di negara yang menjunjung pujian.

Pertanyaannya, bagaimana cara agar pujian diberikan dengan cukup?


1. Dasarkan pujian pada keberhasilan yang sebenarnya dan sifatnya spesifik. Mengatakan bahwa si anak adalah orang yang pandai tak akan mengajarnya apa yang telah ia lakukan adalah hal yang benar. Berikan pujian yang sesuai dengan tugas yang terselesaikan. Contoh, Anda bisa berkata, "Kamu melakukan pekerjaan yang bagus dengan menjawab soal yang sulit seperti ini."

2. Pujian untuk upaya keras. Secara alamiah, orangtua akan berharap anaknya bisa mengeluarkan dan melatih upaya terbaiknya. Saat si anak sudah bekerja sangat keras menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan, berikan pujian untuk setiap level yang berhasil ia capai. Jika hasil upaya kerasnya mencapai angka yang biasa, berikan pujian jika Anda tahu bahwa si kecil sudah berupaya melakukan usaha yang sangat keras.

3. Tunjukkan ketertarikan Anda akan studi si kecil. Menerima kritik dan mempertahankan prestasinya adalah hal yang menantang untuk anak. Namun, menunjukkan ketertarikan serta dukungan di setiap waktu akan menawarkan kenyamanan bagi si anak. Tanyakan mengenai pelajaran di sekolahnya, dan minta ia untuk "mengajarkan" pada Anda. Ini adalah cara yang baik untuk mendorong kepercayaan diri anak dalam memahami materi pembelajaran sambil membantu mereka untuk terus berusaha.

4. Jangan membandingkan kemajuan anak lain dengan anak Anda. Pastikan bahwa Anda tidak membandingkan kemajuan si kecil dengan saudara atau temannya. Belajar bukanlah mengenai mengukur kemampuan satu anak dengan anak lainnya, melainkan memerhatikan perkembangan anak secara individual.

5. Ketulusan. Anak-anak adalah makhluk yang intuitif. Mereka bisa melihat arti dan maksud di balik sebuah pujian. Jika Anda memujinya hanya sepintas lalu atau tidak tulus, hal itu tak hanya menghapus pujian yang pernah Anda beri di waktu-waktu sebelumnya dan bahkan mengganggu pujian tulus di masa depan.
Bahwa Anda, orangtuanya, memerhatikan dan mendorong kemajuan dirinya, serta bangga akan dirinya, itu adalah hal yang vital untuk membangun kepercayaan diri, memotivasi, dan membantu kemandirian anak. Anak perlu tahu bahwa Anda ada di pihaknya dengan pujian yang adil untuk mendorong kepercayaan dirinya sekaligus memotivasi mereka untuk mencapai prestasi dan belajar lebih lagi karena mereka percaya pada kemampuan dirinya sendiri.


Sumber : Oprah - Nadia Felicia

Baca selengkapnya...

Jumat, 17 September 2010

Tuhan Dalam Buku Stephen Hawking?

Disulut bara sensasi khas media massa Inggris, publik sejagat coba-coba dikompori oleh pernyataan dari seorang ahli fisika.

Topik yang diangkat soal hubungan penciptaan alam semesta dan peran Tuhan. "Tidak perlu pertolongan Tuhan untuk menciptakan alam semesta," kata fisikawan itu.

Penulisnya, Stephen Hawking, ilmuwan Inggris berusia 68 tahun. Pernyataan itu termuat dalam buku The Grand Design yang dikerjakan bersama ahli fisika AS, Leonard Mlodinow.

Menurut penuturan harian The Times, keduanya mengungkapkan bahwa serangkaian teori baru membuat penciptaan jagat raya tidak memerlukan pencipta.

Sebelumnya. publik sejagat sempat diliputi tanda tanya ketika Hawking menulis buku A Brief History of Time. Buku itu memuat sebuah kisah penciptaan alam semesta.

Tahun 1988, Hawking - yang menderita penyakit neuromuskular sejak berusia 21 tahun yang membuatnya lumpuh dan bergantung pada synthesizer suara - memberi nuansa bernas mengenai problem kosmologi dalam bingkai keberadaan Sang Pencipta Alam Semesta. Mencuatlah Teori Dentuman Besar (The Big Bang).

Pada tahun yang sama juga, Hawking tampaknya merespons secara positif kemungkinan adanya Pencipta, dengan mengatakan bahwa penemuan sebuah teori yang utuh menyeluruh akan merupakan ?kejayaan akal budi manusia?karena kita akan mengetahui pikiran Tuhan?. Wow...?

Dihela oleh rasa ingin tahu sebagai dorongan purba dari setiap manusia, sejumlah komentar berkelabat sarat isyarat bahwa dentuman besar mengalamatkan kepada sebuah waktu di mana segala materi dan energi ada dan berasal dari sebuah keadaan tertentu.

Yang teronggok di dalamnya tinggal misteri sarat tanda tanya bahwa sebenarnya apa yang menyebabkan semuanya itu terjadi?

Bagi Hawking, alam semesta ini memang seharusnya tidak remuk. Alam semesta itu mengembang. Arti pertama, segala sesuatu yang ada dalam alam semesta tampil sebagai peristiwa kebetulan belaka.

Alam semesta mengatur dirinya sendiri sebagaimana layaknya sebuah mesin raksasa. Arti kedua, penciptaan alam semesta mempunyai tujuan bagi kehidupan manusia.

Dua pernyataan itu mengerucut kepada pertanyaan, bagaimana peran dan keberadaan Tuhan dalam alam raya ini? Menurut penulis buku Sains dan Problem Ketuhanan, Greg Soetomo, pertanyaan itu dapat dibaca sebagai "Tuhan yang dicampakkan dalam alam semesta".

Sejumlah pemikir telah coba membuat peta jalan seputar "Tuhan yang dicampakkan dalam alam semesta". Ahli fisika Newton memandang adanya Tuhan yang berperan dalam menggerakkan planet-planet dan sistem tata surya.

Sementara seorang ahli matematika, Carl F. Gauss berpendapat bahwa segala persoalan mengenai Tuhan sungguh-sungguh berada di luar batas kemampuan pikiran dan ruang lingkup sains.

Implikasinya, menurut ahli psikoanalisa Sigmund Freud, dalam agama, manusia melarikan diri dari kenyataan. Dalam agama, manusia bertingkahlaku seperti bocah yang membutuhkan seorang "bapa" yang digadang-gadang mampu melindungi dari keganasan alam. Sains lantas mempertanyakan keberadaan agama untuk membela keberadaan sains.

Bagi Hawking, dalam bukunya A Brief History of Time, Big Bang tampil sebagai konsekuensi dari hukum gaya berat.

Karena adanya hukum seperti gaya berat, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya dari ketiadaan. Penciptaan spontan adalah alasan bahwa ada sesuatu dan bukannya tidak ada, mengapa alam semesta ada, mengapa kita ada,? tulis Hawking.

Amatan Hawking itu punya rentetan pijakan sejarah. Bagi filsuf Yunani kuno, Plato, dunia yang dipahami sebagai alam semesta (cosmos), telah mulai bersamaan dengan adanya waktu.

Plato menulis, "Ia baik, dan dari yang baik, tak pernah dapat lahir sebuah kecemburuan apapun terhadap siapapun. Karena terbebas dari iri hati, Ia menghendaki bahwa segala sesuatu terjadi. Segalanya itu sejauh mungkin serupa dengan diri-nya sendiri".

Sedangkan bagi Aristoteles, alam semesta itu kekal adanya. Alam semesta itu ada sejak masa yang tidak terbatas. Peredaran langit tidak pernah mengenal permulaan. Karena itu, dunia yang tidak mengenal permulaan itu tidak diciptakan Tuhan.

Nah, bagaimana menyikapi judul besar "Tuhan dalam buku Stephen Hawking"? Apakah ilmuwan Inggris itu memang tidak taat asas ketika membangun teori pertolongan Tuhan dalam alam semesta? Apakah Hawking sedang menjual dan menjajakan sensasi kepada publik?

Hawking kiranya memahami dan mengetahui bahwa segala persoalan mengenai keberadaan dan peran Tuhan sungguh-sungguh berada di luar batas kemampuan pikiran (rasio) dan ruang lingkup sains.

Apakah Hawking mau merambah ke wilayah telaah mengenai Tuhan, sementara ia terus membangun teorinya dengan landasan teori-teori ketat mengenai alam semesta?

Jawaban Hawking ini sepadan dengan pernyataan staf pengajar STF Driyakarka, Louis Leahy yang mengatakan alam semesta bukan merupakan ilusi, alam semesta bukan berasal dari kemerosotan. Alam semesta adalah hasil dari anugerah cuma-cuma dari kemurahan hati Tuhan semata-mata.

Ketika mewacanakan Tuhan dan alam semesta secara filosofis, Leahy meluncurkan dua kata yakni "cinta menciptakan". Ciri cinta salah satunya menghormati orang yang dikasihi. Cinta mencapai nilai tertinggi ketika orang yang dikasihi mencapai realisasi diri yang tertinggi pula.

Implikasinya, cinta Tuhan yang menciptakan alam semesta, semata-mata bersifat tanpa pamrih, sebab Tuhan sempurna adanya.

Soal Tuhan dan alam semesta, kolumnis MAW Brouwer (alm) menulis, Tuhan bukan benda, bukan bayangan, bukan proyeksi, bukan ide. Dia itu suatu perspektif, suatu matriks yang muncul sebagai sumber yang seratus persen serba baru.

Ia mengibaratkan bahwa buku baru tidaklah baru sebagai buku, karena manusia sudah melihat banyak buku.

Soalnya, manusia kerapkali merasa bosan berada di dunia, sementara Tuhan yang mencintai alam semesta dan mengasihi manusia, justru tidak pernah bosan.

Dalam Tuhan, manusia tidak pernah akan merasa bosan. IA selalu mengherankan (The Big Surprise). Bagi filsuf Agustinus, tempat kelahiran Tuhan ialah keheranan (situs originos Dei est miratio).

Dari Big Bang milik ilmuwan Hawking, sampai Big Surprise milik filsuf Agustinus.


A.A.Ariwibowo

Baca selengkapnya...

Kamis, 16 September 2010

Jenius Itu Benar 99 Persen Keringat

'Jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat'. Kutipan terkenal itu adalah milik ilmuwan Thomas Alva Edison. Ungkapan itu semakin terbukti dan ternyata ilmuwan-ilmuwan hebat itu muncul bukan karena sekedar pintar.

Penulis buku-buku ilmiah Andrew Robinson dalam bukunya 'Sudden Genius?' menemukan kesamaan baik pada ilmuwan masa kini maupun ilmuwan masa lampau ternyata ilmuwan menjadi jenius tidak terjadi dalam waktu sekejap.

Bagaimana sampai ilmuwan-ilmuwan itu mempunyai banyak ide di kepalanya, ternyata ada jalan bertahap dalam membuat terobosan-terobosan yang kreatif. Proses kreatifitas inilah yang membuat ilmuwan jenius.

Menurut Andrew, jenius merupakan hasil dari kerja keras yang konsisten dan sebuah ketekunan. Jadi jika kini banyak orangtua yang ingin mencetak anak jenius menurutnya tidak bisa dengan jalan pintas.

Andrew menemukan proses kreatif membuat seseorang memiliki ide yang begitu banyak dengan kata lain tidak pernah menyerah untuk mencoba hingga menemukan formula yang tepat.

Studi ilmiah tentang kreativitas ini meliputi banyak hal seperti bakat, kecerdasan, memori, mimpi, alam bawah sadar, kerja keras dan banyak lagi sehingga menjadi jenius bukan semata-mata karena pintar.

Pola tersebut ditemukan hampir sama baik pada ilmuwan maupun pada seniman seperti pada bidang arkeologi, arsitektur, seni, biologi, kimia, film, musik, sastra, fotografi dan fisika.

Masalah kreativitas yang menjadi kunci orang jenius jauh sebelumnya pernah diungkap oleh polymath Prancis terkenal yaitu Henri Poincare pada tahun 1881. Sekitar 30 tahun kemudian, Poincare menerbitkan sebuah analisis proses berpikir sendiri.

Model Poincare ini melalui empat tahap yaitu pikiran sadar, pikiran tidak sadar (inkubasi), iluminasi (menjelaskan) dan juga verifikasi. Hal ini disimpulkan sejak ia mempelajarinya secara mendalam.

Ilmuwan seperti Albert Einstein, Hermann von Helmholtz dan Werner Heisenberg pernah menggambarkan proses kreativitasnya mirip dengan model Poincare tersebut. Hingga kini empat tahapan tersebut adalah model kreativitas terbaik yang dimiliki.

Seperti dikutip dari Medindia, Kamis (16/9/2010) sebuah percobaan menunjukkan bahwa dalam kondisi ketidaksadaran, seseorang dapat mengaktifkan informasi kompleks yang menghambat alam sadarnya. Dan itu baru salah satu faktor.

Karena itu kejeniusan seseorang tidak bisa didapatkan melalui cara singkat, namun membutuhkan sebuah ketekunan dan kerja keras yang konsisten.


Vera Farah Bararah

Baca selengkapnya...

Minggu, 12 September 2010

Akses Facebook, Mahasiswa Jadi Lebih Bodoh?

Yang mengakses Facebook di kelas memiliki indeks prestasi rata-rata 3,06. Yang tidak: 3,82.

Facebook bak pisau bermata dua. Di balik manfaatnya yang luar biasa, situs jejaring sosial ini juga dinilai menyimpan masalah serius. Penelitian tim psikolog Open University di Belanda mengungkapkan bahwa situs jejaring sosial itu mempengaruhi prestasi belajar dan bekerja secara signifikan.

"Masalahnya adalah kebanyakan orang membuka Facebook atau situs jejaring sosial, email dan atau pesan instan saat mereka melakukan tugas atau pekerjaan lain," kata salah satu peneliti, Profesor Paul Kirschner, seperti dikutip dari Times of India.

Hasil penelitian menemukan bahwa pelajar yang log-in ke Facebok sembari belajar mendapatkan nilai yang jauh lebih rendah ketimbang yang tidak. Juga, bahwa nilai ujian dari mereka yang menggunakan situs jejaring sosial sembari bekerja--meskipun hanya terpampang di belakang layar komputer utama tempat mereka bekerja--20 persen lebih rendah dari yang tidak menggunakannya.

Orang mungkin berpikir bahwa melakukan tugas secara paralel, termasuk digital multitasking, cenderung lebih efisien. Padahal itu justru berpotensi memecah konsentrasi. "Sehingga pekerjaan bisa lebih banyak salah dan butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikannya," kata Kirschner.

Dalam penelitian ini, Profesor Paul Kirschner dan timnya melibatkan 219 mahasiswa berusia 19-54 tahun dari berbagai universitas di Amerika. Mereka yang terbiasa mengakses Facebook di kelas memiliki tingkat pencapaian indeks prestasi rata-rata 3,06. Sementara yang tidak memiliki kebiasaan itu memiliki indeks prestasi rata-rata 3,82.

Mahasiwa yang tidak menggunakan situs jejaring sosial mengatakan, mereka meluangkan lebih banyak waktu untuk belajar. Mereka memiliki waktu lebih panjang sekitar 88 persen. Namun, tiga dari empat penggila Facebook tidak percaya bahwa menghabiskan banyak waktu di situs jejaring sosial bisa mempengaruhi prestasi akademik mereka.


~Pipiet Tri Noorastuti, Mutia Nugraheni~

Baca selengkapnya...

Sabtu, 21 Agustus 2010

Terungkap, Cara Selesaikan Rubik dalam 20 Langkah

Butuh 15 tahun untuk mengetahui bahwa permainan Rubik dapat dipecahkan hanya dengan 20 langkah dan Anda tak perlu melepas stickernya.

Sebuah tim memeriksa 43 kuintilion kemungkinan dan berhasil memecahkan permainan kotak Rubik.

“Terobosan utama dengan memikirkan cara mengatasi banyak posisi sekaligus pada kecepatan yang cepat,” kata Tomas Rokicki, programmer di Palo Alto, Kalifornia yang telah menghabiskan 15 tahun mencari jumlah minimum untuk memecahkan setiap konfigurasi kubus Rubik.

Sederhananya, Rokicki dan tim menggunakan teknik matematika yang disebut teori grup. Pertama, membagi set konfigurasi menjadi 2,2 miliar set di mana masing-masing berisi 19,5 miliar konfigurasi.

Pengelompokan ini memungkinkan tim mengurangi jumlah set menjadi 56 juta memanfaatkan simetri kubus. Masih terdapat banyak konfigurasi untuk diperiksa, tim ini kemudian mengembangkan algoritma yang mempercepat proses.

Tim mendapati seluruh tugas memakan waktu 35 tahun menggunakan komputer biasa. John Dethridge, insinyur Google di Mountain View Kalifornia kemudian menggunakan komputasi besar perusahaannya untuk memecahkan masalah itu dalam hitungan minggu.

Setelah hampir selama 15 tahun konfigurasi kubus bisa diselesaikan hanya dalam 20 langkah.

“Penelitian ini menunjukkan bagaimana matematika murni sering digunakan membuat masalah komputasi lebih layak,” kata Mark Kambites, matematikawan University of Manchester.

“Kubus Rubik sangat menarik untuk menguji teori kelompok metode komputasi.”

Penelitian ini adalah perluasan karya Rockicki sebelumnya yang dimuat di The Mathematical Intelligencer


Billy A Banggawan

Baca selengkapnya...

Jumat, 20 Agustus 2010

Politik RAPBN 2011: Infrastruktur Untuk Siapa

Pada 16 Agustus 2010, acara ritual pembacaan Nota Keuangan dan RAPBN 2011 berlangsung lancar. Seperti biasa pula pemerintah menyampaikan beberapa asumsi dasar penyusunan RAPBN tersebut.

Beberapa asumsi yang digunakan dalam RAPBN 2011 adalah pertumbuhan ekonomi 6,3 persen naik dari 5,8 persen (2010), laju inflasi 5,3 persen, suku bunga SBI 6,5 persen, nilai tukar Rp 9.300, harga minyak 80 dolar AS per barel dan lifting minyak 970 ribu per barel.

Dengan asumsi ini, diharapkan dana RAPBN 2011 bisa mendorong tercapainya 10 sasaran strategis, yaitu makin tingginya pertumbuhan ekonomi nasional, menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, terciptanya lapangan kerja, pendapatan per kapita yang makin meningkat, dan stabilitas ekonomi makin terjaga.

Selain itu, pembiayaan dalam negeri yang semakin kuat, meningkatnya ketahanan pangan, air dan energi, meningkatnya daya saing ekononomi nasional.

Bagaimana dengan alokasi sektoral? Ternyata Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mendapatkan jatah terbesar yakni Rp 56,5 triliun, Kementerian Pendidikan Nasional Rp 50,3 triliun, Kementerian Pertahanan Rp 45,2 triliun, dan Kementerian Agama Rp 31 triliun, serta Polri Rp 28,3 triliun.

Dengan besarnya alokasi dana untuk PU, Ada beberapa catatan terhadap RAPBN 2011 tersebut.

Dilihat dari alokasi sektoral, pemerintah masih menempatkan infrastruktur sebagai hal terpenting. Ini wajar mengingat infrastruktur merupakan prasyarat pokok dalam pembangunan ekonomi.

Hampir semua sektor ekonomi membutuhkan infrastruktur yang tangguh. Namun demikian, persoalannya adalah bagaimana proporsi pengembangan infrastruktur di Jawa atau luar Jawa.

Ini soal yang serius karena selama ini infrastruktur Jawa terus digenjot, sedangkan luar Jawa harus menunggu momentum khusus, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON).

Manado memilih momentum World Ocean Conference (WOC) dan Ambon memilih Sail Banda 2010 untuk mendongkrak pembangunan infrastruktur secara cepat.

Dengan adanya momentum besar tersebut, maka dana pusat akan tersedot untuk membangun infrastruktur daerah. Bagi daerah-daerah yang tidak punya momentum, maka sulit untuk mendapatkan jatah serupa. Apakah pembangunan infrastruktur akan seterusnya berbasis momentum tanpa desain besar untuk pemerataan Jawa-Luar Jawa? Apakah pola pengembangan infrastruktur dengan dana sebesar itu akan tetap seperti itu?

Dalam kondisi ini pada akhirnya kreativitas kepala daerah lah yang menentukan. Akan tetapi pola pembangunan mestinya sistematik dan terencana, serta tidak sporadik seperti saat ini yang amat tergantung pada kekuatan kepala daerah untuk merebut alokasi tersebut.

Yang perlu dipertanyakan adalah pembangunan infrastruktur untuk mendongkrak sektor mana? Ini juga butuh keputusan politik yang tepat.

Selama ini, pemerintah terus menebar gagasan pembangunan yang berspektrum luas. Fokus pembangunan ekonomi terbelah ke banyak sektor.

Ini berbeda sekali dengan bagaimana Orde Baru yang menempatkan sektor pertanian sebagai fokus sehingga inipun berimplikasi pada alokasi dana dan alokasi infrastruktur.

Irigasi dibangun dimana-mana. Jalan di sentra-sentra pertanian dibangun. Saat ini sebenarnya pemerintah sudah menyadari betapa krisis pangan sudah di depan mata, sehingga dalam 10 sasaran strategis tercantum ketahanan pangan. Namun apakah pemerintah benar-benar akan fokus pada sektor ini? Krisis pangan yang di depan mata tak hanya di subsektor tanaman pangan, tetapi juga peternakan dan perikanan.

Bayangkan saja, ada kekhawatiran ahli peternakan bahwa Idhul Adha 2010 ini kita akan kekurangan domba sehingga harus impor. Impor ikan juga terus meningkat. Ikan kembung harus diimpor dari Pakistan. Ikan patin mulai berdatangan dari Vietnam. Begitu pula ikan teri. Jangan-jangan sebentar lagi ikan lele akan diimpor dari Vietnam.

Ketika menempatkan sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan sebagai fokus pembangunan, maka mau tak mau pengembangan infrastruktur harus menunjang upaya itu. Itulah yang selama ini absen dalam cerita pembangunan, meski pemerintah sudah mencanangkan RPPK (Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan).

Karena itulah penguatan infrastruktur pedesaan menjadi penting. Pengalaman Korea Selatan ketika mengawali pembangunan ekonominya juga dengan Gerakan Saemaul Undong yang berarti pembangunan desa. Langkah pertamanya adalah membangun infrastruktur pedesaan.

Dengan kuatnya infrastruktur pedesaan, maka hal itu akan mendorong peningkatan peran sektor pertanian dan pedesaan yang pada gilirannya bisa meningkatkan daya beli masyarakat desa.

Daya beli ini menjadi penting ketika industrialisasi digencarkan. Hal ini sebenarnya sudah menjadi perhatian para anggota legislatif, sehingga mereka menggagas adanya dana aspirasi yang sebagian besar arahnya pada pengembangan infrastruktur pedesaan.

Terkait dengan infrastruktur untuk sektor-sektor berbasis pada sumberdaya alam dan pedesaan tersebut, mari kita ambil contoh. Kementrian Kelautan dan Perikanan dinaikkan anggarannya hingga hampir 50 persen.

Presiden pun secara tegas menyatakan bahwa sektor perikanan dan kelautan diarahkan untuk pengembangan minapolitan. Dengan minapolitan produksi akan digenjot hingga naik 353 persen pada 2015.

Bila minapolitan bertumpu pada perikanan budidaya, tentu saja perlu perbaikan irigasi untuk menunjang pertambakan. Begitu pula industri pengolahan yang sangat butuh air bersih, pasokan listrik, dan prasarana jalan yang baik.

Minapolitan akan menjadi tak berarti tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Nah, disinilah interaksi politik antara menteri pertanian, menteri kelautan dan perikanan serta menteri kehutanan dengan menteri PU sangat menentukan.

Tak mungkin menteri PU serta merta menyadari pentingnya menunjang kementerian-kementrian tersebut karena belum tentu memiliki visi yang sama.

Karena itulah, menteri-menteri itu sudah saatnya membagi visinya dengan menteri PU, sehingga terdapat sinergitas.

Selain isu pemerataan infrastruktur Jawa-Luar Jawa, sektor ini juga sering dituding sebagai salah satu sumber praktek korupsi. Ada juga yang berdalih bahwa ibarat pipa air, maka pipa yang dilewati air pasti basah tapi tidak bocor. Namun kini publik makin cerdas dengan cukup melihat kualitas pekerjaan pembangunan prasarana jalan.

Kualitas jalan akhir-akhir ini sungguh memprihatinkan. Di Bogor, umur jalan tidak lagi tahunan tetapi hanya bulanan. Pembangunan jalan memang yang relatif sulit dilihat kebocorannya dibandingkan dengan bangunan gedung.

Berbagai hipotesis kaitan antara penyedia jasa konstruksi dengan pembiayaan pilkada akhirnya muncul juga. Hal ini didasarkan pada dugaan bahwa sektor konstruksi adalah sektor yang memang seksi secara politik, di samping sektor finansial dan sektor berbasis pada eksploitasi dan ekstraksi sumberdaya alam.

Dengan ketiga poin di atas, kita berharap pembangunan 2011 bisa lebih baik lagi: meningkatnya pemerataan dan keseimbangan Jawa-Luar Jawa, meningkatnya infrastruktur untuk sektor-sektor pedesaan, serta proses pembangunan infrastruktur yang bersih. Dengan itulah pembangunan ekonomi bisa kita nikmati tanpa prasangka-prasangka diantara kita.


Arif Satria
Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB tinggal di Bogor

Baca selengkapnya...

Kamis, 19 Agustus 2010

Foto Kian Hidup dengan Kamera 3D Fujifilm

Foto keluarga yang sangat dicintai sekarang akan benar-benar tampak hidup setelah kamera 3D pertama di dunia dan layanan cetak diluncurkan Rabu (18/8).

Gambar pada kamera Fujifilm Finepix terbaru dapat dicetak di atas kertas 3D khusus, siap untuk disimpan di album atau langsung dilihat melalui layar kamera built in.

Namun berbeda dengan film 3D di bioskop, sebuah kaca mata khusus tidak diperlukan menikmati efeknya.

Kamera Fujilfilm mengambil dua foto secara bersamaan dengan dua lensa yang memiliki jarak tetap sama dari mata manusia.

Menggunakan teknologi 'lenticular', yang memisahkan mata kiri dan kanan adalah gambar interlaced pada permukaan berkerut untuk menciptakan ilusi stereoskopik.

Metode ini telah ada sejak 1940-an dan biasanya digunakan pada item baru dan stiker, yang menampilkan dua-frame animasi sederhana seperti kedipan mata.

Namun, teknologi lama yang sekarang sedang digunakan dalam gelombang bentuk seni produk 3D, game konsol dan poster billboard.

Gadget baru Fujifilm juga mencakup kamera video high-definition 3D, yang memungkinkan pengguna untuk menonton kembali film mereka di setiap TV 3D.

The W3 FinePix Real 3D baru mulai dijual awal bulan depan, dengan harga sekitar 400 euro.

Perusahaan ini telah mengumumkan layanan pencetakan 3D yang akan tersedia setelah peluncuran kamera, demikian laporan Daily Mail.


Antara

Baca selengkapnya...

Kungfu Emosi

Konon, ada sebuah kisah menarik ketika diceritakan Bruce Lee, sang master kungfu ditemui seorang pengajar seni bela diri lain, yang datang untuk memintanya sebuah nasihat, "Bagaimana teknik yang baik dalam menghadap musuh?". Dengan cepat, Bruce Lee merespon, "Apa itu musuh? Tidak ada musuh. Karena tidak ada kata "saya" atau "musuh" dalam pertempuran. Saya fokus dan menyatu dengan gerakannya saat dia menyerang.

Saya bermain. Semakin keras ia memukul, semakin keras pukulan akan berbalik kepadanya. Saya tidak memukul, tetapi saya memastikan orangpun menghargai saya secara utuh!"

Berkaitan dengan komentar Bruce Lee di atas, dapat kita perhatikan bahwa kungfu ataupun seni bela diri lainnya sebenarnya bukan saja bersifat fisik, tetapi banyak pembelajaran mental yang terkandung didalamnya.

Termasuk soal emosi pun, sebenarnya kita bisa belajar banyak dari pirnsip Kungfu. Karena itulah, kali ini kita akan bicara soal Kungfu Emosi. Istilah Kungfu Emosi ini sendiri, bukanlah istilah yang dibuat-buat.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles Manz, seorang penulis pengajar kepemimpinan dalam bukunya yang berjudul Emotional Discipline.

Apakah Kungfu Emosi itu? Prinsip Kungfu Emosi menurut Manz adalah mirip seperti yang dikatakan oleh Bruce Lee diatas, yakni upaya memanfaatkan kekuatan serangan dari lawan agar justru bisa menjadi keuntungan buat kita.

Menurut Mantz, logika kungfu pun dapat diterapkan pada konflik-konflik emosional. Pertama-tama, tetap respek dan menghormati seseorang yang menyerang Anda. Kedua, jangan membahayakan orang lain tanpa ada alasan yang jelas. Ketiga, daripada melawan serangan emosi, lebih baik kita pakai energi tersebut untuk cari solusi.

Musuh Bebuyutan

Dalam menerapkan ilmu Kungfu Emosi ini, ada beberapa ciri "musuh bebuyutan" yang bisa jadi pemicu kapan serta situasi dimana ilmu Kungfu Emosi ini perlu Anda gunakan.

Pertama-tama adalah tatkala Anda harus menghadapi orang yang sangat defensif mempertahankan dirinya, serta mulai menyalahkan orang lain. Musuh lainnya adalah orang-orang yang senang menyerang ide-ide Anda atau yang terakhir adalah orang-orang yang telah melanggar hak Anda dan menyerang secara agresif kepentingan ataupun wewenang Anda.

Nah, sebelum kita bicarakan soal teknik dalam Kungfu Emosi ini, mari kita bicarakan respon umum yang biasanya diberikan oleh orang menghadapi musuh yang seperti itu.

Umumnya, respon paling sering dan paling primitif yang diberikan seseorang adalah respon general adaptation syndrome (GAS) yang berasal naluri di sistem limbik di otak yakni fight (melawan) atau flight (lari).

Namun, kedua-duanya sebenarnya sama sekali tidak memecahkan masalah menghadapi "musuh-musuh" di atas. Coba kita analisis.

Apa yang terjadi saat kita fight (melawan). Misalkan seseorang menyerang Anda dengan mengatakan bahwa produk kreasi Anda tidak laku di pasar karena Anda tidak mengerti pasar sama sekali.

Lantas, Anda membalasnya dengan mengatakan bahwa dia mengucapkan hal tersebut karena iri bahwa Andalah yang diberikan kesempatan mengembangkan produk. Apa yang akan terjadi?

Kemungkinan besar, dia akan menjadi semakin defensif. Persoalan yang sebenarnya pun makin tidak selesai, bahkan lebih buruknya, masalahnya kini bisa jadi semakin personal.

Bagaimana masalahnya jika kita menggunakan teknik flight (lari dari masalah)? Misalkan ada situasi dimana Anda diserang oleh salah satu famili Anda di depan keluarga besar.

Dia mengatakan anda tidak becus mengurus anak karena anak Anda ternyata baru saja mendapatkan kasus di sekolah. Apa yang terjadi jika Anda flight (lari) dari situasi ini? Akibatnya, si famili Anda tersebut, akan merasa seperti dapat angin.

Lain kali dia mungkin akan melakukannya lagi, bisa jadi pada diri Anda bisa pula dengan dia orang lain. Di sisi lain, ia pun tidak akan pernah belajar.

Teknik Kungfu Emosi

Di dalam program pelatihan kecerdasan emosional yang saya berikan, saya mengembangkan beberapa prinsip dari Charles Manz dan menyesuaikan dengan kondisi kita.

Saya menyebutnya teknik kungfu emosi. Filosofi utama dalam Kungfu Emosi ini adalah: Seek not to harm others, but only to protect self from violation by others.

Intinya, ada kalanya dimana kita juga harus berani "membela diri kita atau membela mereka yang diperlakukan secara tidak adil jika sudah terjadi pelanggaran prinsip-prinsip".

Bagaimana teknik kungfu emosi ini kita terapkan? Pertama, Anda merephrase ataupun mengulang apa yang dikatakan dan dilakukannya. Langkah ini untuk memperjelas dan untuk memfokuskan sehingga ia bisa melihat apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Kedua, secara tegas, Anda ungkapkan apa yang Anda rasakan terkait dengan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tersebut. Setelah itu, Ketiga, Anda pun sebaiknya mengungkapkan apa yang kita kehendaki dan harapkan dari orang tersebut.

Dan kalaupun ternyata sikap kita tersebut tidak dihargai oleh orang tersebut, lantas pilihan terakhir yang mungkin kita lakukan barulah berupaya 'memberi pelajaran berharga baginya' namun Anda tetap mengendalikan emosi Anda.

Misalkan dalam suatu acara yang gagal, Anda pun dipersalahkan oleh rekan kerja Anda. Dia menyatakan didalam rapat umum bahwa salah satu sebab kegagalan acara adalah karena Anda begitu sibuknya sehingga dia tidak punya kesempatan untuk mempersiapkannya dengan Anda.

Padahal, jelas-jelas dialah yang sulit Anda hubungi dan berulangkali menolak untuk bertemu. Maka, teknik kungfu emosi ini bisa dipakai dengan kalimat, "Barusan saya mendengar Anda mengatakan bahkan acara ini menjadi gagal karena kurangnya persiapan waktu yang disebabkan oleh saya yang sulit untuk diajak bertemu.

Saat mendengar komentar Anda, terus terang saya marah sekaligus merasa dipersalahkan. Saya pikir lebih baik kita berfokus pada faktor-faktor yang membuat acara kita gagal daripada saling menyalahkan orang."

Namun, bagaimana jika ternyata yang diberitahu justru semakin gencar menyerang? Maka langkah memberikan pelajaran pun harus dimulai. Langkah pertama paling mudah dan sederhana adalah dengan membeberkan fakta yang perlu ia ketahui, sehingga ia tidak mengucapkan dan bersikap seenaknya.

Langkah membalas kedua adalah bisa dengan menyidir atau menggunakan humor sindiran buatnya. Selanjutnya, kalaupun ternyata berbagai cara tersebut tidak mempan dan orang itupun sama sekali tidak menghargai orang lain, mungkin beberapa langkah terakhir ini dapat dipakai, jika hal ini bisa menyadarkannya.

Meskipun, memang langkah ini sebaiknya dihindari. Sebab jika tidak dipergunakan dengan tepat, bisa menyulut api permusuhan yang semakin besar. Caranya, dengan menggunakan 'tombol panas' (hot button) orang tersebut, misalkan "Saya tahu Anda marah karena promosi Anda yang gagal.

Tetapi, jangan bawa-bawa emosi Anda dengan menuduh orang lain sembarangan". Ataupun jika orang tersebut tetap tidak bergeming, langkah terakhir adalah membingkai ulang serta balikkan (reframe and redirect) apa yang telah diucapkannya sehingga menjadi bumerang untuk orang itu sendiri.

Misalkan, "Heran sekali bisa punya partner segoblok kamu". Respons reframe and redirectnya menjadi, "Lha yang milih partner kan kamu, berarti kamu juga sama gobloknya dong".

Intinya, tentu saja menggunakan kungfu emosi ini harus bijak! Kita harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip menghargai diri sendiri dan orang lain. Di sisi lain, kita juga fleksibel dalam menentukan langkah yang tepat, sebab tidak semuanya harus dilawan.

Seperti kata Bruce Lee, jadilah seperti air yang mengalir, Be water, my friend. Be water. It can flow or it can crash. Be water my friend!


Oleh: Anthony Dio Martin

Baca selengkapnya...