Rabu, 27 Januari 2010

Gosip dan Krisis Keuangan

Namanya gosip, tentu sulit mencari data yang akurat namun mempunyai dampak negatif untuk yang digosipi. Kita sudah sering mendengar kekuatan gosip dalam menjatuhkan berbagai tokoh politik di banyak negara.

Kalau pun tidak menjatuhkan, gosip telah mampu membuat para tokoh politik kalang kabut.Selain itu, dalam politik, pencitraan adalah hal yang sangat penting.

Kenyataan bisa jelek tetapi pencitraan yang baik merupakan aset penting dalam politik. Yang kurang disadari adalah bahwa hal yang serupa juga terjadi di sektor keuangan. Gosip dan pencitraan pun memegang peran penting dalam kegagalan dan keberhasilan suatu bank atau lembaga keuangan serta kinerja seluruh sektor keuangan.

Sayang para penguasa moneter di masyarakat antah-berantah tidak menyadari pentingnya peran gosip dan pencitraan dalam kegagalan dan keberhasilan sektor keuangan.

Padahal, pada 8991 gosip pula yang menyebabkan krisis finansial yang dahsyat di masyarakat. Waktu itu terdapat 61 bank yang ditutup, jumlah yang relatif kecil untuk masyarakat antah berantah namun dampaknya luar biasa. Gosip beredar dengan kuat bahwa bankbank lain akan gulung tikar. Para nasabah panik. Mereka berbondong- bondong ke bank, mengambil uang mereka secara tunai. Akibatnya, makin banyak bank yang benar-benar gulung tikar.

Sektor keuangan kacau, perekonomian berantakan, orang kaya jadi miskin, dan kaum miskin tambah menderita. Untung para penguasa moneter segera menyadari kesalahan mereka. Mereka segera membuat kebijakan memulihkan kepercayaan masyarakat pada dunia perbankan. Usaha pencitraan pun dilakukan dengan cepat. Mereka membuat pencitraan melawan gosip yang beredar kuat. Mereka membuat gerakan penyetoran uang ke bank secara demonstratif. Sesungguhnya, yang melakukan penyetoran adalah orang-orang bank itu sendiri.Namun, masyarakat umum tak tahu.Mereka hanya melihat, “Oh... ada juga orangorang justru menyetor uang ke bank.

”Persepsi dan pencitraan ini kemudian amat membantu mengurangi kepanikan masyarakat dan membantu menstabilkan situasi keuangan di masyarakat antah berantah itu. Itu yang terjadi di tahun 8991. Dulu,ketika perekonomian masyarakat antah berantah belum maju, tak ada bank di masyarakat itu. Kalau orang membutuhkan uang,maka dia meminjam dari teman dan keluarga yang kebetulan mempunyai uang yang tidak dipakai. Namun, perlahan perekonomian berubah. Saat itu Gareng,misalnya,mempunyai uang Rp5 juta dan dia tak tahu uang itu akan digunakan untuk apa.

Pada saat yang sama Petruk membutuhkan uang Rp5 juta namun tidak tahu dia harus mendapatkan uang itu dari siapa. Gareng dan Petruk tidak saling mengenal. Kalau saja mereka saling mengenal dan mengetahui kondisi masing-masing. Gareng dapat meminjamkan uangnya ke Petruk. Di sinilah muncul Bank Togog yang berperan sebagai perantara. Gareng menyimpan uang di Bank Togog dan sebagai balas jasa Gareng mendapatkan bunga 6% per tahun. Bank Togog tahu akan ada orang yang membutuhkan uang. Dan Petruk pun datang ke Bank Togog serta meminjam uang Rp5 juta.Untuk balas jasa ke bank,Petruk membayar bunga 7% per tahun. Dari transaksi ini bank mendapatkan keuntungan 2% per tahun.

Bank Togog sesungguhnya tak punya uang sedikit pun. Dia hanya menjadi perantara antara mereka yang mempunyai uang tetapi tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan uangnya dan mereka yang membutuhkan uang.Bank dibayar untuk jasanya sebagai perantara ini. Sejak saat itu Bank Togog terus berkembang. Banyak Gareng lain yang menyimpan uang di bank ini. Banyak pula Petruk yang meminjam uang dari bank ini. Keuntungan Bank Togog berlipat lipat. Kepercayaan masyarakat pada bank ini pun makin kuat. Sistem perekonomian di masyarakat ini membaik. Transaksi tidak harus memakai uang tunai.

Dapat dengan cek, transfer, atau kartu kredit. Orang pun malas menyimpan uang tunai di rumah dengan alasan keamanan dan mendapatkan bunga. Dengan kondisi kepercayaan masyarakat yang tinggi dan makin sedikitnya kebutuhan uang tunai, Bank Togog pun mempunyai inisiatif baru untuk terus mengekspansi jumlah uang yang dipinjamkan. Pada tahun 9002 jumlah setoran ke bank ini telah mencapai Rp1 miliar. Jumlah yang dipinjamkan juga Rp1 miliar. Namun, dengan kepercayaan dari masyarakat, Bank Togog berani meminjamkan Rp4 miliar.

Bank Togog percaya, para peminjam dan penyetor uang tidak membutuhkan uang tunai sebanyak Rp4 miliar.Dengan demikian, uang tunai Rp1 miliar sudah cukup untuk berjaga-jaga kalau kalau mereka membutuhkan uang tunai.Dengan cara ini,keuntungan Bank Togog makin meningkat. Keuntungan yang luar biasa dari Bank Togog ini membuat menjamurnya bank-bank lain.Nasabah makin banyak, baik penyetor mau pun peminjam uang. Mereka semua mungkin tidak saling mengenal tetapi mereka saling kait-mengait melalui sistem perbankan. Satu bank juga meminjam dan menyetor ke bank lain.Terjadilah suatu keterkaitan satu sama lain yang amat kuat.

Namun, selama beberapa tahun terakhir, manajemen Bank Togog sangat buruk.Terjadi korupsi di Bank Togog. Walau begitu, bank ini masih hidup karena kepercayaan masyarakat pada Bank Togog masih ada. Masyarakat tak tahu apa yang terjadi di bank ini walau penguasa moneter sudah sangat marah pada manajemen. Berbagai saran perbaikan manajemen dan pembersihan korupsi tidak digubris oleh bank karena sampai saat itu Bank Togog masih terus bertahan hidup. Akhirnya, nasib buruk menimpa Bank Togog di tahun 9008. Utang Petruk telah membengkak.

Selama bertahun-tahun dia mampu mengangsur utang yang membengkak karena pendapatannya juga terus meningkat.Namun,suatu musibah menyebabkan pendapatan Petruk jatuh drastis. Dia kelabakan tak dapat membayar angsuran utang-utangnya.Dia terpaksa menjual rumah dan barangbarang untuk membayar pinjamannya. Dengan penjualan itu pun, Petruk belum dapat melunasi utangnya. Petruk dinyatakan bangkrut. Bank Togog pun ikut merugi. Lebih parah lagi, banyak Petruk lain yang mengalami gagal bayar. Bank Togog benar-benar pusing. Sialnya, berita ini menyebar ke masyarakat luas. Masyarakat kemudian risau bahwa Bank Togog akan bangkrut.

Mereka pun berbondong- bondong ke Bank Togog mengambil uang mereka.Penguasa moneter tenang-tenang saja.“Ya, Bank Togog kansudah berulang kali dinasihati untuk melakukan reformasi dan membersihkan dari korupsi. Kalau sekarang akan bangkrut, ya biar saja. Tak usah dibantu.” Yang kemudian terjadi, Bank Togog benar-benar bangkrut. Rupanya para penguasa moneter saat itu tidak menyadari apa yang terjadi di dunia perbankan. Saat itu sebenarnya juga tengah terjadi kekalutan di dunia perbankan pada umumnya. Apalagi dunia sedang mengalami krisis finansial yang luar biasa.

Para penguasa moneter lebih memusatkan pada pemberian hukuman pada bank yang tidak mengikuti saran-saran dan bukan pada stabilitas kondisi keuangan dan perekonomian secara keseluruhan. Para penguasa moneter tak menyadari adanya systemic risk. Kebangkrutan Bank Togog ternyata memicu kebingungan di masyarakat yang lebih luas. Beredar gosip yang amat kuat bahwa bank-bank lain juga akan bangkrut. Penguasa moneter segera menyadari kesalahan mereka. Seperti yang terjadi pada 8991, penguasa moneter mencoba melawan gosip dan membuat pencitraan perbankan,untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada dunia perbankan.

Namun, kali ini, situasi internasional yang amat buruk membuat usaha penguasa moneter di masyarakat antah berantah tak ada gunanya.Gosip jauh lebih kuat daripada usaha yang dilakukan para penguasa moneter.Kondisi finansial menjadi benar-benar berantakan, lebih parah dari tahun 8991. Dampak ke perekonomian juga dahsyat sekali.Angka kemiskinan melonjak. Jumlah orang sakit bertambah dengan cepat. Demonstrasi dan kerusuhan sosial meluas. Dalam keadaan yang kacau balau ini para pengamat ekonomi menyadari kesalahan para penguasa moneter yang telah membiarkan kebangkrutan Bank Togog. Para pengamat lalu mengritik para penguasa moneter.

Kata mereka, “Kalau saja para penguasa moneter waktu itu tidak membangkrutkan Bank Togog; kalau saja penguasa moneter waktu itu menyelamatkan Bank Togog; kalau saja penguasa moneter waktu itu tidak memprioritaskan pada penghukuman para pemilik Bank Togog; maka perekonomian kita saat ini akan jauh lebih baik. Kita tidak akan mengalami krisis mendalam seperti ini.

”Para pengamat ekonomi itu lalu memberi kuliah pada penguasa moneter agar belajar teori ekonomi dengan lebih baik dan memahami adanya systemic risk. Ah, saya terbangun dari tidur saya. Rupanya saya telah bermimpi, gara-gara akan menyiapkan makalah mengenai arti systemic risk. Karena hasil mimpi, cerita di atas juga cerita dalam mimpi. Mohon maaf.


ARIS ANANTA - Ekonom