Senin, 11 Januari 2010

Tahun 2010 Tahun Pengharapan

Muncul optimisme bahwa tahun 2010 ini bakal menjadi tahun berharga bagi Indonesia. Ada yang menyebutkan sebagai Tahun Pemulihan, Tahun Kebangkitan, dan Tahun Menjanjikan. Tetapi ada baiknya kalau bisa disebutkan tahun 2010 sebagai Tahun Pengharapan. Kenapa demikian? Karena memang pada tahun itulah harapan-harapan besar untuk memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia terbuka luas.

Pemerintahan saat ini memiliki modal sosial politik yang kuat berupa kestabilan. Pemerintahan juga memiliki modal ekonomi yang berharga, berupa pertumbuhan ekonomi dan indikator makroekonomi yang baik. Ketika negara-negara tetangga menderita karena tekanan krisis keuangan global, Indonesia masih mampu mencetak pertumbuhan yang mengesankan sebesar 4,3% tahun ini. Hanya kalah oleh China (8%) dan India (7%).
Jadi, dari berbagai hitungan di atas kertas, ekonomi Indonesia tahun 2010 bakal lebih baik dari tahun 2009. Jika ada program yang tepat, kerja keras, dan koordinasi yang lebih baik antar instansi pemerintah, ekonomi tahun depan bisa melaju di atas 6%. Bukan hanya Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan bahwa tahun 2010 adalah Tahun Menjanjikan. Para pemodal, dalam dan luar negeri, juga optimistis, Indonesia tahun depan merupakan salah satu negara paling menarik untuk investasi.
Investasi portofolio maupun investasi langsung bakal mengalir deras ke Indonesia. Meski belum masuk investment grade, investasi di Indonesia dinilai lebih menguntungkan dibandingkan emerging market lainnya. Dengan kestabilan sosial politiknya, Indonesia jelas lebih baik dibandingkan Filipina, Malaysia maupun Thailand yang kondisi politiknya relatif kurang stabil.
Tahun depan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pada kini berada di kisaran 2.500-2.525 berpotensi menembus level 3.000. Para investor kakap yang selama ini wait and see, tahun depan akan masuk pasar modal Indonesia. Bahkan investor asing begitu antusias mendengar prospek ekonomi Indonesia di tahun 2010. Inilah yang menyebabkan aliran "hot money" begitu deras masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Investasi langsung juga mengincar sejumlah sektor usaha yang menjanjikan keuntungan besar, yakni migas, pertambangan, perkebunan, telekomunikasi, dan keuangan. Kuasa Pertambangan (KP) akan menjadi rebutan para pemodal yang memburu tambang batubara. Lahan untuk perkebunan sawit akan terus dibangun. Persaingan di bisnis telekomunikasi dan finansial semakin sengit. Para pemain global akan berusaha masuk mengakuisisi perusahaan yang sedang megap-megap. Perusahaan asing siap menyuntikkan modal ke perusahaan lokal yang kesulitan dana.
Sektor infrastruktur akan menjadi salah satu sektor primadona bagi investor maupun perbankan. Dapat diperkirakan sektor infrastruktur itu akan menyerap lebih banyak sumber pembiayaan dari sektor perbankan. Apalagi jika proyek infrastruktur disokong oleh pemerintah, tentu perbankan akan lebih agresif membiayainya.
Tingkat keuntungan perusahaan publik (emiten) yang tercatat di bursa lokal (BEI) diperkirakan tetap meningkat rata-rata di atas 20%. Akumulasi laba akan mendongkrak retain earning dan menambah kemampuan perusahaan untuk ekspansi. Dengan akumulasi modal yang semakin besar berarti kemampuan pembiayaan dan ekspansi usaha akan semakin besar pula.
Kendati Bank Indonesia (BI) mengakui, ekspansi usaha beberapa tahun terakhir tidak lagi banyak mengandalkan kredit perbankan, namun suka atau tidak suka faktanya sektor perbankan masih menjadi tumpuan pembiayaan utama di Indonesia. Sekitar 80% pembiayaan kegiatan ekonomi dan investasi berasal dari sektor perbankan. Buktinya, kendati laju ekspansi kredit tahun 2009 hanya sekitar 9%, namun aktivitas bisnis meningkat cukup signifikan. Itu disebabkan oleh modal sendiri yang dimiliki perusahaan (self financing).
Tingkat okupansi hotel dan pesawat terbang yang tinggi menjadi petunjuk paling valid untuk mengatakan bahwa geliat ekonomi sudah berjalan tidak saja di Jakarta sebagai ibukota dan pusat kegiatan ekonomi, namun juga tersebar di seluruh Tanah Air.
Di sektor yang lain, yang paling mencolok adalah pembangunan properti di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Meski gedung-gedung baru yang tinggi menjulang terus didirikan, kredit properti tetap tumbuh stabil kendati berada di bawah rata-rata kredit perbankan yang 9%. Sejatinya kini para pengembang tidak lagi terlalu mengandalkan kredit perbankan seperti tahun 1990-an yang menyebabkan krisis finansial pada tahun 1998. Pasar modal pun bisa menjadi sumber pembiayaan melalui penerbitan surat utang berupa saham dan obligasi.
Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa (60%nya termasuk usia produktif), tingkat konsumsi masyarakat tetap menjadi kekuatan yang menghela pertumbuhan ekonomi tahun depan. Untuk itulah kenapa sektor konsumsi menyumbang sekitar 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Disusul investasi 30%; ekspor 23,6%; impor 20,6%; dan konsumsi pemerintah hanya 7%.
Perkembangan industri manufaktur juga tersandung peraturan ketenagakerjaan yang kurang mendukung. Pemutusan hubungan kerja masih dipersulit oleh UU dan peraturan. Pekerja yang berbuat kriminal sekalipun tidak mudah dipecat dan kalau di-PHK harus diberikan pesangon. Peraturan ini tampak bagus bagi pekerja, tetapi berdampak buruk bagi penyerapan tenaga kerja baru. Ini pun harus diselesaikan agar kenyamanan berusaha terjamin.
Indonesia memiliki sumber energi berlimpah, namun negara ini nyaris tidak putus dirundung krisis energi. Lagi-lagi soal listrik yang masih tetap mati-hidup. Jadi, masalah infrastruktur masih menjadi masalah serius. Dalam lima tahun terakhir, jalan tol yang dibangun baru 85 km atau hanya 8% dari target. Panjang tol Indonesia hanya 693 km, sedang Malaysia sudah mencapai 3.192 km. Padahal, negeri jiran itu belajar membangun tol dari Indonesia. China yang membangun belakangan sudah memiliki ruas tol 45.400 km.
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di sejumlah kawasan juga harus dikoordinasikan lebih baik dengan pengembangan kawasan dan intrastrukturnya. Soal pendanaan, rasanya tidak menjadi masalah atau kendala lagi. Yang penting, pemerintah menyediakan payung hukum untuk pegangan kalangan investor bidang infrastruktur. Di tahun yang menjanjikan itu, pemerintah juga diharapkan memberikan perhatian lebih besar pada pembangunan sektor pertanian, termasuk maritim. Kekayaan sumber daya alam bisa dioptimalkan manfaatnya apabila ada keseriusan pemerintah untuk melakukannya.


Business News