Rabu, 26 Januari 2011

MAKNA PERBAIKAN PERINGKAT INDONESIA

Lembaga pemeringkat, Moody’s Rating menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari Ba2 menjadi Ba1, atau satu peringkat (notch) di bawah ‘investment grade’ dengan outlook stabil. Perbaikan peringkat ini diberikan karena Moody’s menilai ada perbaikan dari sisi surat utang pemerintah, membaiknya prospek Penanaman Modal Asing (PMA) dan cadangan devisa yang cukup besar.
Peringkat Moody’s ini setara dengan peringkat yang diberikan lembaga pemeringkat lain, Fitch Ratings di level BB+ dan satu peringkat lebih tinggi dari peringkat S&P di level BB dengan outlook stabil.
Kenaikan peringkat dari Moody’s ini sangat spesial bagi Indonesia karena diberikan kepada suatu negara di tengah situasi negara-negara lain di berbagai kawasan yang sedang mengalami masa sulit. Perbaikan peringkat ini akan menambah confidence investor khususnya asing untuk bertahan di Indonesia.
Terdapat beberapa alasan Moody’s menaikkan peringkat Indonesia. Pertama, dari faktor ketahanan ekonomi Indonesia diikuti neraca makroekonomi yang berkelanjutan. Kedua, dari faktor posisi utang pemerintah dan cadangan devisa valuta asing bank sentral yang membaik. Ketiga, dari faktor rospek arus investasi asing juga terus membaik. Ini bisa memperkuat posisi eksternal dan outlook ekonomi Indonesia.
Ke depan, perbaikan peringkat masih bisa dilakukan dengan melakukan berbagai upaya. Misalnya, melanjutkan kebijakan stabilitas moneter dan stabilitas harga. Lalu pengawasan perbankan yang lebih bagus, membaiknya permodalan dan kredit untuk mendukung langkah pemerintah dalam mengelola utang. Juga masuknya aliran investasi asing langsung untuk mendukung neraca pembayaran eksternal.
Kalau upaya perbaikan tidak dilakukan, peringkat yang sudah diperoleh bisa diturunkan lagi. Misalnya, apabila pemerintah kehilangan kontrol inflasi dan stabilitas moneter. Atau terjadi goncangan yang kuat terhadap fiskal, utang dan posisi cadangan devisa. Hal ini bisa datang akibat kesalahan kebijakan atau beberapa guncangan dalam politik domestik. Hasilnya kepercayaan investor dan masyarakat bertambah buruk.
Moody’s juga menimbang beberapa risiko kunci pada peringkat dan outlook Indonesia terutama menyangkut sistem politik. Oposisi dari mitra koalisi telah memperlambat aksi pemerintah untuk menerapkan reformasi ekonomi. Namun ini belum berdampak secara menyeluruh pada manajemen kebijakan secara menyeluruh. Atau prospek ekonomi jangka pendek. Walau begitu, bila hambatan politik menghalangi kebijakan dan administrasi atau pengawasan perbankan, kepercayaan investor akan menurun dan tekanan pada pasar finansial akan naik.
Jumlah orang asing yang memegang surat utang pemerintah Indonesia berbentuk rupiah meningkat. Keadaan ini bisa membikin masalah melihat relatif dangkalnya pasar kapital domestik di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja keras menciptakan pasar keuangan yang lebih dalam melalui program financial inclusion.
Untuk itu, sudah benar langkah pemerintah yang selama ini sudah melakukan deepening domestik bond market melalui diversifikasi instrumen dan dengan menjaga stabilitas pasar dengan pembentukan bond stabilization fund serta meningkatkan koordinasi dengan berbagai otoritas termasuk moneter dan pasar modal.
Makna sesungguhnya dari perbaikan peringkat utang domestik dan internasional pemerintah adalah pengakuan bahwa pengelolaam makroekonomi Indonesia sudah on the track. Pertumbuhan ekonomi terjaga dengan baik, mampu mencapai 6 persen (angka perkiraan) pada tahun 2010.
Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga pada posisi yang cukup kuat di kisaran Rp 9.000 per dolar AS. Kredit perbankan juga tumbuh dengan baik sebesar 21 persen atau dua kali lipat dari 2009 yang hanya 10,6 persen. Situasi makroekonomi yang kondusif membuat pemodal asing tergoda untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia, terlihat dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sempat menyentuh level 3.700. kalau pun sekerang indeks mengalami penurunan hingga ke kisaran 3.500, hal ini diyakini hanya respon sesaat dari para investor.
Hanya inflasi yang tinggi, yakni 6,96 persen di 2010, yang sedikit “mencoreng” prestasi pemerintah dalam membangun pondasi perekonomian. Namun dengan komitmen kuat untuk mengantisipasi lonjakan inflasi di tahun ini, diyakini laju inflasi akan dapat dikendalikan pada level yang lebih moderat.
Dengan mengusung plaftorm strategi pembangunan ekonomi bertumpu pada empat pilar, yaitu pro growth, pro jobs, pro poor, dan pro environment, diharapkan prestasi ekonomi Indonesia akan terus terjaga dengan baik. Persoalan inflasi ditambah ancaman krisis pangan dan energi hendaknya menjadi catatan serius pemerintah untuk menyelesaikannya.
Khusus terkait ancaman krisis pangan, hal ini hanya bisa diantisipasi apabila pembangunan pertanian domestik digagalkan kembali. Jangan lagi berharap bahwa Indonesia bisa mengimpor bahan makanan dari negara lain, karena negara-negara lain juga mengalami ancaman yang sama. Thailand dan Vietnam sebagai contoh, secara perlahan-lahan sudah menghentikan ekspor beras ke negara-negara lain karena berorientasi untuk mengatasi problem dalam negerinya.
Jadi, Indonesia harus mandiri, tidak boleh bergantung kepada negara lain, untuk dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya sendiri. Bukan hanya oal pangan, melainkan juga soal energi. Pemnerintah harus inovatif dan kreatif menemukan sumber-sumber energi alternatif yang murah dan berisiko rendah. Potensi sumber energi alternatif terbuka luas baik dari sumber matahari, air laut dan sungai, udara, dan pertambangan.


Business News