Senin, 31 Oktober 2011

Jurang Si Kaya dan Si Miskin Kian Lebar

Kekayaan total individu di Indonesia melonjak. Dalam kurun waktu 1,5 tahun, sejak Januari 2010 hingga Juni 2011, kenaikan kekayaan orang Indonesia mencapai US$420 miliar atau sekitar Rp3.738 triliun.

Namun cita-cita para pendiri bangsa bagi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, sepertinya kian jauh panggang dari api. Indikator paling gamblang ialah jurang yang masih menganga antara si miskin dan si kaya di Republik ini.

Di atas kertas, ekonomi memang terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Namun, pertumbuhan itu tidak menetes ke kelompok paling miskin di negeri ini yang berjumlah 31 juta orang.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6,1% pada 2010 tidak disertai membaiknya tingkat pemerataan kesejahteraan rakyat. Itu disebabkan pertumbuhan lebih banyak diserap golongan menengah ke atas dan hampir tidak menyentuh masyarakat kalangan terbawah.

Situasi itu semakin diperburuk kenyataan bahwa yang lebih besar mendorong pertumbuhan adalah sektor telekomunikasi, transportasi, dan jasa keuangan. Sektor-sektor tersebut kurang menyerap tenaga kerja.

Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor transportasi dan komunikasi yang mencapai 13,5%. Sektor industri pengolahan dan pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja hanya tumbuh masing-masing 4,5% dan 2,9%.

Dengan pertumbuhan ekonomi 6,1%, produk domestik bruto Rp6.422,9 triliun, dan 237 juta penduduk, pendapatan per kapita Indonesia pada 2010 mencapai US$3,004,9atau Rp27 juta. Jumlah itu meningkat 13% jika dibandingkan dengan pendapatan per kapita 2009 sebesar US$2,349,6 atau Rp23,9 juta.

Akan tetapi, dalam kenyataan, berapa banyak orang Indonesia yang berpenghasilan Rp27 juta per tahun atau sekitar Rp2,3 juta per bulan? Berbagai analis memperkirakan jumlahnya tidak sampai separuh penduduk Indonesia. Itu berarti lebih dari 100 juta jiwa rakyat di negeri ini berpenghasilan di bawah pendapatan per kapita.

Selama kebijakan yang bertentangan dengan upaya pengentasan orang miskin tidak dieliminasi, berapa pun dana diguyurkan untuk program antikemiskinan tidak akan banyak berarti. Contohnya, kebijakan liberalisasi perdagangan menyebabkan banjir barang impor di Tanah Air, yang ujung-ujungnya memukul mundur usaha kecil dan menengah. Padahal, usaha kecil dan menengah merupakan jantung usaha rakyat, yang menyerap hampir 90%, tenaga kerja.

Selain itu, pemangkasan subsidi yang sensitif bagi masyarakat, seperti bahan bakar minyak dan listrik, serta tidak adanya kebijakan harga pangan yang pro-petani, memberi pesan yang terang bahwa pemerintah tidak sedang memberantas kemiskinan. Pemerintah sedang mengejar target pertumbuhan walaupun dengan cara menentang upaya pemerataan.

Karena itu, sekadar membanggakan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang kian mendekati pencapaian pada era sebelum krisis, yaitu 7%, sama saja dengan mengingkari pemerataan kesejahteraan. Selama akar penyebab kesenjangan yang kian menganga tidak diatasi, pemerintah tetap saja menanam bom waktu yang berbahaya bagi masa depan bangsa.

Berbahaya karena meluasnya kemiskinan yang disertai pula dengan semakin melebarnya jurang si kaya dan si miskin tinggal menunggu pemicu untuk pecahnya revolusi sosial. Kini, dengan kenaikan itu, kekayaan total orang Indonesia di pertengahan 2011 mencapai US$1,8 triliun atau Rp16.000 triliun. Pertumbuhan kekayaan itu menjadikan Indonesia duduk pada urutan ke-14 negara kontributor tertinggi bagi pertumbuhan kekayaan global.

Fakta itu jelas mencengangkan. Bayangkan, pertumbuhan kekayaan orang Indonesia itu tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia berada di atas Singapura, yang mencatat kenaikan kekayaan US$307 miliar. Padahal, realitas di lapangan berbicara lain.

Dalam peringatan dua tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, mahasiswa justru kembali turun ke jalan untuk menyatakan pemerintah gagal menyejahterakan rakyat.

Para tokoh agama juga menyampaikan keprihatinan karena kemiskinan kian mencekik rakyat. Lebih ironis lagi, ditengarai semakin banyak orang Indonesia yang sakit jiwa, bahkan bunuh diri akibat tekanan ekonomi.

Pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih 30,02 juta orang atau berkurang sekitar 1 juta orang ketimbang jumlah penduduk miskin pada Maret 2010, sebanyak 31,03 juta orang. Sepertinya fakta itu menggembirakan. Ternyata tidak. Jumlah penduduk hampir miskin pada 2011 justru meningkat sekitar 5 juta orang menjadi 36 juta.

Jadi, peningkatan kekayaan orang Indonesia cuma dinikmati segelintir orang. Jurang kaya dan miskin semakin menganga. Kue kekayaan seharusnya bisa turut dinikmati sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia. Sayang bahwa yang terjadi justru sebaliknya, yaitu lebih banyak orang kaya ditanggung negara dengan berbagai kemudahan dan kemewahan.

Untuk itu, diperlukan kebijakan negara yang mampu mengoreksi ketimpangan itu, termasuk pembasmian korupsi yang merajalela, dan penegakan hokum yang tak pandang bulu. Maukah dan mampukah SBY-Boediono? Rakyat menunggu dengan keraguan dan kegelisahan !


Sumber : Inilah.com

Baca selengkapnya...

Minggu, 30 Oktober 2011

Blind Spot

Semua penyanyi profesional memiliki pelatih. Bahkan, penyanyi sehebat Agnes monica sekalipun juga memiliki pelatih. Padahal jika mereka berdua disuruh bertanding jelas Agneslah . yang akan memenangkan pertandingan tersebut.

Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Agnes Monica butuh pelatih kalau jelas-jelas dia lebih hebat dari pelatihnya? Kita harus tahu bahwa Agnes Monica butuh pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun karena ia butuh seseorang untuk melihat hal-hal yang TIDAK DAPAT dia LIHAT SENDIRI

Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata sendiri itulah yang disebut dengan BLIND SPOT atau TITIK BUTA. Kita hanya bisa melihat BLIND SPOT trsebut dengan bantuan orang lain.

Dalam hidup, kita butuh pemimpin untuk mengawal kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser. Kita butuh orang lain menasihati, mengingatkan, bahkan menegur jika kita mulai melakukan sesuatu yang keliru, yang bahkan kita tidak pernah menyadari.

KERENDAHAN HATI kita untuk menerima kritikan, nasihat, dan teguran itulah yang justru menyelamatkan kita.

Kita bukan manusia sempurna. Biarkan orang lain menjadi "mata" kita di area blind spot kita sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan diri kita sendiri........

Baca selengkapnya...

Sabtu, 29 Oktober 2011

Mahasiswa IPB Produksi Mo Mie dari Singkong

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menemukan inovasi produk makanan modern siap saji bernama Mo Mie.

Makanan ini juga dimaksudkan dalam rangka diversifikasi pangan. Apa itu Mo Mie? Mo Mie merupakan mi instan yang berbahan baku tepung singkong termodifikasi atau Modified Cassava Flour (MOCAF) dan tepung tempe.

Pemilihan singkong sebagai bahan baku pembuatan Mo Mie ini cukup beralasan. Mengingat singkong adalah salah satu tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia sebagai sumber karbohidrat, yang produksinya belum optimal karena masih dinilai kurang ekonomis.

Sementara, penambahan tepung tempe sebagai bahan pangan sumber protein, karena kandungan protein pada mie yang dinilai cukup rendah.

Karena itu, Mo Mie memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan mi instan yang lain, yakni karena kandungan protein yang tinggi dan aman dikonsumsi.

Ada tiga jenis produk Mo Mie yang ditawarkan yakni Mo Mie kering, Mo Mie Spagetti, dan Mo Mie Sozzilatos.

Sebagaimana diketahui, mi instan yang umum dikonsumsi masyarakat biasanya berbahan baku tepung terigu. Penggunaan tepung terigu di Indonesia cukup tinggi dalam pembuatan mi instan. Hal ini dibuktikan bahwa Indonesia sebagai negara kedua konsumsi mi instan bebasis terigu per tahun terbesar didunia. Padahal tepung terigu di Indonesia diperoleh dengan mengimpor dari luar negeri.

“Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu produk pangan baru berbasis singkong untuk meningkatkan nilai ekonomis singkong sebagai salah salah satu alternatif pengganti terigu dan upaya diversivikasi pangan,” terang Laeli Nur Hasanah, mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, yang melakukan penelitian Mo Mie ini, di Jakarta, Kamis (20/10/2011).

Laeli bersama empat rekannya menuturkan, bahwa suatu produk makanan harus memperhatikan aspek keamanan pangan.

Salah satunya adalah penggunaan bahan pengawet makanan yang harus sesuai dengan standar yang dianjurkan pemerintah. Karenanya, mi instan hasil penelitian mereka terbebas dari bahan pengawet yang berbahaya karena dalam proses pembuatannya tidak menggunakan bahan kimia berbahaya.

“Melihat dari aspek kandungan gizi dan keamanannya, mi instan ini sangat menunjang kebutuhan pangan masyarakat dunia,” kata Megawati Simanjuntak, Dosen Pembimbing penelitian ini.

Lebih lanjut Laeli menjelaskan, MOCAF merupakan produk turunan dari singkong dengan prinsip modifikasi singkong secara fermentasi. MOCAF menyumbang sedikit protein sehingga diperlukan bahan sumber protein untuk meningkatkan kandungan protein pada mi.

Salah satu sumber protein yang baik dan cukup potensial di Indonesia adalah tempe, karena tempe mampu bersaing dengan protein hewani dalam segi kualitas, kuantitas dan harga. Selain itu, tempe kaya akan asam amino lisin. Oleh karena itu, penambahan tepung tempe sebagai sumber protein diharapkan dapat memperbaiki nilai gizi mie campuran MOCAF-terigu.


Rani Hardjanti

Baca selengkapnya...

Selasa, 18 Oktober 2011

RENUNGAN UNTUK MANULA (Manusia Lanjut Usia) . . .

Hal-hal yang perlu direnungkan oleh orang-orang yang berusia 60 -70 tahun.


Diatas gunung ada pohon yang berumur ribuan tahun, didalam dunia sulit menemukan oang yang berusia ratusan tahun. Batas maksimal, kita hanya dapat hidup seratus tahun lebih (itupun hanya ada satu diantara seratus ribu orang).

Dalam hidup hingga usia 90, itu hanya tinggal 20 tahun lagi. Dapat hidup hingga 80 tahun, itu hanya tinggal 10 tahun lagi.
Karena pada hari-hari yang tersisa ini sewaktu-waktu kita dapat jatuh sakit, maka kita harus menyisakan uang yang cukup untuk biaya berobat dan biaya layanan suster.
Karena hari yang tersisa tidak banyak lagi, apalagi sewaktu kita meninggalkan dunia ini, apapun juga tidak ada yang dapat dibawa, maka kita tidak usah terlalu berhemat.

Uang yang harus dikeluarkan keluarkanlah, apa yang dapat dinikmati nikmatilah, jika memiliki niat untuk beramal lakukanlah. Hanya satu hal yg jangan dilakukan, yaitu mewariskan harta kita pada anak cucu, karena akan membiasakan mereka menjadi “BENALU”...

Tidak usah terlalu banyak memikirkan urusan yang akan terjadi setelah kematian. Karena saat kita telah menjadi abu, kita sudah tidak dapat lagi merasakan segala pujian dan kritikan orang lain.
Tidak usah terlalu banyak memikirkan urusan anak anak, ”Anak cucu kita mempunyai rejeki mereka sendiri, berhentilah menjadi kuda tunggangan dan sapi perahan bagi anak cucu kita”.

Setelah mereka mempunyai anak, biarkanlah mereka mengurus sendiri atau menggunakan uang mereka sendiri untuk mengundang suster guna mengurus anak- anaknya, jangan biarkan mereka merampas lagi Hak kesehatan, Hak istirahat, Hak kesenangan dan Hak liburan orang tua nya.

Jangan terlalu banyak berharap pada anak anak kita.
Anak yang berbakti, mememiliki niat untuk berbakti. Akan tetapi karena pekerjaannya terlalu sibuk, maka tidak akan dapat membantu kita juga.
Anak yang tidak berbakti, sewaktu kita masih hidup saja sudah mengharapkan agar kita cepat mati, supaya mereka dapat cepat cepat mewarisi harta kita.
Anak-anak beranggapan bahwa jika harta kita diberikan pada mereka itu adalah hal wajar.

Tapi uang anak anak bukanlah uang kita, jika kita ingin minta uang itu akan sangatlah sulit.
Kita yang berusia 70 tahun, jangan lagi menukarkan kesehatan kita dengan benda lain, karena saat ini, belum tentu kita dapat membeli kesehatan dengan harta kita.

Mencari uang sampai kapan, sampai berapa banyak (seratus ribu, sejuta, sepuluh juta …....) baru dianggap cukup?.
Memiliki sawah puluhan ribu hektar, sehari hanya dapat makan tiga liter saja.
Memiliki ribuan buah gedung, untuk tidur dimalam hari hanya membutuhkan tempat dua setengah meter saja. Maka cukup makan, cukup uang ya sudahlah.

Kita harus menjalani hidup ini dengan gembira, meskipun setiap keluarga mempunyai problem rumah tangga masing masing.
Kita jangan lagi berebut nama dan kedudukan dengan orang lain, memikirkan bagaimana masa depan anak cucu kita dan hal lain lain.
Tetapi harus membandingkan dengan orang lain bahwa siapa lebih yang hidupnya lebih gembira, lebih berumur panjang.

Untuk hal yang tidak mampu kita rubah, janganlah terlalu dicemaskan, karena cemas juga tidak ada gunanya, malah akan menpengaruhi kesehatan diri sendiri.
Menciptakan kebahagiaan tergantung pada usaha keras kita sendiri, harus diupayakan untuk mencari kesenangan.
Asalkan suasana hati kita bagus, setiap hari dengan mencari kesenangan sendiri, setiap hari kita pasti dapat menjalani hidup ini dengan perasaan gembira.
Lewat sehari, berkuranglah sehari, lewat sehari, bergembiralah sehari, bergembira sehari, untunglah sehari.

Memiliki semangat yang tinggi tidak akan jatuh sakit.
Memiliki semangat yang tinggi penyakit dapat disembuhkan.
Memiliki semangat yang tinggi akan cepat sembuh dari sakit.

Suasana hati yang gembira, olah raga yang cukup, sering terkena sinar matahari, makan jenis makanan yang beragam, menyerap bermacam-macam vitamin dan sedikit elemen logam yang seimbang diharap dapat hidup sehat sampai dua, tiga puluh tahun lagi.

Baca selengkapnya...

Minggu, 09 Oktober 2011

Kehidupan

Ada sebuah danau terdapat banyak batu-batuan dan terdapat sebuah papan bertuliskan:

"Yang mengambil batu akan menyesal. Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal"

Heran dengan kalimat itu, ada yg malah tertarik untuk mengambil beberapa butir batu-batu itu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Beberapa yang lainnya tidak terlalu menggubrisnya. Jadi mereka tidak mengambil batu-batu itu dan lebih tertarik untuk menikmati segarnya air di danau itu.

Setelah kembali ke Eropa, mereka menyuruh ahli batu-batu untuk memeriksa batu-batuan yang mereka bawa.

Ternyata batu-batuan itu adalah sejenis Safir yang dari luar tampaknya jelek tapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal harganya.

Yang tidak membawa batu itu jadi menyesal karena tidak membawanya, tetapi yang membawanya pun akhirnya menyesal karena tidak membawa lebih banyak.

Bukankah hidup manusia serupa seperti cerita di atas?

Kita diberikan kehidupan yang sangat berharga. Namun bukankah kita seringkali kurang menghargai masa hidup ini justru di saat kita masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai. Jauh lebih bernilai daripada batu-batu Permata.
Itulah sebabnya agar kita tidak menyesal di kemudian hari, maka kita harus menjalani hidup dengan maksimal.

Bekerja dengan maksimal, mengasihi keluarga dengan maksimal, berkarya bagi sesama dengan maksimal. Belajar dengan maksimal, jangan setengah-setengah.

Intinya ketika kita sudah mengusahakan yang terbaik selama hidup ini, maka kita tidak perlu lagi menyesal di kemudian hari.

Usahakan yang terbaik selama kesempatan itu masih ada .....

Baca selengkapnya...

Sabtu, 08 Oktober 2011

Obituari Steve Jobs

Sejak muda Jobs sudah punya insting bisnis dan inovasi sangat tajam.

Steven Paul Jobs lahir di San Francisco pada tanggal 24 Februari 1955, anak dari dua mahasiswa yang masih kuliah dan belum menikah, Joanne Schieble dan seorang laki-laki kelahiran Suriah Abdulfattah Jandali.

Orangtua biologisnya kemudian menyerahkan bayi mereka untuk diadopsi hingga akhirnya Steve diambil anak oleh pasangan keluarga kelas pekerja asal California, Paul dan Clara Jobs.

Beberapa bulan setelah adopsi tersebut, pasangan orangtua aslinya menikah dan mempunyai seorang anak perempuan, Mona, yang baru setelah dewasa tahu kalau dia punya kakak laki-laki.

Steve dibesarkan di tengah keluarga orangtua adopsinya di Silicon Valley, pusat industri elektronik AS.


LSD

Saat SMA, Jobs mendapat tawaran kerja musim panas di sebuah pabrik Hewlett Packard di Palo Alto dimana dia bertemu dengan seorang teman sekolah bernama Steve Wozniak.

Jobs kemudian memilih keluar kuliah setelah hanya satu semester dan bekerja untuk produsen video game Atari karena ingin mencari uang agar bisa pergi ke India.

Dia benar-benar melaksanakan niat itu dan kembali dari India dengan kepala plontos, pakaian jubah ala India serta pengalaman mengisap LSD. Jobs juga memeluk Buddha dan memilih gaya hidup vegetarian sepanjang hidupnya setelah perjalanan itu.


Jobs dan Wozniak

Duo Jobs dan Wozniak menjadi kekuatan utama dibalik Apple yang meraih sukses besar.

Kembali ke Atari, Jobs bergabung dengan sebuah klub komputer lokal dengan sohibnya Steve Wozniak yang tengah mendesain komputernya sendiri.

Pada tahun 1976 Jobs berhasil menjual 50 komputer buatan Wozniak sebelum barangnya jadi, pada sebuah toko komputer setempat dan dengan pesanan ini berhasil mendapat kredit untuk membeli komponen komputer pada sebuah toko piranti keras di kota itu.

Akhirnya komputer buatan mereka dibuat, diberi nama Apple 1, berhasil dipasarkan tanpa harus meminjam uang atau membagi saham untuk produksinya dengan siapapun.


Ditendang dari Apple

Jobs menamai perusahaan ini dengan nama buah favoritnya, yang entah sengaja atau kebetulan, akan nampak di daftar buku telepon muncul lebih dulu ketimbang pesaing beratnya Atari.

Untung dari proyek Apple pertama langsung ditanam lagi untuk poyek berikutnya, Apple II, yang dipamerkan pada arena komputer California tahun 1977.

Karena pengembangan mesin baru butuh banyak modal maka Jobs lalu meminta Mike Markkula, seorang investor lokal, agar mau menjamin pinjaman senilai US$250.000 dan untuk jasa itu, bersama dengan dirinya dan Wozniak, ketiganya menjadi pendiri Apple Computer.

Proyek Apple II, langsung mendapat perhatian, dan segera memulai revolusi komputer personal, sampai memetik nilai keuntungan enam juta dollar sebelum produksinya berakhir tahun 1993.

Namun karena dianggap kurang pengalaman manajemen dan penjualan, Jobs dipaksa mencari tenaga ahli dari luar.

Seorang anggota Dewan komisaris Apple menuding Jobs "tak terkendali."

"Kalau sudah punya ide di kepala, dan karena merasa menjadi pendiri dari perusahaan, dia nekat jalan saja mengerjakan ide itu tidak peduli apakah nanti hasilnya untung atau rugi untuk perusahaan."

Jobs memperkenalkan Macintosh tahun 1984 yang langsung disambut sukses, namun pada saat yang sama Apple mengalami masalah keuangan.

Akibat turunnya nilai penjualan, dan makin menyebarnya rasa tidak suka pada gaya Jobs yang semaunya, maka terjadi pembalikan kekuasaan internal dan dia pun akhirnya ditendang keluar.


Toy Story

Tapi Jobs tidak kapok. Dia malah mendirikan NeXT Computer tahun 1985 dan setahun berikutnya membeli Graphics Group dari sutradara seri Star Wars, George Lucas.

Perusahaan ini dinamainya Pixar, yang menciptakan piranti keras untuk animasi dengan teknologi canggih yang kemudian dipakai oleh sejumlah rumah produksi film terkemuka, termasuk Disney.

Jobs menukar titik tekan produksinya dari komputer ke film animasi.

Hasilnya mencengangkan. Tahun 1995 dengan film Toy Story, yang ditonton jutaan orang dengan keuntungan kotor US$350 juta, Jobs sekali lagi membuktikan kehandalan instingnya. Sukses juga diikuti oleh film A Bugs Life, Finding Nemo serta Monsters Inc.

Setahun setelah itu Apple membeli NeXT seharga US$400 juta dan Jobs kembali ke tampuk kekuasaannya semula di Apple dengan menyingkirkan direkturnya saat itu.

Untuk mengurangi nilai kerugian Apple maka proyek-proyek kecil dibatalkan dan arah perusahaan dibelokkan pada pasar konsumen elektronik yang sedang tumbuh.

Pemutar musik iPod, diluncurkan tahun 2001 berhasil merebut simpati penikmat musik seluruh dunia dan segera menjadi ikon gaya dengan desainnya yang mulus dan ear phone putih yang sangat khas.

Jobs juga meluncurkan layanan iTunes, agar konsumen bisa mengunduh musik dari internet dan langsung memilih daftar musiknya sendiri.


Iphone

Tahun 2003 Jobs didiagnosa menderita kanker pankreas namun menolak dioperasi. Pilihannya adalah mencari pengobatan alternatif termasuk mengikuti sebuah pola makan dengan diet khusus.

Tapi operasi akhirnya tak terhindarkan dan berlangsung tahun 2004 setelah sebelumnya hanya sedikit sekali orang penting di Apple yang tahu tentang penyakitnya ini.

Tahun 2005 Disney membeli saham Pixar dari Jobs senilai US$7 miliar, dan akibatnya menjadikan ayah empat anak ini menjadi pemegang saham terbesar.

Saat meluncurkan produk ikonik iPhone, Jobs sudah nampak kurus dan tirus diduga akibat kanker.

Dua tahun berikutnya Jobs memperkenalkan iPhone yang segera disambut fanatisme konsumen yang rela antri berjam-jam untuk membeli barang baru ini.

Berikutnya tahun 2008 Macbook Air yang super tipis diperkenalkan dimana Jobs melakukan rilis produk dalam busana yang kemudian dikenal sebagai merek dagangnya: baju rajut lengan panjang dengan kerah kura-kura serta celana jins biru yang sudah usang.

Badannya yang kurus dan penampilannya yang nampak pucat memantik spekulasi bahwa penyakitnya kambuh dan akhirnya pada tahun 2009, dia mengumumkan mengambil cuti enam bulan untuk mengatasi persoalan yang disebutnya sebagai "ketidakseimbangan hormonal."

Pada tahun yang sama Jobs menjalani operasi cangkok hati, yang menurut dokter yang menanganinya berjalan "sempurna."

Namun pada Januari 2011, lagi-lagi Apple mengumumkan bahwa Jobs akan mengambil cuti dengan alasan kesehatan.


Keluarga dan filantrofi

Meski super kaya, tidak seperti pendiri Microsoft Bill Gates, Steve Jobs jarang menunjukkan ketertarikan pada dunia amal.

Dan anehnya, sebagai seorang penganut Buddha, dia juga tidak mempraktekkan gaya hidup hijau, sampai Apple diprotes Greenpeace karena tidak membuat barang yang mudah didaur-ulang.

Jobs meninggalkan empat anak, seorang diantaranya mulanya tak diakui.

Steve Jobs adalan tipe pemain tunggal; hanya yakin pada dirinya sendiri dan kemampuannya dan tak sabaran melihat orang lain membantah keinginannya.

Sementara kehandalannya yang paling utama adalah kemampuan untuk menerka pasar dan punya indra cium kuat terhadap desain dan produk inovatif yang akhirnya akan dipuja konsumen.

Jobs menikahi Laurene Powell tahun 1991 dengan cara Buddha dan kemudian punya tiga anak.

Namun belakangan muncul pula kabar bahwa punya anak lain bernama Lisa Brennan-Jobs (lahir 1978), dari hubungan dengan pelukis Chrisann Brennan. Jobs sempat membantah status sebagai ayah, namun kemudian mengakuinya.


BBCIndonesia.com - detikNews

Baca selengkapnya...

Penghargaan Dan Tak Ada Penghargaan

Nama Yan Ying dikenal oleh hampir semua orang China. Dia, yang hidup semasa Konfusius, adalah perdana menteri dari Qi, yang sekarang ini di Shandong utara dan Propinsi Hebei bagian tenggara, di bawah Bangsawan Jing.

Sebelum terpilih menjadi perdana menteri, Yan Ying adalah gubernur Provinsi Dong’e. Pada akhir tiga tahun masa pemerintahannya, protes terhadapnya begitu gencar sehingga sampai ke telinga Bangsawan Jing.

Bangsawan itu bermaksud untuk mencopot Yan Ying dari posisinya sebagai gubernur Dong’e.

“Yang Mulia,” kata Yan Ying. “Sekarang saya tahu kesalahan saya. Jika anda membiarkan saya untuk tinggal di Dong’e selama tiga tahun lagi, saya jamin bahwa saya akan lebih baik.”

Tiga tahun kemudian, ada banyak sekali pengakuan atas Yan Ying ke istana untuk diberi penghargaan atas pelayanannya yang bagus di Dong’e.
Tetapi Yan Ying menolak penghargaan tersebut.

“Ketika saya pergi ke Dong’e pertama kali,” katanya, “saya membangun jalan, melaksanakan pekerjaan untuk masyarakat, dan membasmi korupsi di pemerintahan. Saya menciptakan lawan di sekitar saya. Saya mendorong supaya orang hidup hemat dan mendorong mereka untuk menghormati orangtua mereka. Saya menghukum para kriminal. Sebagai hasilnya saya membuat orang-orang yang melanggar hukum membenci saya. Saya memberlakukan perlakuan yang sama kepada setiap orang dan tidak memberi perlakuan khusuus bagi yang kaya dan yang berpengauh, maka saya dimusuhi oleh mereka. Ketika orang-orang di sekeliling saya meminta sesuatu kepada saya, saya hanya memberikan apa yang boleh secara legal. Tidak heran bila mereka juga memusuhi saya. Ada beberapa peristiwa ketika saya harus menyenangkan atasan saya. Saya tidak melampui batas standar normal. Karena itu, mereka jelas tidak senang kepada saya. Itulah sebabnya semua orang itu berkumpul untuk menjatuhkan saya. Akhirnya pernyataan palsu dan jahat mereka sampai ke telinga Yang Mulia.”

“Kemudian saya mengubah cara saya memerintah selama tiga tahun terakhir ini. Tidak ada pekerjaan untuk masyarakat. Tidak ada kontrol terhadap korupsi. Tidak ada omongan tentang hidup hemat. Tidak ada hukuman berat bagi mereka yang melanggar hukum. Apa pun yang dimininta oleh orang di sekeliling saya, saya berikan dengan senyuman. Perlakukan khusus diberikan bagi mereka yang kaya dan berpengaruh. Dan saya memperlakukan atasan saya dengan keramahan yang luar biasa. Sebagai hasilnya, mereka semua mulai mengatakan hal-hal yang baik tentang saya. Dan akhirnya anda mendengar hal ini.”

“Terus terang, saya seharusnya diberi penghargaan atas apa yang telah saya lakukan pada masa tiga tahun pertama saya dan dihukum atas apa yang saya lakukan selama tiga tahunterakhir ini. Jadi saya tidak pantas untuk dihargai kali ini.”

Sang bangsawan sangat terkesan sehingga dia menunjuk Yan Ying sebagai perdan menteri untuk membantunya memerintah negara. Dalam tiga tahun, Qi menjadi negara yang sangat makmur.

Orang yang sangat mulia adalah orang yang mempelopori suatu gerakan moral yang berguna bagi generasinya dan juga generasi berikutnya, selanjutnya adalah orang yang memberikan jasa besar bagi masyarakat pada umumnya dan selanjutnya adalah orang yang kata-katanya memberikan pencerahan dan inspirasi bagi orang lain. Ini adalah tiga pencapaian yang tidak akan mati dalam kehidupan.
~ The Tso Chuan (abad ke 5 SM)~

Baca selengkapnya...

Selasa, 04 Oktober 2011

Pengamatan

Sebelum seseorang dikenal, amatilah dengan siapa dia bergaul.
Ketika dia menjadi kaya, perhatikan kepada siapa dia memberikan uangnya.
Ketika dia mendapat kedudukan tinggi, lihatlah kepada siapa dia memberikan promosi.
Ketika dia dalam kesulitan, perhatikan hal apa yang dia tolak untuk dikerjakan.
Ketika dia miskin, lihatlah apa yang tidak dia terima.

Jika anda mengetahui 5 hal di atas mengenai seseorang, anda tahu siapa yang seharusnya ditunjuk menjadi Perdana Menteri.

~ Li Ke ( Abad 5 SM ) ~

Baca selengkapnya...

Senin, 03 Oktober 2011

Senandung Pertumbuhan Berkualitas

Frasa “pertumbuhan berkualitas”, menjadi begitu populer di era pemerintahaan SBY. Secara sederhana, berkualitas tidaknya pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari banyak-tidaknya lapangan pekerjaan baru yang diciptakannya. Di sini ada sebuah harapan bahwa semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi, mestinya semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang tercipta. Ujung dari harapan itu tidak lain adalah berkurangnya angka pengangguran dan angka kemiskinan.

Ikhwal pertumbuhan berkualitas kini kembali mendapat sorotan. Di tengah upaya pemerintah untuk mendorong terciptanya pertumbuhan berkualitas dimaksud, muncul tanggapan sebagian pengamat yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia belum bisa dikatakan berkualitas. Mengapa? Me­reka yang mengatakan demikian berpendapat bahwa pertumbuhan berkualitas belum sepenuhnya tercipta karena pertumbuhan itu sendiri lebih banyak dimotori oleh konsumsi rumah-tangga.
Selain itu, yang ingin ditekankan di sini adalah bahwa pertumbuhan ekonomi yang seringkali dibanggakan pemerintah layak dikritik lantaran rendahnya penyerapan tenaga kerja. Dengan kemampuan menyerap tenaga kerja yang rendah, pertumbuhan ekonomi cenderung diikuti pertambahan angka pengangguran dan kemiskinan. Pertumbuhan itu sendiri lalu hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya saja (elitis). Demikian argumen yang mengemuka di balik tudingan pertumbuhan tidak berkualitas itu.

Tetapi, apa benar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berkualitas? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita coba kaitkan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan angkatan kerja, dan penyerapan angkatan/tenaga kerja itu. Pada Februari 2011, jumlah angkatan kerja yang merupakan tenaga kerja aktif secara ekonomi sebesar 119,4 juta orang, naik sekitar 3,4 juta orang dibanding Februari 2010. Sementara yang bekerja sebesar 111,3 juta. Artinya, 8,1 juta orang tidak bekerja alias menganggur. Dengan pertumbuhan PDB/ekonomi sebesar 6,1 persen itu, hanya 475 ribu angkatan kerja yang dapat diserapnya, padahal angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan berjumlah 3,4 juta orang.
Selain itu, data BPS juga menunjukkan, pada Februari 2011, 34,24 persen pekerja bekerja di sektor formal, sisanya 65,76 persen di sektor informal. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum berhasil mewujudkan dirinya sebagai pencipta la­pangan pekerjaan, sehingga sebagian besar angkatan kerja harus menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Kalau kita berbicara tentang perekonomian warga di kota-kota besar, dapat dikatakan bahwa ting­ginya angkatan kerja yang bekerja di sektor informal mencerminkan banyaknya warga kota yang bekerja sebagai pedagang asongan atau PKL. Mereka ini rawan mengalami pemberangusan atau penggusuran yang dilakukan oleh pemda setempat.

Data BPS lainnya juga menunjukkan, dari 111, 3 juta orang yang bekerja tersebut, 38,16 per­sen bekerja di sektor pertanian, 20,88 persen di sektor perdagangan, 15,30 persen di sektor jasa kemasyarakatan. Maka, tiada cara lain selain membenahi sektor manufaktur dan pertanian jika angka ­pengangguran dan kemiskinan mau ditekan secara signifikan untuk mewujudkan pertumbuhan berkualitas dimaksud. Bersamaan dengan itu, harus pula didorong agar kewirausahaan tumbuh secara signifikan. Dukungan itu dapat dilakukan dengan memberikan berbagai insentif.

Seperti dikemukakan di atas, angkatan kerja bertambah 3,4 juta orang dalam setahun (Februari 2010-Februari 2011). Kalau diasumsikan setiap pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan 400 ribu lapangan pekerjaan baru, maka diperlukan angka pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi untuk dapat menampung angkatan kerja tersebut. Itu artinya, pertumbuhan ekonomi yang hanya bergerak pada kisaran 6-7 persen tidak akan menciptakan daya serap sesuai tuntutan pertumbuhan angkatan kerja. Maka tepatlah pendapat yang mengatakan bahwa hanya dengan pertumbuhan ekonomi dua-digit persoalan pengangguran dan kemiskinan dapat diatasi.

Bagaimanapun, tidak bisa disangkal bahwa pemerintah dan seluruh jajarannya terus bekerja dan bekerja. Tetapi mesti pula ditegaskan bahwa ka­langan yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berkualitas ada benarnya.


BusinessNews

Baca selengkapnya...

Minggu, 02 Oktober 2011

Jatuh Cinta dan Bangun Cinta

Mengapa orang menikah? Karena mereka jatuh cinta. Mengapa rumah tangganya kemudian bahagia? Apakah karena jatuh cinta? Bukan. Tapi karena mereka terus bangun cinta. Jatuh cinta itu gampang, 10 menit juga bisa. Tapi bangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup.

Mengapa jatuh cinta gampang? Karena saat itu kita buta, bisu dan tuli terhadap keburukan pasangan kita.

Tapi saat memasuki pernikahan, tak ada yang bisa ditutupi lagi. Dengan interaksi 24 jam per hari 7 hari dalam seminggu, semua belang tersingkap.

Di sini letak perbedaan jatuh cinta dan bangun cinta. Jatuh cinta dalam keadaan menyukai. Namun bangun cinta diperlukan dalam keadaan jengkel. Dalam keadaan jengkel, cinta bukan lagi berwujud pelukan, melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik dan bersama-sama mencari solusi yang dapat diterima semua pihak. Cinta yang dewasa tak menyimpan uneg-uneg, walau ada beberapa hal peka unttk bisa diungkapkan seperti masalah keuangan, orangtua dan keluarga atau masalah sex. Namun sepeka apapun masalah itu perlu dibicarakan agar kejengkelan tak berlarut.

Syarat untuk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan perasaan. Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan saling melukai. Jika dibiarkan berlarut, mereka bisa saling memusuhi dan rumah tangga sudah berubah bukan surga lagi tapi neraka. Apakah kondisi ini bisa diperbaiki? Tentu saja bisa, saat masing-masing mengingat komitmen awal mereka dulu apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh hidup. Kalau memang mencari teman hidup kenapa sekarang malah bermusuhan?

Mencari teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi terbesar adalah membangun cinta. Berarti mendewasakan cinta sehingga kedua pihak bisa saling mengoreksi, berunding, menghargai, tenggang rasa, menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah dan bertanggung jawab.

Mau punya teman hidup? Jatuh cintalah. Tetapi sesudah itu bangunlah cinta.

Baca selengkapnya...

Jumat, 30 September 2011

Kisah Penjualan Coca-Cola di Timur Tengah

Seorang Sales Manager Coca-Cola baru pulang kembali ke negerinya setelah kegagalan besarnya di Timur Tengah. Maka ia pun harus menghadap bosnya untuk menjelaskan alasan kegagalannya.

Bos : Kau punya prestasi hebat dinagara-negara lain, mengapa justru bisa gagal di Timur Tengah, yang negerinya panas dan justru banyak orang butuh kesegaran minum produk kita?

Sales : Saya juga berpikirnya dulu begitu bos, negeri itu pasti prospeknya sangat besar karena disana panas. Saya begitu yakin pasti akan sukses besar disana.

Bos : Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Sales : Begini bos... saya membuat sebuah iklan poster, yang saya pasang di seluruh penjuru negeri itu. Isi poster itu ada tiga gambar, yang pertama orang yang kehausan berbaring dipadang pasir. Gambar kedua orang tersebut minum Coca-cola, dan gambar ketiga, orang itu menjadi segar dan dapat berlari dipadang pasir.

Bos : Wah, ini ide yang luar biasa, iklan yang bagus!
Lalu kenapa justru bisa gagal?

Sales : Masalahnya, tidak ada yang bilang ke saya, kalau mereka ternyata bacanya dari kanan ke kiri.

Baca selengkapnya...

Return on Influence, the New ROI

Three years ago, I invented a social media metric. I'd be lying if I said this was a divinely inspired event. I did it because it was necessary.

Here's the story: Three years ago, I was prepping for a meeting where I hoped to convince a major CPG brand that my celebrity client was more influential in social media than other celebrities, and therefore they should invest their dollars in my proposed "social media endorsement deal." (Remember at the time, Facebook was just emerging from its college roots and Twitter was nowhere yet.)

The dilemma, I knew, was the metrics. I knew that the company would expect me to defend my client's value with the standard "cold metrics"--reach, frequency, page views, impressions, eyeballs captured. Executives who are about to spend lots of money like numbers, even when they know they're flawed. Numbers help justify decisions, remove some risk, and limit accountability.

I agreed with the potential client that these were important to have, but I also knew they weren't enough. In social media, I argued, my celebrity client could have the same or a fewer number of fans, followers and website page views as another celebrity, but still be a better investment for the brand, because my client could convert more of those followers into something positive for the brand--click throughs, sign-ups, media consumption or even product purchases.

What drives that conversion are "warm metrics"--engagement levels, viral factors, sentiment analysis. Even today marketers can be skeptical of warm metrics, because they defy easy math. Three years ago, many were downright dismissive of them. They were the fluffy intangibles you used when you couldn't build a statistical case for investment. Business people like structure. We like rules, industry standards and compartments where our solid numbers to be housed. Sentiment? Not so much.

Still, I believed in this blend of cold and warm metrics. In fact, I believed if you ignored the warm metrics, you ran the risk of hiring the wrong social media partner, because the old school cold metrics alone are actually quite bad at capturing influence.

Still I had to prove it. So I came up with ROI - Return on Influence.

I was lucky to be able to draw upon my previous experience as the director of digital media and research for the Phoenix Suns. In that position, I was constantly needing to prove "fan affinity" (a warm metric) to big brand-marketing partners who spent seven figures on their sponsorship deals with the team. These brands had options, often with competitors (NFL, NHL, MLB) and more traditional channels (TV spots) that might be able to tell a better cold metric story than I could.

But I realized that social media provided a way to measure something fan affinity in a way a TV spot never could. Why? Social media communication is two-way. It's a dialogue versus a monologue. Instead of promotions, it creates conversations, sometimes unprompted conversations that can be listened to, recorded, and measured. No longer did we have to say, "Trust us, our fans really like the team." Suddenly I had data to show how fans really liked us.

This isn't just about celebrities or sports teams, either. Intuitively, it's easier for most people to grasp the concept when talking about tweeting wide receivers, but all brands have influence and it can be measured in the same way.

Once you recognize that each entry into the social conversation is creating influence, you track it. A tweet is a transaction. So is a retweet. So is a purchase that results from a retweet. Unlike outdoor and TV advertising, say, marketers can track online behavior from a social channel from the initial marketing message all the way through to purchase.

The next step is to associate influence to investment. This is where the dollars come in. Divide the total revenue generated via social efforts by the number of social media fans and followers, and you get a per-fan/follower value.

Once you do this, it opens eyes. I've found with brands varying from DoubleTree by Hilton to high profile individuals that there's a direct correlation between Return on Influence and Revenue Available Per Fan and Follower. The time interval of this relationship is the key variable that I'm still studying. When brands figure out how to control the amount of time lapsed between the cause and effect, the art of social media becomes scientific, and the warm metrics become as accepted as the cold ones.

The more marketers accept the concept of measuring influence relative to reach, the quicker social media industry standards will surface. Social networking revolves around the art of people interacting with people, not logos. People have influence. Things do not. Ultimately, influence is power that differentiates.


Amy Jo Martin

Baca selengkapnya...

Kamis, 29 September 2011

Menghitung Ulang Prognosis Pertumbuhan Ekonomi 2011 Dan 2012

Lembaga Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan memperkirakan munculnya dampak yang parah jika Eropa gagal mengatasi krisis utangnya atau rencana kebijakan fiskal Amerika Serikat menemui jalan buntu. Prediksi lembaga dunia ini disampaikan dalam laporan World Economic Outlook (20/9).

IMF menaksir pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh 4% pada tahun 2011 dan 2012 atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dikeluarkan pada Juni 2011 yaitu sebesar 4,3% dan 4,5% pada tahun 2012. Sementara pertumbuhan ekonomi AS akan menyusut dari perkiraan sebelumnya 2,5% menjadi 1,5% untuk 2011 dan 1,8% untuk 2012.
Aktivitas global semakin melemah dan makin tak pasti, kepercayaan telah runtuh dan risiko penurunan semakin berkembang. Singkat kata, IMF melihat kondisi ekonomi global saat ini berada dalam fase berbahaya dan terancam krisis. Kegiatan ekonomi global terus melemah. Kepercayaan masyarakat turun drastis saat ini, dan risiko penurunan pertumbuhan ekonomi makin membesar.

Dalam kajiannya, IMF menyatakan, negara-negara ekonomi maju di dunia sedang mengalami hantaman ekonomi tahun ini. Jepang terhantam bencana gempa dan tsunami yang mengganggu perekonomiannya. Kemudian ekonomi AS juga kembali jatuh karena rendahnya konsumsi dalam negeri. Belum lagi kondisi ekonomi Eropa yang terguncang di sektor keuangan. Masalah struktural ini membuat dunia dihadapi oleh risiko krisis yang cukup besar.

IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melamban menjadi 6,4% di tahun 2011, di bawah target pemerintah yang sebesar 6,5%. IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan negara ekonomi berkembang (emerging markets) mencapai 6,4% pada tahun ini dan 6,1% pada tahun depan.

Prediksi itu turun dari sebelumnya 6,6% dan 6,4%. Negara-negara kaya kemungkinan hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi 1,6% atau turun dari perkiraan sebelumnya pada Juni lalu sebesar 2,2%. Sementara tahun depan diperkirakan hanya tumbuh 1,9% dari sebelumnya 2,6%. Jepang merupakan salah satu anggota G7 yang mengalami revisi pertumbuhan ekonomi terbesar yaitu hanya tumbuh 0,5% dari sebelumnya 0,7%. Sementara pada tahun 2012, hanya tumbuh 2,3% atau turun 0,6% dari perkiraan sebelumnya.

Koreksi tajam di Eropa juga dipicu oleh penurunan peringkat outlook perbankan besar di Eropa karena terperangkap ke dalam jebakan likuiditas yang kering. Untuk itu IMF menyarankan suntikan modal perbankan dan restrukturisasi atau menutup bank sebagai langkah penting. Bank Sentral Eropa (ECB) juga diusulkan untuk menurunkan tingkat bunga jika ingin risiko pertumbuhan ekonomi berkurang. Saat ini ECB mematok suku bunga 1,5%. Dalam skenario penurunan pertumbuhan ekonomi, IMF berasumsi bank harus menyerap kerugian dengan dampaknya pengurangan modal sebesar 10%.

IMF berharap para pemimpin negara harus memegang prinsipnya untuk mengambil langkah apapun untuk menjaga kepercayaan terhadap kebijakan negaranya dan Eropa. IMF terus mendorong pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk mencari penyelesaian kolektif mengingat investor sudah mulai khawatir dengan kebangkrutan Yunani dan Bank Yunani terpaksa merugi dengan menjual surat utang di wilayah yang memiliki kondisi utang terbesar. Di luar skenario alternatif pertumbuhan ekonomi, Eropa dan AS diperkirakan akan masuk jurang resesi.

Laporan IMF ini mengacu pada pelemahan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju dan pertumbuhan makin melemah di negara-negara berkembang. Kondisi ekonomi tersebut mensyaratkan pembuat kebijakan di wilayah Eropa menjalankan penanganan ekonomi melalui mekanisme bailout yang disetujui pada Juli lalu.

Ekonomi Yunani diperkirakan akan mengalami kontraksi 5,5% tahun 2011 dan 2,5% tahun depan. Yunani masih harus memenuhi komitmennya untuk menurunkan defisit anggaran 2011 menjadi 7,6% dari produk domestik bruto (PDB). Untuk itu Yunani telah mengumumkan pajak tambahan atas properti dan listrik untuk menutupi kekurangan anggaran.

Atas tragedi AS dan Eropa itu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 sebesar 6,5% atau lebih kecil dibanding asumsi RAPBN 2012 sebesar 6,7%. Ini disebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia turun dari 4,5% menjadi 4%. Krisis ekonomi di AS dan Eropa akan semakin terasa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2012 terutama karena penurunan ekspor dan permintaan serta harga sejumlah komoditas. Sejauh ini dampaknya terhadap perekonomian nasional belum besar, kecuali di pasar saham dan pasar uang. Namun perkembangannya bisa saja tidak terlalu menyenangkan.

Meski begitu, perlu adanya strategi dan kebijakan ekonomi untuk mengantisipasi kemungkinan memburuknya dampak krisis ekonomi Eropa ini. Salah satunya diperlukan stimulus ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dalam utamanya melalui investasi termasuk di dalamnya substitusi impor, serta melakukan penetrasi pasar luar negeri untuk mendorong ekspor khususnya ke negara “emerging market” seperti China, Brazil, India dan Afrika Selatan.

Di bidang moneter, BI telah melakukan reorientasi kebijakan suku bunga, nilai tukar, cadangan devisa dan kredit perbankan untuk mendorong pertumbuhan dengan tetap menjaga suistanabilitas melalui peningkatan penyerapan, efisiensi dan penciptaan ruang fiskal. Maklum, pelemahan nilai tukar rupiah dalam dua pekan ini juga disebabkan karena kekhawatiran para investor portofolio melihat krisis yang terjadi di Eropa.

Namun, jumlah cadangan devisa yang dimiliki Indonesia diyakini masih kuat untuk menjaga nilai tukar rupiah tidak terlalu melemah akibat tekanan di pasar uang sebagai dampak krisis ekonomi di Eropa. Nilai tukar rupiah terus melemah dari posisi sebelumnya Rp8.550 per dolar AS menjadi Rp9.035 per dolar AS. Dengan cadangan devisa 122 miliar dolar AS, BI akan bersiap melakukan intervensi di pasar uang dengan menjual dolar AS dan menggunakan rupiah hasil penjualan itu dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

BI juga telah mengantisipasi dampak krisis keuangan itu dengan penguatan protokol manajemen krisis. Langkah yang diambil BI, sebagaimana telah diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI, yaitu mempertahankan BI rate pada 6,75%. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa.

Selain itu, BI juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global itu. Respon terhadap krisis keuangan di AS dan Eropa tidak bisa hanya dilakukan dari satu institusi saja.
Selain BI, Kementerian Keuangan juga sudah mempunyai protokol manajemen kriris, tetapi belum ada integrasi protokol manajemen. Koordinasi kebijakan yang dilakukan BI dengan pemerintah yaitu kebijakan pengendalian inflasi, kebijakan untuk pengelolaan modal yang masuk, dan kebijakan untuk memperkuat respon sisi penawaran. Dari sisi pemerintah, penyerapan belanja modal tinggi merupakan stimulus yang diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Tapi stimulus itu harus disesuaikan dalam APBN, terutama belanja modal. Salah satunya adalah memastikan belanja modalnya bisa di-disburse lebih cepat.

Penyerapan belanja yang tinggi dapat mendukung dan menjaga ketahanan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi potensi krisis yang masih berlanjut pada tahun 2012. Jadi stimulusnya harus dibayangkan dari hari ini, terutama dalam bentuk belanja modal yang lebih tinggi di tahun 2012.

Kementerian Keuangan mengungkapkan rea-lisasi penyerapan belanja modal hingga awal September 2011 baru mencapai 26,9% dari alokasi dalam APBN Perubahan 2011 sebesar Rp140,95 triliun. Penyerapan belanja modal yang masih rendah ini menjadi perhatian pemerintah karena terkait dengan lambatnya pembangunan dan pembenahan sarana infrastruktur. Apalagi, pembiayaan proyek pembangunan dengan keterlibatan swasta atau melalui skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Atas perkembangan itu, tepat jika pemerintah Indonesia perlu mewaspadai pelemahan perekonomian global. Sebab, pengaruh langsung pelemahan ekonomi sudah terlihat dari kinerja ekspor pada Juni 2011 yang mengalami penurunan 5,2% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas pada bulan Juli juga turun 7,93% dibandingkan Juni.

Pelemahan ekspor nonmigas terutama dipe-ngaruhi oleh penurunan permintaan terhadap komoditas minyak sawit (crude palm oil). Hal itu karena permintaan CPO dunia melemah. Di tengah krisis finansial yang terjadi di AS dan Eropa, diversifikasi pasar tujuan ekspor, salah satunya ke Afrika, adalah solusi dan alternatif untuk terus meningkatkan kinerja ekspor.

Apalagi, perdagangan Indonesia dengan ne-gara-negara di Afrika masih rendah sehingga sangat mungkin ditingkatkan. Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, pada tahun 2010 ekspor Indonesia ke Afrika mencapai 3,5 miliar dolar AS, naik 29,63% dari tahun sebelumnya. Ekspor Indonesia ke Afrika kebanyakan barang jadi yang dikonsumsi sendiri. Jadi kemungkinan untuk terkena dampak tidak langsung dari krisis di Eropa dan AS sangat kecil.

Dari kalangan dunia usaha menilai dampak krisis keuangan yang kini melilit negara-negara di Benua Eropa dan AS bisa lebih parah dibanding krisis finansial yang terjadi pada periode 2008-2009. Maklum, dunia usaha kini sudah merasakan penciutan pasar karena menurunnya pesanan ekspor.

Dampak krisis yang terjadi sekarang bisa lebih buruk karena sudah menyeret perekonomian negara pada kebangkrutan seperti yang terjadi di Yunani. Krisis tidak hanya terjadi pada lingkup perusahaan yang bisa diatasi oleh penalangan utang atau pengambilalihan oleh negara. Sebab, masalah yang paling utama adalah negara mengalami krisis, bukan hanya sektor keuangannya saja. Jika krisis, perusahaan masih bisa ditutup semua, tetapi kalau negara-negara yang mengalami krisis, tentu tidak bisa ditutup begitu saja.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah menggerakkan dan menguasai ekonomi dalam negeri melalui investasi dan pengembangan dunia usaha. Selain itu, dibutuhkan pembangunan infrastruktur sehingga lebih banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan.
Menariknya, dunia usaha bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk menghindari dampak krisis keuangan global melalui investasi sehingga perekonomian dalam negeri bisa tetap tumbuh. Masalahnya, dunia usaha masih mengalami hambatan untuk berinvestasi seperti terbentur masalah pertanahan, tata ruang, serta infrastruktur.

Strategi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini mengandalkan sumber dana asing (outward) juga harus dialihkan ke sumber-sumber di dalam negeri (inward) untuk mengantisipasi dampak krisis ekonomi dunia. Sumber pertumbuhan ekonomi harus didorong dari dalam negeri, baik dari sektor industri ataupun perdagangan.


Business News

Baca selengkapnya...

Senin, 26 September 2011

Ekonomi Indonesia : Bagus Karena Kegagalan

ADB minggu lalu mengeluarkan hasil research paling anyar. Dari semua negara di Asia, hanya Indonesia yang bakal naik kinerja ekonominya, sementara yang lain dipotong sebesar 0,02%. Indonesia katanya bakal ngebut dengan pertumbuhan 6,7% dari perkiraan semula 6,5%.

Hasil rekaan ADB jelas menggembirakan kita semua. Prestasi yang membanggakan, apalagi hal ini tercapai saat perekonomian global sedang digoyang krisis keuangan dari Amerika sampai ke Eropa.

Ada beberapa hal yang katanya merupakan alasan mengapa Indonesia “imun” dari goyangan krisis yang melanda dunia. Pertama, Indonesia hanya mempunyai porsi yang relatif kecil dari sisi perdagangan internasional (ekspor dan impor barang dan jasa), hanya sekitar 26% dari total PDB, sedangkan negara-negara lain porsinya di atas itu. Akibatnya, jika permintaan atas ekspor Indonesia menurun, tidak terlalu memukul perekonomian dalam negeri dibanding negara lain.

Kedua, Indonesia mempunyai exposure yang rendah terhadap utang luar negeri, baik utang sove­reign maupun utang swasta dalam bentuk US dolar. Berita di Bloomberg, Indonesia masuk negara paling rendah posisi utangnya dibanding negara tetangga. Ini hal yang penting, karena efek contagion dari persoalan likuiditas jadi terbatas terhadap Indonesia. Di dalam negeri sendiri, banyak analis keuangan pasar modal melaporkan dana internal masih mendominasi sumber ekspansi perusahaan di Indonesia.

Ketiga, sumber kekuatan ekonomi masih didominasi oleh belanja konsumen. Sekitar 60% belanja nasional dikuasai oleh konsumen ketimbang negara, investasi dan net trade. Beberapa survei keyakinan konsumen oleh Bank Indonesia dan Danareksa Research Institute masih menunjukkan tren yang baik, artinya konsumen Indonesia masih yakin akan masa depan mereka, baik dari sisi pekerjaan dan pendapatan, sehingga mereka belum menahan diri untuk tetap belanja barang dan jasa.

Keempat, Indonesia dianggap masih mempunyai anggaran cadangan untuk melakukan kebijakan stimulus fiskal melawan tren penurunan kinerja ekonomi akibat krisis global. Sumber utamanya adalah sisa anggaran negara yang tidak terpakai di periode sebelumnya, dan masih rendahnya belanja negara tahun ini, di bawah 50% dari target. Sehingga kalau ada tanda-tanda perlambatan, peme­rintah tinggal menggenjot belanja negara secara kilat.

Kelima, Indonesia dianggap sudah mempu­nyai pengalaman dalam mengatasi krisis keuangan dan ekonomi dibanding negara lain.

Mungkin tidak banyak pengamat yang bisa menyanggah mengkilatnya kinerja ekonomi Indonesia. Kelima alasan di atas sangat valid dalam me­nerangkan kinerja ekonomi, apalagi tidak ada gangguan politik yang cukup berarti di dalam negeri.
Hanya saja, kita mungkin luput melihat bahwa hampir 80% keberhasilan perekonomian Indonesia didasarkan tren jangka pendek, sangat tidak cukup untuk menjaga kinerja jangka panjang.

Dua alasan pertama (rendahnya perdagangan internasional dan utang) sebetulnya menunjukkan Indonesia terisolasi dari perekonomian dunia. Kalau ekonomi global mulai bergerak, kenaikan ekspor Indonesia juga akan terbatas. Jika ekonomi dunia mulai menggeliat, perusahaan dalam negeri tetap hanya mempunyai akses terbatas atas kredit investasi dan modal kerja di luar negeri. Artinya, kita akan ketinggalan dibanding negara tetangga dalam melalukan ekspansi.

Selain itu, rendahnya exposure Indonesia atas utang luar negeri sebetulnya bisa dilihat dari kacamata lain. Indonesia gagal meyakinkan perbankan luar negeri untuk memberikan kredit ke para pelaku ekonomi di Indonesia.

Kenaikan konsumsi yang mendominasi perekonomian kebanyakan distimulasi oleh kredit konsumsi. Jika pertumbuhan kredit konsumsi lebih tinggi dari kredit investasi, pergerakan perekonomian hanya bisa bertahan dalam jangka pendek. Jangan lupa, perbankan Indonesia sudah mengalami masa sulit yang cukup lama meningkatkan pertumbuhan kredit walau dalam keadaan ekonomi normal. Sekali lagi saat konjungtur ekonomi global sudah mulai meningkat, belanja konsumen tidak akan cukup mendorong ekonomi nasional.

Dana cadangan yang tersedia sebetulnya bisa disebut kegagalan pemerintah dalam melaksanakan tugas belanja negara, dan kegagalan ini sudah terjadi puluhan tahun. Rendahnya penyerapan belanja negara sudah menjadi isu rutin dalam rapat Kabinet SBY. Nah yang hebat, kegagalan itu sekarang menjadi sesuatu yang baik karena akan membantu Indonesia melawan kelesuan ekonomi dunia.

Tanpa ada maksud menurunkan kebanggaan atas kinerja ekonomi Indonesia saat ini, janganlah kita lupa keberhasilan ini sebetulnya disebabkan karena kegagalan dan kelemahan yang terjadi di Indonesia. Aneh? Tetapi itu kenyataannya.
Walaupun begitu, prestasi sekarang seharusnya menjadi kesempatan untuk memperbaiki kegagalan dan kelamahan yang lalu, biar kita tidak lagi ke­tinggalan kereta.


Businessnews

Baca selengkapnya...

Minggu, 25 September 2011

Saham Menarik, Emas Semakin Dihindari

Dalam sepekan ke depan, harga emas diprediksi semakin turun. Sebab, saat harga saham semakin murah, investor justru menghindari emas. Rekomendasi buy on dip pada support US$1.660.

Analis Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar memperkirakan, harga emas masih akan tertekan dalam sepekan ke depan. Menurutnya, penurunan emas dipicu oleh penguatan dolar AS terhadap mata uang utama.

Di sisi lain, lanjutnya, investor beralih ke bursa saham yang sudah anjlok pekan lalu hingga hampir 9% dalam sehari. Menurutnya, rata-rata saham sudah turun 10%-an. “Tingkat volatilitas pada IHSG sangat tinggi sehingga menarik bagi trader (investor jangka pendek). Karena itu, harga emas sangat rentan karena faktor penguatan dolar AS dan pergerakan di bursa saham,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan.

Saat ini, Ariana menilai, bursa saham lebih menjanjikan dibandingkan emas terutama dari sisi pergerakannya. Dengan volatilitas yang tinggi, investor bisa memanfaatkan dengan aksi beli untuk bargain hunting berbagai saham. “Apalagi, harga emas sendiri sudah cukup tinggi. Kenaikannya sudah mencapai 33% sejak awal 2011,” ujarnya.

Menurutnya, saat harga saham murah, orang tidak terlalu mau mengambil risiko dengan memegang emas. Sebab, jika terlambat masuk di bursa saham, mereka justru akan rugi. “Apalagi, bagi orang yang pekan lalu jual saham di level rendah sedangkan saat beli di level tinggi,” timpal Ariana.

Sementara itu, dari sisi sentiment, market masih terpengaruh negatif dari outlook perlambatan ekonomi AS dari bank Sentral AS, The Fed yang berdampak pada penguatan dolar AS. Sebab, pada saat yang sama, The Fed menggulirkan kebijakan Operation Twist sehingga obligasi AS semakin menarik. “Dolar semakin kuat, emas semakin lemah,” tandasnya.

Di sisi lain, sentiment Eropa sejauh ini positif seiring komitmen penuh G20 untuk membantu Eropa. Meskipun, European Central Bank (ECB) menyatakan kemungkinan Yunani bakal default setelah perbankan di negara itu di-downgrade oleh Moody’s.

Emas sudah menembus level support US$1.720 per troy ounce. Kalaupun naik, emas akan coba tertahan di level resistance US$1.780-1.840 per troy ounce. “Itulah peluang laju harga emas jika dilihat dari kisran pergerakannya,” ujarnya.

Sementara itu, jika dilihat dari Fibonacci Retracement, resistance emas berada di level US$1.868 per troy ounce (retraecement 61,8%) dan level tertingginya di level US$1.886 per troy ounce (retracement 100%).

Sedangkan level support-nya berada di level US$1.700 yang merupakan level penentuan dan merupakan level Fibonacci retracement 38,2%. Setelah tembus support US$1.700, emas melemah ke level US$1.660 yang menjadi retracement 23,6%. “Jadi, dalam sepekan ke depan, emas akan bergerak dalam rentang support US$1.660 hingga resistance US$1.886 per troy ounce,” ungkapnya.

Di atas semua itu, Ariana merekomendasikan buy on deep emas di level US$1.660 per troy ounce. Sedangkan pada level US$1.700 tidak disarankan beli. Sebab, selama sentimen Eropa positif, emas belum akan dilirik.

Pasalnya, positifnya sentimen dari Eropa berpengaruh positif ke bursa saham. “Semakin fluktuatif pergerakan bursa saham, semakin menekan peluang investasi pada emas sehingga emas semakin melemah,” imbuhnya.

Berdasarkan harga yang dikutip dari Bloomberg, per Jumat (23/9), harga emas internasional turun sebesar US$ 101,900 (5,85% %) ke level US$ 1.639,800 per troy ounce.


Sumber : inilah.com

Baca selengkapnya...