Minggu, 30 Agustus 2009

Marie Curie

Ini kisah tentang sosok seorang ilmuwan wanita, Marie Curie, si penemu Radium. Terlahir di Warsawa, Polandia sebagai Marja Sklodowska pada 7 November 1867 (142 tahun lalu), ia menghabiskan masa kecilnya sebagai seorang siswi yang menonjol dalam hal kecerdasannya. Pada 1883, dalam usia 15 tahun Marja berhasil menamatkan sekolah menengahnya dengan mengantungi medali emas sebagai penghargaan atas kecemerlangannya di sekolah.

Masa depan baginya semula sangat suram karena saat itu pemerintah Polandia yang kolot tidak menginjinkan kaum wanita untuk menempuh jenjang pendidikan di universitas. Marja sempat bergabung dengan apa yang disebut sebagai "Universitas Bawah Tanah", sebuah sebutan yang agak aneh untuk kegiatan sekelompok pemuda yang dengan keberaniannya bertekad untuk mempelajari apa saja yang sebenarnya terlarang bagi mereka. Pada masa inilah Marja beserta kakaknya, Bronja memutuskan untuk pergi ke negara lain untuk melanjutkan pendidikannya. Mereka memilih Paris sebagai tempat menimba ilmu. Bronja berangkat terlebih dahulu, sementara Marja bekerja sebagai pengasuh anak untuk membiayai studi kakaknya. Mereka sudah bersepakat, apabila kelak Bronja sudah menyelesaikan studi dan hidup cukup mapan di Paris, maka Marja dapat menyusul, dan giliran Bronja untuk membiayai kuliah adiknya itu.

Pada 1891, dalam usianya yang 23 tahun, Marja menyusul kakaknya berangkat ke Paris. Ia berhasil memperoleh gelarnya yang pertama dalam bidang Fisika di universitas Sorbonne pada 1893. Setahun kemudian, ia menyabet gelar keduanya dalam bidang Matematika. Pada 26 Juli 1895, dalam usia 27 tahun, Marja menikah dengan Piere Curie, seorang ilmuwan terkemuka yang juga menjabat kepala laboratorium akademi Fisika dan Kimia di kota Paris. Piere bertemu Marja setahun sebelumnya, ketika usianya 35 tahun. Setelah menikah, Marja lantas lebih dikenal sebagai Marie Curie. Sementara itu, ilmu Fisika berkembang dengan pesat. Pada 8 November 1895, Wilhelm Rontgen, seorang ahli Fisika berkebangsaan Jerman berhasil menemukan Sinar-X. Berikutnya, pada 28 Februari 1896, Henri Becquerel, seorang Fisikawan Prancis menemukan bukti bahwa mineral uranium memancarkan sejenis sinar yang tidak kasat mata namun dapat membekas pada pelat fotografi.

Pada 1897, setelah melahirkan anaknya yang pertama, Irine, Marie memutuskan untuk memulai penelitian tentang sinar tak kasat mata yang ditemukan Becquerel sebagai subjek untuk memperoleh gelar doktornya. Dengan melakukan penelitian ini saja, ia sebenarnya sudah mencatatkan sejarah mengingat hingga saat itu di Eropa belum ada seorang wanitapun yang berhasil meraih gelar doktor. Marie melakukan penelitiannya pada sebuah ruangan kecil yang sebagiannya dipakai sebagai gudang di Akademi Fisika dan Kimia kota Paris. Ruangan itu sebenarnya kurang memenuhi syarat sebagai sebuah laboratorium. Hawa didalamnya sangat dingin, lembab dan sangat tidak nyaman. Udara yang dingin juga membuat beberapa perangkat sensor tidak dapat bekerja dengan akurasi yang semestinya.

Langkah pertama yang dilakukannya adalah menemukan cara untuk mengukur sinar misterius tersebut melalui kuat arus listrik yang ditimbulkannya di udara. Untuk itu, ia dibantu oleh sebuah alat yang diciptakan oleh Piere beserta saudaranya, Jacques. Alat yang disebut elektrometer itu bekerja dengan mengukur arus listrik di udara, seberapapun kecilnya. Becquerel telah membuktikan bahwa sinar yang dipancarkan uranium menimbulkan arus listrik di udara. Dengan memanfaatkan elektrometer, Marie dapat mengetahui intensitas sinar dengan mengukur kuat arus listrik di udara. Marie segera mengumpulkan sampel aneka mineral dan kemudian mengujinya satu demi satu. Dalam beberapa hari ia segera memperoleh hasilnya yang
pertama. Ia segera mengetahui bahwa intensitas sinar misterius tersebut bergantung pada banyaknya kandungan uranium dalam sampel: makin banyak kandungan uranium, maka intensitas sinar makin kuat. Kekuatan sinar juga tidak tergantung pada bentuk maupun kondisi sampel (apakah dalam keadaan basah, kering, panas, dingin, dalam bentuk bongkahan atau serbuk).

Marie kini tahu bahwa memang uraniumlah yang memancarkan sinar tersebut. Pertanyaan berikutnya yang harus dijawab adalah: apakah ada mineral-mineral lain yang memancarkan sinar yang sama? Setelah meneliti berbagai sampel, ia kemudian menemukan bahwa mineral yang disebut thorium juga memancarkan sinar sejenis. Jelas orang tidak dapat menyebut sinar misterius ini sebagai "sinar uranium". Oleh karena itu, maka Marie menggunakan istilah "radioaktifitas", suatu sebutan yang masih dipakai hingga kini. Penelitian lebih jauh pada sejenis mineral yang bernama pitchblende menunjukkan tingkat radioaktifitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan uranium dan thorium. Namun hingga saat itu, unsur yang bertanggung jawab terhadap radioaktifitas masih berupa tanda tanya.

Pada 1898, Piere yang telah menyaksikan segala upaya yang dilakukan isterinya memutuskan untuk ikut terjun membantu penelitiannya. Bersama mereka memisahkan berbagai unsur yang membentuk material pitchblende untuk menemukan unsur yang dicari. Pada 6 Juni 1898, mereka berhasil menemukan sebuah unsur yang kemudian mereka beri nama "Polonium", sebagai penghargaan terhadap Polandia, tanah air Marie. Akan tetapi, bukti-bukti menunjukkan bahwa masih ada unsur lain yang tersembunyi. Unsur yang belum diketemukan itu mereka sebut sebagai Radium.

Mengekstraksi radium dari batuan pitchblende menjadi pekerjaan yang sangat melelahkan. Pekerjaan yang mereka mulai sejak 1898 itu baru menampakkan hasil pada 1902. Saat itu, 4 tahun setelah ia pertama kali mengumumkan bahwa radium mungkin ada, Marie akhirnya memenangkan pertempuran dengan keberhasilannya mengekstraksi sepersepuluh gram radium dari batuan pitchblende. Saat itulah, untuk pertama kalinya dunia dapat melihat sumber sinar misterius yang telah dicari selama bertahun-tahun itu. Hasil ini akhirnya membawa Marie untuk memperoleh gelar doktornya pada 1903. Berikutnya, bersama dengan Becquerel, pasangan Piere-Marie Curie memperoleh hadiah Nobel dalam bidang Fisika atas penemuannya mengenai prinsip- prinsip radioaktifitas.

Sayang, penelitian terhadap radioaktifitas ini akhirnya menggerogoti kesehatan Marie. Pengetahuan yang masih minim tentang radiasi membuat Marie tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Gas radioaktif berkeliaran dengan bebas didalam laboratoriumnya. Sementara itu, radiasi sinar Gamma berpengaruh buruk terhadap jaringan sumsum tulang dan memicu serangan kanker. Bahkan hingga kini, 100 tahun kemudian, buku-buku catatan penelitian Marie masih sangat radioatif sehingga harus dilindungi oleh lempengan timbal. Setelah melahirkan anak keduanya, Eve, pada 1904, kesehatan Marie terus menurun. Kesedihan juga menimpanya ketika pada 19 April 1906, suaminya Piere meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.

Di lain pihak, kariernya sebagai ilmuwan terus bersinar. Pada 1906, ia tercatat sebagai wanita pertama yang memberikan kuliah di Sorbonne. Pada 23 Januari 1911, Marie dianugerahi Nobel dalam bidang Kimia (Ia orang pertama yang pernah mendapat hadiah nobel hingga dua kali). Pada 1912, Marie ditunjuk sebagai direktur pada institut radium di Paris. Selama Perang Dunia I (1914-1918) Marie mengatur pengadaan unit-unit sinar-X untuk menangani korban perang, dan mendidik 150 orang operator. Sementara itu, pemahaman terhadap radioaktifitas berkembang dengan pesat, ketika puterinya, Irene, beserta suaminya Frederic Joliot, ilmuwan Fisika berkebangsaan Prancis berhasil menemukan radioaktifitas buatan.

Pada 4 Juni 1934, Marie Curie akhirnya meninggal dunia setelah bertahun-tahun mengidap penyakit akibat terus menerus terpapar radiasi. Setahun kemudian, putrinya, Irene beserta Frederic mengikuti jejak ibunya dengan meraih nobel dalam bidang Fisika. Kelak, sekitar dua puluh tahun kemudian, pasangan suami-isteri ini menyusul Marie ke alam baka, juga karena penyakit akibat paparan radiasi. Radioaktifias terus berkembang, dan digunakan untuk berbagai keperluan. Kita memanfaatkannya untuk terapi radiasi bagi penderita kanker, juga untuk memodifikasi gen tanaman untuk menghasilkan varietas baru yang lebih unggul. Buah karyanya juga membuka jalan bagi penemuan tentang struktur dan pengembangan daya nuklir. Sejarah kelak mencatat bahwa nuklir selain dapat digunakan sebagai sumber energi yang efisien, juga dapat dikembangkan sebagai senjata pemusnah massal yang mengerikan dalam masa perang.

Walaupun dikenal sebagai ilmuwan besar, pasangan Piere-Marie Curie hidup dalam kesederhanaan. Sebenarnya mereka bisa saja menjadi kaya-raya apabila mematenkan proses ekstraksi radium temuannya. Tetapi betapapun miskin, mereka tetap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari temuan mereka. Tidak ada sedikitpun yang mereka rahasiakan bagi dunia untuk kepentingan kemanusiaan.


Kompas forum