Minggu, 30 Agustus 2009

Perekonomian Dunia Berangsur Keluar dari Resesi Terburuk

Kelesuan ekonomi dunia yang telah dirasakan sejak kuartal terakhir 2008, kini mulai menunjukkan tanda-tanda harapan akan berakhir, tidak hanya di negara-negara kawasan Asia Pasifik, namun juga di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam pemulihan ekonomi tampak berjalan lebih cepat dari kawasan lainnya di dunia, terutama berkat adanya paket kebijakan stimulus miliaran dolar AS dan permintaan pasar yang tetap kuat dari China.

Negara-negara Asia, seperti China, India, Indonesia, Korea Selatan, dan Vietnam selama resesi ekonomi dunia tetap mampu menjaga pertumbuhan positifnya, meski ada perlambatan.

Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia mulai keluar dari resesi di kuartal kedua tahun ini berkat paket stimulus dan kebijakan moneter sangat longgarnya.

Jika pada kuartal keempat 2008 dan kuartal pertama 2009, perekonomian negeri sakura masing mencatat negatif 3,5 persen dan negatif 3,1 persen, pada kuartal kedua mulai positif 0,9 persen, yang menandakan masa resesi susah memudar.

"Selama ini peran AS sangat penting terhadap pertumbuhan Asia, namun untuk periode ini menjadi kurang penting. Adalah kemampuan negara kawasan Asia menggunakan instrumen kebijakan domestik dan mengambil keuntungan adanya pasar regional yang terus tumbuh telah membantu pemulihan lebih cepat, daripada AS dan Eropa," kata Subir Gokarn, Kepala Ekonom Standard and Poor`s wilayah Asia Pasifik.

Namun demikian ada beberapa negara Asia yang masih terseok-seok merangkak untuk mencapai pertumbuhan positif di antaranya Singapura, Malaysia dan Thailand. Di tiga negara itu masih terlilit kondisi resesi, walau indikator ekonomi menujukkan tren perbaikan untuk kembali ke jalur pertumbuhan.

Singapura diyakini membaik karena produksi manufaktur telah pulih, dengan naik 12,4 persen hingga Juli tahun ini, yang merupakan kenaikan tertinggi selama 12 bulan terakhir.

Perekonomian Malaysia masih dalam kondisi resesi teknikal setelah pada kuartal kedua pada kondisi merosot 3,9 persen, walau lebih baik dari kuartal pertama tercatat penyusutan 6,2 persen, yang merupakan kemerosotan ekonomi pertamakali dalam hampir delapan tahun terakhir.

Hampir sama juga dialami perekonomian Thailand yang pada kuartal kedua masih kontraksi walau sudah berkurang dengan minus 4,9 persen, dibanding kuartal pertama minus 7,1 persen.

Subir Gokarn menilai peran China yang memiliki populasi terbesar di dunia dan mampu menjaga pertumbuhan sekitar delapan persen menjadi lokomotif kawasan Asia dengan permintaan pasar yang besar telah menolong pergerakan ekonomi negara-negara di kawasan Asia lainnya, termasuk negara Asia yang sebelumnya sangat bergantung pada ekspor ke negara Barat.

Eropa membaik

Di Barat sendiri, beberapa negara utama di Eropa yang mengalami resesi mulai menunjukkan perbaikan ekonomi. Berdasarkan data kantor statistik Eurostat, perekonomian Prancis dan Jerman untuk kuartal kedua 2009 telah tumbuh sama masing-masing 0,3 persen, dari kuartal pertama sebelumnya masing-masing negatif 1,3 persen dan negatif 3,5 persen.

Pertumbuhan positif dua negara besar di wilayah yang menggunakan mata uang euro (eurozone) merupakan sinyal positif, walau aktivitas ekonomi di seluruh eurozone yang terdiri atas 16 negara anggota itu masih menunjukkan resesi.

Pertumbuhan di eurozone di kuartal kedua itu masih negatif 0,1 persen, walau angka itu lebih baik daripada kuartal pertama tahun ini yang tercatat pertumbuhan negatif 2,5 persen.

Perusahaan informasi keuangan Markit dalam survei terakhirnya menyebutkan, lepas kuartal kedua ini aktivitas bisnis di eurozone untuk Agustus -- yang ditunjukkan dengan indeks gabungan pembelian dari para manajers -- mengalami perbaikan. Indeks itu telah naik tiga poin menjadi 50, yang berarti pada posisi tengah antara ekspansi dan kontraksi.

Di luar eurozone, masih di Eropa, negeri Ratu Elizabeth untuk kuartal kedua juga masih menunjukkan kondisi resesi ekonomi. Data kantor Eurostat menyebutkan Inggris pada kuartal kedua masih mencatat pertumbuhan negatif 0,8 persen, yang merupakan kontraksi kelima kalinya secara berturt-turut.

Namun angka itu lebih kecil dibandingkan kuartal pertama 2009 yang mencatat negatif 2,4 persen, yang menandakan adanya sinyal pemulihan yang berangsur.

Pada level professional di Inggris sendiri, menurut survei the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), ada optimisme bahwa resesi negerinya saat ini "pada posisi berakhir".

Melalui pengukuran dengan indeks keyakinan bisnis di Inggris, ternyata ada lonjakan pencapaian dari minus 28,2 persen menjadi positif 4,8 persen, yang merupakan perbaikan kuartalan terbesar sejak survei mulai dilakukan pada 2003.

"Dari indeks tersebut menunjukkan resesi di Inggris Raya `pada tahap berakhir`. Tidak diragukan lagi perekonomian Inggris Raya pada jalur pemulihan, meski kami tidak meremehkan adanya tantangan ke depan untuk bisnis," kata Direktur Pelaksana ICAEW Michael Izaa.

Untuk AS, yang merupakan biang krisis keuangan global terburuk setelah depresi besar 1930-an, menunjukkan prospek kembali pada pertumbuhan dalam waktu dekat.

Untuk kuartal kedua 2009 perekonomian AS masih negatif 1,0 persen, namun sudah lebih baik dari puncak resesi pada kuartal pertama 2009 yang tercatat negatif 6,4 persen.

Ketua bank sentral AS, the Federal Reserve, Ben Bernanke di hadapan para bankir di Jackson Hole, negara bagian Wyoming akhir pekan lalu menyatakan bahwa aktivitas ekonomi AS saat ini mendatar setelah mengalami kontraksi selama setahun sebelumnya.

Kabar positif juga keluar dari para pialang properti di AS yang tergabung dalam National Association of Realtors bahwa penjualan perumahan AS naik 7,2 persen pada Juli. Angka ini merupakan kenaikan bulanan terbesar dalam satu dekade terakhir.

Selama ini kelesuan pasar perumahan dan problem kesulitan pemilik rumah untuk membayar kredit perumahan adalah faktor pemicu krisis ekonomi AS dan kelesuan global yang mengikutinya.

"Pemulihan ekonomi akan berlangsung lambat pada awalnya, dan akan terjadi penurunan tingkat pengangguran secara bertahap dari level tertingginya," kata Bernanke.

Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi perekonomian AS akan tumbuh 0,75 persen pada tahun depan, setelah merevisi prediksi sebelumnya bahwa di AS tidak ada pertumbuhan.

Tak diragukan lagi, perekonomian dunia pada paruh kedua tahun ini mulai menggeliat dan satu per satu negara-negara yang terkena resesi mulai menancapkan kakinya keluar dari resesi ekonomi global terburuk ini.(*)


Zaenal Abidin - ANTARA