Rabu, 23 September 2009

Nyeri Kronis Membuat Usia 50 Terasa 80

Orang yang menderita nyeri kronis cenderung merasa kemampuan fisiknya secara umum seperti mereka yang berusia beberapa dasawarsa lebih tua.

Beberapa ilmuwan mempelajari kembali data dari studi 2004 atas 18.531 orang yang berusia 50 tahun dan lebih tua lagi. Sebagai satu contoh, di antara peserta yang berusia 50 sampai 59 tahun yang menderita nyeri kronis, 37 persen dapat berjalan kaki sejauh satu mil dan 91 persen dapat berjalan beberapa blok tanpa masalah.

Di antara mereka yang menderita nyeri kronis, hanya 9 persen dapat berjalan satu mil dan hanya separuh dengan susah-payah berhasil melaksanakan tugas berjalan itu.

"Kami mendapati bahwa kemampuan mereka yang berusia 50 sampai 59 tahun yang menderita nyeri jauh dapat dibandingkan dengan orang yang berusia 80 sampai 89 tahun tanpa nyeri. Sebanyak 4 persen di antara mereka mampu berjalan 1 mil dan 55 persen dapat berjalan beberapa blok, sehinga penderita nyeri kelihata seperti 20 sampai 30 tahun lebih tua daripada orang yang bukan penderita nyeri," kata pemimpin studi tersebut Kenneth Convinsky dari Division of Geriatrics di University of California, San francisco, Amerika Serikat.

Nyeri kronis adalah masalah yang sangat besar bagi orang yang berusia setengah baya dan lebih tua lagi. Pada kenyataannya 24 persen orang di dalam studi itu menderita nyeri sedang sampai parah hampir sepanjang hari, demikian laporan livescience.com.

Sebanyak 75 juta warga AS menderita nyeri kronis atau kambuhan, kata beberapa studi lain. Sementara itu migren merongrong 25 juta orang. Satu dari enam orang menderita nyeri sendi.

Meskipun nyeri tak terlalu dipahami, banyak ahli sekarang menyarankan pelatihan fisik guna memerangi banyak jenis nyeri kronis, selain pengobatan pada beberapa kasus.

"Studi kami tak dapat memastikan apakah nyeri menyebabkan cacat atau apakah cacat mengakibatkan nyeri," kata Covinsky. "Kami kira mungkin saja bahwa keduanya benar dan nyeri serta cacat barangkali dapat bertindak bersama dalam banyak cara yang membuat kedua masalah tersebut tambah parah dalam lingkaran yang turun," katanya.

Temuan tersebut, yang diumumkan Rabu (16/9), dirinci di dalam Journal of the American Geriatric Society".

Penelitian itu menunjukkan nyeri dan cacat mungkin seringkali menjadi bagian dari proses yang sama yang mengggarisbawahi. "Semua pasien mungkin memperoleh manfaat yang lebih baik jika nyeri dan cacat dinilai dan dirawat secara bersamaan dan bukan sebagai masalah terpisah," kata Covinsky.

Pada Wanita

Kurangnya paparan vitamin, khususnya vitamin D dapat menyebabkan nyeri kronis pada wanita. Kaitan itu tidak berlaku bagi pria, demikian penelitian yang di dalam jurnal tahunan Rheumatic Diseases.

Tim ilmuwan dari Institut Kesehatan Anak di London mengatakan bahwa asupan vitamin D memang penting tak hanya untuk tulang tetapi juga nyeri kronis. Di Inggris, saat ini setidaknya satu dari 10 orang mengalami nyeri kronis dalam hidup mereka.

Penyebabnya seringkali sulit diketahui, padahal kondisi tersebut banyak membuat emosi penderitanya labil. Dr. Elina Hyppopen dan koleganya percaya paling tidak pada wanita, kadar vitamin D berperan penting dalam beberapa kasus nyeri kronis.

Vitamin D merupakan jenis vitamin yang berguna bagi pembentukan tulang. Vitamina itu, yang diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari, juga dapat ditemukan pada minyak ikan, kuning telur dan margarin.

Di antara 7.000 pria dan wanita yang berusia 45 tahun di Inggris, Skotlandia, dan Wales yang diteliti para ilmuwan, mereka yang perokok, peminum, mereka yang kegemukan dan kurus sekali dilaporkan memiliki risiko tinggi untuk menderita nyeri kronis.

Temuan tersebut tidak membedakan gaya hidup atau faktor sosial seseorang, seperti misalnya kegiatan fisik dan lamanya kegiatan di luar rumah.

Disimpulkan bahwa wanita dengan kadar vitamin D antara 75 dan 99 mmol/liter --kadar normal yang dibutuhkan tulang agar sehat-- memiliki risiko terendah untuk mengalami nyeri, atau risikonya hanya 8 persen.

Wanita dengan kadar vitamin D kurang dari 25mmol/liter memiliki risiko paling tinggi, atau sekitar 14,4 persen.

Kurangnya vitamin D pada orang dewasa dapat memicu timbulnya nyeri pada tulang atau memunculkan penyakit osteomalacia.

Namun, para ilmuwan mengatakan osteomalacia tidak termasuk dalam perhitungan dan temuan mereka. Dr. Hyppopen mengatakan perlu ada penelitian lanjutan untuk mengevaluasi apakah vitamin D dapat mencegah timbulnya nyeri kronis.

Pada saat ini, ia menasihati, "Jika saya mengalami nyeri kronis, saya tentu saja akan memeriksa apakah kadar vitamin D dalam tubuh memadai atau tidak."

Namun, Kate MacIver dari Pain Research Institute di Unviersity of Liverpool mengingatkan, "Konsumsi vitamin D terlalu banyak untuk mencegah atau mengobati nyeri kronis dapat menimbulkan keracunan vitamin D dan kadar kalsium tinggi dalam darah."

Karena itu, setiap orang harus memenuhi kadar vitamin D dalam tubuhnya sesusai yang dibutuhkan lewat makanan dan sedikit pajanan (exposure) terhadap Matahari.

Namun, jika "Anda hamil atau sedang menyusui, seharusnya Anda cukup mengonsumsi 10 mikrogram (0,01 mg) vitamin D setiap hari", demikian pula untuk mereka yang sudah berusia lanjut.


Antara