Jumat, 11 September 2009

Disiplin Menjalankan Perencanaan

Peristiwa yang terjadi dalam dunia keuangan selama 12 bulan terakhir sejak September 2008 memang sangat spektakuler untuk disimak.

Sangat disayangkan jika kita tidak dapat mengambil pelajaran yang berharga dari jatuhnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat (AS) yang diikuti banyak perusahaan serupa di Eropa, Jepang, dan beberapa negara besar lain.

Rentetan kejadian krisis global yang terbesar setelah Perang Dunia II tersebut terutama ditandai oleh runtuhnya Lehman Brothers pada medio September 2008 yang mungkin bagi sebagian besar orang, termasuk ahli-ahli keuangan, adalah peristiwa yang tidak mungkin terjadi.

Kejadian tersebut jelas memberikan dampak yang sangat besar dalam dunia keuangan, yang tidak hanya mengguncang AS, negara adidaya dunia itu,tapi juga sampai ke Benua Eropa, Asia, dan Australia. Dampaknya juga tidak hanya terasa di pasar keuangan, tapi juga menghantam sektor riil sehingga terjadi krisis global.

Sudah puluhan buku ditulis sejak awal tahun ini mendiskusikan berbagai kejadian seputar krisis global tersebut. Hal itu bermula dari kasus sub-prime mortgage yang dianggap sebagai pemicu serta buruknya manajemen risiko perusahaan- perusahaan terkemuka yang notabene menjadi benchmark bagi berbagai perusahaan sejenis di dunia. Masalahnya,kenapa perusahaan- perusahaan terkemuka tersebut dapat hilang dari peredaran?

Sebelum bulan September 2008, adalah kebanggaan luar biasa jika bisa bekerja di institusi keuangan seperti Bear Stearn atau Lehman Brothers. Seakan hanya orang yang jenius saja yang dapat bergabung dengan kedua institusi tersebut.

Untuk sektor riil,siapa yang menyangka perusahaan seperti Circuit City dan Linens 'n Things dapat sedemikian cepat lenyap dari peredaran? Sebagai catatan, Circuit City adalah perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan hebat dalam buku terlaris Good to Great-nya Jim Collins

If You Fail to Forecast, You Forecast to Fail

Elemen penting dalam setiap keputusan bisnis adalah perencanaan yang baik. Dalam tahap awal ini, ada dua hal yang harus dievaluasi, yaitu pemahaman atas kondisi sekarang dan kemampuan melakukan proyeksi kondisi di masa depan,termasuk melakukan antisipasi terhadap berbagai peristiwa yang mungkin terjadi.

Yang lebih disorot di sini adalah bagaimana melakukan antisipasi untuk peristiwa yang belum terjadi. Kemampuan visualisasi kejadian menjadi seni tersendiri. Hal terpenting dalam antisipasi adalah menyadari bahwa dalam tiap kejadian, ada dua faktor utama, yaitu ada yang under control (dalam penguasaan) dan ada yang beyond control (di luar penguasaan).

Jika Anda bisa mendefinisikan kedua faktor tersebut dan menyiapkan langkah antisipatifnya, barulah perencanaan tersebut lengkap. Jadi perencanaan bukan hanya menyiapkan tujuan dan langkah-langkah mencapai tujuan, tapi berbagai antisipasi atas badai atau kecelakaan yang mungkin terjadi selama perjalanan sebelum tiba di tujuan. Setelah dapat membuat perencanaan dengan matang, langkah berikutnya adalah pelaksanaan dari rencana tersebut. Apakah jika segala antisipasi sudah dipikirkan, perjalanan akan nyaman?

Discipline is Always the Key

Masih ingat cerita mengenai salah satu juara dunia bulu tangkis yang setelah juara lalu malas berlatih? Itu selalu menjadi masalah utama dalam berbagai hal. Setelah Anda mencapai tingkat keberhasilan tertentu, umumnya akan membuat kehilangan disiplin. Ambil contoh, ketika kita mengalami sakit tertentu yang membutuhkan diet serius, biasanya kita hanya disiplin dalam beberapa bulan pertama.

Setelah lebih dari enam bulan tanpa mengalami kejadian yang berarti, tingkat disiplin mulai kendur. Mulai mencoba makan makanan yang dilarang sebelumnya. Setelah satu tahun ternyata kondisi juga masih baik, biasanya disiplin tersebut mulai hilang; sampai kondisi fatal terjadi, baru mempunyai kesadaran untuk melakukan diet tersebut.

Sama seperti analogi di atas, disiplin sangat diperlukan dalam setiap perjalanan. Sering kita mau mampir di suatu tempat hanya karena melihat ada sesuatu yang menarik perhatian, entah karena tempat wisata atau toko yang memberikan diskon besar yang sayang untuk dilewatkan.

Dalam dunia bisnis,bagaimana kita tetap disiplin dalam menjalankan perencanaan menjadi tolok ukur keberhasilan. Bagaimana bisa menyusun bujet dengan benar tiap tahun atau tiap semester jika perusahaan sering melakukan manuver karena tertarik dengan berbagai ?penawaran menarik? yang muncul di tengah jalan? Jika demikian, berbagai skenario antisipasi menjadi lebih kompleks dan memerlukan perencanaan ulang.

Penyesuaian terhadap perencanaan bukannya tidak mungkin untuk dilakukan, tapi bukan hanya karena alasan ada kemungkinan lain yang lebih menarik. Manajemen harus menyadari konsekuensi dari setiap deviasi yang diambil.

Tingkat disiplin yang tinggi yang dimiliki manajemen jelas merupakan keunggulan bersaing suatu perusahaan. Ekspansi yang luar biasa tanpa memperhitungkan kemampuan yang sesungguhnya jelas dapat menjadi strategi bunuh diri seperti beberapa perusahaan yang disebut sebelumnya.


Ferdinand Sadeli, CFA