Kamis, 10 September 2009

G20 dan Agenda Pemulihan Ekonomi

Kelompok 20 (G20) resmi dibentuk pada 1999 dan memiliki peran strategis bagi perekonomian dunia. Negara-negara G20 mewakili 90% produk nasional bruto (GNP) global.

Dari sisi populasi, penduduk semua negara G20 mewakili dua per tiga populasi penduduk dunia. Transaksi perdagangan semua negara dalam G20 merepresentasikan 80% perdagangan dunia. Beberapa data ini menunjukkan arti penting G20 dalam pemulihan ekonomi dunia. Tak terelakkan, krisis negara-negara G20 tentu akan berdampak langsung terhadap gejolak ekonomi global.

Beberapa isu penting yang direalisasikan dalam pertemuan G20 pada Maret 2009 lalu adalah komitmen untuk menyediakan dana dalam jumlah sangat besar untuk mendukung perekonomian emerging-market dan negara-negara berkembang. Negara-negara yang mengalami kesulitan pembiayaan dapat memanfaatkan pendanaan global bagi program stimulus fiskal demi menggerakkan kembali sektor riil yang berguguran akibat krisis ekonomi.

G20 juga menekankan pentingnya meningkatkan kepercayaan pasar, sehingga perekonomian dapat pulih, pertumbuhan dapat membaik dan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat tersedia. G20 juga bertekad memperbaiki sistem finansial, yang diindikasikan sebagai penyebab utama krisis ekonomi global.

Terkait upaya pemulihan krisis global, akhir September ini para pemimpin negara-negara G20 akan kembali bertemu di Amerika Serikat (AS). Mereka akan membahas beberapa agenda seperti evaluasi rekomendasi dan strategi keluar krisis ekonomi global yang masih belum selesai dan dikhawatirkan masih dapat membahayakan perekonomian dunia. Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang hadir dalam pertemuan G20.

Indonesia mempunyai peran strategis sebagai perwakilan dari ASEAN, yang pada krisis global juga mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pertimbangan ini, maka pertemuan G20 di AS nantinya sangatlah strategis untuk mereviu hasil pertemuan G20 di London dan tindak lanjutnya bagi perekonomian dunia, terutama Indonesia.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian Indonesia dalam pertemuan ini. Salah satunya tentang evaluasi peran stimulus fiskal bagi perbaikan kinerja perekonomian. Mengingat arti penting Indonesia bagi ekonomi kawasan, maka daya tahan ekonomi Indonesia juga akan menjadi perhatian G20. Dalam pertemuan tersebut nantinya delegasi Indonesia dapat memetik pengalaman dari beberapa negara anggota G20, terutama dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi dari jeratan krisis ekonomi global.

Berdasarkan RAPBN 2010, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,5%. Itu merupakan target pertumbuhan yang penuh kehati-hatian. Potensi dan peluang di Indonesia masih memungkinkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada target yang direncanakan. Kita berharap pertemuan G20 memberikan kontribusi bagi terciptanya kebijakan pemulihan ekonomi global.

Sebagai salah satu anggota G20, Indonesia dapat memperoleh keuntungan, terutama dalam upaya meningkatkan daya tahan dan daya saing perekonomian nasional. Beberapa hal yang dapat dipelajari Indonesia, antara lain tentang best practice penyerapan stimulus fiskal dan koordinasi pusat daerah. Masalah ini masih menjadi kendala dalam proses penyerapan fiskal di Indonesia.

Walaupun sistem perekenomian, sejarah pembentukan dan tata kelola tiap-tiap negara anggota G20 berbeda, namun dengan partisipasi aktif dalam forum, delegasi Indonesia akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kasus-kasus pemulihan ekonomi negara lain.

Selain membahas kembali hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada Maret lalu, ada beberapa isu menarik yang kemungkinan akan didiskusikan dalam pertemuan G20 di AS, seperti usulan Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan yang meminta adanya pengurangan dominasi penggunaan mata uang Amerika (dolar AS) dalam perdagangan dunia.

China dan Amerika memang pada saat ini mempunyai hubungan yang tidak mudah dan sangat kompleks. Amerika mengalami defisit dalam perekonomian, di mana China sebagai negara eksportir terbesarnya sekaligus negara sumber pembiayaan bagi defisit tersebut. Ketegangan hubungan kedua negara itu menjadi menarik diamati selama pertemuan G20 akhir bulan September ini dan tentunya akan berpengaruh terhadap perekonomian dunia dan Indonesia.

Sebagai penutup, pertemuan G20 merupakan forum penting untuk membahas praktik pemulihan perekonomian dunia. Melalui pertemuan para pemimpin G20 pada akhir bulan September ini, evaluasi dan tindak lanjut kesepakatan pertemuan G-20 sebelumnya dapat terus dilaksanakan demi mendorong pemulihan ekonomi dunia yang berkelanjutan.


FIRMANZAH, PHD
Dekan Fakultas Ekonomi UI