Rabu, 23 November 2011

BI : Krisis Eropa Masih Mengancam 2012

Memasuki 2012 Indonesia sebaiknya sudah menyiapkan langkah antisipatif untuk menangkal imbas krisis utang zona euro karena Bank Indonesia (BI) memperkirakan krisis itu masih akan berlanjut hingga tahun depan.

Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad mengungkapkan hal itu di Jakarta, Rabu, terkait dengan kemungkinan belum berakhirnya krisis utang yang membelit sejumlah negara di zona euro.

"Kami masih perkirakan krisis Eropa itu akan tetap terjadi. Ya kita lihat lah nanti," katanya.

Namun, Muliaman belum dapat memperkirakan bagaimana pengaruh krisis Eropa dan AS terhadap ekspansi valas perbankan nasional.

"Saya belum bisa komentar banyak soal itu. Memang berbagai kemungkinan masih bisa karena krisis di Eropa kita juga belum tahu arahnya seperti apa, terutama yang terkait dengan `supply and demand` valas yang ada di sini," katanya.

Terkait itu dia berharap ekspansi valas tahun depan tidak berubah dari yang dicapai 2011.

Sebelumnya diberitakan terimbas krisis global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2011 tercatat mengalami perlambatan. Meski tetap tumbuh, nilai ekspor dan impor pada periode tersebut menurun.

"Kita tumbuh, tapi tumbuhnya melambat, ini kaitannya karena ada perlambatan ekonomi global ke ekspor dan nanti sektor domestik," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Slamet Sutomo, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan krisis global berpengaruh terhadap sejumlah komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi, seperti ekspor dan impor. Ekspor pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh 5,2 persen dari Rp300,2 triliun menjadi Rp 315,8 triliun. Dibandingkan dengan triwulan II, pertumbuhan tersebut menurun sebesar 7,2 persen.

Kondisi serupa terjadi terhadap impor. Pada triwulan II, impor tumbuh 6,5 persen, sedangkan pada triwulan III pertumbuhannya melambat menjadi hanya 2,4 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2011 tercatat sebesar 3,5 persen dibandingkan kuartal II-2011 (quarter to quarter) atau mencapai 6,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year).

Namun perlambatan ini dinilai tidak terlampau mengkhawatirkan. Pasalnya, perekonomian Indonesia cenderung disokong oleh sektor domestik. Maka pertumbuhan ekonomi diprediksi masih akan berlanjut. "Ekonomi kita banyak ditunjang oleh sektor domestik, meski ada perlambatan global kita masih tetap tumbuh," ujarnya.


ANTARA News - Ruslan Burhani