Selasa, 15 November 2011

Patriotisme Ekonomi

Dalam pengertian yang sederhana, patriotisme dipahami sebagai sikap berani dan pantang menyerah serta rela berkorban demi bangsa dan negara.

Menurut sejarawan Lord Acton, patriotisme adalah kesadaran akan kewajiban moral terhadap komunitas politik atau negara. Dengan demikian, patriotisme sebetulnya tidak lain adalah cinta tanah air.

Patriotisme atau cinta tanah air sengaja diambil sebagai judul kali ini oleh karena bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November kemarin.

Pembahasan sengaja difokuskan hanya terkait isu ekonomi dengan pertimbangan bahwa persoalan ekonomi merupakan isu yang terus-menerus mendapat sorotan dan terkait langsung dengan hajat hidup seluruh rakyat. Praktik neoliberalisme, libera­lisme, bahkan orientasi ekspor yang berlebih-lebihan merupakan persoalan yang disesalkan banyak pihak karena dianggap menghalangi jalan Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri. Pada saat yang sama, merebaknya praktik korupsi tidak pelak menjadi pe­nanda konkret menjamurnya penghianat bangsa.

Namun, tatkala praktik penghianatan kepada bangsa dirasakan kian menjadi-jadi, sesekali terdengar secara samar suara-suara yang mengandung spirit patriotisme. Beberapa contoh dapat disebutkan di sini.

Pertama, imbauan Presiden SBY agar aparat pemerintah segera melakukan tindakan konkret dan tegas untuk menutup potensi pemborosan uang negara dalam membiayai para pejabat negara, termasuk peluang korupsinya. Kalimat singkat itu jelas mengandung spirit patriotisme atau cinta Tanah Air. Namun apakah kalimat itu benar-benar ditindaklanjuti atau hanya sebatas basa-basi, tentu itu soal lain.

Kedua, janji Kementerian Perdagangan untuk menjaga pasar dalam negeri dengan membatasi masuknya produk impor. Seperti pernah diberitakan, peme­rintah menargetkan agar 80 persen barang konsumsi dalam negeri berasal dari dalam ne­geri, bukan produk impor. Pernyataan itu tentu akan menjadi patriotisme dalam wujudnya yang konkret jika larangan ekspor kentang yang merugikan pe­tani benar-benar dilaksanakan. Ini penting diingatkan sebab sehari setelah dilantik, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, impor kentang tidak perlu dilakukan lantaran produksi kentang lokal sudah memenuhi kebutuhan.

Ketiga, pemerintah berencana mengurangi ekspor gas bumi ke Singapura untuk menutupi keku­rangan pasokan komoditas strategis tersebut di dalam negeri. Untuk itu, gas yang tadinya diekspor ke Si­ngapura akan dialihkan ke Jawa untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit dan industri di wilayah itu. Selain itu, pemerintah juga berjanji memberlakukan larangan ekspor rotan mentah guna mendorong pertumbuhan industri rotan di dalam negeri. Tentu saja kita berharap agar pernyataan dan janji-janji pemerintah tersebut yang dipandang mengandung spirit patriotisme benar-benar dapat dilaksanakan.

Dalam pada itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Bangsa Indonesia saat ini tengah meniti takdirnya yang buruk, oleh karena didera krisis patriotisme justru ketika membutuhkan lebih banyak patriot-patriot sejati. Jika pada era revolusi fisik sosok patriot dan nilai-nilai patriotisme lebih dibutuhkan terkait perlawanan terhadap penjajah, sekarang ini mereka lebih dibutuhkan dalam kaitan dengan ikhtiar sungguh-sungguh menyingkirkan berbagai persoalan yang menghambat Indonesia untuk maju. Hambatan itu berupa kebijakan ekonomi yang menghalangi penggalangan kekuatan di dalam ne­geri sebagai syarat utama terbentuknya bangsa Indonesia yang mandiri yang berdiri tegak dan tegar di hadapan bangsa-bangsa lain.

Maka, patriotisme ekonomi penting untuk digelorakan dengan dua alasan utama.

Pertama, patriotisme mesti menjadi spirit yang menggerakkan seluruh bentuk kebijakan terkait pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki negara agar kekayaan yang melimpah itu benar-benar digunakan untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan kata lain, kecintaan kapada Tanah Air harus menjadi semangat yang hadir di dalam setiap bentuk produk kebijakan terkait ekonomi-politik, mulai dari pusat hingga daerah-daerah.

Kedua, pen­ting pula diingatkan bahwa sebuah bangsa dapat maju dan berjaya hanya jika memiliki lebih banyak patriot dan pahlawan daripada penghianat.


Businessnews