Selasa, 07 Februari 2012

BI: Apa Fungsi LPS Rate?

Bank Indonesia kembali mempertanyakan fungsi bunga wajar penjaminan simpanan dalam sistem keuangan nasional. Pasalnya peran bunga penjaminan itu justru menjadi kiblat tandingan bagi perbankan dalam menurunkan bunga kredit, setelah suku bunga acuan yang ditetapkan bank sentral.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah bertanya apakah sebagai sinyal kebijakan moneter karena LPS katanya memperhitungkan kondisi likuiditas dan makro ekonomi dalam menentukan LPS Rate, atau sebagai sebagai upaya mengurangi moral hazard bank untuk berlomba menawarkan bunga deposito.

“Argumen yang pertama berarti ada dua stance kebijakan moneter di Indonesia, satu oleh BI dan satu lagi oleh LPS. Apakah mandat LPS sedemikian? Yang satu lagi apa gunanya membatasi maksimum Rp2 miliar penjaminan? Kalau ada LPS Rate,” ujarnya.

Dia pun membantah pernyataan bahwa ekspansi kredit yang tinggi justru memicu bunga sulit turun, karena bank saling berebut dana guna memenuhi kebutuhan ekspansi, sehingga jor-joran suku bunga.

“Apa benar bunga kredit tidak turun karena bank mengejar target LDR [loan to deposit ratio]? Saya meragukan argumen itu,” tegasnya.

Menurutnya, LDR suatu bank apabila masuk dalam ketentuan ideal 78%-100%, tidak akan terkena penalti giro wajib minimum lagi. Dengan demikian, lanjutnya, bank bisa menghitung apakah ekspansi kredit berikutnya optimal tidak untuk kondisi likuiditasnya.

Dia menyampaikan masalah suku bunga bunga kredit tidak turun signifikan karena biaya dana mahal dan beban operasional terutama dalam ekspansi kantor jaringan. Soal beban operasional karena ekspansi BI bisa menerima.

Namun, lanjutnya, terkait komponen biaya dana karena disebabkan deposan besar meminta suku bunga di atas bunga penjaminan. Hal ini, ungkapnya, yang mengakibatkan biaya dana di Indonesia 2-3 kali lipat lebih mahal dari rata-rata bank di kawasan Asean.

“Artinya LPS dapat berperan menurunkan biaya dana jika suku bunga penjaminan mereka dapat dibuat setidaknya sama dengan BI Rate,” ujarnya.


Hendri Tri Widi Asworo

Baca selengkapnya...

Senin, 06 Februari 2012

Investment Grade Dan Nasib Pekerja

Perolehan predikat investment grade yang membanggakan dari Fitch Rating dan Moody’s Investor Services untuk Indonesia barangkali akan menjadi sia-sia belaka kalau tidak ditindaklanjuti dengan berbagai perbaikan di sisi mikro agar investasi melonjak signifikan.

Salah satu persoalan mendasar yang penting dan harus segera dituntaskan adalah terkait dengan maraknya aksi unjuk rasa pekerja akhir-akhir ini. Penetapan standar upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dinilai oleh para pekerja belum memenuhi harapan mereka. Patokan yang ditetapkan dinilai berada di bawah standar kelayakan hidup mereka sebagai pekerja.

Pekerja menilai standar upah minimum yang mereka peroleh terbilang rendah. Celakanya, oleh pemerintah rendahnya upaha pekerja ini dianggap sebagai keunggulan dibandingkan dengan standar upah minimum di negara-negara tetangga seperti China dan Vietnam.

Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai standar upah minimum pekerja di Indonesia sudah memenuhi kebutuhan pekerja. Di sisi lain, pekerja menilai standar upaha minimum belum sesuai keinginan mereka. Karena kedua belah pihak tetap bersikukuh dengan pandangan masing-masing, maka timbullah ketegangan. Hubungan industrial yang diharapkan harmonis pun kehilangan makna.

Terlihat di beberapa daerah pekerja melakukan aksi unjuk rasa, bahkan dalam batas-batas tertentu melakukan aksi pembangkangan (disobidience) berupa pemblokiran jalan. Celakanya, kisruh mengenai upah pekerja ini seperti ajang musiman atau tahunan, yang akan berdampak serius pada iklim investasi dan daya saing nasional.
Hal ini terjadi karena tiga faktor. Pertama, lemahnya kapasitas kelembagaan di level Dewan Pengupahan yang terdiri atas unsur tripartit, yaitu buruh, pengusaha dan pemerintah. Sehingga ketidakpuasan atas ketetapan upah membuka peluang di tempuh melalui jaur lain di luar forum tripartit.

Sebagai contoh, dalam kasus yang terjadi di Bekasi, kalangan pengusaha mem-PTUN-kan keputusan upah, sedang pekerja merasa tidak dihormati kesepakatannya, lalu mengerahkan aksi massa.

Kedua, paradigma upah dalam hubungan industrial masih dinilai sebagai biaya atau pengeluaran (cost), bukan bagian dari investasi yang dapat memicu produktivitas. Alhasil, pengusaha selalu berorientasi menekan biaya dan menuntut produktivitas yang tinggi. Jadinya tidak keinginan pekerja dengan pengusaha tidak selaras.
Ketiga, ambiguitas pemerintah sebagai ”wasit” antara pengusaha dan buruh cenderung membiarkan kedua unsur bertarung begitu saja dan terkesan mengabaikan dampak-dampaknya.

Persoalan menjadi lebih rumit ketika pekerja merasa upah mereka dibanding sesama pekerja di China dan Vietnam ternyata lebih murah. Inilah yang juga memantik pemikiran kalau pengusaha hanya mementingkan dirinya sendiri ketimbang kepentingan pekerja.

Dalam kasus ini, mestinya semua pihak saling introspeksi, jangan memperuncing polemik di luar konteks penyelesaian subtansi masalah, yaitu ketetapan upah secara adil dan bermartabat. Sehingga harmonisasi hubungan industrial kembali terjalin dan dapat memberi kontribusi pada ketahanan industri serta daya saing nasional.

Intinya, jangan sampai terjadi ironi pada negeri ini, di mana ketika pemerintah tengah memamerkan keberhasilan meraih investment grade, tetapi jantung iklim investasi, yaitu hubungan industrial, terkoyak karena masalah mendasar yakni penetapan standar upah minimum.

Dalam penetapan standar upah minimum, selain memperhitungkan tingkat kebutuhan yang wajar dari pekerja untuk dapat hidup layak di tempatnya berada, juga mempertimbangkan kemampuan perusahaan. Jalan tengah yang bisa dipakai adalah mengupayakan penyelarasan tuntutan atas standar upah minimum.

Sebagai contoh, kalau tahun ini standar upah minimal dinilai belum memenuhi harapan pekerja karena berbagai pertimbangan seperti keterbatasan kemampuan perusaahaan, maka dalam penyusunan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ditandatangani oleh unsur pemberi kerja (pimpinan perusahaan) dengan perwakilan pekerja (dalam hal ini biasanya diwakili oleh Serikat Pekerja), dicantumkan rencana proyeksi penetapan standar upah minimal yang sesuai dengan kewajaran. Juga ditetapkan kapan hal itu wajib dilaksanakan oleh pemberi kerja dengan persyaratan yang jelas. Dengan cara demikian, maka perusahaan akan berupaya melakukan berbagai cara untuk dapat memenuhi isi PKB sehingga tercapailah solusi yang menang-menang.

Kesepakatan antara pemberi kerja dengan pekerja itu akan memberikan sebuah kepastian sehingga mendorong motivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif sehingga kinerja keuangan perusahaan membaik. Ketika kinerja keuangan perusahaan membai itulah penyesuaian standar upah minimal pekerja bisa diterapkan sesuai dengan bunyi PKB.

Jadi rumus penyelesaian kekisruhan antara pekerja dengan pemberi kerja adalah komunikasi dan perundingan yang konstruktif dan intensif. Tidak boleh ada rasa curiga satu pihak dengan pihak yang lain. Kesamaan visi, misi dan tujuan harus dipaterikan dalam benak pekerja dan pemberi kerja sehingga tercipta harmoni yang pada gilirannya akan mendongkrak kinerja keuangan perusahaan.

Pada prinsipnya pemberi pekerja membutuhkan pekerja. Sebaliknya pekerja juga membutuhkan pekerjaan yang asalnya dari pemberi kerja. Ketika dua kepentingan itu bertemu dalam suasana yang konstruktif, maka tidak akan ada lagi perbedaan pandangan yang destruktif.

Dari sinilah persemaian benih-benih persekutuan yang kuat antara pemberi kerja dengan pekera tercipta. Dari sini pulalah predikat investment grade yang sudah diperoleh dengan susah payah memiliki makna yang sesungguhnya, yakni memberikan harapan lebih baik kepada perusahaan selaku pemberi kerja beserta seluruh pekerjanya.


Busniess News

Baca selengkapnya...

Sabtu, 04 Februari 2012

Perayaan Cap Go Meh dalam Legenda Kisah Cinta Siti Fatimah - Palembang

Akhir pekan ini, merupakan puncak perayaan Cap Go Meh. Di Palembang, perayaan Cap Go Meh berlangsung di Pulau Kemaro. Lokasi ini sebenarnya sebuah delta yang terletak di tengah Sungai Musi.

Delta ini tak jauh dari lokasi Kuto Gawang, yang kini menjadi lokasi pabrik PT Pupuk Sriwidjaja. Kuto Gawang merupakan kota tempat berdiamnya pemerintahan Kerajaan Palembang. Bahkan diyakini pula sebagai kota di masa Kerajaan Sriwijaya.

Ada yang menarik dari pulau ini. Yakni tentang legenda percintaan Tan Bun An dengan Siti Fatimah, yang berlangsung di masa Kerajaan Sriwijaya. Di Pulau Kemaro ini, terdapat dua onggokan tanah, yang diyakini sebagai makam Siti Fatimah dan Tan Bun An.

Setiap kali perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Pulau Kemaro selalu dijadikan pusat perayaan. Sebab selain terdapat makam Siti Fatimah, yang lokasinya berada di dalam Klenteng Hok Tjing Rio, juga terdapat sebuah kuil Buddha. Selama perayaan Imlek 2012 dan Cap Go Meh, Pulau Kemaro dihiasi sekitar 200 lampion.

Nah, kembali ke legenda itu. Berdasarkan berbagai sumber cerita, dulu kala di masa Kerajaan Sriwijaya, Palembang sebagai pusat pemerintahan terdapat sebuah perguruan tinggi agama Buddha, yakni Sjakhyakirti. Lalu salah satu pangeran dari Tiongkok, yang bernama Tan Bun An menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut.

Dalam proses belajarnya di Palembang, Tan Bun An mengenal seorang putri dari seorang pangeran Palembang yang beragama Islam. Namanya Siti Fatimah. Mereka pun jatuh cinta, dan sepakat menikah. Orangtua Siti Fatimah setuju, begitu pun dengan orangtua Tan Bun An. Tan Bun An kemudian mengirim seorang pengawalnya pulang ke Tiongkok untuk meminta emas kawin. Tentu saja permintaan ini disetujui orangtua Ta Bun An. Mereka pun mengirim keramik, guci, koin emas dan perak.

Agar tidak dicuri atau dirampok di tengah perjalanan, semua emas kawin itu diletakkan di dalam guci raksasa yang di atasnya diletakkan sayur-sayuran. Panglima maupun hulubalang yang membawa guci-guci itu sama sekali tidak tahu keberadaa emas kawin tersebut. Namun, saat kapal bersandar di pelabuhan Kuto Gawang, Tan Bun An
terkejut, sebab tidak ada barang yang sesuai dengan permintaannya. Dia hanya menemukan puluhan guci berisi sayuran. Tan Bun An pun marah. Kesal. Dia menyangka kedua orangtuanya tidak setuju dirinya menikah dengan Siti Fatimah.

Sambil emosi dibuangnya guci-guci itu ke Sungai Musi. Tapi saat guci terakhir, guci kesembilan dibuangnya, guci itu terjatuh di tepi kapal, pecah, sebelum jatuh ke Sungai Musi. Lalu terlihatlah sejumlah benda berharga seperti yang dimintanya, seperti keramik, koin emas, dan koin perak. Tan Bun An terkejut melihat hal tersebut. Dia pun sangat menyesal. Diperintahnya panglima dan para hulubalang untuk mengambil kembali guci-guci yang sudah tenggelam ke Sungai Musi.

Sayang, guci itu tak ditemukan. Bahkan panglima dan para hulubalang tidak muncul lagi ke permukaan air. Tan Bun An memutuskan turut terjun ke Sungai Musi mencari guci-guci tersebut. Nasibnya pun sama. Dirinya tenggelam di Sungai Musi. Mendengar kabar itu, Siti Fatimah yang berada di rumah, menjadi sedih. Dia pun minta diantar dayang-dayangnya ke lokasi kejadian. Sungguh mengejutkan, di lokasi kejadian, Siti Fatimah tak dapat menahan rasa sedihnya, dia pun terjun ke Sungai Musi.

Tak lama kemudian, di lokasi kejadian muncul sebuah delta kecil yang di atasnya terdapat dua unggukan tanah, seperti kuburan atau makam. Masyarakat Palembang pun percaya bahwa dua unggukan tanah itu merupakan makam Tan Bun An dan Siti Fatimah. Sementara etnis Tionghoa, sejak saat itu sering berziarah ke delta tersebut, hingga ahirnya pada tahun 1962 di lokasi makam Tan Bun An dan Siti Fatimah dibangun Klenteng Hok Tjing Rio.

Namun, keberadan Pulau Kemaro ini memang memiliki banyak sejarah. Disebutkan, di lokasi itu didirikan sebuah benteng oleh Kesultanan Palembang Darussalam, untuk menghadang para tentara VOC yang ingin menyerang Palembang. Selain itu, seusai Peritiwa 30 September 1965, di lokasi tersebut didirikan sebuah camp untuk menampung tahanan anggota PKI dan simpatisannya.

Kini, sejak tiga tahun terakhir, para pemburu benda beharga di Sungai Musi, selalu menyelam di sekitar Pulau Kemaro. Mereka percaya legenda Tan Bun An dan Siti Fatimah itu ada benarnya, sehingga mereka berharap menemukan benda-benda berharga yang terbuang di Sungai Musi tersebut.


Oleh: Putri Rizqi Hernasari

Baca selengkapnya...

Antisipasi Krisis Ekonomi Global

Para pemimpin bisnis global memperkirakan tahun ini kondisi ekonomi dunia memasuki masa suram. Meski demikian, para Chief Executive Officer (CEO) itu meyakini kinerja pertumbuhan perusahaan akan lebih tinggi dibanding pertumbuhan perekonomian global.

Data terbaru yang dirilis Price waterhouseCoopers (PwC) menyatakan, dari 1.258 CEO yang disurvei, 48% meyakini perekonomian dunia akan menurun dalam 12 bulan ke depan. Sebaliknya, hanya 15% yang menyatakan ekonomi akan membaik. Dalam surveI bertajuk “15th Annual Global CEO Suvey” tersebut terungkap, keyakinan membaiknya kinerja perusahaan menunjukkan bahwa para CEO telah belajar bagaimana mengelola bisnis dalam melewati masa ekonomi yang sulit dan bergejolak.

Sebanyak 40% CEO mengatakan mereka sangat yakin dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan mereka dalam 12 bulan ke depan, turun dibanding tahun lalu yang 48%, meskipun masih lebih tinggi dari 31% yang sangat yakin di tahun 2010.
Keyakinan terhadap pertumbuhan perusahaan juga dapat dilihat dari pendapat para CEO di seluruh dunia yang mengharapkan untuk meningkatkan jumlah karyawannya dalam 12 bulan ke depan.

Hanya saja, penerimaan tenaga kerja lebih banyak didominasi sektor hiburan dan media dibanding sektor lainnya. Menurut PwC, penurunan keyakinan terbesar dakui oleh para CEO yang berpusanaanya beroperasi di kawasan Eropa Barat. Maklum, kawasan tersebut sedang dilanda krisis utang. Hanya seperempat CEO dari Eropa yang mengatakan bahwa mereka sangat yakin pertumbuhan pendapatan usahanya.

Imbas krisis utang juga berdampak pada keyakinan para CEO di China. Di Negeri Panda itu,hanya 51% CEO merasa optimistis dalam berbisnis. Bandingkan dengan survey serupa tahun lalu di mana sebanyak 72% CEO di China yakin dengan pertumbuhan perusahannya.

Secara umum, survei tersebut memperlihatkan adanya beberapa kekhawatiran yang dialami para CEO. Sebanyak 80% responden menyataan khawatir tentang pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu, 64% khawatir terkait kestabilan pasar modal dan 66% mengkhawatirkan defisit fiskal pemerintah dan beban utang. Di samping itu kekhawatiran para CEO juga terjadi di sektor keuangan dan peraturan pemerintah.
Keyakinan CEO jelas menurun saat mereka berurusan dengan resesi. CEO kecewa dengan jalannya perekonomian global dan langkah pemulihannya. Optimisme yang telah terbangun dengan hati-hati sejak tahun 2008 mulai surut.

Kegamangan pelaku usaha skala global menjalani tahun ini memang memiliki dasar yang kuat. Maklum, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund / IMF) menyatakan, ekonomi dunia berada dalam bahaya akibat risiko krisis utang zona euro.
IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 menjadi 3,3%, turun dari prediksi sebelumnya 4%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi 17 negara zona euro akan susut 0,5% pada tahun ini dari 1,1%. Pertumbuhan ekonomi global bisa meningkat menjadi 3,9% pada tahun 2013. Pemulihan global terancam semakin meningkatnya ketegangan di wilayah euro dan kerapuhan di tempat lain.

IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Inggris menjadi 0,6% dari 1,6%. Jerman 0,3% pada tahun ini, turun dari perkiraan 1,3% pada September. Perancis diproyeksikan tumbuh 0,2%,turun dari 1,4%. Sementara, Amerika Serikat (AS) diprediksi tumbuh 1,8% berdasarkan kuatnya data domestik terbaru lapangan pekerjaan dan manufaktur.

Risiko krisis utang Eropa terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan sistem keuangan membuat IMF menyerukan agar pemerintah tidak terperosok dalam keadaan darurat fiskal. Langkah tersebut guna menghindari pemotongan pengeluaran berlebih yang dapat memperburuk situasi perekonomian. IMF menambahkan,kondisi keuangan saat ini telah memburuk, prospek pertumbuhan redup dan risiko penurunan telah meningkat.

Dilaporkan pula bahwa penurunan proyeksi pertumbuhan sebagian besar karena perekonomian kawasan Eropa diramalkan masuk ke dalam resesi ringan akibat naiknya imbal hasil obligasi. Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diprediksi melambat yang disebabkan buruknya lingkungan eksternal dan lemahnya permintaan internal.
Masih menurut IMF, pasar negara berkembang seperti Eropa tengah dan timur serta Asia juga bisa terkena dampak krisis utang zona euro. IMF menambahkan, ekonomi dunia membutuhkan kebijakan tegas dan konsisten untuk memperbaiki lingkungan keuangan saat ini. Tiga syarat pemulihan, yaitu penyesuaian yang berkelanjutan namun bertahap, mudahnya likuiditas dan kebijakan moneter, serta memulihkan kepercayaan diri para pembuat kebijakan untuk bertindak.

Di Amerika, The Federal Reserve Bank (Bank Sentral AS) memberikan sinyal bahwa pemulihan ekonomi secara keseluruhan memerlukan waktu sekitar tiga tahun. Bahkan memerlukan waktu lebih dari itu untuk menumbuhkan kembali keyakinan investor dan sektor bisnis terkait pinjaman murah di masa mendatang.

Bank sentral AS menyatakan, sangat memungkinkan untuk mempertahankan suku bunga acuan rendah sampai akhir tahun 2014 atau 1,5 tahun lebih lama dari pernyataan mereka sebelumnya. The Fed saat ini fokus pada pemulihan ekonomi yang berjalan sangat lambat. Di sisi lain, The Fed memperkirakan inflasi akan tetap jinak seiring dengan rendahnya suku bunga acuan di luar faktor kenaikan harga.

Pimpinan The Fed, Ben Bernanke mengingatkan, akhir tahun 2014 adalah “perkiraan terbaik” pemulihan ekonomi. The Fed akan mengubah rencana jika terjadi perubahan gambaran ekonomi, walau ia sendiri ragu langkah apa yang sebenarnya diperlukan. Kecuali ada penguatan ekonomi substansial dalam waktu dekat. Tahun 2014 adalah perkiraan yang cukup baik, The Fed akan mempertahankan suku bunga rendah dalam beberapa waktu ke depan.

Sejauh ini The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya pada rekor rendah mendekati nol, selama tiga tahun terakhir. Kerangka kerja baru menunjukkan bahwa suku bunga acuan akan tetap rendah dengan tambahan tiga tahun lagi. Prospek bank sentral juga menunjukkan bahwa lembaga itu siap melakukan lebih banyak hal untuk membantu pemulihan ekonomi.

Salah satu kemungkinannya adalah program pembelian obligasi tahap ketiga, yang diharapkan dapat menekan lebih lanjut suku bunga hipotek dan pinjaman lain untuk memancing konsumen dan sektor bisnis meminjam dan membelanjakannya lebih banyak.
The Fed siap untuk menyesuaikan diri dengan fokus pemulihan ekonomi yang lebih kuat seiring stabilitas harga.

Perkiraan suku bunga acuan AS merupakan upaya untuk memberikan petunjuk lebih eksplisit tentang rencana The Fed. Selain untuk membuat komunikasi yang lebih terbuka dengan publik. Rendahnya imbal hasil pada surat utang akan mendorong investor untuk mengalihkan uang ke saham, yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan memacu belanja lebih banyak.

Beberapa ekonom mengatakan, target akhir tahun 2014 tersebut merupakan sinyal sikap The Fed lebih lanjut untuk memperkuat pemulihan ekonomi. The Fed menunjukkan dukungannya untuk membeli obligasi dan aset lainnya bila pertumbuhan ekonomi gagal terjadi.

Bank sentral AS juga menurunkan proyeksi pertumbuhan dari 2,9% pada November 2011 menjadi 2,7%. Untuk pertama kalinya, The Fed memberikan target resmi untuk inflasi yaitu 2%, dalam pernyataan kebijakan jangka panjang. The Fed memperkirakan pengangguran akan jatuh serendah 8,2% tahun ini, lebih baik dari perkiraan sebelumnya 8,5%.

Tingkat pengangguran Desember 2011 adalah 8,5%. The Fed tidak menetapkan target formal untuk pengangguran, tapi menyatakan bahwa rata-ratan antara 5,2%-6% dengan kondisi ekonomi yang sehat.

The juga memperkirakan pertumbuhan akan moderat selama tahun depan. Ini ditunjukkan oleh pasar perumahan yang terus-menerus tertekan dan ketatnya kredit bagi banyak konsumen dan perusahaan.
Namun demikian The Fed menggambarkan laju inflasi saat ini “tenang”, penilaian yang lebih menenangkan dibanding bulan lalu. Jadi ini merupakan sinyal yang cukup jelas bahwa inflasi tidak pada radar The Fed saat ini.

Implikasi ke Indonesia
Secara umum, keseluruhan penurunan proyeksi perekonomian dunia di atas tentu memberikan efek kepada perekonomian Indonesia. Itu diakui oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo yang mengungkapkan, tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% tahun ini semakin berat setelah gambaran ketidakpastian ekonomi dunia makin tinggi.

Meski proyeksi laju pertumbuhan ekonomi dunia dikoreksi oleh IMF, pemerintah tetap berupaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pemerintah optimistis target tersebut bisa tercapai. Berbekal fokus pada percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga. Pemerintah mengupayakan menggenjot pembangunan infrastruktur sebagai penopang ekonomi nasional.
Kalangan ekonom juga menilai penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF memberi sinyal pemburukan ekonomi dunia yang dipicu oleh krisis di Eropa. Sementara bagi Indonesia, koreksi tersebut sesungguhnya membuat pemerintah cukup sulit untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,7%.

Meski demikian, masih ada harapan bagi pemerintah untuk mencapai target yang ditentukan. Caranya dengan mengoptimalkan semua mesin pertumbuhan. Dari gambaran ini, tak berlebihan jika pemerintah menilai, krisis pada tahun 2012 nanti bakal lebih buruk dari krisis tahun 2008.

Kendati arus masuk dana asing (capital inflow) masih akan membanjiri Indonesia, namun tidak dapat dipungkiri kondisi krisis ekonomi pada tahun 2012 akan bisa lebih buruk dari tahun 2008. Hanya saja, Indonesia memang tidak akan terkena dampak langsung dari krisis tersebut. Pasalnya, relatif tidak terlalu bergantung dengan ekspor.

Dunia usaha diharapkan tidak terkejut dengan perkiraan Kementerian Keuangan yang tiba-tiba mengeluarkan perkiraan, krisis global tahun 2008 bakal terulang entah tahun ini atau tahun depan. Seberapa besar peluang tersebut dan seperti apa skenario terburuknya bagi Indonesia, itu lebih penting untuk diperhitungkan.
Diakui oleh para ekonom adanya persepsi risiko yang bisa memicu krisis global. Meskipun, sejauh ini risiko itu belum tentu terjadi. Persepsi pertama adalah memburuknya perekonomian di AS dan Jepang. Jepang dipicu oleh gempa dan tsunami 11 Maret 2011 yang recovery-nya di bawah ekspektasi. Begitu juga dengan perekonomian AS yang belum mengalami perkembangan berarti.

Meski sudah mengalami dua kali stimulus moneter Quantitative Easing (QE) ditambah dengan stimulus fiskal sebesar USD447 miliar, faktanya perekonomian AS belum bergerak. Sinyalnya justru bakal memasuki resesi di negara itu.
Sentimen AS semakin buruk karena posisi fiskalnya yang jelek dengan rasio utang di atas 100% terhadap Produk Domestik B(PDB) dan mendapat down grade peringkat utang dari Standard & Poor’s Rating Service (S&P).

Persepsi kedua adalah setelah Yunani mengalami krisis utang, tinggal menunggu negara lainnya di kawasan Uni Eropa yang bakal mengalami nasib serupa. Jika Yunani sampai gagal bayar, maka beberapa negara dalam kawasan tunggal Eropa akan menderita dikarenakan mereka memegang obligasi Yunani.

Perssepsi ketiga adalah negara-negara berkembang terancam inflasi. Jika inflasi serentak terjadi pada tahun 2012, kondisi ekonomi global bakal memburuk. Ini risiko krisis yang bisa terjadi, bisa juga tidak terjadi. Mungkin saja tidak terjadi krisis, tetapi lebih kepada perlambatan.

Sejauh ini, Organisasi Pembangunan dan Kerja sama Ekonomi (OECD), Bank Dunia, IMF dan Asia Development Bank (ADB) baru sebatas memangkas proyeksi pertumbuhan dunia dan beberapa negara. Memang, angka pemangkasan itu di bawah kondisi normal. Sedangkan krisis atau resesi, PDB harus kontraksi atau pertumbuhan minus.

Negara-negara yang tergabung dalam BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) bekerja sama untuk membeli obligasi-obligasi Eropa dan IMF menjadi ”makelar” itu. Negara-negara maju tak sanggup lagi membelinya, karena besarnya defisit fiskal dan banyaknya utang mereka. Karena itu, obligasi Eropa ditawarkan ke negara-negara berkembang yang kuat secara ekonomi. Kesimpulannya, krisis global coba ditanggung bersama.

Jika terjadi resesi global pada tahun 2012 ini, bakal berdampak bagi perekonomian Indonesia. Yang paling ditakutkan adalah dari sisi capital inflow. Jika berubah secara tiba-tiba, akan menjadi capital out flow dan rupiah pun bakal mengalami tekanan hebat. Tetapi, dengan likuiditas yang melimpah di dalam negeri, tidak rasional jika asing menarik dananya besar-besaran.

Apalagi, kondisi sekarang berbeda dengan tahun 2008 di mana likuiditas global melimpah. Tetapi, bukan tidak ada risiko krisis sama sekali. Sekarang, tinggal seberapa besar eksposur yang harus dihapus buku (write off) negara-negara maju pada negara-negara yang sedang krisis seperti Yunani.

Secara persentase, skenario krisis saat ini baru 20%. Dalam skenario normal, PDB 2012 di level 6,5%-6,7%. Sebab, pertumbuhan disumbang oleh ekspor 10%-20% dan investasi 30%-40%. Jika terjadi krisis, kedua sektor terganggu sehingga pertumbuhan Indonesia bisa terpangkas menjadi 4,5%.

Pasalnya, pada saat krisis sumbangan net ekspor terhadap PDB akan berubah turun menjadi minus (-10%). Pada saat krisis, yang paling terimbas negatif adalah sektor investasi sehingga sumbangannya terhadap PDB pun bisa mengecil mendekati 0%. Paling tidak di level 3%-an. Kondisi itu bakal memicu tekanan kenaikan suku bunga untuk menarik investor asing.

Tapi, BI tidak akan bermain-main dengan kenaikan suku bunga acuan atau BI rate dengan melimpahnya cadangan devisa yang mencapai 111 miliar dolar AS. Bahkan, jika terjadi krisis global, suku bunga acuan bisa diturunkan ke level 5,5%, tetapi kecil peluangnya bisa mencapai 5%. Jika normal, suku bunga acuan masih bisa naik ke level 6%-6,5%.

Jadi, benar bahwa kendati arus masuk dana asing masih akan membanjiri Indonesia, tidak dapat dipungkiri kondisi krisis ekonomi pada tahun 2012 bisa lebih buruk dari tahun 2008. Indonesia memang tidak akan terkena dampak langsung dari krisis tersebut. Ini lagi-lagi lantaran Indonesia tidak terlalu bergantung dengan ekspor. Tapi kalau negara-negara tujuan ekspor mengalami krisis, maka akan berimbas pada ekonomi Indonesia selain kepada pertumbuhan juga pada suku bunga.

Langkah Antisipasi
Meski perekonomian Indonesia diuntungkan dari konsumsi domestik masyarakat yang tinggi, tabungan masyarakat juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi Indonesia perlu belajar dari AS agar jangan sampai tabungan saving rumah tangga menjadi negatif. Tahun 2007-2008 AS mengkampanyekan uang cash untuk mengontrol konsumsi.

Hal lain, Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand untuk mengundang Foreign Direct Invesment (FDI). Padahal Indonesia memiliki potensi besar untuk mengundang FDI. Meski begitu, Indonesia memiliki tantangan besar untuk mengundang FDI. Infrastruktur masih menjadi kendala utama dan ekonomi Indonesia yang sebagian besar masih berpusat di Jawa dan Sumatera.

Salah satu tantangan ekonomi Indonesia yaitu menggeser ekonomi dari Jawa dan Sumatera ke Indonesia Timur, khususnya mengembangkan ekonomi kelautan karena itu bisa menjadi potensi ekonomi besar.

Indonesia masih dilihat memiliki daratan luas, padahal Indonesia mempunyai potensi sangat besar untuk ekonomi kelautan. Tantangan klasik perekonomian Indonesia yaitu masalah infrastruktur. Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPE3I) diharapkan dapat membantu program infrastruktur.

Meski ada beberapa hal yang masih menjadi kendala yaitu kebutuhan pendanaan dan koordinasi pusat dan daerah. Jadi tahun 2012 adalah tahun infrastruktur, di mana kondisi geografis Indonesia yang merupakan kelautan, maka infrastruktur menjadi sangat penting.

Ada tiga pilar yang dapat dilakukan untuk menyokong perekonomian Indonesia.
Pertama, peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini kecenderungan perusahaan multinasional lebih mengoptimalkan sumber daya domestik karena karena lebih memahami regulasi, jalur distribusi dan budaya.

Kedua, memperbaiki hard infrastructure. Pembangunan pelabuhan dan kereta api menjadi catatan dalam infrastruktur keras tadi.

Ketiga, soft infrastructure seperti regulasi perijinan. Maklum, beberapa kementerian telah memilah-milah peraturan yang tumpang tindih. Perlu pula dipikirkan pemberian stimulus ekonomi untuk mengantisipasi resesi global yang bisa terjadi tiba-tiba. Tetapi, jauh lebih penting belanja pemerintah yang cepat dan efektif tanpa kebocoran.

Jika melihat situasi saat ini, belum begitu solid adanya indikasi akan terjadi resesi global. Tetapi, kalaupun terjadi resesi global, konsumsi domestik masih akan menggerakkan 64% porsi Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Hanya 26%-27% saja yang digerakan oleh sektor eksternal. Karena itu, sebelum stimulus dikucurkan, yang lebih penting adalah soal belanja pemerintah yang tak efektif, harus segera diatasi. Sebab, ini menjadi masalah klasik bertahun-tahun.

Penyerapan anggaran selalu molor hingga kuartal III dan IV. Karena itu, target defisit 2011 sebesar 1,8% (diturunkan dari 2,1%) tidak akan tercapai. Sebab, target belanja hingga September 2011, baru mencapai tipis di atas 50%. Akibatnya, negara berutang yang pada akhirnya untuk tabungan sehingga menderita negative spread antara suku bunga pinjaman dengan suku bunga simpanan. Padahal, tujuan berutang untuk menutup defisit.

Di sisi lain, komposisi belanja belum optimal. Anggaran masih terbebani oleh birokrasi, belanja rutin, subsidi yang tidak tepat sasaran terutama subsidi energi dan bayar utang. Sejauh ini, belanja modal masih terbatas, hanya 12%. Itu yang perlu diperbaiki sebelum mengucurkan stimulus.

Memang untuk tahap awal boleh menyiapkan stimulus jika resesi global terjadi secara tiba-tiba. Tetapi, hingga saat ini, belum diyakini belanja pemerintah akan efektif seiring berbagai berita kebocoran. Apalagi, jika stimulus dalam bentuk belanja, apakah kebocoran bisa dicegah sehingga multiplier effect-nya optimal ke dalam perekonomian. Lebih baik dari sisi keringanan pajak untuk pekerja maupun untuk sektor-sektor tertentu terutama yang berorientasi ekspor.

Di atas semua itu, manajemen dan administrasi perencanaan belanja harus diperbaiki dan kebocorannya juga harus ditutup. Berdasarkan penelitian berbagai institusi ekonomi, negara-negara berkembang sulit menyerap anggaran karena kebocoran semacam itu. Jadi, para ekonomi cenderung mengusulkan pemotongan pajak ketimbang pemberian stimulus anggaran.

Berkaca pada stimulus fiskal 2008 senilai Rp77 triliun, dipertanyakan penyerapan dana tersebut, apakah ada pembangunan infrastruktur baru yang bisa dinikmati masyarakat? Apakah ada jalan yang lebih bagus, pelabuhan, ada waduk ataupun irigasi? Selama 10 tahun, sejak krisis tahun 1998 pemerintah hanya memelihara irigasi dan tidak ada tambahan irigasi baru.

Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo mengatakan, sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi perekonomian global yang berpotensi memburuk. Pemerintah mempersiapkan stimulus di semester pertama 2012. Paket stimulus dipersiapkan untuk menjaga perekonomian domestik menghadapi kondisi terburuk dari ekonomi dunia.

Maklum, Indonesia bisa terkena imbas kondisi yang melanda AS dan Eropa, terutama apabila krisis di kedua kawasan itu memengaruhi negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia. Kinerja ekspor bisa merosot dengan menurunnya tingkat pembelian produk oleh negara mitra dagang Indonesia.


Business News

Baca selengkapnya...

Minggu, 22 Januari 2012

Facebook

Telepon berita kecelakaan, Polisi : " Maaf .. Apa benar ini dengan Bapak SOLEH..? Kami dari kepolisian .. Apa benar Bapak memiliki saudara bernama Jumirin... Dia korban Tabrak Lari .. Dan sekarang tidak sadarkan diri..."

SOLEH : " Benar Pak....?"

Polisi : Kami mohon Bapak Ke Rumah Sakit Umum sekarang untuk memastikan bahwa memang benar itu saudara Bapak ....."

SOLEH. : Waduh .. Maaf Pak Saya lagi di Luar kota, tapi Bapak punya akun Pesbuk nggak ??"

Polisi : " Punya..Kenapa..??"

SOLEH. : " Gini aja Pak .. Bapak Foto aja orang tersebut ..Kemudian Bapak Upload fotonya .. Terus tag Nama Saya ..~ SOLEH Chayank Chemwa ~
Kalo betul itu foto sodara saya .. Nanti saya LIKE ..... Ok pak ya..."

Polisi ... ?? :/

Facebook so usefull.

Baca selengkapnya...

Jumat, 20 Januari 2012

Juru Cicip

Juru cicip minuman diperusahaan anggur baru saja meninggal. Boss besar langsung cari penggantinya. Datang satu orang pamabuk bernama Toing, berbaju robek-robek dan kotor untuk melamar.

Boss besar langsung cari cara untuk tidak menerima Toing dengan cara test satu gelas anggur merah.

Toing : (habis minum anggur) Hmm.. anggur merah, usia tiga tahun, pegunungan lokal, simpan di tong kayu.

Boss: Betul..coba ini lagi! (Boss langsung kasih satu gelas yang lain).

Toing : Hmm.. anggur merah, usia delapan tahun, asal italia, simpan di tong baja.

Boss: Boleh juga? Betul itu, satu lagi!

Boss heran, tapi tetap tidak mau terima si Toing. Dia langsung main mata dengan sekertarisnya dan si sekertaris pergi ke toilet menampung kencingnya di gelas untuk diberikan ke Toing.

Boss: Kali ini pasti ngak bakalan bisa (dia ambil gelasnya dan diberikan ke Toing).

Toing : (langsung minum dan bicara) Hmm.. rambut hitam panjang, kulit putih, tinggi 168, umur 24 tahun, asal Jawa Barat, hamil tiga bulan....Awas kalau saya tidak diterima pekerjaan ini saya beri tahu siapa bapaknya !!

Boss: : Ok...ok...ok... Kamu saya terima!

Baca selengkapnya...

Kamis, 19 Januari 2012

Berubah

Di dalam selokan yang gelap hiduplah dua ekor tikus. Suatu hari kedua ekor tikus ini melihat sekerat roti keju di sebuah lubang selokan. Mereka ingin sekali memakannya, tetapi lubang selokan itu tertutup oleh jeruji besi yang sangat kuat. Keduanya lalu berusaha sekuat tenaga menghancurkan jeruji besi itu dengan gigi mereka yang tajam. Tetapi gigi mereka mulai rusak karena jeruji besi itu terlalu keras. Karena kelelahan mereka berhenti sejenak.

Tikus pertama berkata dalam hati, "Aku tidak akan menyerah, setelah ini aku akan kembali menghancurkan jeruji besi itu sampai hancur."

Tikus kedua berpikiran lain, "Aku akan kehilangan semua gigiku jika aku terus menggigit jeruji itu. Lebih baik aku mengambil jalan lain untuk mendapatkan roti keju itu."

Lalu tikus pertama mulai menggigit lagi jeruji besi, sedang tikus kedua mencari jalan lain. Akhirnya, tikus kedua berhasil memperoleh jalan ke tempat roti keju itu dan bisa memakannya. Sedangkan tikus pertama, tetap berada di tempatnya karena tidak bisa mematahkan jeruji besi tersebut. Bahkan semua giginya hancur.

Ketekunan dan keuletan memang perlu ada dalam hidup kita, karena tanpa hal itu kesuksesan akan sulit kita bangun. Namun bukan berarti kita melakukan sesuatu terus dan terus tanpa perhitungan sama sekali bukan??

Confusius berkata, "Jika target tampak tidak bisa dicapai, jangan ubah targetnya, tetapi ubahlah cara mencapainya."

Seperti tikus kedua, ia tidak mengubah keinginannya untuk memakan kue keju, namun yang ia ubah adalah cara mendapatkannya.

Jika selama ini kita merasa sulit sekali mencapai apa yang kita rindukan, mari ubahlah jalan, strategi, dan cara meraihnya. Janganlah bertahan dengan cara - cara yang hanya membuat kita kehilangan tenaga dan menimbulkan kerugian bagi kita. Namun carilah cara yang lebih efisien dan menguntungkan kita.

Baca selengkapnya...

Rabu, 18 Januari 2012

Arti Kemenangan

Seekor belalang yang lompatannya paling tinggi dan seekor anjing terbaik, suatu hari melakukan perlombaan.

Perlombaan pertama melompati sebuah pagar. Dengan mudah si anjing melakukannya, sementara si belalang hanya mampu mencapai 3/4 dari tinggi pagar. Berulang-ulang dilakukan tetap saja si belalang gagal.

Si Anjing mengejek si belalang dengan penuh kesombongan. Namun si belalang menantang si anjing untuk melakukan perlombaan kedua untuk siapa diantara mereka yang lompatannya paling tinggi, namun di ukur dari panjang tubuhnya. Si anjing setuju karena dia yakin lompatannya pasti lebih tinggi dari si belalang.

Merekapun melompat setinggi-tingginya. Si anjing melompat sangat tinggi, sementara si belalang hanya mencapai setengah dari lompatan si anjing.

Siapakah pemenangnya ???

Si anjing hanya melompat 3 x panjang tubuhnya, sementara si belalang melompat 10 x panjang tubuhnya.

Kita semua punya potensi dan standar yang berbeda tentang Kemenangan. Tidaklah bijaksana membandingkan potensi kita dengan potensi yang dimiliki orang lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang dimiliki, kita mampu melampaui standar kita sendiri.

Baca selengkapnya...

Selasa, 17 Januari 2012

Indonesia 2012

Pada akhir Desember 2011, dua koran terdepan di Indonesia memuat sebuah iklan besar tentang Keluarga BUMN, dengan judul 'Indonesia Itu Mengecewakan'.

Terinspirasi dari humor sarkastik Chatib Basri, salah satu ekonom muda paling cerdas di Indonesia, iklan tersebut adalah sebuah satir dari kritik atas perekonomian Indonesia, yang tumbuh sebesar 6,5% di tahun 2011.

Iklan ini menyatakan, pertumbuhan yang "mengecewakan" itu bagi orang yang optimis (yang merasa bahwa Indonesia sebenarnya bisa mencapai lebih baik lagi), dan juga yang pesimis (yang berharap perekonomian Indonesia akan merosot).

Kemudian iklan ini menyimpulkan dengan pernyataan bahwa Indonesia hanya mengecewakan bagi yang "hobinya dikecewakan".

Walaupun lucu dan membuat tersenyum, iklan ini menandai sebuah persimpangan jalan bagi Indonesia di tahun yang baru ini. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Indonesia telah berhasil melalui masa krisis dengan sukses.

Hampir 15 tahun sejak krisis ekonomi Asia dan lengsernya Suharto, raksasa Asia Tenggara telah menunjukkan pemulihan yang mencengangkan, yang ditandai dengan dua hal.

Yang pertama, peninjau rating internasional Fitch Ratings, pertengahan Desember lalu, telah menaikkan ratingutang Indonesia dari BBB- ke BB+, menandakan kembalinya Indonesia ke dalam investment grade, setelah kehilangan pada 1997.

Selanjutnya, Produk Domestik Bruto per kapita telah melampaui USD3000 per tahun.

Walaupun perkembangan ini menggembirakan, ekonomi bukanlah disiplin yang mudah ditebak, dan keberhasilan Indonesia saat ini bukanlah jaminan kemakmuran di masa depan.

Cepatnya laju kemerosotan Eropa dan Amerika Serikat adalah bukti bagaimana roda keberuntungan bisa begitu cepat berputar, dan betapa pentingnya perencanaan matang ke depan.

Dalam hal ini, kegagalan kebijakan Barat yang sudah lama terjadi: diperkenalkannya mata uang Euro tanpa penjagaan politik yang cukup untuk memastikan kesinambungannya, serta borosnya Amerika Serikat - yang berujung pada utang yang parah - telah kembali untuk menghantui bangsa-bangsa ini.

Lebih jauh lagi, semakin jelas terlihat bagaimana negara-negara ini telah merusak etos kerja dan mengubah dinamika sosial mereka.

Saat ini, Indonesia sedang dihadapkan pada pilihan yang mirip secara fundamental. Para pemimpinnya punya kesempatan untuk merencanakan kelangsungan Indonesia dalam jangka panjang dan/atau membiarkan kesempatan ini lewat. Apa yang sebenarnya sedang dipertaruhkan?

Pertama, harus ditekankan bahwa perekonomian Indonesia akan terus tumbuh. Ironisnya, Indonesia sedang menikmati keuntungan dari rendahnya investasi di masa lalu, tapi juga dividen demografis (dengan sekitar 29% dari populasi sebesar 240 juta jiwa berada di bawah usia 14 tahun), dan persediaan sumber daya alam yang kaya, dengan demand yang semakin tinggi dari China dan India.

Tapi Indonesia harus tetap bertanya pada diri sendiri apakah ia memanfaatkan critical mass yang sedang terjadi ini, untuk meletakkan dasar dari pertumbuhan dan kemakmuran di masa depan, atau hanya menciptakan sebuah gelembung besar yang sewaktu-waktu dapat meletus. Walaupun menjanjikan, perekonomian Indonesia masih menghadapi dua rintangan besar.

Di satu sisi, perekonomian yang semata-mata didorong oleh sumber daya alam sulit untuk dipertahankan dalam jangka panjang. Harga yang harus dibayar oleh lingkungan hidup Indonesia mungkin akan terlalu mahal.

Lebih jauh lagi, bila Indonesia terlalu menggantungkan diri pada kekayaan mineral, ini akan membuat kita malas berinovasi atau meningkatkan nilai tambah. Pertumbuhan Indonesia tidak dapat dipertahankan bila mereka tidak mendiversifikasi pasar ekspornya. Indonesia sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor sumber daya alamnya seperti batu bara dan gas alam demi memenuhi kebutuhan dalam negeri dan meningkatkan industri arus bawahnya.

Kemudian ada masalah pasar domestik yang sangat luas. Sekali lagi, yang menjadi tantangan di sini adalah bagaimana mengembangkan sektor industri yang kompetitif di kancah global, berhadapan dengan para raksasa dari Asia Timur.

Walaupun harga adalah faktor penting, ada juga faktor selera konsumen yang harus dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan. Masih banyak lagi yang harus dilakukan untuk membuat rakyat Indonesia sadar akan pentingnya mendukung produk dan perangkat dalam negeri.

Kita dapat mendeteksi adanya usaha di Eropa, Amerika Serikat dan Jepang, untuk kembali pada produksi skala kecil di bidang consumer goods yang juga memberi penekanan pada lokasi, desain dan komponen etika (yaitu "jual beli secara jujur" dan "organik").

Kita hanya perlu melihat seberapa menguntungkannya pasar bagi produk-produk ciri khas Perancis - seperti sampanye, foie gras, dan brandy Armagnac - untuk mengerti potensi dari pendekatan itu.

Untungnya, Indonesia tampak ada kemajuan dalam hal ini, seperti gerakan "100% Cinta Indonesia"yang digagas Kementrian Perdagangan di tahun 2009. Menariknya, gerakan ini juga menyebar ke area Indonesia lainnya.

Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi) telah menggalakkan industri skala kecil dan menengah untuk mempromosikan merk-merk lokal di kotanya. Contohnya, dia mendukung Batik Keris dan Danar Hadi yang terkenal dari Solo (juga produsen skala kecil) untuk berkompetisi dengan merk tekstil luar negeri.

Indonesia - seperti yang sudah saya katakan tadi - sedang berada di persimpangan jalan. Bisa saja ini hanya gembar-gembor yang lama-lama akan memudar.

Tapi, dengan keberanian, pemikiran ke depan, dan yang paling penting - daya imajinasi - Indonesia bisa mendapatkan tempatnya di garis depan untuk mengubah dunia.


Oleh: Karim Raslan

Baca selengkapnya...

Efisiensi Harus Pada Semua Sektor Ekonomi

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan bahwa efisiensi harus dilakukan pada semua sektor ekonomi agar masyarakat mendapat manfaat lebih besar dari kegiatan ekonomi yang berjalan di negara ini.

"Kita perlu melakukan pengelolaan ekonomi kita lebih efisien, seperti di sektor riil. Jadi bukan cuma di perbankan. Namun ini bagian dari proses dan semua bertahap serta memerlukan waktu. Namun yang penting harus jelas arahnya," kata Darmin usai peresmian penggabungan jaringan ATM BCA dan Bank Mandiri di Jakarta, Senin.

Penggabungan jaringan ATM kedua bank besar ini merupakan upaya BI meningkatkan efisiensi di sistem pembayaran dan di perbankan.

Menurutnya selama ini, BI memang aktif mendorong peningkatan efisiensi di sistem pembayaran dan perbankan yang diharapkan dapat meningkatkan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat serta mendorong tingkat persaingan di dunia perbankan.

Namun, lanjutnya efisiensi di sektor ekonomi juga sangat dibutuhkan seperti persoalan perijinan, pengadaan lahan, kelistrikan, dan infrastruktur seperti pelabuhan.

"Di pelabuhan kan banyak yang harus dibetulkan efisiensinya. Selama ini kita lakukan itu dan menyampaikannya secara terbuka sekaligus mengundang otoritas-otoritas lain supaya melakukan hal yang sama," katanya.

Sebelumnya, Darmin juga menilai industri perbankan belum efisien sehingga suku bunga kredit masih tinggi dan sangat lambat turun meski BI rate telah berada dalam posisi terendah selama ini 6 persen.

Penggabungan jaringan ATM BCA dan Bank Mandiri merupakan salah satu upaya BI agar industri perbankan terus meningkatkan efisiensinya.


ANTARA News

Baca selengkapnya...

Senin, 16 Januari 2012

Benarkah Indonesia Terancam Oleh Pemanasan Ekonomi ?

Perekonomian nasional yang tetap stabil dan positif di tengah gejolak global perlu diwaspadai. Laju pertumbuhan berpotensi melaju lebih kencang dari yang diperkirakan hingga menimbulkan kepanasan (overheating). Itulah peringatan dini yang disampaikan oleh ekonom Deutsche Bank, Taimur Baig, tentang ekonomi Indonesia selama tahun 2011 yang ditutup dengan berbagai sentimen positif.

Indikator utama yang bisa dilihat antara lain kuatnya stabilitas makroekonomi, inflasi yang berada di bawah tren serta pasar komoditas yang positif. Kinerja ekonomi tersebut cukup mengesankan lantaran terjadi saat ekonomi negara-negara maju tengah melemah. Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlangsung pada tahun ini.

Dengan kata lain, Indonesia berpotensi tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi dari perkiraan yang sudah ditetapkan pemerintah dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 sebesar 6,7%.

Namun diingatkan, kinerja ekonomi yang lebih baik di satu sisi merupakan tantangan bagi ekonomi nasional. Kekuatan ekonomi Indonesia yang mengandalkan tingginya permintaan masyarakat dan besarnya pasar domestik akan mempercepat ekonomi tumbuh tinggi.

Risiko saat ini adalah pertumbuhan ekonomi terlalu cepat (overheating), sejalan dengan inflasi yang juga diperkirakan tinggi. Deutsche Bank memprediksi inflasi akan mencapai 6% sampai akhir tahun ini. Penyebab lain yang menjadi faktor pendorong ekonomi kepanasan adalah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan suku bunga pinjaman yang rendah.

Dalam hal ini, bisa dilihat potensi overheating melalui sektor properti seperti yang terjadi di China. Terkait potensi bahaya itu, disarankan pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengontrol momentum ini. Jadi diperlukan mitigasi dan antisipasi pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat. Tentu gambaran ini bukan sebagai ancaman, melainkan diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi berkelanjutan.

Sebenarnya jauh-jauh hari sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo, sudah mengingatkan adanya gejala pemanasan ekonomi (overheating) yang mungkin terjadi di negara-negara berkembang dengan tingkat perekonomian baik seperti Indonesia.

Kalau di negara-negara berkembang yang sedang tumbuh secara umum tantangannya adalah overheating, asset bubble dan juga inflasi khususnya karena harga pangan dan energi terus meningkat. Itulah pandangan Menkeu saat ditemui pada Forum Ekonomi Dunia-Asia Timur (World Economic Forum on East Asia / WEF-EA) di Jakarta pada April 2011 lalu.

Potensi overheating itu lebih disebabkan masuknya arus modal di negara-negara berkembang akibat pemulihan ekonomi melambat di negara-negara maju. Diingatkan pula kemungkinan adanya ledakan kredit (credit boom) akibat ekspansi kredit yang berlebihan seperti pemberian kredit pemilikan rumah yang membuat individu menjadi terlilit utang, seperti yang terjadi di China.

Menurut Menkeu, berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan koordinasi yang intensif antara otoritas moneter dan otoritas fiskal dalam menjaga stabilitas ekonomi makro. Pemerintah saat ini sudah menyelesaikan penyusunan krisis manajemen protokol sebagai upaya pencegahan terhadap gejala pemanasan ekonomi serta menjaga surplus neraca pembayaran, asumsi makro dan defisit anggaran.

Pemerintah juga berupaya agar tidak terjadi defisit neraca perdagangan karena saat ini kondisi ekspor dan impor Indonesia masih terlihat sehat kendati kecenderungannya tampak menurun.

Sejauh ini pula kondisi perbankan nasional menunjukkan perkembangan yang baik dengan pertumbuhan kredit 25%, rasio kecukupan modal (CAR) berkisar 17% dan kredit bermasalah (NPL) 2,6%. Atas dasar inilah, diyakini prospek ekonomi Indonesia 2012 akan terjaga dengan baik dan mampu bertahan dari potensi pemanasan ekonomi serta tingginya risiko laju inflasi.

Merespon peringatan dini dari ekonom Deutsche Bank di atas, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai, potensi overheating tidak terlalu jelas. Sektor dalam negeri tumbuh cukup ekspansif semisal sektor manufaktur yang tumbuh 6,7% hingga kuartal III/2012 dan akan berlanjut pada tahun 2012. Pertumbuhan sektor lain juga akan terjadi seiring peningkatan investasi. Jadi dia tidak melihat potensi pemanasan ekonomi itu.

Barangkali signal pemanasan ekonomi Indonesia terlalu dini untuk disampaikan. Pasalnya, Direktur Riset dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, risiko overheating ekonomi kemungkinan bisa terjadi baru pada 2013, saat kapasitas ekonomi tidak mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.

Intinya, overheating itu terjadi karena pertumbuhan ekonomi melebihi kapasitas ekonomi, yang terlihat dari indikator tingginya kenaikan harga terutama inflasi inti, kesenjangan output dan defisit transaksi berjalan.

Saat ini pemerintah sedang mendorong percepatan kapasitas ekonomi dengan kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang diharapkan bisa mencegah terjadinya overheating perekonomian nasional. Kalau kebijakan dalam MP3EI berjalan baik, maka kapasitas ekonomi akan menjadi lebih besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya dari penelitian The Economist, Indonesia termasuk negara yang mendapat nilai 80 – 90 atau hampir menuju titik maksimum 100. Dana Moneter Internasional (IMF) juga menilai risiko akan overheating dapat terlihat dari inflasi tinggi yang membayangi kuatnya pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di Asia.
Untuk Indonesia, risiko tersebut ada meski saat ini keseimbangan ekonomi masih terjaga. Dari tiga indikator overheating, dari angka inflasi inti yang sudah mencapai 4,3% bisa diperkirakan gejala ini mulai terlihat, meski dari kesenjangan output dan defisit transaksi berjalan masih rendah.

Di samping itu, cadangan devisa yang saat ini telah mencapai USD111 miliar, merupakan jumlah yang cukup untuk menjamin perekonomian dari kejadian krisis seperti yang terjadi pada tahun 2008-2009. Krisis ekonomi bisa terjadi jika ada sudden reversal atau penarikan dana-dana asing yang ada di Indonesia seperti yang ditanam di Surat Berharga Negara (SBN). Kalau yang di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) relatif aman karena sudah dipagari dengan kebijakan six month holding period.

Lantas, bagaimana upaya mencegah pemanasan ekonomi tersebut? Salah satunya adalah dengan mendorong perusahaan-perusahaan masuk ke bursa saham melalui penjualan saham perdana (IPO). Jika banyak perusahaan yang IPO, likuiditas yang mengalir ke Indonesia akan dapat terserap. Dengan demikian, sektor riil juga bisa bergerak lebih baik.

Selain mendorong perusahaan swasta dan BUMN untuk IPO, program MP3eI yang bertumpu pada pembangunan infrastruktur dasar juga bisa mencegah pemanasan ekonomi. Dengan infrastruktur dasar yang baik, kegiatan ekonomi menjadi lebih efisien sehingga inflasi lebih bisa dikendalikan.

Pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik. Pada gilirannya kurs rupiah menguat dan stabil karena kepercayaan investor terjaga dengan kuat. Arus modal asing dalam bentuk foreign direct investment (FDI) juga makin besar.

Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi, laju inflasi terkendali, kurs rupiah stabil dan ekonomi berjalan efisien dan efektif, gejala pemanasan ekonomi akan dapat dihindarkan. Juga tidak akan terjadi gelembung ekonomi di sektor properti, otomotif atau sektor konsumsi lainnya, karena sisi permintaan dapat diseimbangkan oleh sisi pasokan.


Business News

Baca selengkapnya...

Selasa, 10 Januari 2012

Arti Penting Selat Hormuz Bagi Indonesia

Iran mengancam akan memblokade Selat Hormuz sebagai balasan ancaman embargo minyak negeri Para Mullah itu. Inilah arti pentingnya bagi Indonesia.

Pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, jika embargo itu hanya berupa ancaman, bisa menjadi alasan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merambat naik hingga US$110-115 per barel. Sedangkan untuk minyak Indonesia bisa mencapai US$120 per barel.

Tapi, kata Kurtubi, jika ancaman embargo itu direalisasikan dan Iran memblokade Selat Hormuz, dalam waktu singkat harga minyak bisa melambung ke level US$150 per barel. “Karena itu, dampak negatifnya ke Indonesia akan sangat parah,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan ini.

Pasalnya, minyak yang diolah pada kilang Cilacap, Jawa Tengah diimpor dari Middle East dan didatangkan melalui selat Hormuz. Karena itu, jika selat Hormuz ditutup oleh Iran, otomatis, minyak yang akan diolah pada kilang Cilacap, tidak terpenuhi sehingga kilang tersebut tidak beroperasi.

Celakanya, kata dia, kilang Cilacap merupakan kilang terbesar di Indonesia. Jika ini yang terjadi, Indonesia akan kekurangan Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih dari 30%. “Artinya, Indonesia akan kehilangan 1/3 BBM di pasar dalam negeri,” paparnya.

Akibatnya, ekonomi Indonesia pun bisa kolaps karena banyak kendaran tidak bisa beroperasi dan orang akan mengantre panjang BBM berhari-hari. Menurutnya, produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa menurun akibat produksi dari pabrik-pabrik pun yang menurun.

Karena itu, Kurtubi menegaskan, tensi geopolitik di Selat Hormus akan sangat negatif ke Indonesia. Pemerintah harus mengantisipasi hal itu ke depan agar tidak terjadi chaos seiring kelangkaan BBM.

Selat Hormuz, adalah selat yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab. Selat ini terletak antara Teluk Oman dan Teluk Persia. Pada titik tersempit, lebar Selat Hormuz hanya mencapai 54 km. Selat ini merupakan satu-satunya jalur untuk mengirim minyak keluar Teluk Persia. Menurut U.S. Energy Information Administration, setiap hari 15 kapal tanker yang membawa 16,5 hingga 17 juta barel minyak bumi melalui selat ini.


INILAH.COM

Baca selengkapnya...

Senin, 09 Januari 2012

Mencermati Langkah Kuda China Yang Taktis

Krisis utang yang banyak dikhawatirkan para pemimpin negara akhirnya dirasakan juga oleh China. Data terkini menunjukkan, produksi manufaktur di negara dengan pertumbuhan paling pesat di dunia itu anjlok untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

Indeks Belanja Manajer (Purchasing Managers Index/ PMI) China memperlihatkan penurunan 1,4 poin menjadi 49 untuk bulan November. Indeks di bawah 50 menandakan terjadinya kontraksi, sementara indeks di atas 50 menandakan adanya ekspansi di sektor manufaktur.

Federasi Logistik dan Pembelian China (China Federation of Logistics and Purchasing/ CFLP) menyatakan, subindeks untuk pesanan ekspor baru mengalami penyusutan ke 45,6 pada November dari 48,6 pada Oktober. CFLP juga menyoroti perlambatan pertumbuhan ekonomi telah membantu tekanan harga di mana subindeks harga resmi PMI pada November turun ke level 44,4 dari sebelumnya 46,2 pada Oktober.

Hal itu berimbas pada menurunnya inflasi konsumen tahunan China menjadi hanya 5,5% pada Oktober dibanding bulan sebelumnya 6,1%. Penurunan PMI pada November lalu menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan terus melemah di masa depan. Namun para analis dan ekonom masih mengesampingkan kejatuhan ekonomi yang besar dalam kekuatan Asia karena masih tingginya investasi domestik dan konsumsi.

Yang pasti, pelemahan manufaktur merupakan pukulan telak bagi industri China. Pasalnya, selama ini produksi pabrik di China menyumbang 40% dari produk domestic bruto (PDB). Meski demikian, beruntung manufaktur China pada sepuluh bulan pertama 2011 berekspansi rata-rata sebesar 14,1%.

Alhasil, perekonomian China sepanjang 2011 melemah ditandai dengan pertumbuhan yang hanya 9,1% pada kuartal III/2011. Angka tersebut lebih rendah dibanding 9,5% pada kuartal kedua dan 9,7% pada kuartal pertama. Penurunan tersebut sangat jelas memperlambat ekonomi lebih cepat dari yang diharapkan.

Sektor Perbankan
Di tengah ancaman krisis utang Eropa yang berpotensi mengimbas ke perekonomian China dari sisi permintaan atau ekspor, sektor perbankan bakal dijadikan tumpuan. Tercatat penyaluran kredit baru dari empat bank besar milik pemerintah China mencapai 140 miliar yuan (122,1 miliar dolar AS) untuk periode 1 hingga 28 November.
Total pinjaman baru dalam mata uang yuan di seluruh lembaga keuangan China bulan November mencapai 500 miliar yuan, turun tajam dari perkiraan pasar sebelumnya sebesar 600 miliar yuan. Keempat bank besar ditargetkan dapat menyalurkan kredit baru 160 miliar yuan, turun dibandingkan dengan prediksi di bulan Oktober yang mencapai 240 miliar yuan.

Penyaluran kredit baru perbankan China di bulan Oktober lalu mencapai 586 miliar, meningkat dari posisi bulan sebelumnya senilai 470 miliar yuan. Keempat bank besar milik pemerintah tersebut adalah Agricultural Bank of China Ltd, Industrial and Commercial Bank of China Ltd, Bank of China, serta China Construction Bank Corp.

Sebelumnya pemerintah China sudah menurunkan cadangan persyaratan bank sebesar 50 basis point untuk meningkatkan penyaluran kredit. Tidak lama kemudian data aktivitas pabrik dan kondisi bisnis China yang dirilis menunjukkan geliat penguatan. Hal itu mengindikasikan pemerintah Negeri Tirai Bambu bereaksi cepat terhadap pelambatan pertumbuhan karena angka pengangguran semakin membesar dan harus diselesaikan segara agar tidak terjadi gejolak sosial.

Orientasi Investasi
Di samping itu, pemerintah China sepertinya lebih memilih berinvestasi di sektor infrastruktur ketimbang sektor keuangan di Eropa guna membantu menggerakkan kembali pertumbuhan ekonomi di Benua Biru. Untuk itu, Beijing melalui kementerian perdagangan akan mengirimkan delegasi investasi ke Eropa tahun 2012. Sejumlah negara Eropa kini tengah menghadapi krisis utang dan berharap akan menjual aset-aset mereka. Delegasi China akan memantau perkembangan itu.

Komitmen tersebut sejalan dengan strategi China Investment Corporations (CIC) yang akan membidik investasi di sektor infrastruktur di Eropa, khususnya di Inggris. China juga ingin terlibat langsung dalam pengembangan infrastruktur di Amerika Serikat (AS) yang kini butuh banyak investasi.

Sektor infrastruktur yang dibidik meliputi pembangunan fasilitas energi, air, transportasi, komunikasi digital, dan pengolahan limbah. Sayangnya, CIC tidak mengungkapkan besaran investasi yang dibutuhkan untuk menggarap proyek tersebut.

Namun, sejumlah analis di Eropa dan China menilai Beijing perlu menggunakan cadangan devisa yang kini mencapai USD3,2 triliun untuk investasi tersebut.
Keputusan Beijing untuk membidik sektor infrastruktur di Eropa cukup beralasan. Ini dilakukan Beijing untuk meningkatkan kembali sektor perdagangan antara China dan Eropa. Seperti diketahui, krisis utang di zona euro selama ini telah menggerus aktivitas perdagangan China-Eropa. Ini juga salah satu komitmen China untuk membantu pemulihan kembali perekonomian di kawasan Eropa.

China ingin mengimpor lebih banyak lagi barang-barang dari Eropa dan mendorong perluasan investasi luar negeri seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar AS dalam periode cukup lama. Namun, China akan menyerang balik jika ada negara lain yang menggunakan kebijakan proteksionisme di sektor perdagangan untuk menghalangi pembelian aset di Eropa. Maklum, belum lama ini, perusahaan pengapalan berpelat merah dari China, COSCO, membenamkan investasi untuk pembangunan pelabuhan Piraeus di Yunani.

Pada awal tahun 2011 lalu, Kementerian Perdagangan China telah mendorong sejumlah perusahaan China untuk membeli merek global. Desakan ini timbul setelah para birokrat di China meminta perusahaan lokal untuk membangun merek sendiri supaya dapat memperoleh keuntungan yang lebih baik atas penjualan produk mereka.
Dalam pada itu, diakui bahwa China berpotensi terkena imbas ekonomi global. Ekonomi China pada tahun 2012 diperkirakan akan melambat. Tahun 2011 ini saja, inflasi China sekitar 5,5% secara tahunan. Inflasi itu meleset dari target pemerintah sebesar 4%. Sampai tahun 2012, inflasi masih akan terus menghantui perekonomian China.

Menggerakkan Ekspor Global dan Investasi
Para pemimpin China juga mulai dibuat cemas ketika nilai ekspor terus merosot. Padahal, selama ini ekspor China cukup diandalkan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Gejolak keuangan global telah menggerus permintaan eksternal bagi negara ekonomi terbesar nomor dua di dunia.

Untuk itu, Pemerintah China berjanji siap turun tangan untuk mempercepat kembali aktivitas di sektor ekspor. Pemerintah akan membantu sejumlah perusahaan China meningkatkan kekuatan ekspor di tengah lesunya permintaan, terutama dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa akibat krisis keuangan.

Situasi ekonomi dunia sekarang ini keras dan sangat komplek dan menurunnya permintaan merupakan risiko yang tidak terhindarkan. Bagi sektor ekspor China sendiri, permintaan global sekarang sangat tidak cukup. Apalagi daya tangkap domestik China terhadap produknya sendiri makin terbatas.

Untuk menjaga ekspor, pemerintah China mendesak agar perusahaan di China menghasilkan produk yang lebih kompetitif dibandingkan barang dari negara lain. Pemerintah China juga akan mempertimbangkan untuk mengurangi pajak bagi para eksportir dan menawarkan bantuan keuangan, khususnya bagi Usaha Kecil Menengah (UKM).

Secara year-on-year (yoy), pada Oktober lalu, nilai ekspor China melonjak 15,9% menjadi USD157,49 miliar. Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan pencapaian secara yoy pada September yang sebesar USD169,7 miliar. Penurunan nilai ekspor China itu dikarenakan imbas dari turbulensi ekonomi di Eropa dan AS.

Anjloknya ekspor mengimbas ke aktivitas manufaktur China hang pada November lalu terkontraksi untuk pertama kalinya dala 3 tahun terakhir. Anjloknya manufaktur China itu, telah menimbulkan kekhawatiran China sebagai simbol kekuatan Asia mulai kehilangan kekuatannya.

Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, Beijing terpaksa menurunkan cadangan devisa perbankan lalu. Langkah itu dilakukan untuk mendorong pengucuran kredit dan memancing pertumbuhan ekonomi menyusul pertumbuhan domestik yang juga mulai melambat.

Di samping menggenjot ekspor, pemerintah China juga mempercepat penambahan kuota investor institusi asing. Sejak Oktober, pemerintah mengabulkan hampir USD1 miliar kuota institusi asing untuk berinvestasi di pasar modal China.

Total kuota yang bisa masuk ke pasar modal Tiongkok di sepanjang tahun 2011 dengan menggunakan skema Qualified Foreign Institutional Investor (QFII) mencapai USD1,92 miliar. Angka ini terendah sejak tahun 2007. Rendahnya angka kuota ini terutama karena pemerintah menghentikan pemberian izin antara Mei hingga Oktober. Negeri tembok raksasa ini meluncurkan QFII tahun 2003 silam. Tujuannya, agar para investor asing bisa membeli saham dan obligasi. Dalam delapan tahun, pemerintah mengizinkan total kuota USD21,6 miliar.

Beberapa analis memperkirakan, penundaan izin setengah tahun merupakan niat pemerintah mengurangi tekanan penguatan nilai tukar yuan. Namun, arah kebijakan berubah tiba-tiba bulan Oktober, ketika pasar khawatir kondisi ekonomi global dan menarik dana mereka, melemahkan nilai tukar yuan terhadap dolar AS di pasar lokal.

Pada umumnya, ketika yuan menghadapi tekanan menguat, pemerintah melambatkan atau menghentikan persetujuan kuota. Menurut data State Administration of Foreign Exchange (SAFE), sepanjang bulan Desember saja, lima institusi asing, termasuk perusahaan asuransi Italia Assicurazioni Generali SpA dan bank Spanyol BBVA SA mendapatkan total kuota investasi USD500 juta.

Cina meloloskan masing-masing sebesar USD200 juta dan USD250 juta investasi asing di bulan Oktober dan November. Berdasarkan sistem China, CRSC memberi izin bagi institusi-institusi asing yang memenuhi syarat. Namun, SAFE yang menentukan kuota investasi.

Sementara badan perencanaan ekonomi China (National Development and Reform Commission/NDRC) meluncurkan informasi soal investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) mana yang bakal didorong, dibatasi, dan dilarang sama sekali tahun 2012. Panduan yang berlaku efektif mulai 30 Januari 2012 merupakan dasar lingkup kebijakan bagi investor asing. Fokusnya mengoptimalisasi struktur investasi asing, mendorong inovasi teknologi dan pengembangan industri.

Investasi yang membawa teknologi baru dan bermanfaat bagi China, bisnis ramah lingkungan seperti daur ulang baterai akan diterima. Hingga November lalu, FDI ke China mencapai USD103,8 miliar atau naik 13,2% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun China masih membatasi investasi asing di sektor pengolahan energi.
Sebaliknya China mendorong partisipasi pengembangan sumber daya minyak dan gas baru.

Beberapa sektor yang dilarang bagi investasi asing antara lain pembangunan dan operasional penyulingan minyak dengan kapasitas distilasi kurang dari 200.000 barel per hari. Angka minimal ini naik dari batas sebelumnya 160.000 barel per hari.


Business News

Baca selengkapnya...

Minggu, 08 Januari 2012

Handbook Health

Handbook Health01. Drink plenty of water.
02. Eat breakfast like a king, lunch like a prince and dinner like a beggar.
03. Live with the 3 E's--Energy, Enthusiasm and Empathy.
04. Make time to pray.
05. Play more games.
06. Read more books than you did in 2011.
07. Sit in silence for at least 10 minutes each day.
08. Sleep for 7 hours.
09. Take a 10-30 minutes walk daily. And while you walk, smile.

PERSONALITY :
10. Don't over do. Keep your limits.
11. Don't take yourself so seriously. No one else does.
12. Dream more while you are awake.
13. Envy is a waste of time. You already have all you need.
14. Forget issues of the past. Don't remind your partner with his/her mistakes of the past. That will ruin your present happiness.
15. Life is too short to waste time hating anyone. Don't hate others.
16. Make peace with your past so it won't spoil the present.
17. No one is in charge of your happiness except you.
18. Smile and laugh more.
19. You don't have to win every argument. Agree to disagree.

SOCIETY :
20. Call your family often.
21. Each day give something good to others.
22. Forgive everyone for everything.
23. Spend time with people over the age of 70 & under the age of 6.
24. Try to make at least three people smile each day.
25. What other people think of you is none of your business.

LIFE :
26. Do the right thing!
27. GOD heals everything.
28. However good or bad a situation is, it will change.
29. No matter how you feel, get up, dress up and show up.
30. The best is yet to come.
31. When awake in the morning, thank GOD for it.
32. Your Inner most is always happy. So, be happy.

Baca selengkapnya...

Minggu, 01 Januari 2012

Ini Dia 'Headline' Ekonomi Global 2012

Beberapa isu dan peristiwa besar dunia masih mengendalikan perekonomian global. Apa saja?

Kondisi Eropa terkait krisis utang dan potensi berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah tampaknya akan mendominasi headline pasar finansial dan komoditas tahun depan. Pengamat pasar menyatakan, volatilitas tahun ini juga akan menjadi lanskap 2012.

Hal ini juga bisa diartikan, pelaku pasar sebaiknya bersiap terhadap segala kemungkinan jika terjadi peningkatan aktivitas di kawasan-kawasan tersebut di atas. Meski beberapa peristiwa memang terjadi mendadak dan tak disangkap, tak ada salahnya investor bersiap.

Kejatuhan kawasan Eropa karena krisis utang memiliki efek berkepanjangan bagi beberapa negara. Perdebatan apakah sejumlah anggota Uni Eropa akan default, menjadi perdebatan yang membuka 2012 mendatang.

“Waspadai negara-negara Eropa Tengah yang perekonomiannya bergantung pada Eropa Barat. Benua ini sedang di ujung tanduk,” ujar analis pasar dan penasihat komoditas Country Hedging, Sterling Smith.

Secara khusus, Smith mengawasai Hungaria, Ukraina dan Lithuania sebagai potensi sumber masalah jika Eropa Barat resesi. Meski tak kelihatan, Smith menyebut negara-negara itu juga memiliki masalah perbankan dan krisis utang.

Senada, Bob Siegel yang Presiden perusahaan manajeman dana, Cabot Capital Group menyatakan, Eropa merupakan isu yang paling menekan kondisi perekonomian dunia. Terutama karena arah perkembangannya masih belum diketahui.

“Hanya karena kita tahu apa yang terjadi, bukan berati itu tak berbahaya. Jika Eropa mulai bertindak seperti (Bank Sentral AS) The Fed, maka akan menolong. Skenario terburuknya, mereka tak menolong dan kita yang kelimpungan,” kata Siegel.

Kemungkinan pecahnya zona euro sudah tertanam di benak pelaku pasar. Namun tak ada yang tahu apakah benar memecah euro menjadi langkah selanjutnya. Presiden West Cooper Asset Management Rich DeFalco menyatakan, hal ini masih sulit dinilai sebagai kemungkinan.

Lebih mungkin yang terjadi, negara dengan perekonomian lemah seperti Yunani dikeluarkan daru Uni Eropa. Ia juga menyatakan ada kemungkinan Uni Eropa terbagi jadi dua blog, utara dan selatan. “Tak ada yang tahu. Jadi sebaiknya bersiap untuk hal baik dan buruk,” katanya.

Analis juga mengamati perkembangan situasi Timur Tengah yang sedang dilanda gelombang reformasi atau lebih dikenal sebagai ‘Arab Spring’. Pergantian kepemimpinan ini menentukan masa depan politik negara dan otomatis, kebijakan ekonominya.

Iran juga menjadi pusat perhatian, karena menghadapi kemungkinan sanksi tambahan terkait masalah nuklir. Segala macam aktivitas militer terkait Iran, mempengaruhi produksi minyak negara tersebut. Apalagi Uni Eropa berniat menghentikan pembelian 600 ribu barel, karena sanksi tersebut.

“Entah produksi dihentikan karena sanksi atau karena aksi militer, yang jelas akan lumpuh. Sulit menentukan seperti apa masa depan perdagangan minyak dengan Iran ini ke depannya,” ujar CEO IndexIQ Adam Patti.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS). The Fed berencana mempertahankan suku bunga rendah setidaknya hingga 2013. Ini dinilai analis sebagai masalah pada permintaan kuat untuk obligasi ultra-low.


Oleh: Vina Ramitha

Baca selengkapnya...