Jumat, 17 Juli 2009

Musim Kemarau Tiba, Waspadai Serangan ISPA!

Memasuki musim kemarau sejumlah penyakit pernapasan siap menyerang siapa saja. Satu penyakit yang berpotensi besar adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Mewaspadai datangnya serangan ISPA akan lebih baik sebelum semuanya terlambat.

Lingkungan alam sudah berubah, dan datangnya musim pancaroba sulit ditebak. Perubahan cuaca secara ekstrem tidak pelak lagi memunculkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, termasuk kita yang tinggal di negara tropis.

Perubahan cuaca pula yang tiba-tiba membuat daya tahan tubuh menurun sehingga rentan terhadap penyakit. “Pada prinsipnya, sakit itu karena daya tubuh yang melemah. Perubahan cuaca dengan tiba-tiba, mengakibatkan suhu tubuh pun berubah drastis,” ujar dr Ari Fahrial Syam, ahli penyakit dalam FKUI-RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta, baru-baru ini.

Penyakit bawaan musim pancaroba dapat menyerang siapa saja. Biasanya, penyakit itu menjangkiti mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah, mobilitas tinggi, dan anak-anak. Kemunculan penyakit tersebut semakin meningkat pada awal perubahan musim, karena banyaknya kotoran yang menjadi vektor bagi bakteri dan virus penyebab penyakit, juga tidak lepas dari pola makan. Datangnya musim panas atau kemarau dengan suhu panas ekstrem mencapai 34-35 derajat celcius, cukup mudah bagi ISPA menyerang manusia.

Fahrial menjelaskan, penyakit dapat timbul karena adanya bakteri atau virus yang mencemari makanan atau minuman. “Pancaroba membuat lingkungan tidak bersih. Pada musim panas banyak debu, tiba-tiba turun hujan dan mengakibatkan debu tersebut langsung naik, lalu kemudian panas lagi dan banyak debu lagi,” kata dia.

Kondisi lingkungan pada musim pancaroba memungkinkan adanya peningkatan jumlah bibit penyakit dan tingkat penularan virus. Penyakit yang berpotensial muncul pada perubahan iklim seperti ini biasanya penyakit infeksi saluran pernafasan atau ISPA.

Menurut data RSCM, kini penyakit yang kerap ditemui adalah diare, ispa, dan demam berdarah. Mereka yang terinfeksi penyakit tersebut digolongkan dalam tiga kategori yakni mereka yang tergolong jompo atau berusia di atas 70 tahun, anak kecil, dan mereka yang memiliki penyakit kronis.

Gejala awal gangguan saluran pernapasan biasanya berupa batuk, bronkhitis, pilek atau influenza disertai bersin-bersin dan peningkatan suhu tubuh atau demam. Demam itu sendiri, bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan gejala dari penyakit lain misalnya influenza.

Prof DR dr Samsuridjal Djauzi SpPD KAT, ketua Satgas Imunisasi Dewasa dari Pengurus Besar Himpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI), menambahkan, khusus untuk influenza dapat diatasi dengan pemberian vaksin atau imunisasi terlebih dahulu menjelang perubahan musim. Tujuannya, masyarakat dapat terhindar dari kemungkinan serangan influenza.

Vaksin atau imunisasi dapat diberikan baik kepada orang dewasa juga anak-anak. “Vaksin untuk antisipasi serangan penyakit sebaiknya diberikan untuk orang dewasa juga anak-anak, setahun sekali atau setahun dua kali,” ujar Samsuridjal.

Umumnya demam ditandai dengan suhu tubuh di atas 37 derajat celcius. Pada influenza biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh sekitar 38-40°C, selain itu kepala terasa sakit, juga otot-otot dan sendi-sendi, terasa lelah, kurang nafsu makan, suara parau, batuk yang tidak produktif, sakit tenggorokan dengan langit-langit di hulu tampak memerah, radang mata, keluar ingus, dan kongesti hidung. Panas tubuh biasanya lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.

Gejala-gejala tersebut berangsur-angsur berkurang dan biasanya akan hilang sesudah 3-5 hari, namun batuk dan rasa lemah serta keletihan tetap. Gejala awal penyakit saluran napas, yaitu batuk ditandai dengan bersin-bersin, sesak napas, dan demam ringan sampai sedang. Untuk penyakit bronchitis, kerap terjadi pada udara yang lembab dan berhawa dingin. Bronkhitis di antaranya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, dimulai saat bakteri atau virus mengiritasi bronkhus sampai akhirnya terjadi pembengkakan.

Musim pancaroba juga kerap menimbulkan gangguan pencernaan berupa diare yang ditandai dengan keluarnya buang air besar yang sangat encer seperti air, dan berlangsung terus menerus. Penyakit itu sebenarnya dapat digolongkan penyakit ringan. Namun, apabila terjadi secara tiba-tiba dan kurang mendapat perawatan dapat berakibat fatal, terutama jika diare tersebut terjadi pada anak balita.

Sementara itu, penyakit yang berpotensi menyerang manusia juga terjadi akibat perubahan iklim secara global. Maka itu, dampak perubahan iklim tak lagi berhenti pada habibat alam seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kini sudah merambah kehidupan manusia, terutama terkait dengan serangan penyakit.

Dalam 10 tahun terakhir, sebanyak 1,5 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit yang ditimbulkan dari perubahan iklim. Penyakit yang umumnya menyerang itu adalah malaria, demam berdarah, dan influenza, serta penyakit turunan lainnya, seperti serangan jantung dan stroke.

Sumber: PdPersi