Jumat, 02 Desember 2011

Pujian

Sepasang angsa bersiap meninggalkan danau yang airnya mulai mengering. Seekor kodok memohon untuk bisa ikut dengan mereka pindah ke danau lain. Namun, angsa bingung bagaimana cara membawa si kodok.

Si kodok punya ide brilian, "Kalian gigit kedua ujung akar rumput ini, saya akan mengigit bagian tengahnya. Kemudian bawalah saya terbang. " Angsa setuju. Mereka pun terbang.

Di angkasa, sekelompok burung memuji kecerdikan mereka dan bertanya, "Kalian sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?"

Kodok menjawab dengan bangga "Ide saya."

Saat itu terlepaslah gigitannya, ia pun jatuh ke bawah dan mati.

Pujian ibarat pedang bermata dua. Bisa produktif kalau kita sikapi dengan rendah hati; sebagai motivasi dan alasan untuk berbuat lebih baik.

Akan tetapi, bisa juga kontra-produktif kalau kita sikapi dengan besar kepala; sebagai bentuk kemenangan dan kebanggaan diri.

Maka, penting sekali menyikapi pujian dengan penguasaan diri. Tanpa penguasaan diri kita akan mudah dimabukkan oleh pujian. Mabuk pujian awal kehancuran. Seperti yang terjadi pada si kodok.

Pujian itu ibarat permen karet. Boleh dinikmati sesaat, namun Jangan ditelan.