Senin, 26 Desember 2011

INDONESIA HARUS PERCAYA DIRI MEMASUKI TAHUN 2012

Di tengah pandangan pesimis soal prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012. Negara ini justru memetik hikmah positif dengan diraihnya predikat sebagai negara layak investasi (investment grade) oleh sebuah lembaga pemeringkat internasional. Adalah Fitch rating yang memberikan predikat itu dengan notasi BBB- dari sebelumnya BB+.

Dengan predikat terbaru itu, kini Indonesia bakal diperhitungkan oleh investor asing yang akan menanamkan modalnya ke suatu kawasan. Predikat yang sudah ditunggu-tunggu sejak setahun terakhir itu pun akan tercapai. Ini bisa menjadi semacam senjata bagi pemerintah Indonesia untuk menjaring investasi lebih besar guna menjaga target pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 6,7% dapat diraih ketika tekanan ekspor semakin membesar disebabkan krisis utang Eropa.

Sebelumnya Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan menjadi 6,2%, lebih rendah dari proyeksi Oktober 2011 yang sebesar 6,3% karena krisis ekonomi dunia diperkirakan masih berkepanjangan dan berdampak negatif pada aliran portofolio dan harga komoditas dunia.

Proyeksi ini juga lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia yang sebesar 6,3% – 6,4% dan prediksi pemerintah 6,3% – 6,7%. Menurut Bank Dunia, lingkungan ekonomi global yang terus memburuk mempengaruhi pertumbuhan ekspor Indonesia. Pengaruh tersebut terlihat dari perlambatan pertumbuhan ekspor yang mulai terjadi Mei 2011 hingga saat ini. Hal ini dikarenakan harga komoditas terus jatuh dan pertumbuhan ekspor turun.

Di sisi lain, data Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor Mei 2011 tercatat USD18,33 miliar, tumbuh 10,76% dibanding ekspor April yang sebesar USD16,55 miliar. Akan tetapi, pada April ekspor hanya tumbuh 0,96% dibanding Maret yang sebesar USD16,29 miliar. Ekspor mengalami penurunan signifikan pada September menjadi USD17,54 miliar dan Oktober USD16,8 miliar.

Sejalan dengan itu, pasar keuangan yang bergejolak selama 2011 diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2012. Kondisi ini diprediksi akan memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia. Namun, ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh dengan baik karena ditopang sektor ekonomi domestik, sisi fiskal yang kuat dan stabil, akumulasi cadangan devisa yang besar, dan kinerja pasar keuangan yang baik.

Bank Dunia sampai pada kesimpulan tahun depan masih ada ruang bagi pemerintah Indonesia untuk menutup penurunan ekspor dengan memperbaiki sisi fiskal. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan stimulus mempercepat pencairan dan lebih mengefektifkan penyerapan belanja modal. Maklum, saat ini peran fiskal dinilai masih kurang didorong, apalagi rendahnya penyerapan belanja modal.

Sebenarnya Bank Dunia memiliki tiga skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, skenario goncangan keuangan global yang terus berlanjut. Kedua, terjadi krisis keuangan internasional. Ketiga, perlambatan ekonomi global yang parah.

Pada skenario pertama, jika krisis keuangan global terus berlanjut, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 6,4% dan 6,2% pada tahun 2012. Skenario kedua, dampak krisis keuangan global besar akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang diperkirakan sebesar 6,3% dan pada tahun 2012 sebesar 5,5%. Skenario ketiga, jika perlambatan ekonomi global sangat parah pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai 6,3% dan tahun 2012 sebesar 4,1%.

Kalangan ekonom sepakat bahwa masih buruknya ekonomi dunia menyebabkan perlambatan ekonomi dunia pada tahun 2012. Perlambatan tersebut ditandai dengan penurunan permintaan produk komoditas di tingkat dunia. Indonesia mulai merasakan dampak krisis Eropa terhadap perlambatan pertumbuhan ekspor tahun ini.

Mereka memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 akan berada dikisaran 6,3%-6,5% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,6% dengan asumsi terjadi perlambatan ekonomi pada negara tujuan ekspor seperti China dan India. Jika pertumbuhan China melemah 1%, dampak terhadap pertumbuhan Indonesia sebesar 0,33%. Jika pertumbuhan Cina 8%-9%, maka perekonomian Indonesia dinilai masih aman.
Agar pertumbuhan tahun depan tetap positif, peran kebijakan fiskal harus lebih cepat dan efisien. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah dorongan stimulus pada sektor-sektor yang dianggap terpengaruh dan merealisasikan anggaran belanja pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur.

Jika hal tersebut dilakukan, pertumbuhan Indonesia tetap bisa bertahan di level 6%-7% tahun depan dan pada tahun 2025 termasuk 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Memang benar bahwa tahun depan merupakan masa ketidakpastian ekonomi global yang akan menyebabkan banyak negara mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Indonesia dipastikan akan terpengaruh dengan mulai berkurangnya permintaan produk ekspor dari negara tujuan seperti China dan India. Kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dipastikan akan menurun, sehingga ekonomi hanya akan tumbuh pada rentang 6,3%-6,5%.

Asumsi itu muncul dari faktor eksternal yang makin memburuk dan belum membaiknya belanja pemerintah hingga akhir 2011. Ini dengan kalkulasi bahwa kontribusi ekspor China dan India ke Eropa sebesar 20% dan Indonesia akan terkena second round effect.
Karena itu, agar pertumbuhan tahun depan tetap positif perlu kebijakan pemerintah yang dapat mendorong peningkatan ekonomi domestik yang telah berkontribusi 3% terhadap total pertumbuhan. Adapun investasi harus didorong dengan insentif dan penyelesaian Undang-Undang Pengadaan Lahan.

Hampir bisa dipastikan arus investasi bakal membanjiri Indonesia menyusul dicapainya perbaikan rating. Namun demikian, di sisi mikro atau operasional pemerintah harus menyiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik agar ketika investor asing masuk, mereka akan dengan suka cita menanamkan modalnya di negara ini. Pelayanan birokrasi perizinan untuk investasi harus benar-benar diperbaiki sehingga Indonesia benar-benar atraktif di mata pemodal asing.


Business News