Jumat, 08 Mei 2009

Mensucikan Hati

Akhir-akhir ini, orang-orang pergi ke segala tempat untuk mencari jasa kebajikan (note: “Mencari jasa kebajikan” adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Thai yang umum dipergunakan. Ia merujuk kepada suatu kebiasaan di Thailand untuk berkunjung ke vihara-vihara, atau “wat”, memberikan penghormatan kepada para guru yang arya dan memberikan persembahan). Dan mereka kelihatannya selalu singgah di Wat Pah Pong. Jika mereka tidak singgah dalam perjalanan pergi, mereka singgah pada perjalanan pulangnya. Wat Pah Pong telah menjadi tempat persinggahan. Beberapa orang begitu terburu-buru sehingga saya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melihat atau berbicara kepada mereka. Kebanyakan dari mereka bertujuan mencari jasa kebajikan. Tapi saya melihat tidak banyak yang mencari jalan untuk keluar dari perbuatan salah. Mereka begitu bersemangat untuk mencari jasa kebajikan, yang mereka sendiri tidak tahu harus mereka letakkan di mana. Mirip seperti mencoba mewarnai baju yang kotor, yang belum dicuci.

Para bhikkhu berbicara terus terang seperti ini, tetapi sulit bagi kebanyakan orang untuk menerapkan ajaran seperti ini di dalam praktek. Ia sulit karena mereka tidak mengerti. Jika mereka mengerti, akan lebih mudah jadinya. Anggaplah ada sebuah lubang, dan ada sesuatu di dasarnya. Sekarang, siapa pun yang memasukkan tangan ke dalam lubang itu dan tidak mencapai dasarnya akan berkata bahwa lubang itu terlalu dalam. Dari ratusan atau ribuan orang yang memasukkan tangan mereka ke dalam lubang itu, mereka semua akan berkata bahwa lubang itu terlalu dalam. Tidak ada satu pun yang akan berkata kalau tangan mereka lah yang terlalu pendek!

Begitu banyak orang yang mencari jasa kebajikan. Cepat atau lambat mereka harus mulai mencari jalan untuk keluar dari perbuatan salah. Tetapi tidak banyak orang yang tertarik akan hal ini. Ajaran Sang Buddha begitu singkat, tapi kebanyakan orang hanya melewatinya begitu saja, persis seperti ketika mereka melewati Wat Pah Pong. Bagi kebanyakan orang, itulah yang dinamakan Dhamma, sebuah tempat persinggahan.

Hanya tiga baris, tidak lebih : Sabba-papassa akaranam -menahan diri dari semua perbuatan yang tidak benar. Itu adalah ajaran semua Buddha. Ini adalah inti dari agama Buddha. Tetapi orang terus-menerus melewatinya, mereka tidak menginginkan yang satu ini. Menghindarkan diri dari segala perbuatan tidak benar, besar dan kecil, dari perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran… ini adalah ajaran dari para Buddha.

Jika kita ingin mewarnai sehelai baju, kita harus mencucinya terlebih dahulu. Tetapi kebanyakan orang tidak melakukan hal itu. Tanpa melihat baju tersebut, mereka langsung mencelupkannya ke dalam zat pewarna. Jika bajunya kotor, mewarnainya malah akan membuatnya kelihatan lebih buruk daripada sebelumnya. Pikirkanlah. Mewarnai kain kotor yang usang, akankah ia terlihat bagus?

Kalian lihat? Inilah caranya agama Buddha mengajar, tapi kebanyakan orang cuma melewatinya saja. Mereka hanya ingin melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, tapi mereka tidak mau melepaskan diri dari perbuatan salah. Ini sama seperti mengatakan “lubangnya terlalu dalam.” Setiap orang mengatakan lubangnya terlalu dalam, tidak ada yang bilang lengan mereka yang terlalu pendek. Kita harus kembali kepada diri kita sendiri. Dengan ajaran ini, kalian harus mundur selangkah ke belakang dan lihatlah diri kalian sendiri.

Kadang-kadang mereka pergi mencari jasa kebajikan dengan menumpang bus. Bahkan mereka mungkin berdebat di dalam bus, atau mereka mabuk. Tanyalah mereka ke mana mereka pergi dan mereka bilang bahwa mereka sedang mencari jasa kebajikan. Mereka menginginkan jasa kebajikan, tapi mereka tidak melepaskan diri dari kejahatan. Mereka tak akan pernah menemukan jasa kebajikan dengan cara itu.

Beginilah orang-orang. Kalian harus melihat dengan cermat, lihatlah diri kalian sendiri. Sang Buddha mengajarkan tentang memiliki perhatian penuh dan kesadaran diri di dalam segala situasi. Perbuatan yang tidak benar muncul di dalam tindakan-tindakan jasmani, ucapan dan pikiran. Apakah hari ini kalian membawa bersama kalian perbuatan-perbuatan, ucapan dan pikiran-pikiran? Atau sudahkah kalian tinggalkan mereka di rumah? Inilah tempat di mana kalian harus memperhatikan, tepat di sini. Kalian tidak perlu melihat terlalu jauh. Perhatikanlah perbuatan, ucapan dan pikiran kalian. Lihatlah untuk mengetahui apakah tindakan kalian itu salah atau tidak.

Orang tidak benar-benar memperhatikan hal-hal ini. Sama seperti ibu rumah tangga yang mencuci piring dengan wajah cemberut. Dia begitu memusatkan perhatiannya untuk membersihkan piring-piring itu, namun dia tidak menyadari bahwa pikirannya sendiri kotor! Pernahkah kalian memperhatikan ini? Dia hanya melihat piring-piring. Dia melihat terlalu jauh, bukan? Beberapa dari kalian mungkin sudah mengalami hal ini, saya katakan. Ini adalah tempat di mana kalian harus memperhatikan. Orang berkonsentrasi untuk membersihkan piring-piring tetapi mereka membiarkan batin mereka menjadi kotor. Ini tidak baik, mereka melupakan diri mereka sendiri.

Karena mereka tidak memperhatikan diri mereka sendiri, orang dapat melakukan semua perbuatan yang buruk. Mereka tidak memperhatikan batin mereka sendiri. Ketika orang ingin melakukan sesuatu yang tidak baik, mereka harus melihat ke sekeliling terlebih dahulu, untuk mencari tahu apakah ada orang yang memperhatikan… “Akankah ibuku melihatku?” Jika tidak ada orang yang melihat, lalu mereka akan maju terus dan melakukannya. Ini justru melecehkan diri mereka sendiri. Mereka bilang tidak ada yang memperhatikan, jadi mereka cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan sebelum ada orang yang akan melihat. Dan bagaimana dengan mereka sendiri? Bukankah mereka juga “seseorang” ?

Kalian lihat kan ? Karena mereka memandang diri mereka sendiri seperti ini, orang tidak pernah menemukan apa yang merupakan nilai yang sesungguhnya, mereka tidak menemukan Dhamma. Jika kalian memperhatikan diri kalian, kalian akan memahami diri kalian sendiri. Bilamana kalian akan melakukan suatu perbuatan yang tidak baik, jika kalian memperhatikan diri kalian sendiri tepat pada waktunya, kalian bisa berhenti. Jika kalian ingin melakukan sesuatu yang berguna, maka perhatikanlah pikiran kalian. Jika kalian tahu bagaimana memperhatikan diri sendiri, maka kalian akan mengetahui benar dan salah, merusak dan bermanfaat, kejahatan dan kebajikan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya kita ketahui.

Jika saya tidak berbicara tentang hal-hal ini, kalian tak akan mengetahui tentang mereka. Kalian memiliki keserakahan dan khayalan di dalam pikiran, tetapi kalian tidak mengetahuinya. Kalian tidak akan pernah mengetahui apa pun bila kalian selalu melihat ke luar. Ini adalah masalah yang dihadapi orang dengan tidak memperhatikan diri mereka sendiri. Melihat ke dalam, kalian akan mengetahui baik dan jahat. Dengan mengetahui kebaikan, kita dapat membawanya ke dalam hati dan mempraktekkannya.

Melepaskan yang jahat, mempraktekkan yang baik… inilah inti dari agama Buddha. Sabba-papassa akaranam - Tidak melakukan perbuatan yang salah, apakah melalui tubuh, ucapan atau pikiran. Itulah praktek yang benar, ajaran dari para Buddha. Kini, “baju kita” sudah bersih.

Lalu, kita mempunyai kusalassupasampada -membuat pikiran kita menjadi baik dan terlatih. Jika pikiran kita baik dan terlatih, kita tidak perlu pergi dengan menumpang bus ke seluruh pelosok desa untuk mencari jasa kebajikan. Bahkan dengan hanya duduk di rumah saja, kita dapat memperoleh jasa kebajikan. Tetapi kebanyakan orang pergi mencari jasa kebajikan ke seluruh pelosok desa tanpa melepaskan perbuatan salah mereka. Ketika mereka tiba kembali di rumah, tidak memperoleh apa-apa, kembali lagi ke wajah cemberut mereka yang dulu. Di sana mereka mencuci piring dengan wajah masam, begitu berkonsentrasi mencuci piring. Di sinilah orang sering tidak memperhatikan, mereka begitu jauh dari jasa kebajikan.

Kita mungkin tahu akan hal ini, tetapi kita tidak benar-benar mengetahui jika kita tidak menyadarinya di dalam pikiran kita sendiri. Jika pikiran kita bagus dan baik, ia bahagia. Ada senyuman di dalam hati kita. Tetapi kebanyakan dari kita sulit memperoleh bahkan sedikit waktu saja untuk tersenyum, bukan? Kita hanya akan tersenyum bila hal-hal berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kebahagiaan sebagian besar orang tergantung kepada apakah sesuatu itu memenuhi keinginan mereka. Mereka harus meminta setiap orang di dunia ini untuk mengatakan hanya kata-kata yang enak didengar. Inikah caranya kalian menemukan kebahagiaan? Mungkinkah untuk meminta setiap orang di dunia untuk mengatakan hanya kata-kata yang enak didengar? Jika demikian halnya, kapan kalian akan pernah menemukan kebahagiaan?

Kita harus menggunakan Dhamma untuk menemukan kebahagiaan. Apapun itu, apakah benar atau salah, jangan serta merta melekat kepadanya. Perhatikan saja dia, lalu letakkanlah. Bila pikiran tenang, maka kalian bisa tersenyum. Sebentar saja kalian merasa enggan terhadap sesuatu, pikiran menjadi buruk. Lalu, tidak ada apa pun yang baik.

Sacittapariyodapanam: Setelah bersih dari ketidakmurnian, batin menjadi bebas dari kekhawatiran… damai, baik dan berbudi. Ketika batin bersinar dan melepaskan kejahatan, akan ada ketenangan setiap saat. Pikiran yang jernih dan damai adalah inti sejati keberhasilan umat manusia.

Ketika orang lain mengatakan sesuatu yang kita sukai, kita tersenyum. Jika mereka mengucapkan kata-kata yang menyakiti kita, kita pun cemberut. Bagaimana mungkin kita dapat meminta orang lain untuk selalu mengucapkan kata-kata yang kita sukai setiap hari? Mungkinkah? Bahkan anak-anak kalian sendiri… pernahkah mereka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan kalian? Pernahkah kalian mengecewakan orang tua kalian? Bukan hanya orang lain, tetapi bahkan pikiran kita sendiri dapat mengecewakan kita. Kadang-kadang, hal-hal yang sedang kita pikirkan tidaklah menyenangkan. Apa yang bisa kalian perbuat? Kalian mungkin sedang berjalan dan tiba-tiba menendang akar pohon… Thud!... “Aduh!”… Di mana masalahnya? Siapa yang menendang siapa sebenarnya? Siapa yang akan kalian salahkan? Itu adalah kesalahan kalian sendiri. Bahkan pikiran kita sendiri bisa menyakitkan bagi kita. Jika kalian memikirkannya, kalian akan menyadari bahwa hal ini memang benar. Kadangkala kita melakukan sesuatu yang bahkan kita sendiri tidak suka. Semua yang bisa kalian ucapkan hanyalah “Sialan!”, tidak ada orang lain yang bisa disalahkan.

Jasa kebajikan atau berkah di dalam agama Buddha adalah melepaskan semua yang salah. Ketika kita mengabaikan yang salah, maka kita tidak akan salah lagi. Ketika tidak ada lagi tekanan jiwa, maka di sana ada ketenangan. Pikiran yang tenang adalah pikiran yang bersih, yang tidak memiliki amarah, pikiran yang jernih.

Bagaimana kalian membuat pikiran menjadi jernih? Hanya dengan mengetahuinya. Sebagai contoh, kalian mungkin berpikir,”Hari ini suasana hati saya benar-benar buruk, semua yang saya lihat menyinggung perasaan saya, bahkan piring-piring yang ada di lemari sekalipun.” Kalian mungkin merasa ingin menghancurkan mereka, semuanya. Apa pun yang kalian lihat, menjadi kelihatan buruk, ayam, itik, kucing, dan anjing… kalian membenci mereka semua. Semua yang suami kalian ucapkan menyinggung perasaan. Bahkan melihat ke dalam pikiran kalian sendiri, kalian tidak merasa puas. Apa yang bisa kalian lakukan dalam situasi ini? Dari mana penderitaan ini datang? Inilah yang dinamakan “tidak memiliki jasa kebajikan.” Akhir-akhir ini di Thailand, ada sebuah ungkapan bahwa ketika seseorang meninggal, jasa kebajikannya pun akan habis. Tetapi itu tidaklah demikian halnya. Ada banyak sekali orang yang masih hidup yang telah menghabiskan jasa kebajikannya terlebih dahulu…. mereka itu adalah orang-orang yang tidak memahami jasa kebajikan. Pikiran yang buruk hanya mengumpulkan semakin dan semakin banyak keburukan.

Melakukan perjalanan mencari jasa kebajikan ini adalah seperti membangun sebuah rumah yang indah, tanpa membenahi lahannya terlebih dahulu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, rumah tersebut kemudian akan runtuh, benar kan? Rancangannya saja sudah tidak bagus. Sekarang, kalian harus mengulanginya lagi, mencoba cara yang lain. Kalian harus melihat ke dalam diri kalian sendiri, memperhatikan kesalahan-kesalahan di dalam perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran. Di mana lagi kalian akan berlatih, selain dari perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran kalian? Orang-orang kehilangan arah. Mereka ingin pergi dan mempraktekkan Dhamma di tempat yang benar-benar tenang, di hutan atau di Wat Pah Pong. Apakah Wat Pah Pong itu tenang? Tidak, ia tidak begitu tenang. Tempat yang benar-benar tenang adalah di rumah kalian sendiri.

Jika kalian memiliki kebijaksanaan, ke mana pun kalian pergi, kalian akan bahagia. Seluruh dunia ini sudah bagus sebagaimana adanya saat ini. Semua pepohonan di hutan-hutan sudah bagus sebagaimana adanya: ada yang tinggi, pendek, berlekuk-lekuk… segala jenis. Begitulah mereka sebagaimana adanya. Melalui ketidakpahaman akan sifat alami sejati mereka, kita memaksakan pendapat kita sendiri terhadap mereka… “Oh, pohon ini terlalu pendek! Pohon ini terlalu bengkok!” Pohon-pohon itu hanyalah pohon-pohon, mereka lebih baik daripada kita.

Itulah mengapa saya menulis puisi-puisi kecil ini pada pepohonan di sini. Biarkan pohon-pohon ini mengajari kalian. Sudahkah kalian mempelajari sesuatu darinya? Kalian seharusnya mencoba untuk mempelajari paling tidak satu hal dari mereka. Ada begitu banyak pohon, semuanya memiliki sesuatu yang bisa mengajari kalian. Dhamma ada di mana-mana, di semua tempat di alam ini. Kalian seharusnya memahami hal ini. Jangan menyalahkan lubang yang terlalu dalam… berbaliklah dan lihatlah lengan kalian sendiri! Jika kalian mampu memahami ini, kalian akan bahagia.

Jika kalian membuat jasa atau kebajikan, pertahankanlah dia di dalam batin kalian. Di sanalah tempat yang paling baik untuk menyimpannya. Membuat jasa kebajikan seperti yang telah kalian lakukan hari ini adalah bagus, tetapi bukan merupakan cara yang terbaik. Mendirikan bangunan itu bagus, tetapi bukan merupakan hal yang terbaik. Membangun batin kalian menjadi sesuatu yang bagus, itulah jalan yang terbaik. Dengan jalan ini, kalian akan menemukan kebaikan, apakah kalian datang ke mari atau tinggal di rumah. Temukanlah hal yang paling utama ini di dalam batin kalian. Bangunan-bangunan luar seperti ruangan ini hanyalah “kulit batang pohon” saja, mereka bukan “inti kayu batang pohon” nya.

Jika kalian memiliki kebijaksanaan, ke mana pun kalian melihat, di situ akan ada Dhamma. Jika kalian kurang bijaksana, maka hal-hal yang baik sekalipun akan berubah menjadi buruk. Darimana keburukan-keburukan ini datang? Hanya dari pikiran kita sendiri, di situlah tempatnya. Perhatikan bagaimana pikiran ini berubah. Semuanya berubah. Suami dan istri biasanya akur-akur saja, mereka dapat berbicara satu sama lain dengan cukup gembira. Tetapi ketika pada suatu hari suasana hati mereka menjadi buruk, apapun yang dibicarakan pasangan tersebut terdengar amat menyinggung perasaan. Batin menjadi buruk, dia berubah lagi. Begitulah adanya.

Jadi, untuk melepaskan kejahatan dan memupuk kebaikan, kalian tidak perlu mencari ke tempat lain. Jika pikiran kalian menjadi buruk, jangan melihat kepada orang yang ini atau orang yang itu. Perhatikan saja pikiran kalian sendiri dan cari tahu darimana pikiran-pikiran ini datang. Mengapa batin ini memikirkan hal-hal seperti ini? Memahami bahwa segala sesuatunya itu fana. Cinta itu fana, kebencian juga fana. Pernahkah kalian mencintai anak-anak kalian? Tentu saja pernah. Pernahkah kalian membenci mereka? Saya akan menjawabnya untuk kalian juga… Kadang-kadang iya, bukan? Bisakah kalian membuang mereka? Tidak, kalian tidak bisa membuang mereka. Mengapa tidak? Anak-anak tidak seperti peluru (note: Ada permainan kata-kata di sini, antara kata Thai “look”, yang berarti anak-anak, dan “look bpeun”, yang secara harfiah berarti “anak-anak pistol”… yakni, peluru), bukan?

Peluru-peluru ditembakkan keluar, tetapi anak-anak ditembakkan kembali kepada orang tuanya. Jika mereka buruk, itu kembali kepada orang tuanya. Kalian bisa berkata bahwa anak-anak adalah kamma kalian. Ada yang baik dan ada juga yang buruk. Dua-duanya, yang baik dan yang buruk, ada di sana di dalam anak-anak kalian. Tetapi bahkan yang buruk sekalipun, amat berharga. Ada yang dilahirkan dengan polio, pincang dan cacat, dan bahkan menjadi lebih berharga dari yang lain. Bilamana kalian meninggalkan rumah untuk sesaat, kalian akan meninggalkan pesan,”Jagalah si kecil, dia tidak begitu kuat.” Kalian menyayanginya lebih daripada yang lain.

Oleh karena itu, kalian seharusnya menata batin kalian dengan baik -setengah cinta, setengah benci. Jangan hanya mengambil yang satu ini atau yang lain saja, senantiasalah memiliki kedua sisi ini di dalam batin. Anak-anak kalian adalah kamma kalian, mereka sepadan dengan pemiliknya. Mereka adalah kamma kalian, jadi kalian harus bertanggung jawab terhadap mereka. Jika mereka benar-benar menyebabkan kalian menderita, ingatkanlah diri kalian sendiri,”Ini adalah kamma saya.” Jika mereka membahagiakan kalian, juga ingatkan diri kalian,”Ini adalah kamma saya.” Kadang-kadang saking frustrasinya di rumah, kalian merasa seperti harus melarikan diri. Ia menjadi begitu buruk sampai-sampai beberapa orang bahkan mempertimbangkan untuk menggantung diri mereka sendiri! Ini adalah kamma. Kita harus menerima kenyataan ini. Hindarilah perbuatan buruk, maka kalian akan dapat memandang diri kalian sendiri secara lebih jernih.

Inilah alasannya mengapa merenungkan hal-hal ini menjadi sangat penting. Biasanya, ketika mereka berlatih meditasi, mereka menggunakan objek meditasi, seperti Bud-dho, Dham-mo atau San-gho. Tetapi kalian bahkan dapat membuatnya menjadi lebih singkat dari yang ini. Bilamana kalian merasa terganggu, jika pikiran kalian memburuk, bilang saja “Nah!” Ketika kalian merasa lebih baik, ucapkan saja “Nah!... Ia bukanlah hal yang pasti.” Jika kalian mencintai seseorang, katakan saja “Nah!” Ketika kalian mulai marah, katakan saja,”Nah!” Mengertikah kalian? Kalian tidak perlu mencari-carinya di tipitaka (kitab suci umat Buddha berbahasa Pali). Cukup dengan “Nah!” Ini artinya “ia tidaklah permanen.” Cinta tidak permanen, benci tidak permanen, baik tidak permanen, jahat tidak permanen. Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi permanen? Di manakah letak kepermanenan mereka?

Kalian dapat mengatakan bahwa mereka itu permanen di dalam ketidakpermanenannya. Mereka sudah pasti dalam hal ini, mereka tidak akan pernah menjadi sebaliknya. Satu menit ada cinta, selanjutnya benci. Begitulah adanya. Dalam konteks ini mereka permanen. Itulah mengapa saya mengatakan bilamana cinta itu muncul, katakan saja,”Nah!” Ini menghemat banyak waktu. Kalian tidak perlu mengucapkan “Aniccam, dukkham, anatta.” Jika kalian tak menginginkan objek meditasi yang panjang, ambil saja kata yang sederhana ini… Jika rasa cinta muncul, sebelum kalian benar-benar terjerumus di dalamnya, katakan saja pada diri sendiri,”Nah!” Ini sudah cukup.

Segala sesuatunya itu tidak permanen, dan ia permanen di dalam ketidakpermanenannya itu. Dengan sering memperhatikan hal ini saja, kalian akan melihat inti dari Dhamma, Dhamma Yang Sejati.

Sekarang, jika setiap orang lebih sering mengatakan,”Nah!”, dan menerapkannya dalam latihan seperti ini, kemelekatan akan semakin berkurang dan berkurang. Orang tidak akan begitu terjebak pada cinta dan benci. Mereka tidak akan melekat pada hal-hal ini. Mereka akan menaruh kepercayaan pada kebenaran, bukan pada hal-hal yang lain. Hanya dengan memahami hal ini saja sudah cukup, apa lagi yang perlu kalian ketahui?

Setelah mendengar ajaran ini, kalian juga seharusnya mencoba untuk mengingatnya. Apa yang seharusnya kalian ingat? Meditasi… Mengertikah kalian? Jika kalian mengerti, Dhamma akan menyatu dengan kalian, pikiran akan berhenti. Bilamana ada kemarahan di dalam batin, katakan saja,”Nah!”… dan itu sudah cukup, ia berhenti seketika. Jika kalian belum mengerti, maka perhatikan secara lebih mendetail ke dalamnya. Jika ada pemahaman, ketika kemarahan muncul di dalam batin, kalian bisa memadamkannya dengan,”Nah! Ia tidaklah permanen!”

Hari ini kalian telah memiliki kesempatan untuk merekam Dhamma, baik di dalam maupun di luar. Di dalam, suara masuk melalui telinga untuk direkam di dalam batin. Jika kalian tidak bisa melakukan hal ini, itu tidak begitu bagus, waktu kalian di Wat Pah Pong akan terbuang sia-sia. Merekamnya di luar, dan merekamnya di dalam. Tape recorder ini tidak begitu penting. Yang benar-benar penting adalah “perekam” di dalam batin. Tape recorder ini bisa rusak, tetapi Dhamma yang benar-benar mencapai batin, tidak akan pernah hilang, ia ada di sana untuk selama-lamanya. Dan kalian tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli baterai.

* Note : Pembicaraan ini ditujukan kepada sekelompok umat awam yang datang ke Wat Pah Pong untuk memberikan persembahan kepada vihara.

* Dikutip dan diterjemahkan dari buku : “The Teachings Of Ajahn Chah”, sub judul “Living Dhamma - Making The Heart Good”.