Selasa, 13 Oktober 2009

Ratio Laporan Keuangan

Investor di pasar modal minimal memahami pengatahuan dasar mengenai analis laporan keuangan. Hal ini merupakan suatu kewajiban yang perlu dipahami oleh semua investor, mengingat laporan keuangan merupakan gambaran yang dihasilkan perusahaan dari waktu-kewaktu.

Hal yang penting dilakukan investor mengenai neraca rugi laba perusahaan. Analisa laporan keuangan, bukan pekerjaan mudah, tapi bukan berarti tak bisa dilakukan.

Karena dengan berpedoman pada rasio yang diungkap laporan keuangan investor dapat menyimpulkan kondisi keuangan emiten. Beberapa rasio yang lazim menjadi patokan dalam meng-analisis laporan keuangan, sehingga dapat memutuskan kebijakan investasi.

Secara umum rasio laporan keuangan dibagi dalam berberapa kelompok, seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio utang atau leverage, rasio kemampuan laba serta rasio saham. Beberapa rasio penting yang umum digunakan dalam menganalisis laporan keuangan di antaranya, current ratio (rasio lancar), rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar.

Semakin besar hasil perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendek.

Debt to equity ratio (rasio utang atas modal). Rasio ini sering disebut dengan istilah rasio leverage, menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, dengan demikian dapat dilihat struktur risiko tidak tertagihnya hutang. Semakin kecil angka rasio ini maka akan semakin baik total debt to total assets merupakan penggambaran aktiva yang dipergunakan oleh perusahaan untuk menutupi hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang yang dihitung dengan rumus total hutang dibagi total aktiva, maka akan diperoleh rasio, debt to capital assets.

Operating profit margin (OPM), rasio ini mengukur seberapa besar kontribusi penjualan terhadap laba operasi. Makin besar rasio ini maka akan semakin baik.

Rumus mencari OPM dengan cara membagi laba operasi dengan penjualan. Net profit margin, rasio yang mengukur kontribusi penjualan terhadap laba bersih. Makin besar rasio ini maka akan semakin baik, karena rumus yang digunakan laba bersih dibagi dengan penjualan.

Return on equty (ROE) menggambarkan kontribusi keuntungan bagi pemegang saham, laba bersih dibagi ekuitas. Erning per share merupakan penggambaran jumlah laba yang dihasilkan perusahaan untuk tiap pemegang saham yang diterbitkan. Price earning ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Sebagai contoh jika status saham memiliki PER sebesar 10 kali berarti kemampuan perusahaan menghasilkan laba sebanyak 10 kali.

Bagi investor semakin keci PER berarti saham tersebut relatif murah. PER dihitung berdasarkan hasil pembagian harga saham dengan erning per share (laba per saham). Disamping itu sejumlah rasio lain yang juga layak diperhatikan adala nilai buku (book value) dan, price to book value.

Book value merupakan penggambaran perbandingan total dana pemegang saham terhadap jumlah saham, sedangkan price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham sebuah perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya pada prospek perusahaan.