Kamis, 12 November 2009

Kesempatan Emas Ada di Mana-Mana

Peluang emas dalam karier bisa muncul dari mana saja. Anda hanya perlu menajamkan insting dan pandai membaca situasi untuk bisa menemukannya. Namun bagaimana caranya?

Anda mungkin pernah bertemu seseorang yang pandai memanfaatkan segala peluang atau kesempatan untuk mengembangkan kariernya. Dalam setiap pertemuan atau perbincangan dengan seseorang, pasti selalu bisa menghasilkan sesuatu yang positif bagi kariernya. Sebenarnya, Anda pun bisa melakukan hal yang sama. Namun, tentu saja ada beberapa hal dasar yang harus Anda lakukan. Pertama, Anda harus yakin dengan diri Anda sendiri bahwa apa yang Anda inginkan pasti bisa Anda lakukan. Rasa takut atau keraguan mungkin saja muncul dan menyurutkan obsesi Anda, namun justru itulah saatnya Anda bangkit dan keluar dari zona aman Anda.

Jika Anda masih tak berani keluar dari zona aman tersebut, kesempatan emas yang bertebaran di depan Anda bisa saja lewat dengan sia-sia. Nah, agar kesempatan tersebut tidak hilang dan menjadi sia-sia, Kimberly Wiefling, konsultan manajemen dan business leadership dari Wiefling Consulting, menyatakan bahwa satu-satunya jalan ialah dengan jangan pernah berpikir dan melakukan suatu hal dengan cara yang sama. Lebih lanjut, Kimberly memberi panduan, ada lima cara yang bisa ditempuh untuk membuka peluang dan berbagai kesempatan yang bisa memperbaiki kualitas hidup dan kerja ini,seperti dikutip dari womensmedia.com.

1. Memperbaiki kemampuan mendengarkan

Komunikasi sering kali dilakukan dengan tidak efektif. Kebanyakan orang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Padahal, mendengarkan atau menjadi pendengar yang baik justru bisa menghasilkan kekuatan yang luar biasa.

Dengan mendengarkan mengapa ada hambatan dalam sebuah pekerjaan, baik pekerjaan yang dilakukan rekan kerja maupun bawahan, mendengarkan soal ketidaksetujuan terhadap suatu hal, mendengarkan berbagai keluhan yang muncul, maka Anda bisa berkomunikasi atau memberikan jawaban yang efektif dan memuaskan bagi orang-orang yang mengeluh. Kemampuan mendengarkan juga bisa meningkatkan kualitas komunikasi dan hubungan sosial kita.Kebiasaan mendengarkan juga bisa dilakukan semudah kebiasaan berbicara. Kebiasaan mendengarkan mengacu pada menempatkan perhatian penuh pada apa yang diucapkan seseorang. Caranya, jangan dulu bertanya tentang "mengapa? atau "bagaimana?.

Pertanyaan ini justru akan menghambat percakapan atau hal inti yang ingin disampaikan seseorang. Lebih baik pahami dulu bagaimana cara berpikirnya tentang masalah yang disampaikannya,baru kemudian ditanggapi agar bisa membantunya untuk berpikir jernih. Sebagai petunjuk, Kimberly memberi panduan untuk mengatakan kalimat seperti, "ide yang bagus", "coba ceritakan lebih jauh tentang hal itu", "menarik! Apa lagi?", apa yang membuat hal itu menjadi masuk akal?? untuk memancingnya mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

2. Kekuatan dari berpikir negatif

Barbara Sher, seorang konsultan karier, menyarankan agar mengeluarkan setiap pikiran negatif dengan mengatakannya kepada orang lain. Misalnya, Anda punya ketakutan atau keluhan tentang pekerjaan Anda, coba katakan kepada rekan kerja atau teman-teman Anda. Bilang kepada mereka bahwa Anda ingin mengeluh dan mengeluarkan pikiran negatif itu selama beberapa menit.

Mereka cukup mendengarkan saja,tanpa harus memberi komentar atau memberi solusi. Saat Anda mengkritisi sesuatu, marah-marah, atau mengeluh, Anda akan merasakan betapa pikiran negatif Anda sebenarnya tak berguna.Anda juga akan menyadari betapa lega hati Anda saat sudah melepaskan pikiran negatif tersebut.

3. Nasihat dari ahli

Masalah ada di mana-mana dan Anda mungkin tidak bisa menemukan jawabannya. Padahal, jawaban yang Anda butuhkan mungkin ada di hadapan Anda. Kimberly menyarankan agar saat Anda butuh jawaban, cobalah manfaatkan teman Anda untuk memilih sebuah profesi dan menasihati Anda dari sudut pandang profesi tersebut. Misalnya, minta teman Anda untuk menjadi seorang dokter, CEO, atau astronot. Coba tanya pendapat mereka jika menghadapi situasi yang sama dengan Anda. Cara ini menuntut Anda untuk berpikir kreatif, menghasilkan jawaban-jawaban brilian yang mungkin tak terduga sebelumnya.

4. Waspada vs Ketakutan

Apa yang menghalangi Anda untuk meraih obsesi dan cita-cita Anda? Apakah Anda waspada akan banyaknya hambatan atau takut menghadapi hambatan tersebut? Waspada adalah hal yang baik. Hal tersebut membuat Anda bersiap-siap untuk mengatasi bahaya atau hambatan, baik hambatan yang bersifat fisik, spiritual, mental, sosial,maupun apa pun.Hargai dan perhatikan rasa ?takut? tersebut.

Bersiaplah untuk mengatasinya jika hal tersebut datang. Tapi jika yang menghalangi Anda adalah sebuah ketakutan, itu berarti Anda tak melakukan apa pun untuk mengatasinya. Anda hanya mundur perlahan-lahan dan mengubur mimpi dan obsesi tersebut. Coba tanyakan kepada diri Anda sendiri,apakah hal terburuk yang mungkin terjadi? Jika sudah menemukan jawabnya, segera cari cara untuk mengatasi hal tersebut sehingga Anda sudah memiliki persiapan matang saat menghadapinya. Jadi, mulailah beraksi!

5. Komitmen

Obsesi tanpa aksi hanyalah sebuah ilusi. Selama Anda belum melakukan apa pun untuk mewujudkan obsesi tersebut, berarti hal itu masih sebatas mimpi.Aksi seperti apakah yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya? Yakinlah bahwa komitmen dan kepercayaan diri saja yang bisa mengantarkan Anda pada aksi yang jelas untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Cobalah buat jadwal, hal apa yang bisa Anda lakukan pada minggu ini untuk lebih dekat pada mimpi Anda tersebut. Lakukan sekarang juga. Sekali Anda berhasil melakukannya, hal tersebut akan menjadi bahan bakar yang terus memacu dan memotivasi diri Anda untuk semakin dekat dengan mimpi itu.


Herita Endriana